共有

Buang Bayi itu!

作者: Galuh Arum
last update 最終更新日: 2025-01-01 01:22:50

Ros tersenyum lemah, kelelahan yang luar biasa terpancar di wajahnya. Tapi ketika ia melihat bayi mungil itu, hatinya seolah diselimuti rasa hangat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Air matanya jatuh, bukan lagi karena sakit atau sedih, tetapi karena kebahagiaan yang luar biasa.

“Anakku… laki-laki…” bisiknya dengan suara gemetar, tangannya perlahan terulur untuk menyentuh wajah kecil itu.

Bayi itu menangis dengan keras, tubuhnya masih merah dan basah, namun terlihat sehat. Namun, perkataan asisten rumah tangga membuat Ros sedikit terkejut. “Tanda hitam?” tanyanya lemah, matanya mencari tanda yang dimaksud.

Asisten rumah tangga menunjuk sebuah tanda hitam berbentuk seperti bulan sabit kecil di pinggang bayi itu. “Iya, Non. Tapi jangan khawatir, mungkin itu cuma tanda lahir,” ujarnya mencoba menenangkan Ros, meskipun ada sedikit keraguan di matanya.

"Non, bayi non kenapa berhenti menangis?"

"Ni, ada apa?"

Ros panik, tapi dia kembali merasakan sakit luar biasa. Darah terus mengalir tak henti.

"Bi sakit bi."

Sang asisten kebingungan, dengan kepanikannya di keluar sambil membawa anak itu dan berlari ke ruang tamu.

"Tuan, Non Ros sepertinya pendarahan. Tolong Tuan bawa dia ke rumah sakit kalau tidak dia akan meninggal."

Kedua orang tua Ros hanya saling pandang lalu sang ayah pun bergerak kemarin di ikuti istrinya. Mereka melihat Ros yang sudah pingsan.

"Bi, urus bayi itu saya akan bawa Ros ke rumah sakit."

"Baik Tuan."

**

Rosalia mengalami pendarahan yang cukup hebat. Dia tidak sadarkan diri dan harus menerima transfusi darah.

"Lakukan apa yang terbaik untuk putri saya." Sang ayah pun panik, walau kalimat pedasnya yang begitu jahat terlontar untuk sang putri, kini dia pun merasa takut jika terjadi sesuatu dengan Rosalia.

"Baik, Pak."

Haniva, istri cantiknya merasa tidak suka melihat suaminya begitu peduli dengan Rosalia. Apalagi melihat jenis kelamin anak Ros adalah laki-laki. Teringat sang suami ingin sekali memiliki anak laki-laki, dia takut suaminya malah berbalik menyayangi anak itu.

"Ini tidak bisa di diamkan."

Haniva menghampirimu sang suami dengan beberapa ide jahat yang sudah dia rencanakan.

"Sayang, apa tidak kita urus anak itu dulu. Biar kan Rosalia di tangani dokter. Kita harus membuang bayi sialan itu, jangan sampai napas pertama anak itu sudah membawa kesialan. Lihat kan, ibunya saja mengalami pendarahan. Bukti anak itu pembawa sial."

"Maksud kamu, kita buang anak itu agar tidak memberikan kesialan?" tanya Bagaskara memastikan lagi.

"Betul sekali. Kamu mau kita mendapatkan kesialan lagi? Biaya rumah sakit ini, bukannya sudah mahal?" Haniva kembali membuat panas suasana.

"Benar juga. Kamu tunggu sini, aku yang akan mengurusnya."

"Tidak, aku ikut. Tadi sudah kuhubungi meriaa dan dia onnyhe way ke sini. Ayo, kita langsung pulang dan buang bayi itu."

"Tunggu, apa tidak sebaiknya kita telepon saja bibi dan minta dia membuangnya. Kalau kita yang membuang bayi itu dan ada orang yang tahu, aku enggak akan jamin hidup kita akan baik-baik saja," ucap Pak Bagaskara.

"Benar juga. Oke saya akan telepon Bibi untuk cepat membuang bayi itu." Haniva tersenyum puas karena apa yang direncanakan berjalan mulus.

