Share

EMPAT

Author: rafikai
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hey Bagas nanti Praktikum Biologi kamu kayaknya sekelompok sama aku,” Ucap Jeje genit. Ia mendekati bangku Bagas yang berada di barisan tengah paling belakang. Laki-laki ngondek itu memakai bandana berwarna pink di kepalanya, ia mencolek lengan Bagas, lalu mengibaskan rambut pendeknya dengan menggoda laki-laki itu. Membuat Bagas begidik ngeri. Alfa yang sebangku dengan Bagas terkekeh menahan tawa melihat Jeje yang menggodanya. Tak hanya Alfa, satu kelas juga terkikik menahan tawa yang hampir pecah.

“Gue sekelompok sama lo? O-EM-JII! Kenapa nasib gue bisa apes gini.” Sahut Bagas dengan nada yang dialaykan sambil menutup mulutnya. Jeje selalu saja mengganggunya. Melihat tingkah Bagas yang menirukan gaya bicara Jeje, sontak tawa satu kelas pecah.

“Iiih kok bilangnya gitu sih, harusnya Bagas seneng kita barengan, Jeje jadi sedih dengernya.” Bagas membuat ekspresi seolah-olah ia ingin muntah. Jeje merasa kesal, ia menghentakkan kakinya beberapa kali ke lantai, lalu kembali menuju mejanya.

“Mampus bencong ngambek!” seru Alfa terbahak-bahak di samping Bagas.

“Je nggak usah dimasukin hati, Bagas mau kok sekelompok sama lo,” Raffa akhirnya membuka suara. Terkadang ia juga merasa kasihan pada cowok bencong itu. Jeje yang memasang wajah murung pun seketika langsung tersenyum kembali.

“Nyenyenyenye..” Bagas nyiyir menirukan Raffa.

---

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, tetapi kelas XI IPA 1 dan IPA 2 tidak bisa langsung pulang, sebab masih ada jadwal Praktikum Biologi. Bu Indira sengaja menggabungkan dua kelas sekaligus agar tidak menambah jam lagi sehingga tidak pulang kesorean.

“Asiikk praktikum bareng kelas sebelah..” teriak Dewi, si Sekretaris kelas saat baru saja dari ruang guru. Beberapa murid pun ikut antusias, sebab mereka pasti akan bertemu dengan pangeran Alfa. Cowok idola di sekolah, meskipun playboy Alfa tetap menduduki peringkat pertama dalam konteks idola terfavorit di sekolah.

Aqilla juga tak kalah antusias, bukan karena akan praktikum bersama si idol sekolah itu. Ia senang bisa satu praktikum dengan seorang Aditya Saputra. Perihal perasaannya kepada Adit, ia memutuskan untuk menyimpannya sendirian. Ketiga sahabatnya tidak ada yang mengetahui, bukan apa-apa tetapi memang ia merasa senang mencintai seseorang diam-diam tanpa satu orang pun yang tahu. Seru aja.

“La..La..pinjem kaca cepet.” Dengan tergopoh Kezia merapikan rambutnya dan memoles bibirnya dengan lipgloss buah-buahan miliknya. Lala pun tak mau kalah dengan Kezia. Melihat kedua sahabatnya yang heboh membuat Aqilla menepuk dahinya.

“Gimana, udah cakep belum gue,” Kezia menunjukkan hasil polesannya kepada dua sahabatnya, ia terus menatap dirinya pada cermin kecil milik Lala.

“Kita tuh mau praktikum, bukan mau main.” Ucap Aqilla dengan malas. Ia mulai menyiapkan alat tulis yang akan dibawa ke Lab Biologi.

“Kali ini praktikumnya beda manjalitahh,” Kezia membalas dengan suaranya yang diimut-imutkan.

“Mau ketemu oppa niih,” Aqilla memutar malas bola matanya. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang janggal. Aqilla mencoba mengingat-ingat sesuatu.

“Hey Vanya kemana?” pekik Aqilla saat menyadari teman sebangkunya yang sedari tadi tidak ada di sampingnya. Lala dan Kezia pun juga baru menyadarinya.

