Beranda / Fantasi / Became a Villainess? / [2] Aduh, diadopsi

Share

[2] Aduh, diadopsi

Penulis: LikeStar_118
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-26 16:36:25

Seakan tak terjadi apa-apa setelah kejadian menangis di meja makan, aku tidur dan bangun seperti biasanya. Untung saja mataku tidak membengkak, diatas meja sebelah tempat tidur, aku melihat banyak tisu.

Itu adalah pemberian anak-anak panti. Tadi malam, tepatnya tengah malam, disaat aku mengigau setengah sadar. Aku mendengar suara pintu kamarku dibuka dan mendapati jika mereka menyelinap masuk dan meletakkan tisu-tisu tersebut disebelahku.

".. Mungkin aku harus kebawah dan berterimakasih secara langsung kepada mereka."

Aku segera membasuh wajah dan menuju ke ruang tamu, tempat dimana biasanya anak panti berkumpul di pagi hari. Sampai disana aku melihat Marie memegang sepucuk surat dan Reene yang matanya sembab seakan habis menangis. Mereka berdua berdiri tepat didepan pintu masuk.

Aku melihat ke sekeliling, tak ada anak-anak yang biasanya berisik di pagi ini.

'Ada apa dengan mereka berdua?'

Tanpa pikir panjang aku menghampiri mereka berdua sambil bertanya dengan hati-hati.

"Kak Reene, Kak Marie. Apa yang terjadi?"

Mereka berdua menoleh ke arahku dan segera tersenyum berpura-pura tak terjadi apa-apa. Reene segera menghapus air matanya yang akan jatuh dan Marie segera menyembunyikan surat itu. Sayang sekali mataku terlalu jeli untuk melihat segel yang tertempel jelas diamplop surat. Pupil mataku mengecil disaat aku mengenali segel itu.

'.. Itu adalah..'

Brian Chevalier.

Yang kulihat adalah segel lambang keluarga Chevalier. Yang tentu saja tak lain dan tak bukan berasal dari Duke sendiri.

'Hah? Duke? Apa yang terjadi? Bukannya masih ada satu tahun agar alur novelnya bisa dimulai?'

Aku memikirkan segala kemungkinan yang terjadi saat ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku melihat ke arah mata Reene dan Marie lalu bertanya dengan tampang polos, sejujurnya didalam hati aku merasa panik. Aku tidak siap untuk ini.

"Surat apa itu kakak? Kenapa kakak menangis?" Aku bertanya dengan tampang sepolos mungkin walaupun otakku sedang kacau menebak situasi. Sialan, apa yang terjadi..

Reene dan Marie bukannya menjawab pertanyaanku, mereka saling memandang satu sama lain seakan sedang melakukan telepati. "Tidak ada apa-apa, Sherina sayang." Marie berusaha terlihat tenang walaupun matanya bergetar saat melihatku. Sementara Reene langsung memelukku dengan erat.

'Tolong jangan bilang kalau tebakanku.. benar.'

"Sayangku Sherina. Sherinaku yang imut dan pintar. Kamu akan diadopsi oleh keluarga kaya, lebih tepatnya.. Duke Chevalier"

Mataku membulat sempurna dengan pernyataan yang baru saja kudengar dari Marie. Sekujur tubuhku menegang dengan alur yang tak terduga. Tebakanku tidak salah, alurnya sudah berubah menjadi lebih cepat bagi diriku, Sherina yang baru.

"A-Apa?"

'Ada apa dengan alurnya? Apa yang terjadi disini! Aku bahkan tidak melakukan apapun, lalu bagaimana bisa..'

"Nah sayang, sebentar lagi Tuan Duke akan menjemputmu.. berganti bajulah dengan yang bagus, paham?" Marie berkata dengan nada bergetar sambil berusaha tenang mengelus-elus rambut hitamku. Mataku berubah menjadi kosong melihat masa depanku yang suram. Aku bisa membayangkannya.

"...Baik" Jawabku dengan tanpa tenaga atas perintah Marie. Aku dengan langkah lemah berjalan kembali menaiki tangga menuju kamarku. Bukannya cepat berganti baju aku memilih berbaring dahulu dan merenung di atas kasur.

'Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa menolak secara langsung terhadap permintaan Tuan Duke. Aku ingin disini! Aku tidak ingin pergi!' Aku mengingat Reene, Marie, dan anak-anak panti. Mereka adalah keluargaku, bagaimana aku bisa.. malah pergi.. padahal aku sudah bersumpah kalau aku akan tetap disini..

Aku diam diam terisak di kamar dengan Volume kecil, jaga-jaga tidak ingin ada yang mendengar lalu masuk melihatku menangis dikondisi seperti ini.

'Apa yang membuatku terpilih? Karena bukan sihir.. apa berarti umur?'

Tentu saja umur.. sejak kapan otakku menumpul? Duke sengaja memilih anak perempuan yang masih muda, agar lebih mudah dikendalikan dan diberi perintah untuk dilakukan. Seseorang yang akan hanya akan menjadi pelengkap saja. Dan aku.. adalah yang termuda di panti asuhan ini.

'Apa aku harus bilang tidak mau? Tapi Reene dan Marie pasti akan membayar harganya karena menolak permintaan seorang bangsawan setinggi Duke.'

Otakku buntu. Aku tidak bisa memikirkan ide apapun, ini hanyalah jalan buntu. Merasa bahwa aku sudah cukup lama merenung dan terisak diatas kasur, aku segera bergegas berganti baju milikku yang paling sederhana.

Sebenarnya aku memilih memakai yang sederhana karena aku pikir tak akan ada gunanya memakai paling bagus, toh Duke akhirnya tak tertarik padaku.

Tak mau susah-susah, aku hanya memasang pita putih yang serasi dengan gaun putih sederhana yang kupilih. Walaupun aku masih enam tahun, aku ingin mandiri sejak dini, dan karena itu aku selalu melakukan seperti berganti baju atau merias rambutku sendiri.

Aku tidak ingin merepotkan Reene atau Marie, apalagi cuma mereka orang dewasa disini.

Aku berjalan dengan langkah gontai dan mata kosong ke arah ruang tamu. Ternyata disana sudah ada seorang pria yang sedang berbicara dengan Marie. Sementara Reene menatapnya dengan mata bergetar.

Jika spekulasiku benar. Itu adalah James, ajudan atau tangan kanan Duke Chevalier. Tentu saja aku melihat ajudannya yang disini, apa aku berharap melihat Duke sendiri?

Jujur saja aku penasaran dengan wajah Duke. Disudut pandang Sherina, dia sendiri jarang bertemu dengan sang Duke tanpa Sherina dulu yang punya suatu keinginan. Aku berjalan sambil memasang wajah kaku kearah mereka bertiga.

"Sherina.."

Marie yang menyadari keberadaanku langsung mengalihkan pandangnya dari James ke arah dieiku yang baru saja sampai anak tangga terbawah jika dilihat dari atas. Sementara Tuan James menyadari bahwa aku yang akan diadopsi, dia langsung memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan saya James, ajudan Tuan Duke Chevalier. Senang bertemu dengan anda, Nona Sherina." James memperkenalkan diri dengan hormat sambil tersenyum santai dan ramah.

"Saya Sherina, senang bertemu dengan anda, Tuan James." Tentu saja aku membalas dengan hormat juga, bagaimanapun dicerita novelnya, Tuan James sangat baik pada Sherina yang asli. Karena aku adalah Sherina sekarang, aku tau jika James akan baik kepada diriku.

Mata James membelalak seakan dia terkejut. Ada apa?

Merasakan tatapan dariku, dia segera berdehem. "Ekhem, jadi apa anda sudah siap pergi, Nona Sherina?" dari tatapannya aku bisa menyimpulkan jika saat ini James sedang meminta persetujuanku. Aku menatap mata James mengisyaratkan 'Aku ingin berpamitan.' Seakan paham James berkata, "Sebentar saja."

Aku hanya mengangguk ringan menatapnya balik, lalu mengalihkan pandangan ke Reene dan Marie. Reene sudah terisak sementara Marie berusaha agar air matanya tidak jatuh. Bagaimanapun mereka pasti menganggapku sebagai anak mereka karena merekalah yang sudah merawatku sejak bayi hingga saat ini.

Mustahil tidak ada rasa mengingat betapa dekatnya mereka denganku.

Aku berjalan kearah Reene dan Marie, secara otomatis mereka paham apa yang akan kulakukan jadi mereka berjongkok untuk menyamai tinggiku.

