Ramai, itu kata yang tepat untuk menggambarkan suasana di kelas Anne.
Anne menghela nafasnya, jari jemari nya sibuk mengetik sesuatu di layar ponselnya."Anne," panggil teman sebangkunya.
Namun Anne tak menggubrisnya, ia masih fokus pada layar ponsel. Melihat Anne tidak menanggapinya, Naya pun menepuk pundak Anne.
"Anne!"
Anne tersentak, ia pun segera menoleh pada Naya, dengan ekspresi bingung dan kaget.
"Eh, kenapa Nay? Maaf tadi gue gak denger, rame banget soalnya," kata Anne.
Naya mengerti, "Tugas seni menyanyi bahasa Inggris gimana? Lo udah punya kelompok?"
Anne menggeleng, membuat Naya menghela nafasnya pelan.
"Emang ya, seorang Jeanne Clarissa gak bakal mau bergabung sebelum diajak! Ya udah gini aja, lo masuk kelompok gue ya," kata Naya.
Anne mengangguk, "Makasih Naya, eh tapi, kelompok kita siapa aja?"
"Gue, lo, Lucas, Ryan, sama Emilly," jawab Naya.
"Loh, cuma ber-lima? Kan harusnya ber-enam ya?" tanya Anne.
"Nah, maka dari itu, tugas lo mencari satu orang lagi buat masuk ke kelompok kita! Tapi usahakan yang bisa main gitar ya, biar gak jadi beban kayak Ryan tuh," kata Naya.
Ryan yang duduk dikursi depan Naya pun melirik, matanya menatap tajam Naya, membuat Naya tertawa garing.
Anne terdiam, entah kenapa tiba-tiba Anne teringat seseorang. Anne mengedarkan pandangannya ke kursi yang berada di pojok ruangan. Kursi itu milik Sam, pria yang tidak pernah berinteraksi dengannya dari awal pertama masuk ke sekolah. Sekarang Anne kelas 11 SMA, sudah 2 tahun ia dan Sam berada dikelas yang sama, namun keduanya tidak pernah mengobrol bahkan untuk sekedar menegur atau menyapa.
"Apa gue ajak Sam aja kali ya? Pasti dia gak punya kelompok," gumam Anne.
Walaupun Anne bergumam cukup pelan, tetapi Naya mendengarnya.
"Lo gila, kalau lo bakal ajak dia masuk ke kelompok kita," ucap Naya.
"Gila? Gue rasa lo terlalu berlebihan, dia itu sama kayak kita, Nay," kata Anne.
"Terserah lo aja lah, gue sih gak masalah lo mau ajak dia atau siapapun, asal lo sendiri yang berurusan sama dia, jangan seret gue ataupun anak-anak lain yang masuk ke kelompok kita," ujar Naya.
Anne tersenyum, "Tenang aja, gue sendiri kok yang bakal ajak dia!"
•••
Bel pulang sekolah sudah berbunyi,"Mau pulang bareng gak, Anne?" ajak Naya.
"Enggak Nay, gue masih ada urusan disini, lo duluan aja," tolak Anne.
"Oh, yaudah, gue sama Emilly pulang duluan ya, bye," pamit Naya.
"Bye Naya, Emilly."
Anne sengaja pulang lebih lambat, karena ia tahu bahwa Sam tidak akan langsung pulang kerumah.
Ketika kelas sudah sepi, Anne menghampiri Sam yang sedang menidurkan kepalanya di meja, dengan telinga yang disumpal earphone.
"Sam," panggil Anne. Namun, Sam tidak menggubrisnya.
Dengan penuh keberanian, Anne melepas earphone milik Sam. Alhasil, Sam menoleh pada Anne.
"Apa-apaan sih lo!" Sam merebut balik earphone miliknya, dan menyimpannya pada saku baju.
"Sam, lo mau enggak sekelompok sama gue?" tanya Anne.
"Gak," jawab Sam dingin.
"Kok enggak mau sih?" Anne memasang wajah melasnya.
Namun Sam tetap tidak peduli.
