Home / Horor / Bapakku Dukun / Tapa Brata

Share

Tapa Brata

Author: Nana Shamsy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Part 7

"Bertapalah di sini. Ingat, apapun yang muncul di hadapanmu nanti. Jangan pernah takut, atau tapa bratamu gagal!" 

"Baik, Ki," jawab Nuning. Ia pun duduk di depan gundukan batu tersebut. Begitu Nuning duduk, juru kunci itu tiba-tiba sudah menghilang meninggalkan Nuning sendirian di tengah hutan.

lho, kemana si aki. Kenapa cepat sekali perginya? Apakah dia bukan manusia? 

Dalam sekejab Nuning sudah tidak bisa menemukan juru kunci tersebut. 

🌿🌿🌿

Nuning celingukan memerhatikan sekitar. Ia sendirian di tengah hutan. Dua botol air minum menjadi bekalnya selama bertapa. Nuning hanya bertapa pada saat matahari tenggelam, di siang hari ia bisa menghentikan tapa bratanya. Angin berhembus kencang. Gemerisik dedaunan menjadi teman Nuning. Sesekali terdengar suara, entah benda jatuh, atau mungkin hewan kecil yang tak sengaja lewat. 

Nuning duduk layaknya sinden. Ia mulai menarik napas panjang dan dikeluarkanya secara perlahan. Hawanya mulai sangat tidak enak. Kerudung Nuning tersibak angin, ia membiarkanya saja. Nuning mulai medengar suara tawa cekikikan melengking, entah dari mana asalnya. Suasana tetiba menjadi sangat ramai dengan berbagai interaksi. Ada tawa anak-anak, ada suara seperti berbincang, riuh memenuhi gendang telinga Nuning. 

Ia memecingkan matanya, mencoba melihat sekitar. Matahari mulai tenggelam, semburat warna orange menembus celah dedaunan bagai tombak yang menghujam tanah. 

Buk. 

Ada yang menepuk pundak Nuning. Namun, ia tetap fokus pada pertapaannya. Punggung Nuning tiba-tiba terasa berat. Akan tetapi, ia tetap tidak bergerak. Kembali Nuning menenangkan diri, akhirnya punggungnya terasa enteng kembali. 

Malam pertama. 

Berkali-kali Nuning mengatur napasnya agar tidak panik. Malam semakin larut. Jantung Nuning mulai berdegub kencang. Bulu kuduknya berdiri, merinding sekujur badanya ketika Nuning merasakan ada sesuatu yang menjilati tubuhnya seakan ia mau dimangsa. Saat Nuning membuka mata, ia hampir saja berteriak. Sebuah kepala tanpa badan sudah berada tepat beberapa inci di depannya. Makhluk itu menjulurkan lidahnya, sementara dari lehernya mengucur darah segar yang mengeluarkan bau anyir dan busuk yang teramat sangat. Belatung berjatuhan setiap kali kepala itu bergerak menjilati setiap bagian tubuh Nuning. Nuning sendiri berhasil memasang wajah datar tanpa experesi. Memang itulah yang harus dilakukan Nuning. Detik kemudian, hantu kepala itu pun pergi. 

Nuning berhasil melewati ujian pertamanya. Sejenak Nuning bisa bernapas dengan lega. Dia sudah pasrah, kalau memang harus mati di tempat itu. 

Tak lama kemudian. Ganti, muncul penampakan wewe gombel di depanya. Suaranya melengking, payudaranya delower sampai ke bawah dan matanya merah menyala. Iya melambai-lambaikan tangannya dan terus tertawa. Kepalanya dimain-mainkan, di goyang kekiri dan ke kanan. Tiba-tiba wewe gombel itu terdiam. Bola mata menyala itu fokus melihat ke arah Nuning. Kemudian ia berjalan pelan mendekati Nuning. Ingin rasanya Nuning menutup mata. Namun, tidak. Ia tidak boleh gagal. Bisiknya dalam hati. Wewe gombel itu kemudian merobohkan dirinya menimpa Nuning. Untung saja Nuning tidak berteriak. Wewe gombel itu menghilang satu inci tepat  di saat menyentuh tubuh Nuning. 

Wus. 

Hanya hembusan angin yang begitu dahsyat menghantam tubuh Nuning. Ujian ke dua Nuning lolos. 

Belum selesai senam jantung. Sosok nenek-nenek muncul dari balik batu dengan wajah berantakan. Seekor ular keluar menjulur dari lubang matanya yang hancur. Setengah tulang tengkorak wajahnya terlihat. Ini makhluk apa? Pikir Nuning. Harus berapa banyak penampakan yang akan muncul di depanya. Nenek bungkuk itu menghentak-hentakan tongkatnya. Berjalan pelan mendekati Nuning. Kemudian mereka saling bersitatap. 

