Kediaman Niko Wijaya
Suara deru mesin sedan putih berhenti di depan pintu sebuah rumah megah dan mewah. Ya, apalagi kalau bukan kediaman Niko Wijaya, sang bos flamboyan yang tampan, berkharisma, ayah dari wanita cantik, Nathania Diandra Wijaya dan seorang istri yang super cantik, Daniella Wijaya. Sang mama pun telah menyambut putri tercinta yang ditemani oleh Dion turun dari sedan milik Dion. Dengan wajah berseri bahagia, mama menyambut anaknya dengan sukacita layaknya tak pernah bertemu. Dion hanya tersenyum melihat tingkah ibu dan anak yang super gaul ini.
"Selamat malam, Tante," sapa Dion membungkukkan setengah badannya.
"Eh, malam Dion. Gimana kabar kamu? Udah lama banget ya kita ga ketemu ... gimana kabar kedua orang tua kamu? Mereka masih di Perancis apa udah balik ke Indo?" rentet tanya sang mama.
"Hmmm ... mulai deh mode keponya," celetuk Tania dengan wajah jeleknya.
"Kamu tuh, ya, Mama jelas aja kepo. Orang tua Dion kan temen baik Mama se
Kepergian Tania membuat Andre sangat menyesali perbuatannya. Malam itu menjadi malam yang tak 'kan mungkin dilupakan olehnya seumur hidupnya. Ingin rasanya dia menahan sang istri pergi meninggalkannya, namun ia tahu akan kesalahan yang telah dilakukan dan tak ingin membuat Tania semakin membencinya. Dengan hati dan rasa yang berat, mau tak mau mulutnya harus mengucap kata 'SETUJU' atas kepergian Tania.****Kafe Villo"Kau tak apa, Nona Tania?" tanya Alex melihat keadaan Tania yang membuat dirinya khawatir."Tania,""Apa?""Panggil saja aku Tania, seperti.yang kau ucap ketika bertemu dia," sahut Tania dengan suara pelan."Oh, okay. Tapi, are you sure, you are fine?" tanya Alex sekali lagi untuk memastikan.Tania kemudian melihat mata Alex dengan lekat. Mata sang elang bertemu dengan mata lautan teduh milik Alex. Sungguh perpaduan yang serasi dan cocok. Namun, mata elang itu kini sayu, pilu, dan seperti kehilangan hidup. Tania kembali m
FlashbackKediaman DionSebuah balkon berukuran sedang dengan sebuah bangku dan meja kecil warna putih tampak sedang diduduki oleh seorang pria bercelana pendek warna biru dan kaos warna senada bertuliskan 'Goodbye' dengan garis-garis putih pada tulisan itu. Secangkir kopi espresso kental menjadi teman sang laki-laki itu dalam kesunyiannya. Tampak sebuah canvas, bingkai, kuas dan beberapa cat air serta sebuah foto tergeletak berantakan di tempat itu. Tangan laki-laki itu pun tampak penuh dengan bekas cat air, matanya lurus menuju ke depan pelatarab rumahnya yang minimalis, tampak sinar bulan dan bintang begitu jelas terlihat dari balkon rumahnya. Semilir angin yang berhembus menambah kesepian yang dirasakan oleh laki-laki itu, Dionysius Theodore atau sering disapa Dion.Pikirannya melayang mengingat sikapnya pada Tania hari ini. Mengapa ia sampai berbuat hal seperti itu ... mengapa ia langsung melepaskan tangan wanita yang sangat dicintainya dengan mudahnya ... men