"Awas, gue mau lewat," kata Sam, membuat Anne menyingkir dari tempatnya.
Melihat Sam meninggalkan kelas, Anne segera mengikuti Sam.
"Aduh, kenapa Sam jalannya cepat banget sih?" gerutu Anne, sambil berlari.Karena terlalu fokus pada Sam, Anne tidak menyadari bahwa tali sepatu nya terlepas, hingga—
Brugh!
"Aw, sakit." Iya, Anne terjatuh.
Anne segera mengecek kaki nya yang mulus, "Huh, untung aja gak ada luka, tapi sakit banget ya ampun," ringis Anne.
Tiba-tiba ada sebuah tangan yang terulur didepannya, membuat Anne menoleh, mencari tahu siapa pemiliknya.
Alangkah terkejutnya Anne, saat mengetahui siapa orang yang ada dihadapannya.
"Sam?!""Sam?!" Anne terkejut melihat siapa sosok yang berada dihadapannya.Sam yang dari tadi mengulurkan tangannya pada Anne pun mulai mengeluh."Tangan gue pegal nih, lo mau berdiri gak sih?" keluh Sam.Anne tersadar dari rasa terkejutnya, ia pun segera menerima uluran tangan dari Sam, dan bangun dari duduknya."Makasih, Sam," ucap Anne, seraya mengebaskan rok nya yang kotor.Tanpa memperdulikan Anne lagi, Sam segera pergi dari hadapan Anne. Mau tidak mau, Anne harus mengejar Sam kembali."Aduh, bisa gak sih jalannya santai, jangan cepat-cepat gitu!" pekik Anne.Sam berhenti jalan, Anne jadi bingung."Mau lo apa sih?" tanya Sam."Mau gue? Gue cuma mau lo masuk ke kelompok gue," kata Anne."Cuma itu doang kan?" tanya Sam."Eh satu lagi, gue mau lo jadi teman gue!" ujar Anne, membuat mata Sam melotot."Kalau masalah masuk ke kelompok lo, gue mau aja," kata Sam, dan tentu saja membuat Anne bersorak senang."Tapi,
Sam, pria yang terus Anne tunggu kedatangannya. Banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan pada pria itu. Ia tidak bisa tenang jika masih ada hal-hal yang membuat dia penasaran."Anne lagi tunggu siapa sih? Kok celingukan gitu?" tanya Emilly pada Naya.Naya yang tidak tahu apa-apa, hanya mengendikan bahu nya."Ne, nungguin siapa sih?" tanya Emilly."Seseorang yang bikin gue gak bisa tidur!" jawab Anne, membuat dahi Emilly dan Naya mengkerut."Siapa sih? Lucas?" tanya Naya."Bukan," jawab Anne."Oh, pasti Ryan ya?" tebak Emilly.Anne menggelengkan kepalanya, tanda bahwa tebakan Emilly salah."Apa jangan-jangan si—"Tiba-tiba Sam melintas dihadapan Anne, Anne pun segera mengekori Sam."Gak mungkin Sam kan?" tanya Naya terkejut.Emilly yang sama terkejutnya seperti Naya pun menggeleng tidak tahu.Sam duduk dikursinya, disusul Anne yang duduk disamping kursi milik Sam."Lo mau apa sih?" tanya S
"Di rumah gue aja, gimana?" usul Sam."Eh?""Setuju gue, setuju!" celetuk Emilly, yang entah sejak kapan berada didepan Anne, bersama Naya, Ryan, dan Lucas."Dih, main setuju-setuju aja kalian," gumam Anne."Boleh tuh, dirumah Sam, kapan lagi kan main ke rumah dia," kata Ryan."Bener tuh, bro!" sahut Lucas."Latihan, bukan main," koreksi Sam tajam, membuat nyali Ryan dan Lucas menciut."Tapi emang enggak apa-apa Sam, latihan dirumah lo? Nanti berisik loh," tanya Naya."Enggak apa-apa," jawab Sam.Sam emang tidak masalah, tapi Anne yang dalam masalah! Bagaimana jika teman-temannya tahu bahwa Sam itu tetangga Anne? Pasti Anne akan digoda oleh teman-temannya habis-habisan. Jelas Anne tahu bagaimana karakter mereka, teman-temannya yang heboh dan suka menyebarkan sebuah informasi dengan sangat cepat, bagaikan wabah penyakit atau virus."Jadi, pulang nanti, mau naik apa?" tanya Lucas."Tergantung sih, rumah Sam jauh enggak
