"Iya, gue udah di depan klubnya." seorang gadis menatap bangunan di depannya malas. "Maaf ya, rencana kita harus gagal. Wildan nggak bisa dilepas sebentar, gue takut dia buat masalah ditengah-tengah proses shooting."
Menutup sambungan komunikasi, gadis dengan surai sepundak itu mulai berjalan mendekati pintu masuk yang dijaga ketat oleh seorang sekuriti.
"Maaf, identitasnya."
"Saya bukan artis, saya manajer salah satu artis yang ada di dalam. Rekan artisnya di dalam minta saya buat jemput karena dia sudah enggak sadarkan diri." jelasnya lancar dalam mengarang alasan.
"Bisa ditunjukkan dulu identitasnya?"
Tak ingin mempersulit urusan, gadis itu mengeluarkan apa yang diminta. Tak kurang kartu nama dari agensi tempatnya bekerja juga dikeluarkan untuk meyakinkan petugas keamanan di depannya.
"Bisa dipercepat, Pak? Saya sudah ditunggu."
Tak ada lagi alasan untuk menahan, gadis bernama Anatasya itu langsung menyerobot meski sang sekur
Apa yang lebih miris dari seorang polisi yang harus diinterogasi polisi lain karena sebuah insiden. Tio, Fajar, juga Sandy tengah mengalaminya. Berakhir dikantor polisi lain dengan laporan perusakan properti juga aksi penyerangan membuat mereka bertiga harus berakhir duduk dengan ditanyai oleh seorang polisi yang nampak sinis dengan alisnya yang tebal. "Bisa kalian bersikap kooperatif? Ikuti prosedur dengan baik dan jawab saja pertanyaan saya!" "Sudah saya bilang kami polisi?" "Dan bisa kalian buktikan omongan kalian tersebut?" tanya balik lelaki itu yang membuat ketiganya dibuat bungkam. "Membuat keributan di tempat orang dan melakukan penganiayaan, kalian berharap saya percaya kalau kalian polisi dengan kelakuan seperti itu?" Sandy yang menjadi juru bicara nampak geram namun lebih memilih bisu seperti dua orang rekannya yang lain. Percuma saja dia menjelaskan sepanjang apapun jika polisi itu tidak akan mau percaya dan membiarkan mereka menje
Kebiasaan seorang Jhonny tiap pagi saat bangun ialah mencari istrinya, tak mendapati Jessica di sebelahnya membuat lelaki itu langsung memanggil nama Jessica berulang kali seperti anak kecil kehilangan ibunya. Tak ayal panggilan yang lebih terkesan berteriak itu terdengar sampai di lantai bawah, tepat pada seorang wanita yang tengah sibuk berkutat di dapur. "Aku di bawah." balas wanita itu tak mengalihkan perhatian dari kegiatannya memasak sarapan. Tak lama sorang lelaki dengan rambut mengembang berantakan turun dengan wajah menekuk. Kaos santai dipadukan dengan boxer tidak memberi kesan seorang lelaki yang biasanya terlihat sangat tegas saat tengah memimpin operasi sebuah tim. Beralaskan sandal jepit yang sudah usang, kakinya membawa tubuh besar itu mendekat hingga berakhir duduk di bar stool dengan tenang memperhatikan istrinya. "Aku panggil kamu nggak sahut." "Aku tadi jawab." "Tapi aku nggak denger." balas pria itu tak mau kalah. "
Persimpangan gang di sebuah jalan sore itu tampak cukup lenggang, hanya ada seorang gadis yang berdiri menunggu kebosanan dengan kaki yang terus-terusan bergantian terangkat mencoba mengurangi rasa pegal karena sudah hampir setengah hari mengenakan sepatu bertumit tinggi. Matanya berkali-kali melirik ponsel sekedar mengecek waktu yang sudah berlalu sejak dia mulai menunggu. "Lima menit lagi nggak datang, gue buang juga itu orang ke kali." gerutunya sambil misuh-misuh. "Sayang, kamu udah nunggu lama?" Menoleh ke belakang, Bianca -wanita yang tengah menunggu tersebut- mendapati sosok misterius dengan hoodie juga masker yang menutupi wajahnya. Tak merasa ada orang lain yang bisa diduga sebagai sosok Rizal, alhasil kesimpulan sederhana terbentuk bila lelaki dengan pakaian serba tertutup itu ialah orang yang sedari tadi di tunggu. "Ini aku." tak kurang masker yang tengah dipakai sengaja dibuka berupaya meyakinkan sang kekasih. Rizal mencoba mendeka