Pluk! 

Bola matanya terjatuh tepat di depan Nuning. Lagi-lagi bau anyir menyeruak masuk ke dalam lubang hidung Nuning. Belum habis rasa kagetnya dengan bola mata yang terlepas, kini kulitnya pun tiba-tiba berjatuhan seperti es krim yang meleleh. Tangannya menjulur mencekik Nuning. Rasannya detak nadi Nuning melemah. Makhluk itu membuka mulutnya yang menjijikan, dan ... blaz ... ia menghilang. Hampir saja Nuning pingsan, ia merasa makhluk itu akan melalapnya. Namun, ia selalu ingat. Itu hanya ujian tapa brata nya. Malam pertama pun mampu dilalui Nuning dengan sempurna.

Cahaya matahari yang memaksa menembus rimbunan daun menjadi pertanda selesainya tapa brata Nuning di hari pertama. Ia bisa merengangkan badanya dan meminum air untuk membasahi tenghorokannya yang kering karena menelan salivanya berkali-kali. 

Aku masih hidup. Nuning meraba tubuhnya, ia melepas napas lega. Nuning sama sekali tak bergerak dari sana, ia hanya mengedarkan padangannya ke sekeliling. Nuning bergeser sedikit dari tempat bertapanya, ia menyenderkan dirinya batang pohon. Sesaat kemudian Nuning pun tertidur.  

🌿🌿🌿

Malam kedua. Nuning menyiapkan jiwa raganya, bisa jadi ujianya akan lebih berat. Tentu saja, tak mudah memang melakukan tapa brata. Lagi, suara cekikikan tak berhenti sejak tadi, tepatnya sejak mentari mulai bersembunyi. Geraman, eraman. Ah, aku tak akan mundur. Tekad Nuning dalam hati. Nuning sudah duduk di depan baru berundak seperti kemarin. Menunggu detik berlalu. 

Sesosok pocong muncul dari balik pohon.  Wajahnya sangat menyeramkan. Ia menghilang dan mucul lagi di pohon lainya yang lebih dekat. 

Cuma pocong saja. Aku tidak takut. Nuning berusaha menguatkan dirinya. 

Sampai akhirnya si pocong berada di depanya. Wajahnya ternyata tak bisa di gambarkan. Banyak belatung mengeliat di tulang hidungnya yang bolong. Matanya merah, dan kulitnya membusuk hitam kecoklatan dengan darah dan nanah. 

Cuih! 

Pocong itu meludahi wajah Nuning. Seketika Nuning merasakan panas yang teramat sangat. Ia menggunci bibirnya, giginya gemertak. Nuning meremas jarinya untuk menahan rasa panas itu. Napas Nuning tersengal-sengal. Benar dugaanya, ujiannya di hari kedua sangat berat. Kulit Nuning terasa melepuh. Seluruh tubuhnya gemetar menahan rasa panas. Peluh membasahi seluruh tubuhnya. Pocong itu tertawa cekikikan melihat expresi wajah Nuning yang merah seperti kepiting rebus. Ingin rasanya Nuning menyiramkan air yang ada di depanya ke wajahnya. Panas. Nuning mulai mengatur napasnya. Ia meyakinkan dirinya sendiri kalau dia bisa. 

Cuih! 

Pocong itu meludahi ubun-ubun Nuning. Bisa dibagangkan apa yang ia rasakan. Rasanya kepala Nuning mau pecah. Tubuh Nuning bergetar hebat, tapi ia berusaha untuk tetap duduk tegap. Pocong itu mentanap Nuning dengan tajam. Berusaha menakut-nakutinya agar tapa bratanya gagal. Namun, Nuning bukanlah wanita yang lemah, ia tak gentar sedikitpun. Masih dengan wajah datarnya, si pocong jelek tiba-tiba betubah menjadi tinggi dan semakin tinggi. Kemudian seperti kejadian wewe gombel kemarin. Pocong itu menjatuhkan dirinya kepada Nuning. Kemudian ia menghilang. Rasa panas di wajah dan tubuh Nuning pun berangsur hilang seketika. Nuning berhasil lolos juga dari godaan si pocong. 

Sesosok mata mengawasi gerak-gerik Nuning. Ia menjentikkan jarinya. Lalu seekor macan kumbang dengan ukuran yang tidak biasa muncul. Ia mengaum dan membuka mulutnya bak kelaparan dan siap menerkam Nuning.