Mereka semua masih berada dirumah Sam, kelompok yang satu ini bahkan bekum menentukan lagu apa yang akan mereka bawakan untuk tugas sekolah."Kok malah pada bengong sih? Kapan mulainya," keluh Ryan."Gimana mau mulai, kita aja masih bingung mau bawain lagu apa," kata Naya."Bawain lagu Ariana grande aja, gimana?" saran Emilly."Enggak ah, gue gak bisa bahasa Inggris," tolak Lucas."Dynamite dari BTS aja, gimana?" saran Anne."Nah, kalau dynamite gue setuju tuh!" sahut Lucas, membuat Emilly menatapnya sebal."Ya lagu dynamite juga pakai bahasa Inggris, Lucas! Bukan pakai bahasa sunda!" omel Emilly, yang diomelinya hanya memasang wajah tak bersalahnya."Gue setuju kalau kita bawakan lagu dynamite, karena lagunya emang asik dan mudah dihafal juga," kata Naya."Benar tuh Nay, gue juga setuju, kalau lo gimana Sam? Setuju gak?" tanya Ryan."Gue ikut kalian aja," jawab Sam."Oke, udah fiks ya, kita b
Anne masuk ke dalam kelas dengan perasaan kesal. Sangking kesalnya, ia sampai memukul pintu dengan keras, membuat seisi kelas menatapnya bingung.Tanpa memperdulikan tatapan dari teman-temannya, Anne langsung duduk dikursinya, di samping Naya."Lo kenapa, Ne? Ada masalah?" tanya Naya.Anne menggeleng, "Gue baik-baik aja kok Nay," Jawab Anne.Bohong jika ia baik-baik saja, sudah jelas ia sedang kesal, setelah pertemuannya dengan cowok bernama Daniel tadi.Flashback On."Anne, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," kata seorang pria yang berada dihadapan Anne."Mau ngomong apalagi sih? Gue udah capek ngeladenin lo, mending lo berhenti cari-cari gue, Daniel!""Please, pacaran lagi sama gue ya, Ne," kata Daniel memohon.Anne menatapnya jijik, "Udah gue tegasin berulang kali, gue gak akan mau balikan lagi sama lo!" tolak Anne.Daniel tidak menunjukkan ekspresi marahnya, ia malah tertawa, tentu saja Anne menjadi bingung."
Anne mengetukkan pena nya pada meja, perasaannya campur aduk, hatinya berkecamuk. Melihat itu, teman sebangkunya, Naya, segera menegurnya."Lo kenapa sih, Ne? Kalau punya masalah cerita aja sama gue," kata Naya, seraya menatap Anne lirih."Gue enggak kenapa-kenapa kok, Nay." Entah sampai kapan Anne akan terus menyembunyikan masalah pada sahabat-sahabatnya.Naya mencoba memahami Anne, tangannya menepuk-nepuk pundak Anne."Kalau ada apa-apa bilang aja sama gue, dan tolong seenggaknya hari ini lo harus semangat, kita kan mau tampil!" ucap Naya semangat, Anne pun mengangguk lalu tersenyum."Inget, Ne, lo enggak sendirian.."•••"Selamat siang anak-anak," sapa Mrs. Sona, guru bahasa Inggris di kelas Anne."Selamat siang juga Mrs. Sona," balas para murid."Apa kalian sudah siap untuk tampil hari ini?" tanya Mrs. Sona."Siap Mrs."Ta