Apa yang dilihat dari luar belum tentu sama dari dalam, setidaknya itu yang sering orang katakan sebagai arti dari istilah don't judge a book by its cover. Begitulah Eric atau sering di sapa Erika -lelaki gemulai setengah wanita- mengartikan peribahasa tersebut setelah terjun langsung sebagai manajer artis ternama ibu kota yang hobinya membuat sensasi. Saking seringnya berita yang berwara-wiri mengenai artis yang dinaungi, Erika harus siap menyediakan obat migren untuk mengatasi sakit kepala yang kerap kali datang tak diundang."Sialan, di kira gue patung pajangan yang harus stand by buat foto sama manusia kasta rendahan itu." umpat seorang wanita yang baru memasuki mobil."Kenapa sih, beb?" tanya Erik di kursi kemudi masih dengan aktivitasnya meratakan krim malam di wajah."Lagian orang tuh harusnya bersyukur masih punya fans, ini dese marah-marah kayak tante-tante mau menopause.""Apa lo bilang?"Eric tahu saat mata tajam itu meliriknya sinis den
Selama lebih dari hampir dua puluh delapan tahun usianya, Jhonny tidak pernah memiliki pacar sehingga tidak salah bila banyak orang mengolok-oloknya sebagai jomblo sedari lahir. Namun semua berbeda saat Jessica ada, wanita yang berstatus sebagai istri sekaligus pacarnya saat ini. Dari apa yang dipelajari mengenai kiat-kiat menjadi pacar idaman dan romantis, salah satu di antaranya menyebutkan bahwa seorang pacar idaman ialah pacar yang dapat diandalkan. Berpedoman pada hal tersebut, lelaki itu bergegas memacu mobilnya saat jam di ponsel sudah menunjukkan waktu pulang istrinya bekerja. Sepanjang perjalanan dalam rangka menjemput Jessica, lelaki itu berkali-kali menggigit jarinya gugup saat membayangkan reaksi Jessica, karena pada dasarnya keinginan untuk menjemput wanita itu bahkan tanpa melalui pemberitahuan terlebih dahulu alias spontan, berharap perhatian kecil yang coba diberikan bisa sedikit memberi makna untuk hubungan mereka. Namun mengesampingkan niat utama un
Setiap fase kehidupan memiliki tingkat kesulitan tersendiri, seiring berjalannya waktu semua rintangan akan terasa semakin berat namun setimpal dengan pengalaman yang diberi. Rasa tegang dan takut akan terganti dengan pencapaian dalam diri karena telah berhasil melewati kesulitan yang terasa mustahil untuk diatasi. Percayalah, hal itu akan terkenang dalam memori yang abadi.Dulu saat masih anak-anak jarum suntik menjadi ketakutan yang hakiki. Sensasi saat benda berujung lancip itu menembus kulit sangat dalam terasa bagai mimpi buruk tak terlupakan. Beranjak remaja, menunggu pengumuman hasil seleksi masuk perguruan tinggi menjadi satu momen yang tidak bisa dilupakan. Melihat hasil pengumuman yang menjadi salah satu penentu dalam menggapai mimpi masa depan seolah lebih menakutkan dari pada melihat langsung valak diseri film the Conjuring.Beranjak dewasa, seseorang akan merasakan dilema dengan kekhawatiran mengenai pernikahan dan segala hal yang ada di dalamnya. Se