***

Di rumah, sang asisten rumah tangga itu kebingungan setelah mendapat perintah untuk membuang bayi Rosalia.

"Bagaimana mungkin bayi tampan ini bisa di buang? Ah, Nona Ros pasti akan sedih," ujar Bibi.

"Jangan banyak protes Bi, lakukan saja," ujar Meriaa.

Tadinya Meriaa yang harus menemani Rosa tapi Pak Bagaskara meminta anak tirinya untuk pulang dan memberi perintah untuk membuang bayi Rosalia.

"Katakan bayi itu sudah mati karena kehabisan oksigen saat di lahir!" titah Meriaa kembali'.

"Non tapi--"

"Tidak ada tapi-tapian. Cepat buang anak itu, jangan sampai gagal!"

Asisten rumah tangga terdiam, tangannya gemetar mendengar titah Meria, adik tiri Ros. Ia memandang bayi mungil yang baru saja lahir, masih menangis keras dalam pelukannya. Hatinya berperang antara ketakutan dan rasa iba yang mendalam.

“Non Meria, ini anak Non Ros. Dia tidak bersalah,” ucapnya pelan, mencoba membujuk.

Namun, tatapan tajam Meria membuatnya ciut. “Diam! Kau hanya pelayan di sini. Tugasmu adalah mematuhi perintah, bukan mempertanyakan!” suaranya dingin, penuh kekejaman. “Bayi itu aib bagi keluarga ini. Lakukan sekarang juga!”

Asisten rumah tangga menatap bayi mungil itu, hatinya hancur melihat bayi kecil itu dalam kondisi seperti ini. Ia tahu apa yang diperintahkan kepadanya adalah salah. “Tapi Non Meria…”

“Cepat lakukan atau kau akan kehilangan pekerjaan dan aku pastikan kau tidak akan bisa bekerja di mana pun lagi!” ancam Meria.

Dengan tangan gemetar, asisten rumah tangga membawa bayi itu keluar kamar. Di luar, ia berdiri terpaku, mendengar suara tangisan bayi yang masih nyaring. Air matanya mulai mengalir.

“Maafkan Bibi, Nak,” gumamnya, memeluk bayi itu dengan erat. Ia tahu ia tidak bisa mengikuti perintah Meria. Dengan tekad yang bulat, ia memutuskan untuk mengambil risiko besar. Bukannya membuang bayi itu, ia berlari keluar rumah, membawa bayi itu menuju tempat yang lebih aman dan mengalungkan sebuah liontin yang biasa di gunakan Ros.

"Maafkan Bibi."

***

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

関連チャプター

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Kesedihan

    "Bagaimana, BI? Kamu sudah membuang anak itu?" tanya Meria yang datang menghampiri sang asisten.Asisten rumah tangga itu menunduk dalam-dalam, menyembunyikan kegelisahan di wajahnya. Tangannya gemetar saat memberikan foto bayi yang ia ambil sebelumnya. Bayi itu terlihat sedang tidur dengan kain membungkus tubuh mungilnya, seolah-olah sudah tidak bernyawa.Meria memandang foto itu dengan puas, senyumnya penuh kepuasan. “Akhirnya masalah ini selesai. Kau melakukan pekerjaan yang sangat baik. Pastikan kau tidak mengungkit hal ini lagi, apa pun yang terjadi.”“Iya, Non. Saya mengerti,” jawab asisten rumah tangga, suaranya bergetar.Meria menyimpan foto itu di ponselnya, lalu beranjak pergi meninggalkan kamar dengan ekspresi penuh kemenangan. Di balik wajah tenangnya, ada rencana besar untuk menutupi skandal ini dari semua orang.Sementara itu, asisten rumah tangga berdiri mematung, napasnya tersengal. Ia tahu tindakannya berbahaya, tetapi hatinya tidak tega membuang bayi yang tidak bersa

    最終更新日 : 2025-01-02
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Pemberontakan