"Anne, lo kenapa?!"Sam, Anne, Naya dan Emilly tersentak ketika pintu UKS terbuka, dan terpampang wajah Daniel."Lo siapa? Mau apa lo kesini?" tanya Sam.Bukannya menjawab, Daniel malah menatap Anne dengan senyuman miringnya, membuat yang ditatap terlihat ketakutan."S—Sam, Emilly, Naya, kalian bisa keluar dulu gak? Gue mau bahas sesuatu sama Daniel," kata Anne.Emilly dan Naya memandang Anne tak percaya, lalu segera mengajak Sam keluar dari UKS."Pria tadi siapa?" tanya Sam."Ya ampun Samudera Noa Dirgantara, lo itu berada di kelas yang sama kayak Anne selama tiga tahun, dan juga lo itu tetangga Anne, masa lo enggak tahu sih siapa pria tadi," kata Naya tak menyangka.Sam mengendikan bahu nya, membuat Naya dan Emilly menghela nafas."Dia itu Daniel, mantan pacar Anne," jelas Emilly."Oh, mant
"Kak Anne !"Lamunan Anne buyar begitu ia mendengar panggilan dari seseorang.Ternyata orang yang memanggilnya adalah Karin, adik kelasnya."Karin? Ada apa?" tanya Anne."Kak Anne diminta untuk ke lapangan basket," kata Karin.Anne mengernyitkan dahinya, "Siapa yang minta?" tanyanya."Ah, pokoknya kak Anne kesana aja, bye aku duluan!" Karin berlari meninggalkan Anne yang kebingungan."Siapa sih?" pikir Anne, lalu bangkit dari kursinya, dan segera pergi ke lapangan basket.Sam yang melihat Anne pergi keluar kelas pun langsung mengikutinya, sambil membawa gantungan boneka beruang kecil yang tadinya ia ingin berikan pada Anne.Begitu sampai dilapangan basket, terdengar suara sorak riuh dari para siswa-siswi. Setelah itu, tiba-tiba sebuah tangan menariknya ke depan kerumunan, tepat dihadapan para murid, menjadi
"Kak Anne !"Lamunan Anne buyar begitu ia mendengar panggilan dari seseorang.Ternyata orang yang memanggilnya adalah Karin, adik kelasnya."Karin? Ada apa?" tanya Anne."Kak Anne diminta untuk ke lapangan basket," kata Karin.Anne mengernyitkan dahinya, "Siapa yang minta?" tanyanya."Ah, pokoknya kak Anne kesana aja, bye aku duluan!" Karin berlari meninggalkan Anne yang kebingungan."Siapa sih?" pikir Anne, lalu bangkit dari kursinya, dan segera pergi ke lapangan basket.Sam yang melihat Anne pergi keluar kelas pun langsung mengikutinya, sambil membawa gantungan boneka beruang kecil yang tadinya ia ingin berikan pada Anne.Begitu sampai dilapangan basket, terdengar suara sorak riuh dari para siswa-siswi. Setelah itu, tiba-tiba sebuah tangan menariknya ke depan kerumunan, tepat dihadapan para murid, menjadi
"Anne, lo kenapa?!"Sam, Anne, Naya dan Emilly tersentak ketika pintu UKS terbuka, dan terpampang wajah Daniel."Lo siapa? Mau apa lo kesini?" tanya Sam.Bukannya menjawab, Daniel malah menatap Anne dengan senyuman miringnya, membuat yang ditatap terlihat ketakutan."S—Sam, Emilly, Naya, kalian bisa keluar dulu gak? Gue mau bahas sesuatu sama Daniel," kata Anne.Emilly dan Naya memandang Anne tak percaya, lalu segera mengajak Sam keluar dari UKS."Pria tadi siapa?" tanya Sam."Ya ampun Samudera Noa Dirgantara, lo itu berada di kelas yang sama kayak Anne selama tiga tahun, dan juga lo itu tetangga Anne, masa lo enggak tahu sih siapa pria tadi," kata Naya tak menyangka.Sam mengendikan bahu nya, membuat Naya dan Emilly menghela nafas."Dia itu Daniel, mantan pacar Anne," jelas Emilly."Oh, mant