Bukan ... itu pasti hanya macan jadi-jadian yang mau menggagalkan tapa brataku. Nuning menunging senyum ia menutup matanya, dan merilekskan dirinya. 

Suara macam itu seharusnya bisa membuat oramg lari terbirit-birit. Tapi, tidak untuk Nuning. Bahkan saat macan itu mulai mengendus tubuhnya. Ia diam saja. 

Crash! 

Terasa macan itu merobek lengan baju Nuning. Tentu saja kulit Nuning juga terasa sakit. Namun ia percaya, itu hanya seperti halusinasi tingkat tinggi yang di buat oleh macan itu seperti kejadian sebelumnya. Perih ... tapi Nuning percaya rasa sakitnya akan segera hilang setelah macan itu pergi. Macan itu tidak mungkin membunuhnya. Ia hanya bertugas membunuh tekad Nuning. Nuning. Macan itu mulai mencengkeram Nuning dari belakang, kedua kaki depannya menangkup leher Nuning, lalu ia mulai menjilati tubuh Nuning. Diam dan Diam hanya itu yang Nunig lakukan hingga macan itupun kemudian pergi. 

Apakah aku sudah berhasil? Lagi-lagi Nuning tidak percaya bisa melewati malam tapa brata keduanya yang begitu berat. Nuning memeriksa pipinya yang terbakar semalam akibat liur pocong menjengkelkan. Nuning tertawa senang, ia tidak apa-apa. Bayangan harta melimpah dan tangis orang-orang yang menghinanya begitu terpampang nyata. Awas kalian!

Tinggal satu malam terakhir. Membayangkan kejadian bersama pocong semalam tidak lantas menyiutkan nyali Nuning. Ia pasrah, apapun yang terjadi. Pokoknya tapa bratanya harus berhasil. Ia sudah melangkah cukup jauh, tinggal satu malam lagi dan ia harus bisa! 

Malam terakhir. 

Interaksi makhluk astral itu semakin aktif menggoda Nuning. Sebuah kepala tiba-tiba mengelinding di depanya seperti bola sempat mengagetkan Nuning. Ck, jantungnya berpacu kencang. Disusul kemudian datanglah penampakan hantu sungsang. Yakni hantu yang kepalanya di bawah dan kakinya di atas. Organ dalamnya semua terlihat seperti hantu kunyang. Nuning hampir saja mengeluarkan isi perutnya. Baunya sangat busuk. Ia memuntahkan belatung campur darah dan nanah tepat di depan Nuning. 

Nuning meliriknya, belatung itu mengeliat-ngeliat.  Kemudian si hantu sungsang itu kembali memakan muntahanya tadi. Perut Nuning semakin terasa bagai diaduk-aduk. Hantu sungsang itu berhenti memakan belatung ketika mendengar sedikit suara dari mulut Nuning. Beberapa saat kemudian mereka bersitatap. Hantu itu mengunyah belatung sambil terus menatap wajah Nuning. Sampai akhirnya hantu itu kembali meneruskan memakan muntahannya . Jantungnya bedetak dan organ perutnya bergerak. 

Malam itu Nuning di keroyok berbagai makhluk halus. Hantu kepala buntung datang dan meletakan kepalanya yang sudah mulai membusuk dan hancur di pangkuan Nuning. Nuning merasakan pahanya basah terkena lelehan darah. Cairan merah itu merembes ke dalam kain jarik Nuning. Nuning tetap saja diam dengan berbagai ujian yang datang. Pandanganya kosong. Fokus ke depan, ke arah gundukan batu. 

Kemudian datanglah sesosok hantu wanita berambut ular. Oh, bukan ... bukan hanya ular, tapi juga bebagai hewan menakutkan nyangkut di rambutnya. Salah satunya adalah kalajengking. Kalajengjing itu terjatuh tepat di wajah Nuning. Ia berjalan di pipi Nuning dan siap menusukkan racun di ekornya. Detik kemudian tubuh Nuning sudah di penuhi hewan-hewan menjijikan seperti kelabang dan ular. Hewan-hewan itu mulai masuk ke dalam baju Nuning. Ada pula yang masuk ke rambut Nuning. Nuning membiarkan dirinya bersatu dengan mereka. Aku adalah bagian kalian. Begitulah Nuning mebisikan hal itu dari batinnya. 

Tak lama kemudian sebuah tangan dengan kuku berwarna hitam mengelus-ngelus wajahnya dari belakang. Sekali saja ia menancapkan kukunya di leher Nuning. Pastilah Nuning mati seketika. Kemudian datanglah banaspati. Hantu yang berwujud api itu menyentuh ubun-ubun Nuning. Seketika badan Nuning terasa terbakar. Nuning sudah tidak bisa berpikir, apakah dia masih bisa hidup atau mati. Ternyata seberat itu ujian tapa bratanya di hari terakhir.