Hari itu mendung, awan kumulonimbus dengan warna hitamnya sudah menyelimuti langit namun tidak menyurutkan seorang bocah berusia sembilan tahun untuk sekedar beranjak dari tempatnya karena hujan yang akan segera mengguyur. Seragam sekolah masih setia melekat ditubuhnya, ditambah sandal capit yang hanya dikenakan sebelah, juga luka di kepala yang masih diperban tak bisa untuk menggambarkan anak itu tengah baik-baik saja. Lambat laun, tetes demi tetes hujan mulai turun membasahi bumi, tak terkecuali anak yang sama yang hanya terdiam merenungi apa yang dialami. Semua masih terasa tak nyata dalam ingatannya, bagaimana keramaian para tetangga yang berkumpul di rumahnya dengan pakaian hitam, lalu tangisan adiknya yang sudah terdengar memilukan dari luar, ditambah pemandangan ibunya yang juga menangis dengan mata sembab. Awalnya dia masih tak mengerti dengan apa yang terjadi, sepatu sudah dia lepas sesuai ajaran sang ibu sebelum memasuki rumah lalu mendekati wanita yang melahirkann
Menjadi wanita karier dan seorang istri di saat yang bersamaan tidak pernah mudah. Jessica sadar statusnya sudah tidak lagi sendiri, ada sosok lain yang harus dia pikirkan selain dirinya sendiri. Namun terlepas dari itu semua Jessica mencoba untuk tetap bersikap rasional tentang apa yang mesti dan harus dia lakukan. Ada beberapa hal pribadi yang seharusnya disimpan sendiri, sebagai contoh dalam hal pekerjaan. Memiliki Jhonny sebagai pasangan bukan hal yang buruk, terlebih pemikiran lelaki itu tidak kolot mengenai pernikahan dengan pihak wanita yang hanya harus berdiam diri di rumah menjadi ibu rumah tangga. Mencampuradukkan masalah pekerjaan dengan urusan pribadi bukan hal baik, karena itu Jessica memilih bersikap abai mengenai ranah pekerjaan sang suami, termasuk urusan sang polisi dengan artis tidak tahu diri. "Bisa nggak...." seorang wanita yang berdiri tepat tak jauh dari meja kebesaran seorang General manager menggerutu tak habis pikir akan tingkah atasann
Arti Hidup bagi anak yang tidak beruntung seperti Winda tiada beda artinya dengan penderitaan, itu karena dunia yang selalu bekerja cukup kejam tanpa memilih korban dengan latar belakang yang malang. Berjuang sebagai kakak sekaligus orang tua untuk sang adik membuat wanita itu harus terus men-sugesti diri untuk harus tetap bertahan. Namun pada satu titik gadis itu pernah benar-benar dibuat kehilangan akal sehat saat satu-satunya orang yang menjadi alasannya tetap bertahan harus merenggang nyawa di ranjang pesakitan. Segala hal sudah coba Winda lakukan untuk mengembalikan kesehatan sang adik, bahkan dia tak ragu untuk menghalalkan segala cara bahkan sekalipun itu mencuri hak milik orang.Antonio -sang kekasih- yang memiliki watak keras menjadi orang tidak beruntung karena harus kehilangan uang dalam jumlah besar dalam semalam. Winda sadar tindakannya bisa mengundang hal yang tidak dinginkan, namun gadis itu tidak menyangka bila dia bisa tertangkap basah secepat itu ditambah de
Cahaya lembayung senja menembus dinding kaca sebuah kamar hotel di lantai yang cukup tinggi, sementara itu seorang wanita baru saja keluar dari pintu dengan bathrobe yang masih dikenakan dan rambut yang terbalut handuk. Langkahnya melambat mencoba menikmati pemandangan senja di tengah padatnya gedung-gedung bangunan kota metropolitan, sinar yang menghiasi langit menciptakan gradasi indah saat berpadu dengan warna biru cerah dan awan yang indah. Namun tidak untuk waktu yang lama sosok tersebut menikmati keindahan karya ciptaan tuhan tersebut, perhatiannya harus teralihkan saat suara pintu yang diketuk dari luar begitu menyita perhatian.Seorang wanita muda dengan seragam staff hotel menjadi sosok dibalik ketukan pintu. “Maaf mengganggu waktunya, Bu. Saya diminta menyerahkan barang yang dititipkan untuk diserahkan kepada Bu Jessica.” Ungkap gadis itu lalu menyerahkan beberapa paper bag berisi barang-barang.Jessica hanya menganggukkan kepala sekilas dan mener
