Share

LIMA

Author: rafikai
last update Last Updated: 2021-09-09 22:58:22

       Seluruh siswa kelas XI IPA1 dan IPA 2 sudah berada di Laboratorium Biologi. Suara ketukan sepatu terdengar mendekati pintu. Bu Indira dengan anggun memasuki lab yang sudah penuh dengan murid-muridnya. Kedua tangannya sudah penuh membawa box besar. Guru wanita berumur 30 tahun itu sudah menggunakan jas lab berwarna putih, tampak cantik dengan kacamata full frame yang bertengger manis di hidungnya yang mancung. Saking cantiknya bu Indira dinobatkan menjadi guru paling cantik di sekolah. Tentu saja Alfa segera melipir mendekatinya.

“Bu guru cantik sayang banget kalo capek-capek, Alfa bantuin sini..nggak pantes tangan cantiknya bawa barang berat begini.” Modus Alfa kepada Bu Indira. Guru cantik itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tentu saja hal ini nggak akan menggoda imannya yang kokoh. Alfa mengambil box besar dari tangan perempuan itu.

“Modus lo Mud!” ketus Adit yang menyaksikan kelakuan konyol Alfa.

“Buaya..buaya..” celoteh salah satu murid. Alfa tak menggubrisnya.

“THE KING OF BUAYA” sentak Bagas dan Raffa serempak.

“Bu jangan baper sama Alfa, dia rajanya buaya ati-ati..” Pekik Bagas yang langsung dipelototi Alfa. Semua siswa yang menyaksikan terkikik geli. Kecuali Aqilla, ia justru berdecak sebal.

“Ada-ada aja kalian.” Bu Indira hanya tersenyum kecil menyaksikan kelakuan muridnya yang lucu.

       Alfa tampak keberatan dengan barang yang dibawanya, ia berjalan tertatih. Hal ini membuat Aqilla mendapatkan ide gila. Ia yang duduk di salah satu kursi memajukan sebelah kakinya ke jalur yang dilewati Alfa. Gadis itu tersenyum nakal saat Alfa semakin mendekatinya. Dan…

BRAK!

       Alfa terjatuh. Aqilla berhasil menjegalnya. Laki-laki itu terjelungup ke depan, ia meraung kesakitan. Gadis itu justru tertawa geli. Fokusnya kembali, saat suara teriakan semua siswa menggema di ruangan ini. Box yang dibawa Alfa ternyata berisikan puluhan kodok berukuran jumbo yang disiapkan Bu Indira untuk bahan praktikum. Seluruh siswa dibuat panik bukan kepalang saat kodok jumbo itu tercecer melompat kesana kemari.

“WOY MAHMUD, LO GILA YA!” teriak Bagas yang seketika menaiki meja. Tak kalah takut, Alfa juga menaiki kursi kosong yang ada di dekatnya.

“WOY GUE JUGA TAKUT ANJ---“

“Astaghfirullah Alfa! Dijaga mulutnya!” seru Bu Indira saat mendengar Alfa hampir saja berkata kotor. Perempuan itu sebal menyaksikan kegaduhan di ruang ini, ia berkacak pinggang.

“Sumpah gue jijik, gue belum siap dicium pangeran kodok hiks,” seru lala yang mencoba menghindari beberapa kodok di dekat kakinya dan satu kodok yang menaiki kepatu gadis itu.

“ALFA AMBIL SEMUA KODOK ITU!,” Bu Indira sudah geram dengan kegaduhan ini. Alfa si empunya onar harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

“Tapi bu, saya takut..suwer.” ucapnya memelas sambil mengacungkan dua jarinya.

“Ibu nggak mau tau, kamu harus ambil semuanya. Katanya king of buaya sama kodok aja ciut,” Bu Indira tak mau dibantah, ia berdiri dengan tatapan seperti akan memangsa Alfa, membuat nyali laki-laki itu lemah seketika.

“Iya lo Mud, masak buaya takut sama kodok, cemen lo.” Ucap Bagas masih sempat meledek Alfa disituasi seperti ini.

“Bacot.”

“ALFA!!” pekik Bu Indira, laki-laki itu terkekeh.

“Sukurin lo,” Bagas tertawa puas melihat Alfa yang apes terus dari tadi.

“Bagas kamu juga bantuin Alfa,” titah Bu Indira kemudian. Seketika wajah sumringah Bagas menjadi tertekuk lusuh.