Anne mengetukkan pena nya pada meja, perasaannya campur aduk, hatinya berkecamuk. Melihat itu, teman sebangkunya, Naya, segera menegurnya."Lo kenapa sih, Ne? Kalau punya masalah cerita aja sama gue," kata Naya, seraya menatap Anne lirih."Gue enggak kenapa-kenapa kok, Nay." Entah sampai kapan Anne akan terus menyembunyikan masalah pada sahabat-sahabatnya.Naya mencoba memahami Anne, tangannya menepuk-nepuk pundak Anne."Kalau ada apa-apa bilang aja sama gue, dan tolong seenggaknya hari ini lo harus semangat, kita kan mau tampil!" ucap Naya semangat, Anne pun mengangguk lalu tersenyum."Inget, Ne, lo enggak sendirian.."•••"Selamat siang anak-anak," sapa Mrs. Sona, guru bahasa Inggris di kelas Anne."Selamat siang juga Mrs. Sona," balas para murid."Apa kalian sudah siap untuk tampil hari ini?" tanya Mrs. Sona."Siap Mrs."Ta
Anne masuk ke dalam kelas dengan perasaan kesal. Sangking kesalnya, ia sampai memukul pintu dengan keras, membuat seisi kelas menatapnya bingung.Tanpa memperdulikan tatapan dari teman-temannya, Anne langsung duduk dikursinya, di samping Naya."Lo kenapa, Ne? Ada masalah?" tanya Naya.Anne menggeleng, "Gue baik-baik aja kok Nay," Jawab Anne.Bohong jika ia baik-baik saja, sudah jelas ia sedang kesal, setelah pertemuannya dengan cowok bernama Daniel tadi.Flashback On."Anne, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," kata seorang pria yang berada dihadapan Anne."Mau ngomong apalagi sih? Gue udah capek ngeladenin lo, mending lo berhenti cari-cari gue, Daniel!""Please, pacaran lagi sama gue ya, Ne," kata Daniel memohon.Anne menatapnya jijik, "Udah gue tegasin berulang kali, gue gak akan mau balikan lagi sama lo!" tolak Anne.Daniel tidak menunjukkan ekspresi marahnya, ia malah tertawa, tentu saja Anne menjadi bingung."
Mereka semua masih berada dirumah Sam, kelompok yang satu ini bahkan bekum menentukan lagu apa yang akan mereka bawakan untuk tugas sekolah."Kok malah pada bengong sih? Kapan mulainya," keluh Ryan."Gimana mau mulai, kita aja masih bingung mau bawain lagu apa," kata Naya."Bawain lagu Ariana grande aja, gimana?" saran Emilly."Enggak ah, gue gak bisa bahasa Inggris," tolak Lucas."Dynamite dari BTS aja, gimana?" saran Anne."Nah, kalau dynamite gue setuju tuh!" sahut Lucas, membuat Emilly menatapnya sebal."Ya lagu dynamite juga pakai bahasa Inggris, Lucas! Bukan pakai bahasa sunda!" omel Emilly, yang diomelinya hanya memasang wajah tak bersalahnya."Gue setuju kalau kita bawakan lagu dynamite, karena lagunya emang asik dan mudah dihafal juga," kata Naya."Benar tuh Nay, gue juga setuju, kalau lo gimana Sam? Setuju gak?" tanya Ryan."Gue ikut kalian aja," jawab Sam."Oke, udah fiks ya, kita b
"Di rumah gue aja, gimana?" usul Sam."Eh?""Setuju gue, setuju!" celetuk Emilly, yang entah sejak kapan berada didepan Anne, bersama Naya, Ryan, dan Lucas."Dih, main setuju-setuju aja kalian," gumam Anne."Boleh tuh, dirumah Sam, kapan lagi kan main ke rumah dia," kata Ryan."Bener tuh, bro!" sahut Lucas."Latihan, bukan main," koreksi Sam tajam, membuat nyali Ryan dan Lucas menciut."Tapi emang enggak apa-apa Sam, latihan dirumah lo? Nanti berisik loh," tanya Naya."Enggak apa-apa," jawab Sam.Sam emang tidak masalah, tapi Anne yang dalam masalah! Bagaimana jika teman-temannya tahu bahwa Sam itu tetangga Anne? Pasti Anne akan digoda oleh teman-temannya habis-habisan. Jelas Anne tahu bagaimana karakter mereka, teman-temannya yang heboh dan suka menyebarkan sebuah informasi dengan sangat cepat, bagaikan wabah penyakit atau virus."Jadi, pulang nanti, mau naik apa?" tanya Lucas."Tergantung sih, rumah Sam jauh enggak