    Semua terdiam mendengar ucapan Ros. Benar kata Ros, untuk apa dirinya yang menjadi korban keserakahan mereka. Walaikumsalam pada dasarnya hubungannya dengan Nicolas adalah murni atas dasar saling cinta, tapi ayahnya malah memanfaatkan hal itu. "Kenapa kalian diam? Atau memang aku sejak awal sudah unggul bukan dari anak sambung ayah?" Seulas senyum Ros membuat Haniva dan sang ayah menjadi tambah geram. Ros memegangi pipinya yang kini memerah akibat tamparan ayahnya. Namun, senyumnya tidak pudar. Ia menatap ayahnya dengan mata yang penuh luka, tapi juga keberanian yang selama ini tak pernah ia tunjukkan. "Kalau saja kamu tidak bodoh tidur dan hamil dari laki-laki tak dikenal. Mungkin, saat ini kamu sudah bahagia bersama Narendra." "Aku atau kalian yang bahagia? Lihatlah dirimu, Ayah,” ucap Ros dengan suara rendah namun tajam. “Tega sekali memukul anakmu sendiri hanya karena aku mengatakan kebenaran. Apa aku salah jika akhirnya aku sadar kalau kalian hanya peduli pada diri kalian sen

    最終更新日 : 2025-01-02
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Pertemuan dengan Nyoba Baik

    "Non, saya tidak tahu apa pun. Bayi Non memang sudah meninggal. Tangisnya sempat berhenti saat non pendarahan lali kehabisan oksigen yang memang harusnya bayi baru lahir itu mendapati hal yang lebih baik."Lagi-lagi Ros kecewa. Dia berharap ini semua mimpi. Namun, kembali terpatahkan oleh kenyataan."Non, anak Non sudah meninggal dan sudah takdir."Ros terdiam, mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Bi Mina. Matanya memerah, tapi tidak ada lagi air mata yang mampu mengalir. Rasanya seperti seluruh harapan yang tersisa kembali hancur berkeping-keping.“Takdir?” gumamnya pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri. “Kenapa semuanya selalu menyebut ini takdir? Kenapa takdir Tuhan begitu kejam padaku?”Bi Mina menghela napas panjang, hatinya terasa berat melihat Ros yang semakin tenggelam dalam kesedihan. Namun, ia tidak berani mengungkapkan apa pun. Ancaman Meria masih membayangi pikirannya.“Non, kadang kita tidak tahu rencana Tuhan. Tapi Non harus kuat, meskipun ini berat,”

    最終更新日 : 2025-01-02
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Nyonya Agata

    Ada sebuah keraguan di mata Ros, wanita tua di hadapannya baru saja dia kenal bahkan sama sekali tidak mengenalnya. Mana mungkin bisa menceritakan kesedihannya pada orang yang baru baru dan mungkin saja sangat bahaya. Belajar dari sebuah pengalaman yang ternyata menghancurkan hidupnya. "Nak, katakan apa yang membuat kamu seperti sedang tertekan?" tanya Nyonya itu. Manik mata yang sudah tua itu, menatap penuh harap. "Maaf, saya tidak apa-apa dan tidak sedang tertekan." Ros mencoba berdusta, tapi nyatanya dia sangat gugup. "Kamu bisa percaya sama saya. Saya tidak jahat dan bisa membantu kamu," ujar nyonya Agata kembali meyakinkan Ros. "Ta--tapi saya benar-benar tidak sedang ada masalah." Lagi, Ros mencoba untuk tidak menceritakan hal yang baginya sangat sensitif pada orang asing. Nyonya Agata menarik napas panjang. "Baiklah jika kamu merasa belum bisa cukup percaya. Kamu mau saya antar pulang?" tanya Nyonya Agata lagi. Ros menatap Nyonya Agata dengan ragu. Tawaran itu terdeng

    最終更新日 : 2025-01-11
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Pertemuan dengan ayah dan anak