"Aku sayang kalian." Tanpa basa-basi aku memeluk leher mereka dengan tangan kecilku. Mereka langsung membalas pelukan dengan masing-masing tangan mereka, satu di punggung dan satu menepuk kepalaku.

Setelah itu aku langsung berjalan keluar bersama James sementara Reene dan Marie mengikuti dari belakang menuju kereta. Sebelum naik aku menatap ke belakang untuk terkahir kalinya, dan melambaikan tanganku. Aku tidak ingin mengucapkan selamat tinggal seolah-olah aku akan mati.. walau itu kenyataannya. Masa depan maksudnya.

Kereta pun melaju kencang dan aku melihat dari jendela, pemandangan panti yang mulai kecil dimataalu menghilang tertutupi bangunan lainnya. Panti yang adalah tempatku sedari kecil, rumah yang menampungku.

Aku.. tidak bisa kesini lagi.

Menyadari fakta itu aku menghela napas sedih.

...

Setelah sekitar hampir 60 menit perjalanan menggunakan kereta, akhirnya sampai juga di mansion Duke Chevalier.

Aku melihat ke jendela, terpampang pemandangan sebuah bangunan yang sangat megah..

'Ini rumah apa istana?' Aku berbatin ria membayangkan sebesar apa istana, jika mansion milik Duke saha sudah sebesar ini. Pintu terbuka dan Tuan James turun duluan lalu mengangkatku, menurunkanku ke tanah.

Oh iya.. aku masih enam tahun, kapan aku tingginya ya?

Jadi tak heran jika dia melakukannya.

Aku menatap Tuan James dan dia menatapku balik sambil tersenyum. Dari tatapan matanya, James seakan mengucapkan 'Selamat datang' kepadaku.

"Selamat datang Tuan James dan Nona muda." terdengar suara dari depan kami berdua dan terlihatlah para pelayan tak lupa para ksatria berbaris vertikal sambil membungkukkan badannya 45°. Di barisan paling depan terlihat laki laki berusia 30-an yang menyambut kami.

"Ah, terimakasih Marvos. Dan ini Sherina yang akan menjadi Nona muda kita." James tersenyum sambil meletakkan tangannya di bahuku. Dia memperkenalkan diriku dengan simpel dan tanpa banyak basa-basi, entah kenapa rasanya seperti dia sedang memperkenalkan seorang temannya kepada teman lainnya.

Sejenak aku berpikir.. apa dia tidak kesusahan meletakkan tangannya dibahuku? Aku masih enam tahun! dan aku terlihat lebih kecil lagi karena aku dari panti asuhan, sementara dia berumur 25-an atau lebih tua.

'Dia bahkan tidak membungkuk untuk menjangkau bahuku. Seberapa panjang tangannya?'

Kembali ke kenyataan. Setelah James mengenalkanku, laki-laki didepan kami tersenyum senang dan membungkukkan badannya.

"Selamat datang nona, saya Marvos, kepala pelayan disini." Marvos mengelus kepalaku sambil tersenyum lembut. Dia tampak sangatlah ramah.

'Ah aku ingat dia, Marvos si kepala pelayan yang selalu bermain dengan Sherina.'

Dia sama seperti James, orang yang baik.

Jadi aku tersenyum sambil melambaikan tangan, berniat untuk menyapa non-formal, mencoba membuat kesan bagus diawal-awal. Diantara James dan Marvos, yang paling banyak berinteraksi dengan Sherina adalah Marvos. Jadi daripada James, membuat kesan baik dipertemuan pertama lebih utama ke Marvos.

"Halo, aku Sherina."

Kuharap reaksinya positif walaupun aku jarang bersikap seperti anak-anak dengan orang asing. Tak kusangka tempat itu mengalami hening yang panjang. Menoleh ke kanan-kiri, kudapati semuanya hanya diam menatapku. Apa.. aku melakukam sesuatu yang salah..?

James yang disebelahku bahkan membeku sambil menatapku. Sampai ada suara dengan nada menjengkelkan datang dari belakang Marvos. Suara yang membuat semua orang melepaskan pandangan dariku ganya untuk menatao ke sumber suara, yang tak lain dan tak bukan adalah..

.. Duke Chevalier sendiri.

"Siapa yang mengira akan ada serangga masuk kesini?"