“Astaga dimana tuh anak, sejak tadi gue juga nggak lihat.”Lala celingukan mencari sosok sahabatnya yang bertubuh gemuk itu. Lala menepuk keningnya seketika saat matanya tertuju pada bangku kosong di barisan paling belakang.

“Astaghfirullah gembul, bangun woyy!” tubuh gemuk Vanya meringkuk di lantai, tepat di kolong meja kosong itu, ia tertidur pulas dengan kamus Bahasa Inggris yang dijadikan bantal. Manusia satu ini memang bisa tidur dimana aja.

“Sudah biasa,” ujar Kezia dengan santai. Aqilla segera menghampiri sahabatnya itu.

PLAK!!

Tangannya mulus mendarat di bokong gadis gemuk lucu itu. Mendengar suara pukulan yang amat keras, sontak seisi kelas riuh tertawa. Mendengar seisi kelas yang ramai, Vanya pun terbangun. Bokongnya terasa panas.

“Ngebo aja lo, bangun woy mau praktikum!!” teriak Aqilla di dekat telingan Vanya, ia lantas menutup telinganya yang terasa pengang oleh suara lengkingan dari mulut Aqilla.

“Apaan sih lo Qil, ganggu orang lagi mimpi buruk aja!” gerutunya yang masih susah payah mencoba mengumpulkan nyawa.

“Makanya gue bangunin. Biar lo melihat kenyataan yang lebih indah..” dengan tangan yang ia rentangkan dan menutup matanya seolah-olah ia sedang menikmati hidup.

“Buruan gih siap-siap, terus ke lab.” Lanjutnya kemudian.

---

Para siswa kelas XII IPA 1 dan IPA 2 pun berbondong-bondong menuju ke Laboratorium Biologi yang terletak di seberang gedung, tepatnya di sebelah perpustakaan utama. Sekolahan sudah sepi, sebab jam pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Hanya tinggal ada dua kelas ini dan petugas-petugas di sekolah yang belum pulang. Di lorong sekolah, Vanya berkali-kali mengucek matanya.

“Kok ada Alfa? Kok anak sebelah juga?” Vanya yang tak tahu menahu perihal kelas praktikumnya yang digabung dengan kelas sebelah masih bertanya-tanya kebingungan. Kezia lantas menoyor kepala gadis itu.

“Makanya jangan molor mulu,”

“Kelas kita digabungin.” Sahut Aqilla, ia sedang malas berdebat. Moodnya tiba-tiba tak menentu setelah manik matanya menemukan sosok Alfa.

“Qil!” Adit merangkul Aqilla dari belakang. Aqilla tersenyum kepadanya, namun senyuman itu seketika luntur saat rangkulan Adit kepadanya diserobot oleh Alfa dari belakang. Kini laki-laki itu merangkul pundak mungil Aqilla. Aqilla kesal, ia lantas menepis kasar tangan Alfa.

“Apaan sih lo!” sarkasnya tak terima dirangkul sembarangan oleh manusia playboy itu. Tak ingin mencampuri urusan mereka, Vanya, Lala, dan Kezia pun melangkah lebih dulu menuju lab.

Alfa masih saja berusaha menjahili Aqilla, ia memainkan rambut sebahu gadis itu yang dikucir kuda. Tangannya menarik kuciran yang mengikat rambut Aqilla sehingga rambutnya terurai begitu saja. Aqilla semakin geram. Ia menghembuskan nafas kasar.

“Lo kenapa sih Al! nggak usah ganggu gue.” Aqilla menatap tajam Alfa. Manik matanya tepat menusuk tajam manik mata Alfa. Menyadari gadis ini yang moodnya sedang tidak baik-baik saja Adit mencoba menengahi.

“Udah-udah jangan ribut disini. Lo juga Al seneng banget gangguin Aqilla,” tegur Adit. Alfa hanya terkekeh menggaruk lehernya yang tak gatal.

“Lo cantikan gitu,” ucap Alfa. Ia tak menggubris teguran Adit kepadanya.