    Lima tahun kemudian Ros sudah sampai di rumah megah milik Nyonya Agata. Dirinya sengaja pulang dulu dan berganti pakaian. Dirinya sangat lelah karena setelah dia bertugas mengecek beberapa pasien anak yang baru saja akan pulang, dirinya pun harus menjaga Oma Agata yang sedang di rawat di rumah sakit. "Non, hari ini apa kondisi Nyonya besar sudah pulih?" tanya Bi Siti. "Alhamdulillah sudah, Bi. Tadi saya enggak bawa baju. Mandi di rumah sakit agak gimana gitu, Bi," ucap Ros. "Iya sih. Non, pokonya kabarin kondisi Nyonya. Sepi banget kalau enggak ada Nyonya besar." Bi Siti kepala pelayan kembali bicara. Ros tersenyum tipis, meskipun hatinya masih sedikit gundah. "Iya, Bi. Saya pasti kabarin terus. Doain aja Nyonya cepat pulih, ya."Bi Siti mengangguk semangat, matanya penuh harap. "Pasti, Non. Saya selalu doain yang terbaik buat Nyonya besar. Kalau Nyonya sudah pulang, rumah ini pasti ramai lagi. Rasanya kosong banget kalau beliau enggak ada.""Non, kalau Non Ros capek, istirahat

    最終更新日 : 2025-01-13
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Pertimbangan

    Nicolas mencoba menarik napas dan menghilangkan egonya. sang anak sangat nyaman dengan Ros. mana mungkin dia asal mengambilnya. Nicolas memperhatikan Rosa dengan tatapan tak lepas, bagaimana wanita itu dengan penuh kesabaran membersihkan darah yang mengalir di sekitar infus di tangan kecil El. Gerakannya begitu lembut, hampir seperti takut menyakiti bocah itu. Sesekali, Rosa berbicara pelan pada El, menenangkan anak itu dengan senyuman yang tulus. Nicolas berusaha memahami perasaan aneh yang menjalari hatinya. Pandangannya bergantian tertuju pada Rosa dan El—dua sosok yang tampak begitu serasi dalam momen ini. "Apakah karena El tak pernah punya ibu," gumam Nicolas lirih, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri, "aku jadi melihat keduanya seperti ibu dan anak kandung?" Rosa mendongak sebentar, memberi anggukan kecil. "Sudah selesai," katanya singkat, suaranya tetap lembut. Ia kembali mengelus kepala El. Nicolas menelan ludah, perasaan rumit menggelayuti benaknya. Dari k

    最終更新日 : 2025-01-14
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Sebuah Tawaran

    Rosa menunduk sejenak, mencoba mengatur napasnya yang tiba-tiba terasa berat. Tawaran itu begitu menggiurkan, tapi juga membingungkan. Ia tidak pernah membayangkan akan dihadapkan pada pilihan seperti ini."Terima kasih atas tawarannya, Nyonya," jawab Rosa akhirnya, suaranya tetap tenang meski pikirannya berkecamuk. "Tapi... ini adalah keputusan besar. Bolehkah saya minta waktu untuk memikirkannya?"Nyonya Sandrina tersenyum tipis, seolah telah menduga jawaban itu. "Tentu saja, Rosa. Saya tidak meminta keputusan segera. Pikirkan baik-baik. Saya hanya ingin yang terbaik untuk El, dan saya percaya, kamu adalah orang yang tepat."Rosa mengangguk pelan. Matanya kembali terarah pada El. Dalam benaknya, bayangan tentang pekerjaan baru itu mulai terbentuk—kesempatan besar, namun penuh tanggung jawab. Di satu sisi, banyak hal yang akan tertunda. Semua yang sudah di planing olehnya mungkin akan dia jadwal ulang kembali. "Saya akan memberi kabar secepatnya, Nyonya," kata Rosa, menatap Nyonya S

    最終更新日 : 2025-01-15
  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Kebimbangan