Sheremetyevo Intl. Airport, RusiaJam telah menunjukkan pukul 7 malam waktu Rusia. Perjalanan uang ditempuh oleh Tania dan sang papa selama hampir 15 jam membuat mereka kelelaham hingg tak ada keinginan lagi untuk menikmati keindahan kota Moskow di malam hari. Cuaca begitu dingin hingga menusuk ke tulang paling dalam, pakaian yang dikenakan oleh Tania dan sang papa pun tak mampu menghalau rasa dingin yang begitu ekstrem. Maklum, perbedaan suhu serta cuaca membuat Tania sedikit terkejut ditambah dengan jetlag karena lamanya perjalanan.Setelah mereka melewati metal detector, Tania mengambil koper dan juga lukisannya, sementara papa terlihat tengah menerima telepon dari seseorang. Tak lama kemudian, papa menghampiri Tania yang sedang berdiri melihat lalu lalabg keramaian dan kemegahan bandara milik Rusia itu."Ayo, Sayang. Seseorang sudah menunggu kita." Papa merangkul bahu Tania dan dengan trolly penumpang, mereka berdua berjalan keluar pintu kedatangan bandar
Lotte Hotel MoscowTok ... tok ... tokSuara ketukan pintu membangunkan Tania yang masih tertidur dengan pulas."Tania ... Tania ... Tania ..." samar-samar seseorang sedang memanggil namanya. Sedikit demi sedikit kelopak matanya terbuka walaupun belum sempurna. Tangannya meraba-raba bantal yang ada di sebelahnya, berusaha menemukan ponsel yang ia letakkan entah di mana.Suara ketukan pintu lagi dan lagi terdengar, kali ini suara seorang wanita yang tak lain adalah Yuri sedang memanggil namanya."Nona Tania ... Nona Tania," panggil Yuri dari luar kamarnya."Kurasa dia belum bangun, Nona Yuri. Apa Tuan Lexi telah tiba di Rusia?" tanya Niko yang berdiri di sebelah Yuri."Sudah, Tuan. Dan beliau ingin bertemu dengan Anda dan juga Nona Tania sekaligus beliau ingin melihat hasil lukisan Nona Tania," jelas wanita pirang itu.Tak lama, Tania membukakan pintu kamarnya dan terlihat masih memakai piyama warna putih dengan mata yang masih belum te
Kantor Lexi Czar ExpeditionLexi yang telah selesai menjamu Tania dan papanya, Niko Wijaya langsung bergegas menuju ke kantor. Tak lupa, dia juga mengajak keduanya untuk datang guna membicarakan lukisan yang akan diserahkan sebagai hadiah pada saat acara malam nanti.Ketiganya kini telah tiba di kantor sang CEO, petugas keamanan segera membukakan pintu bagi si empunya kantor. Yuri tak lama kemudian turun dan membukakan pintu bagi Tania, sementara sang papah telah lebih dulu keluar dari mobil. Suasana di kantor pusat Lexi Czar Expedition sangat ramai, maklum ... perusahaan ekspediei yang dimiliki oleh Lexi menguasai hampir 95% pasar pengiriman barang-barang dari luar dan dalam Rusia, sehingga tak mengherankan jika semboyan perusahaan Lexi "tiada hari tanpa mengepak".Setibanya mereka di kantor Lexi, para karyawan mulai dari yang paling rendah hingga mereka yang menduduki posisi penting menyambut kedatangan sang CEO. Wanita-wanita cantik serta para pria tampan
Lotte Hotel MoscowPukul 7 tepat jam dinding telah menunjukkan waktunya. Tania yang berada di tempat dia menginap berserta sang papa akan bersiap menghadiri acara amal dan pertukaran kebudayaan antara pemerintah Indonesia dan Rusia. Tania tampil begitu cantik dan memukau dengan gaun pesta warna biru gelap bertema musim dingin serta aksesoris cincin berlian dan riasan yang alami membuat kecantikannya terpancar. Kulit yang putih, mata elang coklatnya serta tubuh bak model membuat Tania hpir mirip seperti puteri-puteri di negeri dongeng.Sesaat kemudian, suara ketukan pintu menyambangi kamar Tania yang tak dijaga oleh pengawal Lexi. Tania yang sedang merias wajahnya sekali lagi tak segera membukakan pintu sehingga membuat pintu kamarnya diketuk sekali lagi."Siapa?" tanya Tania memoles bibirnya dengan lipstik merah menyala."Sayang, ini Papah. Apa kau sudah selesai?"Mengetahui bahwa orang yang mengetuk pintu kamarnya adalah sang papa, Tania bergegas menuj