“Cih, nggak mempan kalii..dimana-mana buaya sama aja emang. Sama-sama omongannya nggak mutu. Kreatif dikit dong,” Aqilla tersenyum sinis, ia segera meninggalkan Alfa yang masih berdiri di tempat. Ia harus segera jauh-jauh dari manusia setengah buaya ini. Bisa-bisa ia terkena darah tinggi kalau terus ngeladenin Alfa. Laki-laki itu memandang kepergian Aqilla, ia tersenyum simpul mengeluarkan benda yang digenggamnya. Kuciran hitam dengan manik berbentuk bunga matahari, ia menggenggamnya lagi dan memasukkannya ke dalam saku celananya kembali.

"Lo nggak seharusnya sebenci ini sama gue Qil, bahkan lo nggak tahu kehidupan gue," lirihnya dalam hati.

Related chapters

  • Batas Waktu   LIMA

    Seluruh siswa kelas XI IPA1 dan IPA 2 sudah berada di Laboratorium Biologi. Suara ketukan sepatu terdengar mendekati pintu. Bu Indira dengan anggun memasuki lab yang sudah penuh dengan murid-muridnya. Kedua tangannya sudah penuh membawa box besar. Guru wanita berumur 30 tahun itu sudah menggunakan jas lab berwarna putih, tampak cantik dengan kacamata full frame yang bertengger manis di hidungnya yang mancung. Saking cantiknya bu Indira dinobatkan menjadi guru paling cantik di sekolah. Tentu saja Alfa segera melipir mendekatinya.“Bu guru cantik sayang banget kalo capek-capek, Alfa bantuin sini..nggak pantes tangan cantiknya bawa barang berat begini.” Modus Alfa kepada Bu Indira. Guru cantik itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tentu saja hal ini nggak akan menggoda imannya yang kokoh. Alfa mengambil box besar dari tangan perempuan itu.“Modus lo Mud!” ketus Adit yang menyaksikan kelakuan konyol Alfa.&ldquo

  • Batas Waktu   ENAM

    Motor Ninja milik Alfa memasuki pekarangan rumah dengan bangunan sederhana dan bersih itu. Aqilla segera turun dari boncengan cowok itu, ia masih kesal dengan Alfa yang kebut-kebutan di jalan.“Ini rumah lo?” Pertanyaan itu dilontarkan kepada gadis di depannya seraya melepas helm full face miliknya.“Iyaa kenapa? Rumah gue nggak sebagus dan semewah rumah lo,” balas Aqilla sambil masih susah payah membuka pengait helm.“Emangnya gue bilang gitu?” Mata Alfa mendelik sinis,“Gue yang bilang.” Seketika raut muka Alfa berubah menjadi tersenyum saat mendapati ekspresi serius yang ditampilkan gadis itu, kesulitan membuka pengait helm, tanpa aba-aba ia segera membantu gadis cantik yang saat ini di depannya.Aqilla terkejut, Alfa tiba-tiba mendekatkan wajah kearahnya. Gadis itu kehilangan fokus, kini jarak keduanya hanya tinggal satu jengkal.KLIKPengait helm terbuka. Aqilla yang sempat menahan

  • Batas Waktu   TUJUH

    Aqilla memantaskan diri di depan cermin. Gadis cantik itu tampak menawan menggunakan striped colorful lengan panjang yang dipadukan dengan wide leg jeans. Ia memulas tipis lipgloss di bibirnya yang sudah merah alami. Rambut sebahunya sengaja diurai, menambah aura gadis itu yang semakin terpancar. Aqilla melihat jam diding yang tertempel manis di dinding kamarnya yang bernuansa kuning dan cokelat dengan lukisan bunga matahari di beberapa bagian. Jam sudah menunjukkan pukul 8, tetapi cowok itu belum datang juga sampai sekarang. Ia berdecak sebal sambil memainkan handphone ditangannya.“Wih rapi banget lo, mau kemana?” Tanya Rania yang tiba-tiba saja muncul dari balik pintu kamarnya. Gadis itu memutar bola matanya dengan malas.Mendengar suara kakaknya yang menggoda Aqilla, seketika menggugah rasa penasaran Mila yang sedang menonton serial Upin & Ipin di ruang tengah. Ia beringsut menyusul kakaknya.“Mana,mana..” ia menyembulkan kepalany