Bab terkait

  • Became a Villainess?   [3] Tuan Duke

    "..."Ha?'Apa? apakah yang tadi dia sebut sebagai serangga.. adalah aku? Heh! Apa kau tidak bisa ramah pada seorang anak hah?!' Aku mengumpat dihati dengan wajah polosku diluar sambil terus menatap matanya. Seperti pepatah 'Hujat dihati senyum diluar.' memang sangat pantas untuk dipraktekkan."Salam, Tuan Duke Chevalier." Para pelayan dan ksatria termasuk James dan Marvos serentak memberikan salam kepada Duke. Benar-benar kompak.Bukannya menjawab salam dari mereka, Duke tetap setia menatapku dan aku masih setia menatapnya balik. Sampai beberapa menit pun berlalu.. dan posisi kami masih sama.'Apa kau ingin lomba kedip mata, Tuan Duke yang terhormat? Atau kau ingin lomba colok mata? Sini, biar aku colok mata kau.'Sampai lima menit berlalu kami masih saling menatap dengan setia, tanpa terlihat satu diantara kami akan menyerah dengan mengedipkan mata. Lama-lama mataku terasa panas.Pedes woi!Aku diam-diam mendecakkan lidah. Kurasa ada aura tegang disana, tapi toh bodo amat. Karena mat

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-22
  • Became a Villainess?   [4] Pohon dan Rencana

    Sekarang hari ketiga aku disini. Di mansion ini. Disini aku tidak bisa ngapa-ngapain, cuma bisa tidur, makan, mandi secara berulang kali. Intinya... tiba-tiba aku jadi kaum rebahan tanpa ada yang komen.Enak banget~~Setelah kejadian perlemparan itu, aku tidak lagi bertemu dengan Duke karena dia sibuk jadi babunya si Raja atau bisa dibilang ayahnya jodohnya si permen Milkyta itu.Ekhem.Maksudku Milly.Karena ini masih pagi, sekarang aku sedang ingin berada di taman sendirian. Buat refreshing. Jangan jadi anak rebahan terus.Seharusnya aku ditemani oleh beberapa pelayan jika ingin pergi keluar kamar. Tapi bukan aku jika tidak bisa maksa orang oke? Aku memaksa agar tidak ada yang mengikuti. Rasanya aneh jika diikuti kemana-mana.Lagipula aku ingin waktu me-time.Aku berjalan dengan memperhatikan pemandangan hamparan bunga mawar putih yang sangat banyak sekali. Sesekali kulihat ada pelayan yang lewat dari arah berlawanan dan menyapaku.'Yah setidaknya mereka menyapaku.'Aku berjalan samp

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-23
  • Became a Villainess?   Chapter 5

    Selamat membaca!(◕ᴗ◕✿)....Sherina lekas pergi dari ruangan itu. Awalnya dia merasa senang karena permintaannya dituruti oleh ayah barunya, sampai tiba-tiba Sherina tersadar akan sesuatu.'Eh, ngomong apa aku tadi woi!!'Bisa-bisanya dia bilang kata 'Aku sayang kamu' ke ayah barunya yang menjengkelkan itu. Eh kenapa dia baru sadar sih?! ihhh!! malu!! Sherina memang dulu saat menjadi Alicia suka mengatakan itu pada temannya, TAPI KAN TEMANNYA PEREMPUAN!!Astaga untung aja Sherina ini masih kecil. bayangin aja

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-23
  • Became a Villainess?   Prolog

    *Baaam!Aku membanting pintu rumahku seusai berlari pulang dari toko buku. Segera kulepaskan kaus kaki hitam putih milikku dan memasukkannya kedalam sepatu yang kuletakkan di atas rak sepatu yang berada tepat disebelah pintu.Aku tidak perlu memberikan salam karena aku hanya tinggal sendirian. Segera aku berlari menaiki tangga ke lantai atas tepat dimana kamarku berada, tak lupa tentu saja dengan buku yang sedang kupeluk ini.'Akhirnya terbit juga!'Yah seperti yang kalian lihat, aku sangat senang hanya dengan memeluk satu buku yang tampak seperti buku novel biasa. Bukan tanpa alasan aku memeluk erat buku itu, aku melakukannya karena teringat dengan kakak laki-lakiku.Sebagai catatan, aku punya saudara laki laki angkat yang beda lima tahun dariku. Allen Priscilla. Aku sangat merindukannya karena dia sedang bersekolah diluar negeri, sekarang kuliah mungkin? Sementara aku masih di Indonesia. Huhhhh aku kesepian sendirian dirumah...Kak Allen berada di New York melanjutkan studinya sement

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Became a Villainess?   [1] Ini bukan duniaku..

