Karina Jung; gadis itu sedang gelisah karena tidak biasanya Mark susah dihubungi. Hari ini sudah genap seminggu pemuda itu jarang menemuinya.
"Coba kau tenang. Kau sudah menelepon rumahnya atau Ibunya?" tanya Giselle.
Karina mengangguk satu kali. "Aku sudah menghubungi ponsel Ibunya, telepon rumah bahkan semua teman-teman Mark yang aku tahu," sahutnya.
"Mungkin Mark sedang ada urusan atau ponselnya habis baterai?" ucap Giselle asal menebak.
Karina tetap khawatir. "Tapi akhir-akhir ini Mark sangat jarang menghubungiku. Aku khawatir padanya."
"Aku mengerti Na, ya sudah lebih baik kita tidur saja. Kau harus istirahat. Aku tahu kau telah berusaha tegar atas kejadian hari ini," ucap Gisel
Aku tidak berjalan di depanmu, bukan juga berjalan di belakangmu. Tapi aku berjalan di sampingmu, mendoakanmu dan bersedia berjuang bersamamu. Jangan lepaskan genggamanmu yang telah ada padaku.***"Aigooo, Mark! Kau ke mana saja selama ini? Kau tidak tahu, aku sangat merindukanmu!" pekik Karina setelah melihat siapa yang berdiri di depan pintu rumahnya.Karina memeluk Mark dengan sangat erat dan cukup lama. Hingga lelaki itu meregangkan pelukannya."Aku ke mana? Aku ada di depanmu sekarang," jawab Mark dan tersenyum sangat manis.Karina pun mengapit lengan Mark. "Ayo masuk ke dalam, aku ingin mendengar cerita darimu selama menghilang."
Waktu akan membuatku lupa, tapi apa yang aku tulis akan membantu membuatku mengingat.***"Mark, kau menangis?" tanya Karina karena merasakan tubuh Mark yang sedikit bergetar."Ani. Aku tidak menangis. Hanya saja, luka di pipiku sangat sakit. Ternyata Jeno hebat juga," sahut Mark sedikit meringis.Karina menggeleng cepat. "Tidak. Kau jauh lebih hebat. Sudah, jangan seperti anak kecil, akan kuobati nanti di rumah," ucapnya."Gomawo," sahut Mark. Aku sangat menyayangimu. Mark mengusap pelan rambut Karina dan mulai melajukan mobilnya.Sesampainya di rumah Karina, gadis itu langsung mengambil kotak P3K untuk m
Kaubilangmencintaikutapihanya karenajarakdenganmudahnyakaumencampakanku.***Lee Jeno terlihat melakukan rutinitasnya setiap pagi, yaitu mengunjungi taman dekat komplek rumahnya. Ada alasan kenapa Jeno selalu mengunjungi taman tersebut, lebih tepatnya hanya diam berdiri dan menatap bangku di antara dua pohon yang berada di taman.Tempat itu adalah tempat terakhir di mana kisah masa lalu Jeno berjalan. Tapi, ada yang berbeda saat itu. Jeno tidak sengaja melihat seseorang yang sedang menatapnya seperti orang ketakutan dan berlari begitu saja.---
"Hai Na. Sudah pulang? Ayo berangkat. Kita harusfittingbaju pertunangan untuk lusa," ajak seseorang.Karina mengangguk. "Heum, ayo."Seorang pria mengenakan kaos putih ditutupi dengancoatberwarna hitam, tidak lupa dengan kacamata, bernama lengkap Hwang Hyunjin. Ia sedang menjemput kekasihnya yang sebentar lagi akan berubah status menjadi tunangan.Hyunjin sudah berkuliah, sedangkan Karina masih duduk di bangku sekolah tingkat senior. Usia mereka hanya terpaut 2 tahun. Mereka pun menuju salah satu mobil yang terparkir di parkiran sekolah."Kau ingin makan atau langsung ke butik?" tanya Hyunjin sambil menyetir."Langsung saja. Kita bisa makan b
Tuhan mengirim aku bukan untuk menyakitimu. Meskipun pada akhirnya bukan aku yang mampu membahagiakanmu.***Giselle dan Chenle sedang berada di sebuah Kafe. Mereka akan membahas apa yang Chenle dapatkan dari hasil intaiannya terhadap Mark."Jadi bagaimana? Apa yang kau dapat dari mengikuti Mark tempo hari?" tanya Giselle.Chenle menyeruputcoffee-nya, lalu menjawab pertanyaan Giselle. "Aku sudah mendengarkan semua penjelasan dari Mark..." Ia manaruh gelasnya, "bahwa semua kecurigaan kita selama ini benar. Mark sangat mengenal Winter, karena mereka —berstatus saudara sepupu."Giselle tersentak kaget, ternyata yang ia duga selama ini benar, Mark ada kaitan
... adalah hati, sesuatu yang tak bisa aku kendalikan. Ia yang tidak bisa aku perintah seperti tubuh yang lainnya, ia yang tidak bisa aku atur untuk jatuh cinta kepada siapa.***Di kediaman keluarga Lee.Dua hari setelah Jeno menyatakan perasaannya pada Karina.Di kamar Hendery, ia sedang mengernyitkan dahinya karena bingung sekaligus aneh melihat adik satu-satunya itu tersenyum sendirian. Padahal ia sedang menonton film dengan adegan sedih. Aneh bukan?"Ada apa dengannya?" gumam Hendery.Hendery mencoba untuk mengagetkan Jeno dengan melemparkan bantal sofa ke wajah adiknya itu. --bantal terlempar-- "Ya!" sentak J
Penyesalan yang akan kau sesali selama hidupmu adalah, kau tidak pernah mengatakan bahwa kau mencintai dirinya ketika dia masih bersamamu, jika ia sudah tak bersamamu yang tersisa hanyalah sebuah kenangan.***"Kak, kau sudah se—" ucapan Jisung terhenti karena Karina tidak ada di depan rumah.Jisung bingung ke mana Karina pergi dan siapa yang kakaknya temui tadi. Saat Jisung hendak berbalik menuju ruang keluarga, langkahnya terhenti karena suara ponsel yang sangat ia kenal.Iya, itu bunyi suara dari ponselnya. Ia pun mengambil ponsel tersebut. Kenapa ponselku di tinggal di depan pintu? Ke mana Kak Karina? batin Jisung.Dan tertera di ponsel nama seseorang yang Jisung k
Dia tahu segalanya tentangmu. Tapi kau terlalu sibuk dengan apa yang kau sukai. Dia telah memberikanmu waktu tapi kau tetap tidak menyadarinya.***Seorang wanita dengan pakaian minimnya menghampiri Karina yang sedang duduk meringkuk dengan tangan diikat dan mata ditutup menggunakan penutup mata. Jangan lupakan mulutnya yang dibungkam dengan kain sehingga ia susah untuk berbicara.Wanita dengan pakaian minim itu adalah Winter Kim.Winter memberikan perintah melalui gerakan matanya pada orang suruhannya. Orang-orang itu membuat Karina berdiri dan duduk di kursi yang ada di dekatnya.Wanita licik itu menghampiri Karina dan membuka ikatan di mata gadis itu. Sehingga Karina pun