Museum State Hermitage, St. Petersburg, RusiaSuara gemerisik sepatu pantopel yang menyatu dengan lantai marmer Museum State Hermitage sangat nyaring terdengar memenuhi seluruh ruangan. Suara sepatu seorang laki-laki yang berjalan dengan langkah cepat seraya menyelorohkan matanya ke tiap sudut Museum tertua di dunia itu."Tuan Lexi, apakah Anda melihat Tania?" Niko menunjukkan ekspresi cemasnya."Ada apa dengan Nona Tania, Tuan Niko?"tanya Lexi penasaran."Aku hanya tanya saja, Tuan Lexi karena dia belum pernah ke tempat ini, jadi aku takut ....""Dia tersasar." Niko kemudian tertawa lebar."Hahaha ... Anda benar. Yah, bagaimanapun juga dia adalah permata berhargaku, Tuan Lexi." Niko menepuk bahu kanan sang kurator pelan."Speaking about jewelry, Tuan Niko ... apakah Anda bisa merancang perhiasan yang sama seperti putri Anda kenakan hari ini?" tanya Lexi menghentikan langkahnya di jendela dekat taman Museum State Hermitage."Tentu saja
Dr. Zhivago RestaurantWaktu telah menunjukkan pukul 10 malam, namun suasana semakin meriah dan restoran yang mereka datangi pun semakin ramai. Tania dan Lexi yang telah selesai makan malam segera meninggalkan restoran tersebut. Udara dingin benar-benar menusuk tulang hingga terasa ngilu, Tania yang memakai gaun terbuka mulai merasakan udara dingin merasuki tubuh sintalnya. Kali ini, kedua tangannya mengusap-usap lengannya tanpa berhenti. Lexi yang mengetahui hal itu, langsung memberikan jas putihnya dan memakaikannya pada Tania. Namun, naas bagi seorang Richard Lexi hari itu. Tak disangka dan diduga, seorang paparazzi yang menyamar menjadi pejalan kaki mengetahui dirinya dan langsung mengambil ponsel yang dimiliki paparazzi itu kemudian mengambil gambarnya.Tania yang masih terkejut dengan sikap Lexi hanya bisa terdiam, tertegun dan menerima jas miliknya dengan pasrah. Sekitar 5 menit kemudian, mobil Mercy warna hitam milik Lexi telah tiba di depan pintu keluar re
Tania yang tak tahan lagi menunggu Lexi terlalu lama di kamar yang sunyi memutuskan untuk segera mencari laki-laki itu. Derap langkah yang dibuat sepelan mungkin dan netra yang was-was membuat detak jantung Tania memompa adrenalin yang kuat dan kencang, bak olahraga ekstrem. Tak lama tepat di depan netranya, siluet seorang wanita bergaun pengantin dan pria berjas abu-abu serta pria yang sedang duduk membelakanginya tampak di depannya. Sambil berdetak dan berdegup kencang, Tania memberanikan diri mendekati ketiga siluet itu dan ternyata ...."Lexi!!" serunya bersuara sedikit kencang.Tak pelak, Eva yang sedang bicara dengan Lexi dalam keadaan emosi mengalihkan netranya pada Tania yang berdiri tak jauh di belakang Lexi, dan ....DORRRRR!!DORRRRR!!DORRRRR!!"Ahhhh!!" Tania teriak kencang karena tembakan proyektil yang dilepaskan Eva tepat mengenai lukisan yang ada di sebelah Tania! Membuat Tania membelalakkan netranya bulat dan lebar!"TANIA!