“Kok jadi saya Bu,” protesnya menunjuk dirinya sendiri.

“Cepat!” gertakan Bu Indira tak bisa dibantah. Alfa dan Bagas mulai mencoba untuk memungut kodok-kodok itu. Beberapa kali Alfa melangkah mundur saat kodok yang hampir di raihnya melompat. Ia menyugar rambutnya frustasi. Menyaksikan Alfa yang tak kunjung berani memegang kodok membuat Aqilla berdecak kesal, dengan mulus cewek itu mengambil satu kodok di depan Alfa tanpa ragu. Kodok itu sudah berada di genggamannya.

“Nih,” ketusnya. Bukannya menaruhnya ke dalam box, Aqilla justru mengarahkan kodok itu ke depan wajah Alfa, hanya berjarak beberapa senti. Alfa sontak menangkup wajahnya sendiri, ketakutan.

“LO APAAN SIH QIL!” teriaknya.

       Dengan malas Aqilla menarik tangan laki-laki itu lalu meletakkan kodok di telapak tangannya, menggenggam tangan Alfa yang sudah berisi kodok agar Alfa tak melepaskannya. Aqilla menuntun tangan Alfa menuju box, lalu memasukkan kodok itu pelan ke dalamnya. Alfa yang masih merinding ngeri disekujur tubuhnya berusaha untuk mengikuti arahan Aqilla. Ia menepuk kedua tangannya setelah melepaskan satu kodok dari tangannya.

“Udah gitu doang, apaan yang lo takutin.”

       Sebenarnya bukan hanya sekujur tubuhnya yang merinding, tetapu jantungnya telah berdetak sangat kencang saat Aqilla memegang tangannya. Alfa segera menepis semua perubahan rasa di tubuhnya. Nggak mungkin. Batinnya.

---

 “Lo nggak lupa kan?” selidik Alfa pada Aqilla. Laki-laki itu sudah mensejajari langkah Aqilla. Ia menyelipkan rambutnya yang terurai ke belakang telinga. Hampir saja Aqilla lupa dengan janjinya.

“Mau kemana emang?” tanyanya balik. Ia sangat malas jika harus keluar sama cowok ini. Tetapi apa boleh buat, demi taruhan dan harga dirinya. Aqilla harus menyiapkan mental yang tebal untuk bersiap melahap segala kata-kata buaya Alfa.

“Ada deh,” sahut Alfa dengan antusias. Nggak peduli mau kemana pun, ia ingin segera menyelesaikan misinya. Itu yang terpenting.

“Terserah,” Aqilla memutar bola matanya dengan malas.

“Yaudah ayo..” tukasnya. Gadis itu mengerutkan dahinya tak faham. Ia mengingat kembali, bukankah masih nanti malam.

“Ayo kemana?”

“Gimana gue mau jemput lo nanti kalo nggak tau rumah lo dimana,” Alfa memainkan matanya kepada Aqilla. Mau tak mau ia menerima tawaran Alfa yang sepenuhnya hanya modus belaka. Aqilla membuntuti Alfa menuju parkiran, laki-laki itu memberikannya helm bogo berwarna biru. Aqilla berdecak sinis.

“Emang sengaja?” ia menatap Alfa sinis. Melihat Alfa yang sudah membawa dua helm, sudah terbaca olehnya. Alfa sudah merencanakan krmodusannya. Niat banget. Laki-laki itu hanya tersenyum menanggapi Aqilla. Sedetik kemudian mereka sudah berbaur dengan kendaraan di jalanan.

       Aqilla berdecak kesal saat sepeda roda dua menyalip motor yang sedang dikendarai Alfa. Alfa menyadari hal itu, ia hanya tertawa kecil. Laki-laki itu sengaja memelankan jalannya. Ia menikmati moment berdua dengan Aqilla.

“Kalo gini kapan nyampek rumahnya bego!” seru Aqilla di dekat telinga Alfa, ia sudah berkali-kali mencubit pinggang cowok itu. Tetapi semakin ia memarahinya, semakin Alfa memelankan laju motornya.

“Berisik lo..gue tuh lagi nikmatin suasana,” ucapnya santai. Lagi-lagi sepeda roda dua menyalipnya, Alfa justru menyapa pesepeda itu.