Sam, pria yang terus Anne tunggu kedatangannya. Banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan pada pria itu. Ia tidak bisa tenang jika masih ada hal-hal yang membuat dia penasaran."Anne lagi tunggu siapa sih? Kok celingukan gitu?" tanya Emilly pada Naya.Naya yang tidak tahu apa-apa, hanya mengendikan bahu nya."Ne, nungguin siapa sih?" tanya Emilly."Seseorang yang bikin gue gak bisa tidur!" jawab Anne, membuat dahi Emilly dan Naya mengkerut."Siapa sih? Lucas?" tanya Naya."Bukan," jawab Anne."Oh, pasti Ryan ya?" tebak Emilly.Anne menggelengkan kepalanya, tanda bahwa tebakan Emilly salah."Apa jangan-jangan si—"Tiba-tiba Sam melintas dihadapan Anne, Anne pun segera mengekori Sam."Gak mungkin Sam kan?" tanya Naya terkejut.Emilly yang sama terkejutnya seperti Naya pun menggeleng tidak tahu.Sam duduk dikursinya, disusul Anne yang duduk disamping kursi milik Sam."Lo mau apa sih?" tanya S
"Sam?!" Anne terkejut melihat siapa sosok yang berada dihadapannya.Sam yang dari tadi mengulurkan tangannya pada Anne pun mulai mengeluh."Tangan gue pegal nih, lo mau berdiri gak sih?" keluh Sam.Anne tersadar dari rasa terkejutnya, ia pun segera menerima uluran tangan dari Sam, dan bangun dari duduknya."Makasih, Sam," ucap Anne, seraya mengebaskan rok nya yang kotor.Tanpa memperdulikan Anne lagi, Sam segera pergi dari hadapan Anne. Mau tidak mau, Anne harus mengejar Sam kembali."Aduh, bisa gak sih jalannya santai, jangan cepat-cepat gitu!" pekik Anne.Sam berhenti jalan, Anne jadi bingung."Mau lo apa sih?" tanya Sam."Mau gue? Gue cuma mau lo masuk ke kelompok gue," kata Anne."Cuma itu doang kan?" tanya Sam."Eh satu lagi, gue mau lo jadi teman gue!" ujar Anne, membuat mata Sam melotot."Kalau masalah masuk ke kelompok lo, gue mau aja," kata Sam, dan tentu saja membuat Anne bersorak senang."Tapi,
Ramai, itu kata yang tepat untuk menggambarkan suasana di kelas Anne.Anne menghela nafasnya, jari jemari nya sibuk mengetik sesuatu di layar ponselnya."Anne," panggil teman sebangkunya.Namun Anne tak menggubrisnya, ia masih fokus pada layar ponsel. Melihat Anne tidak menanggapinya, Naya pun menepuk pundak Anne."Anne!"Anne tersentak, ia pun segera menoleh pada Naya, dengan ekspresi bingung dan kaget."Eh, kenapa Nay? Maaf tadi gue gak denger, rame banget soalnya," kata Anne.Naya mengerti, "Tugas seni menyanyi bahasa Inggris gimana? Lo udah punya kelompok?"Anne menggeleng, membuat Naya menghela nafasnya pelan."Emang ya, seorang Jeanne Clarissa gak bakal mau bergabung sebelum diajak! Ya udah gini aja, lo masuk kelompok gue ya," kata Naya.Anne mengangguk, "Makasih Naya, eh tapi, kelompok kita siapa aja?""Gue, lo, Lucas, Ryan, sama Emilly," jawab Naya."Loh, cuma ber-lima? Kan harusnya ber-en