Semua rencana sudah tersusun rapi, dan Jhonny yakin anggota timnya dapat bekerja dengan optimal memerankan setiap penyamaran. Sekalipun tidak mengantongi identitas dari target yang mereka kejar, dia tidak bisa berdiam diri saat seorang bandar besar yang sering menyuplai narkotika berkemungkinan tengah melakukan pertemuan. Sudah sedari lama mereka mengincar sang bandar namun pergerakan yang dilakukan bahkan tidak bisa diendus oleh pihak kepolisian. Si Hantu merupakan satu-satunya pengedar yang diharapkan memiliki cukup informasi mengenai dari mana asal-usul barang haram tersebut datang, meski yang bisa mereka dapatkan hanya informasi rancu terkait keberadaan sang penyuplai.Tidak seperti ambisinya yang membara untuk menangkap sang pengedar, saat ini polisi tersebut justru harus menundukkan kepala menerima setiap umpatan dan sumpah serapah dari seorang pria berjas hitam karena mendapati bumper mobilnya hancur berantakan. Kerah seragam yang dikenakan bahkan sudah di cengkeram se
Sebagaimana perintah sang ketua tim yang memintanya untuk menyelidiki keberadaan pria mencurigakan yang dikawal beberapa orang, Ajun melaksanakan perintah tersebut dengan sigap. Sekalipun sang polisi yang tengah melakukan penyamaran sebagai staf keamanan tidak melihat orang yang dimaksud kepala timnya, namun Ajun tidak kehabisan akal untuk mencari jejak sosok tersebut melalui rekaman CCTV. Ruang kendali keamanan tampak senggang dengan hanya diisi seorang pria sebelum Ajun ikut bergabung di dalamnya dan menyapa.“Malam, Bang.” Sapa sang polisi ramah.“Hah? Oh malam. Elo…?”“Saya Ajun, pegawai baru di sini.” Ucap pemuda itu memperkenalkan diri.“Gue Septa, semoga betah kerja disini ya.” balas sang pria menyambut jabat tangan. “Omong-omong ada urusan apa ke sini?”“Saya dapat keluhan perihal orang mencurigakan, jadi diminta buat lihat CCTV.”“Oh, ya? Perasaan d
Hidup dengan golden spon sejak lahir membuat Tio terbiasa dengan kebiasaan kehidupan mewah, ada saat dalam fase hidupnya dimana Tio menjadi sosok yang menyebalkan dengan mengagungkan uang dan ketenaran di atas segala-gala hal. Hingga di satu titik pemuda itu menemukan titik pencerahan yang membuatnya berubah menjadi pemuda bertanggung jawab dan tentunya tampan. Entah berkah atau kesialan, Tio yang sibuk mengantarkan minuman ke berbagai orang dengan mata yang sibuk melakukan pengawasan tanpa sengaja menemukan satu sosok yang menjadi penyebab seorang Tio remaja berubah hingga jadi seperti sekarang. Anatasya, entah apa yang gadis itu lakukan di tempat seperti ini dengan seragam yang sama dengan yang tengah Tio kenakan. Sekalipun ada pepatah jodoh tidak akan ke mana dan pakaian mereka yang terkesan couple sekalipun tanpa terencana, hanya saja Tio tetap tidak menyukai melihat gadis itu harus sibuk bersusah payah mengantarkan minuman dan camilan sebagai pramusaji. Tio bersyukur bisa dipert