“Semangat olahraganya pak, jangan kasih kendor!” Serunya.

“Tau gini mending gue naik angkot,”

“Mana ada angkot sore, udahlah mending nikmatin boncengan bareng gue..moment langka nih,”

“Kalo ini moment langka, gue mending milih buat lewatin moment ini,”

“Lah ini enggak,” Alfa terus saja memancing emosi Aqilla.

“Pegangan, gue mau melaju kencang.” Ucapnya, Aqilla tak menggubris, ia tak percaya laki-laki itu akan ngebut. Tiba-tiba Aqilla dibuat kaget ria saat Alfa benar-benar melajukan motornya dengan kencang. Sontak gadis itu memeluk Alfa.

“Makanya kalo dibilangin nurut,” teriaknya saat suaranya beradu dengan angin. Alfa meraih tangan Aqilla untuk memintanya berpegangan lebih erat. Gadis itu tak bisa berkutik, ia masih tercengang dengan situasi ini. Sialan si playboy.

Related chapters

  • Batas Waktu   ENAM

    Motor Ninja milik Alfa memasuki pekarangan rumah dengan bangunan sederhana dan bersih itu. Aqilla segera turun dari boncengan cowok itu, ia masih kesal dengan Alfa yang kebut-kebutan di jalan.“Ini rumah lo?” Pertanyaan itu dilontarkan kepada gadis di depannya seraya melepas helm full face miliknya.“Iyaa kenapa? Rumah gue nggak sebagus dan semewah rumah lo,” balas Aqilla sambil masih susah payah membuka pengait helm.“Emangnya gue bilang gitu?” Mata Alfa mendelik sinis,“Gue yang bilang.” Seketika raut muka Alfa berubah menjadi tersenyum saat mendapati ekspresi serius yang ditampilkan gadis itu, kesulitan membuka pengait helm, tanpa aba-aba ia segera membantu gadis cantik yang saat ini di depannya.Aqilla terkejut, Alfa tiba-tiba mendekatkan wajah kearahnya. Gadis itu kehilangan fokus, kini jarak keduanya hanya tinggal satu jengkal.KLIKPengait helm terbuka. Aqilla yang sempat menahan

    Last Updated : 2021-09-13
  • Batas Waktu   TUJUH

    Aqilla memantaskan diri di depan cermin. Gadis cantik itu tampak menawan menggunakan striped colorful lengan panjang yang dipadukan dengan wide leg jeans. Ia memulas tipis lipgloss di bibirnya yang sudah merah alami. Rambut sebahunya sengaja diurai, menambah aura gadis itu yang semakin terpancar. Aqilla melihat jam diding yang tertempel manis di dinding kamarnya yang bernuansa kuning dan cokelat dengan lukisan bunga matahari di beberapa bagian. Jam sudah menunjukkan pukul 8, tetapi cowok itu belum datang juga sampai sekarang. Ia berdecak sebal sambil memainkan handphone ditangannya.“Wih rapi banget lo, mau kemana?” Tanya Rania yang tiba-tiba saja muncul dari balik pintu kamarnya. Gadis itu memutar bola matanya dengan malas.Mendengar suara kakaknya yang menggoda Aqilla, seketika menggugah rasa penasaran Mila yang sedang menonton serial Upin & Ipin di ruang tengah. Ia beringsut menyusul kakaknya.“Mana,mana..” ia menyembulkan kepalany

    Last Updated : 2021-09-17
  • Batas Waktu   DELAPAN

    Dari arah parkiran yang berjarak beberapa meter dari tempat Bagas dan Raffa berdiri. Mereka sengaja menunggu Alfa yang belum juga datang. Tiba-tiba sepatu melayang mengenai kepala Bagas, cowok itu meringis kesakitan di bagian kepala yang terkena sepatu. Melihat Alfa yang tertawa puas membuatnya yakin siapa pelakunya. Tadinya Alfa ingin langsung menghampiri mereka, tetapi ide jahil tiba-tiba saja muncul dikepala.Wajah Bagas sudah memerah padam, menatap nyalang ke arah Alfa yang masih berdiri dengan sisa tawanya. Alfa yang menyadari tatapan Bagas pun seketika justru berjalan santai menuju ke kelas, meninggalkan kedua temannya. Namun sedetik kemudian ia berlari sekencang kilat, saat Bagas mengejarnya dengan beringas.“WOY MAHMUD, LO PUNYA DENDAM APA SIH HAH,” Suara bariton Bagas memenuhi segala penjuru di ruang terbuka itu. Seketika atensi siswa siswi yang berlalu lalang terfokus pada mereka berdua.“SORI GUE GABUT,” Teriak Alfa dengan sant