    "Tuan, di mana kita pernah bertemu?" tanya Ros. Ros merasa aneh, pria kaya dan tampan seperti Nicolas pernah bertemu dengannya, tapi di mana? "Ah, sudah lupakan. Ros, saya pergi dulu." Rosa mengernyit mendengar jawaban itu. Ada sesuatu yang terasa ganjil, seperti ada cerita yang belum diungkapkan sepenuhnya oleh Nicolas. Tapi sebelum ia sempat menanyakan lebih lanjut, pria itu sudah berbalik. "Tuan Nicolas, tunggu," panggil Rosa. Ia melangkah maju, merasa ada sesuatu yang penting untuk dipahami. "Kenapa Anda bilang kita harus melupakan? Kalau memang kita pernah bertemu, saya ingin tahu." Nicolas berhenti sejenak, punggungnya masih menghadap Rosa. Ia tampak ragu, seperti sedang mempertimbangkan apakah ia harus menjelaskan atau tetap diam. "Ada banyak hal dalam hidup yang lebih baik dibiarkan berlalu, Rosa," ucap Nicolas tanpa menoleh. "Tapi—" Rosa ingin menyela, namun Nicolas melanjutkan. "Dan tentang tawaran ibuku," ia berbalik sedikit, matanya bertemu dengan Rosa. "A

    最終更新日 : 2025-01-16

最新チャプター

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Pewaris Tunggal

    Suasana tegang saat Nicolas datang bersama dengan Alex. Lalu, Aldo bersama dengan Maya, melihat hal itu Nicolas seperti bisa membaca apa yang sebenarnya terjadi."Nicolas, apa kabar? Hmm... Apa kabarmu sedang tidak baik-baik saja setelah mendengar kabar kontrak yang sedang di ambang kerugian."Maya kini merasa menang dan di atas awan. Nicolas hanya menanggapi semua dengan tenang walau hatinya ketar ketir.Nicolas menghembuskan napas perlahan, menahan emosinya agar tidak terpancing oleh provokasi Maya. Ia melirik Aldo yang duduk dengan ekspresi santai, seolah menikmati situasi yang sedang berlangsung."Aku baik-baik saja, Bu Maya. Justru aku penasaran, apa Anda yang sedang dalam kondisi baik setelah bermain api dengan kontrak ini?" jawab Nicolas dengan nada datar namun penuh makna.Maya menyilangkan tangannya di depan dada, menyeringai. "Oh, Nicolas, bisnis itu tentang siapa yang lebih cerdas membaca peluang. Sayangnya, kali ini kau kalah cepat."Alex yang berdiri di samping Nicolas m

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    akhirnya memeluk anakku

    Rosalia tersenyum untuk pertama kalinya pada Nicolas. Pria itu sedang tidak baik-baik saja. Ros bangkit dan hendak masuk.."Ros, tetap di sini. Apa kamu mau pergi meninggalkan aku yang sedang tidak baik-baik saja?" tanya Nicolas."Tuan, aku mau kedalam. Sudah malam, lebih baik Anda juga tidur. Besok bukannya mau bertemu dengan Tuan Tian?"Nicolas menghela napas panjang, menatap Ros dengan mata yang penuh kelelahan. "Aku hanya ingin berbicara sebentar, Ros. Aku lelah dengan semua ini, dengan pekerjaan, dengan perasaan yang terus-menerus tak bisa aku kendalikan."Ros menggigit bibirnya, ragu untuk tetap tinggal atau pergi. Tapi melihat ekspresi Nicolas, sesuatu dalam hatinya melunak. "Baiklah, sebentar saja," ujarnya pelan.Nicolas tersenyum kecil, lalu mengalihkan pandangannya ke langit malam. "Aku tidak pernah menyangka, hidupku akan serumit ini. Semua berjalan begitu cepat, dan sekarang… aku takut kehilangan sesuatu yang belum sepenuhnya aku genggam."Rosalia menunduk, merasakan geta

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Frustasi

    "Kenapa begitu tiba-tiba Tuan Aldo dari perusahaan Nyonya Agata mengambil alih project kita?" tanya Nicolas.Nicolas kaget saat tiba-tiba Alex mengabarkan berita yang tak terduga.Alex menyesuaikan kacamatanya sebelum menjawab. "Aku juga baru menerima laporan ini, Tuan. Tuan Aldo mengklaim kepemilikan atas sebagian saham proyek ini dengan dalih perjanjian lama yang tidak diperbarui."Nicolas menghela napas, ekspresinya mengeras. "Dan kenapa kita tidak tahu soal perjanjian itu sebelumnya?""Karena dokumen lama itu seharusnya tidak berlaku lagi. Tapi, entah bagaimana, Aldo berhasil mendapatkan celah hukum untuk menggunakannya."Nicolas mengepalkan tangannya. "Aldo tidak mungkin bergerak sendiri. Aku ingin kau cari tahu siapa yang ada di belakangnya."Alex mengangguk. "Baik, Tuan. Saya juga sudah menghubungi tim legal untuk meninjau ulang semua dokumen terkait. Tapi, sebaiknya Anda juga berbicara langsung dengan Nyonya Agata."Nicolas menatap lurus ke arah jendela kantornya, pikirannya d