  • Batas Waktu   DELAPAN

    Dari arah parkiran yang berjarak beberapa meter dari tempat Bagas dan Raffa berdiri. Mereka sengaja menunggu Alfa yang belum juga datang. Tiba-tiba sepatu melayang mengenai kepala Bagas, cowok itu meringis kesakitan di bagian kepala yang terkena sepatu. Melihat Alfa yang tertawa puas membuatnya yakin siapa pelakunya. Tadinya Alfa ingin langsung menghampiri mereka, tetapi ide jahil tiba-tiba saja muncul dikepala.Wajah Bagas sudah memerah padam, menatap nyalang ke arah Alfa yang masih berdiri dengan sisa tawanya. Alfa yang menyadari tatapan Bagas pun seketika justru berjalan santai menuju ke kelas, meninggalkan kedua temannya. Namun sedetik kemudian ia berlari sekencang kilat, saat Bagas mengejarnya dengan beringas.“WOY MAHMUD, LO PUNYA DENDAM APA SIH HAH,” Suara bariton Bagas memenuhi segala penjuru di ruang terbuka itu. Seketika atensi siswa siswi yang berlalu lalang terfokus pada mereka berdua.“SORI GUE GABUT,” Teriak Alfa dengan sant

  • Batas Waktu   SEMBILAN

    Aqilla berjalan sedikit cepat, berusaha mensejajarkan langkah kaki Adit yang lebar. Bel pulang sudah berbunyi 20 menit yang lalu, kini Adit dan Aqilla berjalan menuju parkiran. Gadis itu tak ingin langsung pulang, seperti biasa ia akan main ke rumah Adit dahulu. Biasanya menjelang petang dirinya baru pulang diantar Adit.“Adit, jangan cepat-cepat jalannya, tungguin.” Gerutu Aqilla yang lagi-lagi gagal untuk menyetarakan langkahnya. Seketika cowok itu berhenti dan berbalik arah kepada Aqilla yang masih berjalan dibelakangnya. Membuat gadis itu menabrak tubuh Adit yang tinggi. Ia meringis saat tubuhnya menabrak tubuh di depannya. Adit justru tersenyum tipis, lalu meraih pergelangan tangan Aqilla.“Pendek sih,” goda Adit sambil mengusap ujung kepala gadis itu.“Ih.. body shaming,” gerutu Aqilla menggembungkan pipi chubby-nya. Cowok itu tertawa gemas.“Nggak lah, justru pendek itu yang buat nyaman dipeluk,” ucap

  • Batas Waktu   SATU

    “Halo Giska..”“Halo Naya..”“Hay Ser..”“Haloo cantik..” goda Alfa jail dengan mata yang ia mainkan kearah beberapa cewek yang melewatinya.Di sepanjang lorong sekolah, Alfa menggoda setiap cewek yang melewatinya. Melihat tingkah sahabatnya yang genit membuat Raffa hanya menggelengkan kepala. Lain dengan Bagas yang justru menimpali dengan lambaian tangan yang sok ngartis. Alfa, laki-laki bertubuh atletis dan wajah yang diatas rata-rata membuatnya mempunyai banyak penggemar di sekolah terutama untuk kaum hawa. Kelebihannya itu lah yang membuatnya menjadi seorang playboy kelas kakap di sekolah. Dan for your information, selain tampan Alfa juga tajir melintir. Laki-laki bermarga Siregar itu merupakan anak dari pengusaha manufaktur sukses di Indonesia.Ketiga laki-laki itu menuju kantin, Alfa melipir ke stand es cincau Cik Yan. Selain untuk memesan es cincau, Alfa juga ingin menyapa Anna. Peremp

  • Batas Waktu   DUA

    Aqilla tersenyum sinis meninggalkan Alfa dkk setelah ia menyetujui ajakannya.“Permainan dimulai.” Batinnya.Aqilla berjalan menyusuri lorong sekolah menuju ke kelasnya. Kelas sebelas IPA 1 yang terletak di ujung lorong lantai dua. Sambil bersenandung kecil, langkah kakinya terhenti saat matanya tertuju pada mading sekolah yang sudah ramai dikerubungi para siswa. Karena jiwa penasarannya tergugah, cewek itu mencoba masuk kerumunan. Ia menerobos paksa hingga mendorong keras beberapa siswa di depannya.“Kayaknya seru nih jailin mereka,” batinnya geli.“Aww..Qil!!” geram salah satu siswa IPA 2 yang bernama Ghea.“Hehe..sorry Ghe,” ucapnya cengengesan.“Sorry sorry…lo kira nggak sakit apa.” Sarkas Ghea sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Aqilla tak menggubris omongan Ghea kepadanya. Ia mencari sesuatu yang sedari tadi menjadi obyek di mading.