    Last Updated : 2021-09-17
  • Batas Waktu   SEMBILAN

    Aqilla berjalan sedikit cepat, berusaha mensejajarkan langkah kaki Adit yang lebar. Bel pulang sudah berbunyi 20 menit yang lalu, kini Adit dan Aqilla berjalan menuju parkiran. Gadis itu tak ingin langsung pulang, seperti biasa ia akan main ke rumah Adit dahulu. Biasanya menjelang petang dirinya baru pulang diantar Adit.“Adit, jangan cepat-cepat jalannya, tungguin.” Gerutu Aqilla yang lagi-lagi gagal untuk menyetarakan langkahnya. Seketika cowok itu berhenti dan berbalik arah kepada Aqilla yang masih berjalan dibelakangnya. Membuat gadis itu menabrak tubuh Adit yang tinggi. Ia meringis saat tubuhnya menabrak tubuh di depannya. Adit justru tersenyum tipis, lalu meraih pergelangan tangan Aqilla.“Pendek sih,” goda Adit sambil mengusap ujung kepala gadis itu.“Ih.. body shaming,” gerutu Aqilla menggembungkan pipi chubby-nya. Cowok itu tertawa gemas.“Nggak lah, justru pendek itu yang buat nyaman dipeluk,” ucap

    Last Updated : 2021-09-19
  • Batas Waktu   SATU

    “Halo Giska..”“Halo Naya..”“Hay Ser..”“Haloo cantik..” goda Alfa jail dengan mata yang ia mainkan kearah beberapa cewek yang melewatinya.Di sepanjang lorong sekolah, Alfa menggoda setiap cewek yang melewatinya. Melihat tingkah sahabatnya yang genit membuat Raffa hanya menggelengkan kepala. Lain dengan Bagas yang justru menimpali dengan lambaian tangan yang sok ngartis. Alfa, laki-laki bertubuh atletis dan wajah yang diatas rata-rata membuatnya mempunyai banyak penggemar di sekolah terutama untuk kaum hawa. Kelebihannya itu lah yang membuatnya menjadi seorang playboy kelas kakap di sekolah. Dan for your information, selain tampan Alfa juga tajir melintir. Laki-laki bermarga Siregar itu merupakan anak dari pengusaha manufaktur sukses di Indonesia.Ketiga laki-laki itu menuju kantin, Alfa melipir ke stand es cincau Cik Yan. Selain untuk memesan es cincau, Alfa juga ingin menyapa Anna. Peremp

    Last Updated : 2021-09-03
  • Batas Waktu   DUA

    Aqilla tersenyum sinis meninggalkan Alfa dkk setelah ia menyetujui ajakannya.“Permainan dimulai.” Batinnya.Aqilla berjalan menyusuri lorong sekolah menuju ke kelasnya. Kelas sebelas IPA 1 yang terletak di ujung lorong lantai dua. Sambil bersenandung kecil, langkah kakinya terhenti saat matanya tertuju pada mading sekolah yang sudah ramai dikerubungi para siswa. Karena jiwa penasarannya tergugah, cewek itu mencoba masuk kerumunan. Ia menerobos paksa hingga mendorong keras beberapa siswa di depannya.“Kayaknya seru nih jailin mereka,” batinnya geli.“Aww..Qil!!” geram salah satu siswa IPA 2 yang bernama Ghea.“Hehe..sorry Ghe,” ucapnya cengengesan.“Sorry sorry…lo kira nggak sakit apa.” Sarkas Ghea sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Aqilla tak menggubris omongan Ghea kepadanya. Ia mencari sesuatu yang sedari tadi menjadi obyek di mading.