Villa Keluarga HendrikovaDi sudut salah satu ruangan yang remang hampir gelap, Tania dan Lexi tengah bersembunyi dari kejaran Eva dan ayahnya, Joni Pedrova Medyedev. Emosi yang tengah di puncak, membuat Eva dan sang ayah kalap dan membabi buta menghancurkan isi dari villa milik keturunan Dinasti Romanov tersebut."Aku takut, Lexi!" Tania sembunyi di dada bidang milik Lexi yang lebar."Jangan takut, aku di sini. Aku akan selalu melindungimu." Ucap Lexi mengecup kening Tania mesra."Tapi, kau dan Eva dulu ..." Tania ragu dengan ucapannya."Dulu ya dulu! Sekarang ya sekarang! Aku bukan orang yang memandang ke belakang, apa yang ada di hadapanku sekarang, itulah yang akan kupikirkan!" tegas pemilik netra hijau Altai itu menatap Tania."Aku hanya ..." Tania membenamkan kepalanya dalam pelukan dekapan hangat sang serigala."Ssssttt, jangan berisik! Kau tetaplah di sini, aku akan pergi menemui mereka." Ucap Lexi mendorong lembut tubuh kelinci yang
"Kau tak punya hak untuk bicara seperti itu, Lexi!"Seorang wanita turun dari jeep hitam tak jauh dari mereka. "A--Anda," Tania terkejut karena Maria, sang ibunda Lexi ada di sana. "Bantu Nona Eva!" perintah Maria pada pengawalnya."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" tanya Lexi yang tampaknya tak terkejut."Tak usah basa basi Lexi!" Maria menyipitkan tajam matanya ke arah Tania yang masih berada di dekapan Lexi dan seorang pria yang tersungkur di tanah"Siapa kau?" tanya Maria pada Andre."Saya suami sah dari wanita yang sedang berada di pelukan anak Anda. Namaku Andre." Jelasnya sambil membersihkan noda darah di mulutnya."Jadi kau suami Nona Tania? Bawa dia pergi dari sini! Putraku akan menikah dengan wanita ini!" Maria menunjuk Eva."Memang itulah yang akan saya lakukan, Nyonya. Tapi putra Anda ..." Andre kemudian berdiri dan menatap netra Lexi tajam. "Putra Anda telah menjadi parasit dalam pernikahan kami!""Tutup mulutmu! Kau t
"Hentikan!" suara lantang seorang wanita terdengar dari dalam kediaman Medyedev.Netra Andre membelalak ketika mengetahui siapa wanita yang baru saja mengeluarkan suara lantang itu. "Kau, E-Eva?""Hahahaha, akhirnya kau datang juga Andre. Bagaimana kabarmu? Apa kau sudah menerima paket cantik yang kukirim untukmu?" seringai Eva dengan cibiran."Wanita brengsek! Apa yang kau inginkan? Bukankah sudah cukup kau dengan menghancurkan Lexi, kenapa kau seret Tania ke dalam masalah pribadimu?" Andre tak dapat melihat Eva dengan tatapan datar. Netra laki-laki itu terus saja menyipitkan mata tajamnya ke arah wanita bergaun pengantin di depannya."Kau salah! Justru karena istri bodohmu itu yang berani-beraninya menggoda dan mengambil Lexi dariku! Harusnya aku yang bersama dengan Lexi dan bukan dia! Aku yang seharusnya menyandang kekasihnya dan bukan istrimu!" teriak Eva."A--apa? Kekasih?" Andre terperangah."Hahahah, suami macam apa yang tak mengetahu
Kedatangan Andre ke kantor Lexi membuatnya terkejut sekaligus kesal. Dengan memasang senyum penuh kepalsuan, Lexi tersenyum selayaknya tuan rumah yang menyambut kedatangan tamu."Silakan duduk, Tuan Andre." Lexi membuka tangannya dan mempersilakan Andre duduk di kursi yang ada di depannya."Cukup basa basimu, Tuann Richard Lexi! Di mana Tania?" Andre mulai tersulut emosi."Apa? Tania? Apa maksud Anda, Tuan Andre?"Andre yang sedang panas langsung memberikan pukulan keras di wajah Lexi hingga ia tersungkur jatuh di karpet ruangannya."Kutanya sekali lagi, di mana kau sembunyikan Tania!? Apa kau masih mengelak juga, hah! Laki-laki keparat! Berapa banyak hal lagi yang akan kau bohongi soal identitasmu pada Tania, hah!" Andre menarik kerah Lexi yang tersungkur dan berteriak padanya."Get off your dirty hands of me! Aku tak perlu menjawab pertanyaanmu, Tuan Andre! Dan Tania, kenapa Anda masih peduli padanya? Bukankah kalian akan bercerai?"