  • Batas Waktu   TIGA

    "Selain hobi tidur, lo hobi ngapain?” tanya Adit saat Aqilla sudah memposisikan dirinya duduk di depannya. Sepulang sekolah laki-laki itu memenuhi janjinya untuk mentraktir Aqilla ice cream strawberry favoritnya. Mereka sudah berada di dalam kedai yang bernama ‘Kedai Dingin’. Tempat ini sudah lama menjadi tempat favorit mereka berdua. Gadis penyuka es krim itu masih lesu sebab ia baru saja bangun tidur. Di sepanjang perjalanan menuju kedai, Aqilla tertidur di boncengan Adit. Aqilla manusia yang gampang tertidur kalau sedang dibonceng motor. Katanya angin sepoi membuat matanya ngantuk. Laki-laki berambut rapi dengan wangi parfum yang khas melekat ditubuhnya meski sudah seharian beraktifitas, mengacak-acak gemas pangkal kepala gadis di depannya yang tampak lucu mengerucutkan bibirnya.“Makan es krim,” jawabnya dengan wajah yang masih tak bersemangat. Adit tersenyum memandang Aqilla.“Nggak ada yang bermutu dikit gitu?” tanyanya l

Latest chapter

  • Batas Waktu   SEMBILAN

    Aqilla berjalan sedikit cepat, berusaha mensejajarkan langkah kaki Adit yang lebar. Bel pulang sudah berbunyi 20 menit yang lalu, kini Adit dan Aqilla berjalan menuju parkiran. Gadis itu tak ingin langsung pulang, seperti biasa ia akan main ke rumah Adit dahulu. Biasanya menjelang petang dirinya baru pulang diantar Adit.“Adit, jangan cepat-cepat jalannya, tungguin.” Gerutu Aqilla yang lagi-lagi gagal untuk menyetarakan langkahnya. Seketika cowok itu berhenti dan berbalik arah kepada Aqilla yang masih berjalan dibelakangnya. Membuat gadis itu menabrak tubuh Adit yang tinggi. Ia meringis saat tubuhnya menabrak tubuh di depannya. Adit justru tersenyum tipis, lalu meraih pergelangan tangan Aqilla.“Pendek sih,” goda Adit sambil mengusap ujung kepala gadis itu.“Ih.. body shaming,” gerutu Aqilla menggembungkan pipi chubby-nya. Cowok itu tertawa gemas.“Nggak lah, justru pendek itu yang buat nyaman dipeluk,” ucap

  • Batas Waktu   DELAPAN

    Dari arah parkiran yang berjarak beberapa meter dari tempat Bagas dan Raffa berdiri. Mereka sengaja menunggu Alfa yang belum juga datang. Tiba-tiba sepatu melayang mengenai kepala Bagas, cowok itu meringis kesakitan di bagian kepala yang terkena sepatu. Melihat Alfa yang tertawa puas membuatnya yakin siapa pelakunya. Tadinya Alfa ingin langsung menghampiri mereka, tetapi ide jahil tiba-tiba saja muncul dikepala.Wajah Bagas sudah memerah padam, menatap nyalang ke arah Alfa yang masih berdiri dengan sisa tawanya. Alfa yang menyadari tatapan Bagas pun seketika justru berjalan santai menuju ke kelas, meninggalkan kedua temannya. Namun sedetik kemudian ia berlari sekencang kilat, saat Bagas mengejarnya dengan beringas.“WOY MAHMUD, LO PUNYA DENDAM APA SIH HAH,” Suara bariton Bagas memenuhi segala penjuru di ruang terbuka itu. Seketika atensi siswa siswi yang berlalu lalang terfokus pada mereka berdua.“SORI GUE GABUT,” Teriak Alfa dengan sant