    Last Updated : 2021-09-07
  • Batas Waktu   TIGA

    "Selain hobi tidur, lo hobi ngapain?” tanya Adit saat Aqilla sudah memposisikan dirinya duduk di depannya. Sepulang sekolah laki-laki itu memenuhi janjinya untuk mentraktir Aqilla ice cream strawberry favoritnya. Mereka sudah berada di dalam kedai yang bernama ‘Kedai Dingin’. Tempat ini sudah lama menjadi tempat favorit mereka berdua. Gadis penyuka es krim itu masih lesu sebab ia baru saja bangun tidur. Di sepanjang perjalanan menuju kedai, Aqilla tertidur di boncengan Adit. Aqilla manusia yang gampang tertidur kalau sedang dibonceng motor. Katanya angin sepoi membuat matanya ngantuk. Laki-laki berambut rapi dengan wangi parfum yang khas melekat ditubuhnya meski sudah seharian beraktifitas, mengacak-acak gemas pangkal kepala gadis di depannya yang tampak lucu mengerucutkan bibirnya.“Makan es krim,” jawabnya dengan wajah yang masih tak bersemangat. Adit tersenyum memandang Aqilla.“Nggak ada yang bermutu dikit gitu?” tanyanya l

    Last Updated : 2021-09-07
  • Batas Waktu   EMPAT

    Hey Bagas nanti Praktikum Biologi kamu kayaknya sekelompok sama aku,” Ucap Jeje genit. Ia mendekati bangku Bagas yang berada di barisan tengah paling belakang. Laki-laki ngondek itu memakai bandana berwarna pink di kepalanya, ia mencolek lengan Bagas, lalu mengibaskan rambut pendeknya dengan menggoda laki-laki itu. Membuat Bagas begidik ngeri. Alfa yang sebangku dengan Bagas terkekeh menahan tawa melihat Jeje yang menggodanya. Tak hanya Alfa, satu kelas juga terkikik menahan tawa yang hampir pecah.“Gue sekelompok sama lo? O-EM-JII! Kenapa nasib gue bisa apes gini.” Sahut Bagas dengan nada yang dialaykan sambil menutup mulutnya. Jeje selalu saja mengganggunya. Melihat tingkah Bagas yang menirukan gaya bicara Jeje, sontak tawa satu kelas pecah.“Iiih kok bilangnya gitu sih, harusnya Bagas seneng kita barengan, Jeje jadi sedih dengernya.” Bagas membuat ekspresi seolah-olah ia ingin muntah. Jeje merasa kesal, ia menghentakkan kakinya beberapa

    Last Updated : 2021-09-08

Latest chapter

  • Batas Waktu   SEMBILAN

    Aqilla berjalan sedikit cepat, berusaha mensejajarkan langkah kaki Adit yang lebar. Bel pulang sudah berbunyi 20 menit yang lalu, kini Adit dan Aqilla berjalan menuju parkiran. Gadis itu tak ingin langsung pulang, seperti biasa ia akan main ke rumah Adit dahulu. Biasanya menjelang petang dirinya baru pulang diantar Adit.“Adit, jangan cepat-cepat jalannya, tungguin.” Gerutu Aqilla yang lagi-lagi gagal untuk menyetarakan langkahnya. Seketika cowok itu berhenti dan berbalik arah kepada Aqilla yang masih berjalan dibelakangnya. Membuat gadis itu menabrak tubuh Adit yang tinggi. Ia meringis saat tubuhnya menabrak tubuh di depannya. Adit justru tersenyum tipis, lalu meraih pergelangan tangan Aqilla.“Pendek sih,” goda Adit sambil mengusap ujung kepala gadis itu.“Ih.. body shaming,” gerutu Aqilla menggembungkan pipi chubby-nya. Cowok itu tertawa gemas.“Nggak lah, justru pendek itu yang buat nyaman dipeluk,” ucap

  • Batas Waktu   DELAPAN

    Dari arah parkiran yang berjarak beberapa meter dari tempat Bagas dan Raffa berdiri. Mereka sengaja menunggu Alfa yang belum juga datang. Tiba-tiba sepatu melayang mengenai kepala Bagas, cowok itu meringis kesakitan di bagian kepala yang terkena sepatu. Melihat Alfa yang tertawa puas membuatnya yakin siapa pelakunya. Tadinya Alfa ingin langsung menghampiri mereka, tetapi ide jahil tiba-tiba saja muncul dikepala.Wajah Bagas sudah memerah padam, menatap nyalang ke arah Alfa yang masih berdiri dengan sisa tawanya. Alfa yang menyadari tatapan Bagas pun seketika justru berjalan santai menuju ke kelas, meninggalkan kedua temannya. Namun sedetik kemudian ia berlari sekencang kilat, saat Bagas mengejarnya dengan beringas.“WOY MAHMUD, LO PUNYA DENDAM APA SIH HAH,” Suara bariton Bagas memenuhi segala penjuru di ruang terbuka itu. Seketika atensi siswa siswi yang berlalu lalang terfokus pada mereka berdua.“SORI GUE GABUT,” Teriak Alfa dengan sant