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Persiapan Matang

    "Ros, sampai kapan kamu menutupi identitas kamu? Jika kamu menikah, Nicolas harus tahu siapa kamu," ujar Oma Agata. Ros menegang mendengar perkataan Oma Agata. Rahasianya selama ini menjadi beban yang terus menghantui. Dia tahu cepat atau lambat Nicolas akan tahu, tapi dia tidak siap untuk menghadapi reaksi pria itu."Oma... apa itu penting sekarang?" suara Ros terdengar lemah. Matanya menatap lantai, menghindari tatapan tajam Oma Agata dan Tian."Sangat penting, Ros," Oma Agata menegaskan. "Jika kamu menikah dengannya tanpa mengungkapkan siapa dirimu sebenarnya, kamu tidak hanya menipu Nicolas, tapi juga dirimu sendiri. Pernikahan tidak bisa dibangun di atas kebohongan."Ros menghela napas panjang. Pikirannya bercampur aduk antara ketakutan, keraguan, dan rasa bersalah."Aku takut, Oma... jika dia tahu semuanya, dia mungkin tidak akan menerimaku." suara Ros bergetar.Tian mendekat, menatap Ros dengan lembut. "Kalau dia benar-benar peduli padamu, dia akan mengerti. Kamu berhak dicint

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Keputusan Sulit

    " Jangan paksa jika memang tidak ada raasa," Ujar Tian. Pria itu duduk bersebelahan dengan omanya.Ros tersenyum getir. "Demi El, aku akan melakukan apa pun."Tian menghela napas panjang, pandangannya bergeser ke arah Ros yang tampak resah. "Ros, membangun hidup dengan seseorang hanya demi anak tanpa ada cinta di antara kalian... itu berat."Oma Agata menambahkan dengan lembut, "Cinta bisa tumbuh, Ros. Tapi kamu harus jujur pada dirimu sendiri. Jangan memaksakan sesuatu yang hatimu tolak."Ros menunduk, menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. "Aku hanya tidak ingin El terluka. Dia sudah terlalu banyak kehilangan."Tian menatap Ros dengan serius. "El lebih membutuhkan seorang ibu yang bahagia daripada melihatmu terjebak dalam hubungan yang tidak membuatmu nyaman."Ros menyeka sudut matanya yang mulai basah. "Aku... aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk El. Jika menikah dengan Nicolas adalah jalannya, mungkin aku harus mencobanya."Oma Agata menggenggam tangan Ros dengan erat.

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Belajar mencintai

    Ros meminta izin ke rumah sang nenek. Dia meminta Tian menjemputnya. Sepupunya itu langsung saja bertanya tentang Nicolas. Ada hubungan apa dan bagaimana bisa, pikir Tian. Tian menyandarkan tubuhnya ke mobil, menatap Rosalia dengan senyum samar. "Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Nicolas sekarang?" tanyanya santai, tapi ada sedikit ketertarikan dalam nada suaranya.Ros menghela napas, menyilangkan tangan di depan dada. "Entahlah, Tian. Dia tiba-tiba mengajak menikah, tapi aku tahu itu hanya karena El."Tian mengangguk pelan, lalu menyipitkan mata. "Dan menurutmu, hanya karena El?"Ros terdiam. Pertanyaan Tian seperti menamparnya. Dia ingin percaya kalau Nicolas hanya bertanggung jawab, tidak lebih. Tapi… ada momen-momen di mana tatapan Nicolas terasa berbeda, lebih dalam, lebih hangat."Aku tidak tahu, Tian. Aku takut berharap."Tian tersenyum miring, menepuk pundak Ros pelan. "Yang aku tahu, Nicolas bukan tipe pria yang melakukan sesuatu tanpa alasan yang kuat. Kalau dia ingin menik