    Butuh beberapa hari, agar aku dapat menyimpulkan hal-hal tak masuk akal yang terjadi. Aku butuh beberapa hari karena otak bayi itu belum sempurna untuk memikirkan hal-hal yang berat. Jika aku nekat, maka aku akan cepat kelelahan dan tertidur sepanjang hari.Setidaknya waktu empat hari bagiku untuk menyatukan memori-memori tentang awal novel merupakan suatu pencapaian. Ah, aku sangat bangga pada diriku sendiri.Ini beberapa kesimpulan dan fakta.1. Aku terlahir kembali dengan nama Sherina, atau nama yang sama dengan tokoh antagonis di novel 'Lady with the Light Magic' karangan kakak laki-lakiku.2. Ini benar-benar dunia didalam novel itu, dan artinya aku memanglah Sherina. Dan novel itu akan menjadi masa depan yang nyata. Tempat ini adalah panti asuhan di daerah kumuh utara ibukota, tempat tinggal Sherina sebelum diadopsi oleh Duke Chavelier yang akan terjadi tujuh tahun dari sekarang.3. Fakta bahwa aku, Sherina, benar-benar yatim piatu. Aku mendengar percakapan Reene dan Marie waktu a

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26

Bab terbaru

  • Became a Villainess?   Chapter 5

    Selamat membaca!(◕ᴗ◕✿)....Sherina lekas pergi dari ruangan itu. Awalnya dia merasa senang karena permintaannya dituruti oleh ayah barunya, sampai tiba-tiba Sherina tersadar akan sesuatu.'Eh, ngomong apa aku tadi woi!!'Bisa-bisanya dia bilang kata 'Aku sayang kamu' ke ayah barunya yang menjengkelkan itu. Eh kenapa dia baru sadar sih?! ihhh!! malu!! Sherina memang dulu saat menjadi Alicia suka mengatakan itu pada temannya, TAPI KAN TEMANNYA PEREMPUAN!!Astaga untung aja Sherina ini masih kecil. bayangin aja

  • Became a Villainess?   [4] Pohon dan Rencana

    Sekarang hari ketiga aku disini. Di mansion ini. Disini aku tidak bisa ngapa-ngapain, cuma bisa tidur, makan, mandi secara berulang kali. Intinya... tiba-tiba aku jadi kaum rebahan tanpa ada yang komen.Enak banget~~Setelah kejadian perlemparan itu, aku tidak lagi bertemu dengan Duke karena dia sibuk jadi babunya si Raja atau bisa dibilang ayahnya jodohnya si permen Milkyta itu.Ekhem.Maksudku Milly.Karena ini masih pagi, sekarang aku sedang ingin berada di taman sendirian. Buat refreshing. Jangan jadi anak rebahan terus.Seharusnya aku ditemani oleh beberapa pelayan jika ingin pergi keluar kamar. Tapi bukan aku jika tidak bisa maksa orang oke? Aku memaksa agar tidak ada yang mengikuti. Rasanya aneh jika diikuti kemana-mana.Lagipula aku ingin waktu me-time.Aku berjalan dengan memperhatikan pemandangan hamparan bunga mawar putih yang sangat banyak sekali. Sesekali kulihat ada pelayan yang lewat dari arah berlawanan dan menyapaku.'Yah setidaknya mereka menyapaku.'Aku berjalan samp

  • Became a Villainess?   [3] Tuan Duke

    "..."Ha?'Apa? apakah yang tadi dia sebut sebagai serangga.. adalah aku? Heh! Apa kau tidak bisa ramah pada seorang anak hah?!' Aku mengumpat dihati dengan wajah polosku diluar sambil terus menatap matanya. Seperti pepatah 'Hujat dihati senyum diluar.' memang sangat pantas untuk dipraktekkan."Salam, Tuan Duke Chevalier." Para pelayan dan ksatria termasuk James dan Marvos serentak memberikan salam kepada Duke. Benar-benar kompak.Bukannya menjawab salam dari mereka, Duke tetap setia menatapku dan aku masih setia menatapnya balik. Sampai beberapa menit pun berlalu.. dan posisi kami masih sama.'Apa kau ingin lomba kedip mata, Tuan Duke yang terhormat? Atau kau ingin lomba colok mata? Sini, biar aku colok mata kau.'Sampai lima menit berlalu kami masih saling menatap dengan setia, tanpa terlihat satu diantara kami akan menyerah dengan mengedipkan mata. Lama-lama mataku terasa panas.Pedes woi!Aku diam-diam mendecakkan lidah. Kurasa ada aura tegang disana, tapi toh bodo amat. Karena mat