  • Batas Waktu   TUJUH

    Aqilla memantaskan diri di depan cermin. Gadis cantik itu tampak menawan menggunakan striped colorful lengan panjang yang dipadukan dengan wide leg jeans. Ia memulas tipis lipgloss di bibirnya yang sudah merah alami. Rambut sebahunya sengaja diurai, menambah aura gadis itu yang semakin terpancar. Aqilla melihat jam diding yang tertempel manis di dinding kamarnya yang bernuansa kuning dan cokelat dengan lukisan bunga matahari di beberapa bagian. Jam sudah menunjukkan pukul 8, tetapi cowok itu belum datang juga sampai sekarang. Ia berdecak sebal sambil memainkan handphone ditangannya.“Wih rapi banget lo, mau kemana?” Tanya Rania yang tiba-tiba saja muncul dari balik pintu kamarnya. Gadis itu memutar bola matanya dengan malas.Mendengar suara kakaknya yang menggoda Aqilla, seketika menggugah rasa penasaran Mila yang sedang menonton serial Upin & Ipin di ruang tengah. Ia beringsut menyusul kakaknya.“Mana,mana..” ia menyembulkan kepalany

  • Batas Waktu   ENAM

    Motor Ninja milik Alfa memasuki pekarangan rumah dengan bangunan sederhana dan bersih itu. Aqilla segera turun dari boncengan cowok itu, ia masih kesal dengan Alfa yang kebut-kebutan di jalan.“Ini rumah lo?” Pertanyaan itu dilontarkan kepada gadis di depannya seraya melepas helm full face miliknya.“Iyaa kenapa? Rumah gue nggak sebagus dan semewah rumah lo,” balas Aqilla sambil masih susah payah membuka pengait helm.“Emangnya gue bilang gitu?” Mata Alfa mendelik sinis,“Gue yang bilang.” Seketika raut muka Alfa berubah menjadi tersenyum saat mendapati ekspresi serius yang ditampilkan gadis itu, kesulitan membuka pengait helm, tanpa aba-aba ia segera membantu gadis cantik yang saat ini di depannya.Aqilla terkejut, Alfa tiba-tiba mendekatkan wajah kearahnya. Gadis itu kehilangan fokus, kini jarak keduanya hanya tinggal satu jengkal.KLIKPengait helm terbuka. Aqilla yang sempat menahan

  • Batas Waktu   LIMA

    Seluruh siswa kelas XI IPA1 dan IPA 2 sudah berada di Laboratorium Biologi. Suara ketukan sepatu terdengar mendekati pintu. Bu Indira dengan anggun memasuki lab yang sudah penuh dengan murid-muridnya. Kedua tangannya sudah penuh membawa box besar. Guru wanita berumur 30 tahun itu sudah menggunakan jas lab berwarna putih, tampak cantik dengan kacamata full frame yang bertengger manis di hidungnya yang mancung. Saking cantiknya bu Indira dinobatkan menjadi guru paling cantik di sekolah. Tentu saja Alfa segera melipir mendekatinya.“Bu guru cantik sayang banget kalo capek-capek, Alfa bantuin sini..nggak pantes tangan cantiknya bawa barang berat begini.” Modus Alfa kepada Bu Indira. Guru cantik itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tentu saja hal ini nggak akan menggoda imannya yang kokoh. Alfa mengambil box besar dari tangan perempuan itu.“Modus lo Mud!” ketus Adit yang menyaksikan kelakuan konyol Alfa.&ldquo