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Pendekatan

    Ros mendesah pelan, menatap Nicolas dengan mata yang masih menyimpan luka. "Nicolas, hidupku bukan hanya tentang El. Aku juga punya perasaan, punya masa lalu yang menyakitkan, dan aku tidak yakin bisa menerima semua ini begitu saja."Nicolas melangkah mendekat, wajahnya serius. "Aku tahu, Ros. Aku tahu aku sudah membuat banyak kesalahan. Tapi aku juga tahu satu hal—aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa kamu dan El."Ros tertawa kecil, getir. "Kau hanya takut kehilangan El. Bukan aku."Nicolas terdiam sejenak sebelum mengangkat tangannya, menyentuh lembut wajah Ros. "Aku tidak akan memaksa jika kamu benar-benar tidak mau. Tapi aku ingin kamu tahu... sejak kamu muncul lagi dalam hidupku, aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Dan aku ingin memperjuangkan itu."Ros menatap mata Nicolas, mencari kebohongan di sana—tapi yang ia temukan justru ketulusan. Dadanya berdebar, pikirannya berantakan."Beri aku waktu," bisiknya akhirnya.Nicolas mengangguk pelan, sudut bibirnya terangkat sedikit.

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Belajar mencintai

    Mobil melaju dalam keheningan. Nicolas menggenggam kemudi lebih erat, pikirannya berkecamuk. Dia ingin menjawab, tapi bibirnya seolah terkunci.Ros menunggu, namun saat Nicolas tetap diam, ia mengalihkan pandangan ke luar jendela. Angin malam meniup lembut wajahnya, tapi dada Ros terasa sesak. "Jika Anda tidak bisa menjawabnya, mungkin memang sebaiknya saya pergi," gumamnya pelan, hampir seperti berbicara pada diri sendiri.Nicolas mendadak menginjak rem, membuat tubuh Ros sedikit terdorong ke depan. "Kau tidak akan pergi ke mana pun, Ros!" suaranya terdengar tegas, tapi ada kegelisahan di baliknya.Ros menoleh, menatap Nicolas yang kini menatapnya dengan tatapan tajam. "Kenapa? Kenapa Anda menahan saya?"Nicolas mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. "Karena aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja. Karena... aku tidak ingin kehilanganmu lagi. El, bisa ngambek terus.""El mungkin aku bawa, dia anakku."Nicolas tersentak, sorot matanya menggelap. "Apa maksudmu, Ros?"Ros mena

  • Bayi Presdir: Tante, Jadi Mamaku Ya!    Tawaran Pernikahan

    "Kita pulang, sepertinya sudah selesai semua," ujar Nicolas.Namun, Bu Maya seperti tidak suka. Apa yang di lakukan Rosalia membuat dia malu. Bu maya menghampiri Nicolas. "Apa bisa bicara sebentar?"Nicolas melirik sekilas ke arah Rosalia, lalu mengangguk pelan. "Tunggu di mobil," perintahnya pada Ros sebelum akhirnya mengikuti Bu Maya ke sudut ruangan yang lebih sepi.Bu Maya menyilangkan tangan di depan dada, ekspresinya masih penuh ketidaksukaan. "Nicolas, kau tahu sendiri bagaimana lingkungan kita. Wanita seperti dia... tidak pantas untukmu."Nicolas menghela napas, sudah menduga ke mana arah pembicaraan ini. "Bu Maya, saya menghargai pendapat Anda, tapi ini bukan urusan siapa-siapa selain saya."Bu Maya terkekeh sinis. "Kau berpikir seperti itu sekarang. Tapi nanti? Ketika semua orang mulai membicarakanmu? Nama baik keluargamu, perusahaanmu... Apa kau yakin dia pantas berdampingan denganmu?"Mata Nicolas menajam, rahangnya mengeras. "Saya tidak memilih pasangan berdasarkan omonga

無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status