  • Became a Villainess?   [2] Aduh, diadopsi

    Seakan tak terjadi apa-apa setelah kejadian menangis di meja makan, aku tidur dan bangun seperti biasanya. Untung saja mataku tidak membengkak, diatas meja sebelah tempat tidur, aku melihat banyak tisu.Itu adalah pemberian anak-anak panti. Tadi malam, tepatnya tengah malam, disaat aku mengigau setengah sadar. Aku mendengar suara pintu kamarku dibuka dan mendapati jika mereka menyelinap masuk dan meletakkan tisu-tisu tersebut disebelahku.".. Mungkin aku harus kebawah dan berterimakasih secara langsung kepada mereka."Aku segera membasuh wajah dan menuju ke ruang tamu, tempat dimana biasanya anak panti berkumpul di pagi hari. Sampai disana aku melihat Marie memegang sepucuk surat dan Reene yang matanya sembab seakan habis menangis. Mereka berdua berdiri tepat didepan pintu masuk.Aku melihat ke sekeliling, tak ada anak-anak yang biasanya berisik di pagi ini.'Ada apa dengan mereka berdua?'Tanpa pikir panjang aku menghampiri mereka berdua sambil bertanya dengan hati-hati."Kak Reene, K

  • Became a Villainess?   [1] Ini bukan duniaku..

    Butuh beberapa hari, agar aku dapat menyimpulkan hal-hal tak masuk akal yang terjadi. Aku butuh beberapa hari karena otak bayi itu belum sempurna untuk memikirkan hal-hal yang berat. Jika aku nekat, maka aku akan cepat kelelahan dan tertidur sepanjang hari.Setidaknya waktu empat hari bagiku untuk menyatukan memori-memori tentang awal novel merupakan suatu pencapaian. Ah, aku sangat bangga pada diriku sendiri.Ini beberapa kesimpulan dan fakta.1. Aku terlahir kembali dengan nama Sherina, atau nama yang sama dengan tokoh antagonis di novel 'Lady with the Light Magic' karangan kakak laki-lakiku.2. Ini benar-benar dunia didalam novel itu, dan artinya aku memanglah Sherina. Dan novel itu akan menjadi masa depan yang nyata. Tempat ini adalah panti asuhan di daerah kumuh utara ibukota, tempat tinggal Sherina sebelum diadopsi oleh Duke Chavelier yang akan terjadi tujuh tahun dari sekarang.3. Fakta bahwa aku, Sherina, benar-benar yatim piatu. Aku mendengar percakapan Reene dan Marie waktu a

  • Became a Villainess?   Prolog

    *Baaam!Aku membanting pintu rumahku seusai berlari pulang dari toko buku. Segera kulepaskan kaus kaki hitam putih milikku dan memasukkannya kedalam sepatu yang kuletakkan di atas rak sepatu yang berada tepat disebelah pintu.Aku tidak perlu memberikan salam karena aku hanya tinggal sendirian. Segera aku berlari menaiki tangga ke lantai atas tepat dimana kamarku berada, tak lupa tentu saja dengan buku yang sedang kupeluk ini.'Akhirnya terbit juga!'Yah seperti yang kalian lihat, aku sangat senang hanya dengan memeluk satu buku yang tampak seperti buku novel biasa. Bukan tanpa alasan aku memeluk erat buku itu, aku melakukannya karena teringat dengan kakak laki-lakiku.Sebagai catatan, aku punya saudara laki laki angkat yang beda lima tahun dariku. Allen Priscilla. Aku sangat merindukannya karena dia sedang bersekolah diluar negeri, sekarang kuliah mungkin? Sementara aku masih di Indonesia. Huhhhh aku kesepian sendirian dirumah...Kak Allen berada di New York melanjutkan studinya sement

DMCA.com Protection Status