Sheremetyevo Int. AirportAndre langsung terbang ke negeri Beruang Merah saat dirinya dikirimi foto-foto mesra Tania dan Lexi. Tanpa membuang waktu, dia segera menaiki taksi bandara dan pergi ke Museum Hermitage, tempat Lexi bekerja. Rasa cemas, khawatir dan takut menyelimuti relung hati pria bermata seksi itu. Sesekali dia melihat ponselnya dan ingin mencoba menghubungi Tania namun berkali-kali pula ia urung melakukannya."Thank you, Sir." Ucap Andre turun dari taksi yang membawanya.Matanya menyeloroh melihat bangunan indah itu masih sama dengan yang ia lihat ketika beberapa bulan yang lalu Andre datang pertama kali ke tempat itu. Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam museum itu dan memutar balik netra dan retinanya, menyeloroh, meringsek ke semua sudut ruangan Museum Hermitage, namun tak jua membuahkan hasil. Putus asa, Andre menanyakan keberadaan Lexi dengan salah satu petugas keamana tempat itu dan begitu terkejutnya Andre ketika ia mengetahui bahwa Lexi seb
"Kurasa ini bukan jalan menuju kediaman Lexi. Sebenarnya kita mau ke mana?" Tania mulai curiga dengan sang pria tersebut yang terlihat menyeringai dari balik spion mobilnya."Kita akan sampai Nona sebentar lagi." Ucap pria tersebut kemudian tak lama membelokkan mobil yang mereka kendarai ke sebuah gudang gelap dan sunyi."T--tempat apa ini? Siapa kau sebenarnya?" Tania mulai ketakutan."Silakan berteriak! Tak ada satu pun yang akan mendengar atau menolongmu, hahahha." Pria itu menodongkan senjata api tepat di wajah Tania dan memaksa Tania turun dari mobilnya."Cepat jalan!" ucap pria itu mendorong kasar tubuh Tania."Siapa yang menyuruhmu? Apa Nyonya Besar yang memintamu melakukan ini?" tanya Tania seraya berjalan masuk ke gudang itu dan memgangkat tangannya."Nyonya Besar? Hahahha, nanti Anda tahu sendiri siapa yang telah menunggu Anda di dalam."Seorang wanita mengenakan long-coat warna coklat gelap, sepatu boots, serta kacamata hita
Eva memberikan sebuah amplop coklat yang berisi foto Tania pada seorang pria pembunuh berdarah dingin yang telah lama bekerja untuk keluarga Hendrikova. Pria itu dengan senyum dinginnya kemudian berkata, "Anda ingin saya menghabisi nyawa wamita cantik ini?""Kenapa? Masalah?"tanya Eva dengan dingin."Tidak. Tapi menurutku sayang sekali jika dia harus dihabisi! Setidaknya, biarkan aku 'bermain' sebentar dengannya." Seringai pria yang lebih mirip orang Asia itu."Whatever! You can have her after that ... kill her!!" ucap Eva dengan netra tajam."Ok, no problem." Sahut sang pri itu menganggukkan kepalanya."Aku berikan padamu informasi di dalamnya tentang 'paket' mu. Aku ingin semuanya berjalan alami, tak ada jejak, tak ada cacat! Apa kau mengerti!?""Tenang saja, Nona Eva. Bukankah Anda juga tahu sudah berapa lama saya mengabdi untuk keluarga Medyedev ""Bukan urusanku! Dan sebaiknya segera kau kerjakan apa yang aku perintahkan!" E
Kediaman Keluarga MedyedevPRANGPRANGPRANGSuara barang pecah belah yang dibanting dengan keras dari ruang makan keluarga Medyedev membuat para asisten rumah tangga di keluarga milyuner itu menjadi takut, panik namun juga khawatir dengan keadaan nona mereka, Eva Laika. Tak ada satu pun dari mereka yang berani mendekati ruang makan yang saat ini hampur seperti ruang sampah! Piring dan gelas yang dipecahkan oleh nona besar mereka membuat serpihan-serpihan dari barang pecah belah tersebut berhamburan memenuhi ruang makan."No--Nona Besar, sadarlah ... sadarlah Nona Besar, jangan menyakiti diri sendiri," ucap kepala asisten rumah tangga Hendrikova."DIAM! DIAM SEMUANYA! JANGAN ADA YANG IKUT CAMPUR!" teriak Eva dengan wajah lusuh, gaun yang tak lagi rapi dan terlihat mahal serta rambut yang acak-acakan."Aku salah apa, Lexi? Kenapa kau perlakukan aku seperti ini? Kenapa kau tak pernah melihat ketulusanku mencintaimu!!!" teriak Eva