Suara ketukan di pintu sukses membuat seorang di dalam ruangan langsung menunjukkan sosoknya dengan membuka pintu tersebut lebar-lebar. Senyum formalitas sudah terpatri dari seorang pria yang memakai seragam hotel untuk menyapa tamu yang tengah menginap di kamar tersebut. “Selamat malam, saya dari pihak pelayanan kamar menerima keluhan mengenai air panas shower kamar mandi yang tidak berfungsi?” tanya pria itu sopan. “Iya, Mas. Tolong segera diperbaiki, ya.” Sandy yang tengah melakukan penyamaran hanya mengangguk pelan, pemuda itu segera bergegas melakukan tugasnya setelah dipersilakan. Kamar hotel yang hanya ditinggali seorang wanita tanpa adanya tanda-tanda sosok lain, kerapian yang terjaga membuat Sandy lebih gampang melakukan pemindaian hingga mencapai satu kesimpulan bila kamar tersebut tidak terdapat aktivitas pengedaran narkoba. Tidak menunggu lebih lama, Sandy segera memeriksa sumber masalah yan membuat penghuni kamar tersebut menyampaikan keluhan. Tidak butuh usaha ekstra
Hari itu aktivitas di sebuah hotel dipusat kota tampak lebih sibuk dengan para staff-nya yang sibuk menyelesaikan pekerjaan untuk mempersiapkan sebuah acara perusahaan yang akan di helat di aula hotel tersebut. Di antara kesibukan para pegawai, seorang wanita yang barus saja turun dari taksi menyeret kopernya menuju meja resepsionis. Sapaan hangat dan keramahan didapatkan saat wanita tersebut berniat memesan kamar, namun tidak seperti pertanyaan standar seorang resepsionis yang melayani customer, gadis yang berjaga di belakang meja tersebut sedikit penasaran melihat salah satu atasan mereka berniat menginap dengan membawa koper besar. Jessica, sekalipun wanita itu mencoba mengelabuhi pegawai yang bekerja di tempat yang sama hanya dengan mengenakan kacamata besar yang membingkai matanya, lirikan penasaran yang di dapatkan sejak melangkahkan kaki ke lobby hotel sudah cukup untuk menjelaskan bahwa penyamarannya masih kurang. Namun menyamar dan menutupi identitas bukanlah tujuan utama, wa
Pukul tujuh malam, hampir empat jam dia habiskan dengan terjebak bersama para suami di komplek Indah Permai. Empat jam yang seharusnya bisa dipakai dengan lebih baik dari pada sekedar mengobrol dengan topik mengeluhkan tingkah dari para istri yang kerap di luar nalar. Beruntungnya kebanyakan para istri yang juga ikut untuk menjenguk sudah lebih dulu pamit pulang, begitupun dengan Jessica yang tega meninggalkannya sendirian dan terjebak dengan para suami yang bergosip. “Baru pulang?” Memasuki ruang tengah, sebuah suara terdengar menyapa dengan kalimat pertanyaan retoris. Entahlah, sekalipun Jhonny tidak menyukai berbasa-basi dan menjawab pertanyaan yang sudah jelas jawabannya, hanya saja dia tetap menyukai saat Jessica yang bertanya. “Hmm…” balasnya bergumam dan memilih untuk duduk di sofa panjang. “Home sweet home. Memang nggak ada yang lebih nyaman dari rumah sendiri.” Melepas penat dengan bersantai sejenak membuat sang polisi tanpa sadar hampir terlelap dalam bunga tidur, sampai
Manusia tidak bisa lepas dari kodratnya sebagai makhluk sosial, begitupun dengan Jhonny dan Jessica yang harus hidup membaur dan bersosialisasi dengan para tetangga yang juga tinggal di komplek yang sama. Komplek Indah Permai merupakan sebuah komplek perumahan di pinggir kota dengan para penghuninya yang memiliki berbagai macam karakter berbeda. Seperti yang sudah dijanjikan pada Jessica dengan menyanggupi permintaan sang istri untuk menjemput pulang, dengan wajah riang Jhonny bahkan tidak ragu untuk segera pulang tanpa menghiraukan sorot heran yang ditunjukkan beberapa orang. Beberapa sapaan dari rekan yang kebetulan berpapasan bahkan hanya dibalas sambil lalu oleh polisi itu. Sore itu terasa lebih istimewa dari pada hari lainnya, kerisauan tidak berdasar yang selama ini terus memenuhi pikirannya mengenai kemandirian Jessica yang berlebihan sedikit menemukan titik pencerahan. Mungkin sedari awal tidak pernah ada riak yang mengguncang rumah tangganya yang damai seperti danau, karena t