  • Batas Waktu   TUJUH

    Aqilla memantaskan diri di depan cermin. Gadis cantik itu tampak menawan menggunakan striped colorful lengan panjang yang dipadukan dengan wide leg jeans. Ia memulas tipis lipgloss di bibirnya yang sudah merah alami. Rambut sebahunya sengaja diurai, menambah aura gadis itu yang semakin terpancar. Aqilla melihat jam diding yang tertempel manis di dinding kamarnya yang bernuansa kuning dan cokelat dengan lukisan bunga matahari di beberapa bagian. Jam sudah menunjukkan pukul 8, tetapi cowok itu belum datang juga sampai sekarang. Ia berdecak sebal sambil memainkan handphone ditangannya.“Wih rapi banget lo, mau kemana?” Tanya Rania yang tiba-tiba saja muncul dari balik pintu kamarnya. Gadis itu memutar bola matanya dengan malas.Mendengar suara kakaknya yang menggoda Aqilla, seketika menggugah rasa penasaran Mila yang sedang menonton serial Upin & Ipin di ruang tengah. Ia beringsut menyusul kakaknya.“Mana,mana..” ia menyembulkan kepalany

  • Batas Waktu   ENAM

    Motor Ninja milik Alfa memasuki pekarangan rumah dengan bangunan sederhana dan bersih itu. Aqilla segera turun dari boncengan cowok itu, ia masih kesal dengan Alfa yang kebut-kebutan di jalan.“Ini rumah lo?” Pertanyaan itu dilontarkan kepada gadis di depannya seraya melepas helm full face miliknya.“Iyaa kenapa? Rumah gue nggak sebagus dan semewah rumah lo,” balas Aqilla sambil masih susah payah membuka pengait helm.“Emangnya gue bilang gitu?” Mata Alfa mendelik sinis,“Gue yang bilang.” Seketika raut muka Alfa berubah menjadi tersenyum saat mendapati ekspresi serius yang ditampilkan gadis itu, kesulitan membuka pengait helm, tanpa aba-aba ia segera membantu gadis cantik yang saat ini di depannya.Aqilla terkejut, Alfa tiba-tiba mendekatkan wajah kearahnya. Gadis itu kehilangan fokus, kini jarak keduanya hanya tinggal satu jengkal.KLIKPengait helm terbuka. Aqilla yang sempat menahan

  • Batas Waktu   LIMA

    Seluruh siswa kelas XI IPA1 dan IPA 2 sudah berada di Laboratorium Biologi. Suara ketukan sepatu terdengar mendekati pintu. Bu Indira dengan anggun memasuki lab yang sudah penuh dengan murid-muridnya. Kedua tangannya sudah penuh membawa box besar. Guru wanita berumur 30 tahun itu sudah menggunakan jas lab berwarna putih, tampak cantik dengan kacamata full frame yang bertengger manis di hidungnya yang mancung. Saking cantiknya bu Indira dinobatkan menjadi guru paling cantik di sekolah. Tentu saja Alfa segera melipir mendekatinya.“Bu guru cantik sayang banget kalo capek-capek, Alfa bantuin sini..nggak pantes tangan cantiknya bawa barang berat begini.” Modus Alfa kepada Bu Indira. Guru cantik itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tentu saja hal ini nggak akan menggoda imannya yang kokoh. Alfa mengambil box besar dari tangan perempuan itu.“Modus lo Mud!” ketus Adit yang menyaksikan kelakuan konyol Alfa.&ldquo