  • Batas Waktu   EMPAT

    Hey Bagas nanti Praktikum Biologi kamu kayaknya sekelompok sama aku,” Ucap Jeje genit. Ia mendekati bangku Bagas yang berada di barisan tengah paling belakang. Laki-laki ngondek itu memakai bandana berwarna pink di kepalanya, ia mencolek lengan Bagas, lalu mengibaskan rambut pendeknya dengan menggoda laki-laki itu. Membuat Bagas begidik ngeri. Alfa yang sebangku dengan Bagas terkekeh menahan tawa melihat Jeje yang menggodanya. Tak hanya Alfa, satu kelas juga terkikik menahan tawa yang hampir pecah.“Gue sekelompok sama lo? O-EM-JII! Kenapa nasib gue bisa apes gini.” Sahut Bagas dengan nada yang dialaykan sambil menutup mulutnya. Jeje selalu saja mengganggunya. Melihat tingkah Bagas yang menirukan gaya bicara Jeje, sontak tawa satu kelas pecah.“Iiih kok bilangnya gitu sih, harusnya Bagas seneng kita barengan, Jeje jadi sedih dengernya.” Bagas membuat ekspresi seolah-olah ia ingin muntah. Jeje merasa kesal, ia menghentakkan kakinya beberapa

  • Batas Waktu   TIGA

    "Selain hobi tidur, lo hobi ngapain?” tanya Adit saat Aqilla sudah memposisikan dirinya duduk di depannya. Sepulang sekolah laki-laki itu memenuhi janjinya untuk mentraktir Aqilla ice cream strawberry favoritnya. Mereka sudah berada di dalam kedai yang bernama ‘Kedai Dingin’. Tempat ini sudah lama menjadi tempat favorit mereka berdua. Gadis penyuka es krim itu masih lesu sebab ia baru saja bangun tidur. Di sepanjang perjalanan menuju kedai, Aqilla tertidur di boncengan Adit. Aqilla manusia yang gampang tertidur kalau sedang dibonceng motor. Katanya angin sepoi membuat matanya ngantuk. Laki-laki berambut rapi dengan wangi parfum yang khas melekat ditubuhnya meski sudah seharian beraktifitas, mengacak-acak gemas pangkal kepala gadis di depannya yang tampak lucu mengerucutkan bibirnya.“Makan es krim,” jawabnya dengan wajah yang masih tak bersemangat. Adit tersenyum memandang Aqilla.“Nggak ada yang bermutu dikit gitu?” tanyanya l

  • Batas Waktu   DUA

    Aqilla tersenyum sinis meninggalkan Alfa dkk setelah ia menyetujui ajakannya.“Permainan dimulai.” Batinnya.Aqilla berjalan menyusuri lorong sekolah menuju ke kelasnya. Kelas sebelas IPA 1 yang terletak di ujung lorong lantai dua. Sambil bersenandung kecil, langkah kakinya terhenti saat matanya tertuju pada mading sekolah yang sudah ramai dikerubungi para siswa. Karena jiwa penasarannya tergugah, cewek itu mencoba masuk kerumunan. Ia menerobos paksa hingga mendorong keras beberapa siswa di depannya.“Kayaknya seru nih jailin mereka,” batinnya geli.“Aww..Qil!!” geram salah satu siswa IPA 2 yang bernama Ghea.“Hehe..sorry Ghe,” ucapnya cengengesan.“Sorry sorry…lo kira nggak sakit apa.” Sarkas Ghea sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Aqilla tak menggubris omongan Ghea kepadanya. Ia mencari sesuatu yang sedari tadi menjadi obyek di mading.

  • Batas Waktu   SATU

    “Halo Giska..”“Halo Naya..”“Hay Ser..”“Haloo cantik..” goda Alfa jail dengan mata yang ia mainkan kearah beberapa cewek yang melewatinya.Di sepanjang lorong sekolah, Alfa menggoda setiap cewek yang melewatinya. Melihat tingkah sahabatnya yang genit membuat Raffa hanya menggelengkan kepala. Lain dengan Bagas yang justru menimpali dengan lambaian tangan yang sok ngartis. Alfa, laki-laki bertubuh atletis dan wajah yang diatas rata-rata membuatnya mempunyai banyak penggemar di sekolah terutama untuk kaum hawa. Kelebihannya itu lah yang membuatnya menjadi seorang playboy kelas kakap di sekolah. Dan for your information, selain tampan Alfa juga tajir melintir. Laki-laki bermarga Siregar itu merupakan anak dari pengusaha manufaktur sukses di Indonesia.Ketiga laki-laki itu menuju kantin, Alfa melipir ke stand es cincau Cik Yan. Selain untuk memesan es cincau, Alfa juga ingin menyapa Anna. Peremp

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status