  • Batas Waktu   EMPAT

    Hey Bagas nanti Praktikum Biologi kamu kayaknya sekelompok sama aku,” Ucap Jeje genit. Ia mendekati bangku Bagas yang berada di barisan tengah paling belakang. Laki-laki ngondek itu memakai bandana berwarna pink di kepalanya, ia mencolek lengan Bagas, lalu mengibaskan rambut pendeknya dengan menggoda laki-laki itu. Membuat Bagas begidik ngeri. Alfa yang sebangku dengan Bagas terkekeh menahan tawa melihat Jeje yang menggodanya. Tak hanya Alfa, satu kelas juga terkikik menahan tawa yang hampir pecah.“Gue sekelompok sama lo? O-EM-JII! Kenapa nasib gue bisa apes gini.” Sahut Bagas dengan nada yang dialaykan sambil menutup mulutnya. Jeje selalu saja mengganggunya. Melihat tingkah Bagas yang menirukan gaya bicara Jeje, sontak tawa satu kelas pecah.“Iiih kok bilangnya gitu sih, harusnya Bagas seneng kita barengan, Jeje jadi sedih dengernya.” Bagas membuat ekspresi seolah-olah ia ingin muntah. Jeje merasa kesal, ia menghentakkan kakinya beberapa

  • Batas Waktu   TIGA

    "Selain hobi tidur, lo hobi ngapain?” tanya Adit saat Aqilla sudah memposisikan dirinya duduk di depannya. Sepulang sekolah laki-laki itu memenuhi janjinya untuk mentraktir Aqilla ice cream strawberry favoritnya. Mereka sudah berada di dalam kedai yang bernama ‘Kedai Dingin’. Tempat ini sudah lama menjadi tempat favorit mereka berdua. Gadis penyuka es krim itu masih lesu sebab ia baru saja bangun tidur. Di sepanjang perjalanan menuju kedai, Aqilla tertidur di boncengan Adit. Aqilla manusia yang gampang tertidur kalau sedang dibonceng motor. Katanya angin sepoi membuat matanya ngantuk. Laki-laki berambut rapi dengan wangi parfum yang khas melekat ditubuhnya meski sudah seharian beraktifitas, mengacak-acak gemas pangkal kepala gadis di depannya yang tampak lucu mengerucutkan bibirnya.“Makan es krim,” jawabnya dengan wajah yang masih tak bersemangat. Adit tersenyum memandang Aqilla.“Nggak ada yang bermutu dikit gitu?” tanyanya l

  • Batas Waktu   DUA

    Aqilla tersenyum sinis meninggalkan Alfa dkk setelah ia menyetujui ajakannya.“Permainan dimulai.” Batinnya.Aqilla berjalan menyusuri lorong sekolah menuju ke kelasnya. Kelas sebelas IPA 1 yang terletak di ujung lorong lantai dua. Sambil bersenandung kecil, langkah kakinya terhenti saat matanya tertuju pada mading sekolah yang sudah ramai dikerubungi para siswa. Karena jiwa penasarannya tergugah, cewek itu mencoba masuk kerumunan. Ia menerobos paksa hingga mendorong keras beberapa siswa di depannya.“Kayaknya seru nih jailin mereka,” batinnya geli.“Aww..Qil!!” geram salah satu siswa IPA 2 yang bernama Ghea.“Hehe..sorry Ghe,” ucapnya cengengesan.“Sorry sorry…lo kira nggak sakit apa.” Sarkas Ghea sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Aqilla tak menggubris omongan Ghea kepadanya. Ia mencari sesuatu yang sedari tadi menjadi obyek di mading.

  • Batas Waktu   SATU

    “Halo Giska..”“Halo Naya..”“Hay Ser..”“Haloo cantik..” goda Alfa jail dengan mata yang ia mainkan kearah beberapa cewek yang melewatinya.Di sepanjang lorong sekolah, Alfa menggoda setiap cewek yang melewatinya. Melihat tingkah sahabatnya yang genit membuat Raffa hanya menggelengkan kepala. Lain dengan Bagas yang justru menimpali dengan lambaian tangan yang sok ngartis. Alfa, laki-laki bertubuh atletis dan wajah yang diatas rata-rata membuatnya mempunyai banyak penggemar di sekolah terutama untuk kaum hawa. Kelebihannya itu lah yang membuatnya menjadi seorang playboy kelas kakap di sekolah. Dan for your information, selain tampan Alfa juga tajir melintir. Laki-laki bermarga Siregar itu merupakan anak dari pengusaha manufaktur sukses di Indonesia.Ketiga laki-laki itu menuju kantin, Alfa melipir ke stand es cincau Cik Yan. Selain untuk memesan es cincau, Alfa juga ingin menyapa Anna. Peremp

DMCA.com Protection Status