Sampai akhirnya terdengar suara tepukan tangan. Semua demit itu seketika menghilang dalam sekejab. Nuning akhirnya bisa bernapas lega walaupun napasnya masih naik turun. 

Terlihat sosok perempuan yang sangat cantik di depanya. Inikah Nyi Ratu yang akan memberikan harta melimpah kepadanya? 

Wanita cantik itu mendekati Nuning dan bertanya apa tujuanya datang ke tempat itu. Tanpa ba bi bu. Nuning  langsung menjawab kalau mau mencari pesugihan. Lantas Nyi Ratu menggajaknya ke istana memedi. Terletak di dalam goa di tengah hutan. 

Di istana itu Nuning membuat sebuah perjanjian. Nyi Rati memberikan sebuah daun emas yang bertuliskan tulisan kuno. Kemudian Nyi Ratu memasukannya ke telapak tangan Nuning tanda persekutuannya. Daun emas itu berfungsi sebagai penghubung antara dirinya dan Nuning. Nyi Ratu bisa memanfaatkan tubuh Nuning setelahnya, dan Nuning sendiri sudah menyerahkan setengah jiwanya. 

"Tumbal pertama haruslah keluarga!" kata Nyi Ratu.

"Keluarga?"

"Ya," jawab Nyi Ratu sambil berjalan pelan dan memainkan ujung selendangnya.

"Pikirkan! Siapa yang akan kau tumbalkan!" 

Walau sedikit ragu, akhirnya Nuning menjawab juga.

"Sudah saya pikirkan, Nyi!" jawab Nuning mantab. 

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Aisha putri
apakah ini di angkat dari kisah nyata, Thor?
goodnovel comment avatar
Arief Mixagrip
seru ceritanya
goodnovel comment avatar
Baharudin Haris
serem juga ya punya tetangga kayak gitu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bapakku Dukun   Tumbal Pertama

    Part 8Nyi Ratu tersemyum kecil. Ia memberikan sebuah mantra kepada Nuning untuk bisa memanggilnya."Tutup mata kamu," kata Nyi Ratu. Beberapa saat kemudian Nuning mendengar suara motor. Ketika Nuning membuka matanya, Ia sangat terkejut, ternyata ia sudah berada di depan gerbang penginapan. Pakaian Nuning pun sudah berubah menjadi baju yang dipakainya saat ke petilasan, tidak memakai kebaya dan kain jarik lagi. Sedikit kaget Nuning menoleh kekiri dan kanan. Kemudian baru masuk ke penginapan menuju kamar nomor lima. Jadi, benar ... yang menyambut dan mengantar Nuning ke tengah hutan pasti bukanlah juru kunci yang sebenarnya. Tapi, abdi dari Nyi Ratu yang ia kirimkan.Tok! Tok! Tok!"Assalamualaikum, Mas!""Waalaikumsalam," jawab Jamil. Ia membuka pintu dan mendapati istrinya sudah berdiri di sana. "Dik, ya Allah. Bagaimana?" tanya Jamil. Dengan masih menginggat sang pencipta Jamil lega Nuning sudah kembali dari petilasan. Ia

  • Bapakku Dukun   Ular Siluman

    Part 9"Ada apa, Rif?""Bapak nggak ada, Kang!""Apa?! Innalilahi wainna ilaihi rojiun."Jamil mumutar kepalanya, menoleh kepada Nuning. Menatap tajam matanya. Nuning tertunduk, mungkinkah tumbal pertama itu adalah Bapaknya?🌿🌿🌿Bibir Jamil bergetar, seluruh tubuhnya gemetar. Melihat raut wajah Nuning, dia tau pasti. Bapaknya sudah jadi tumbal ke-egoisanya."Pulanglah dulu, Rif. Sebentar, aku ke sana.""Iya, Kang!"Jamil segera menutup pintu setelah Arif pulang. Diseretnya Nuning ke kamar."Dik, katakan! Apa Bapakku yang kau jadikan tumbal?"Nuning terdiam, matanya berkaca-kaca. Dua tetes air mata jatuh dari pelupuk mata Nuning saat dia memejamkan matanya. Jamil memegang kedua lengan Nuning. Berharap sang istri bilang 'Tidak' . Berharap kalau dugaanya salah."Dik!"Nuning terisak. "Iya Mas, Bapak adalah tumbal pertamaku.""Apa?!"Jamil tak percaya denga

  • Bapakku Dukun   Kehilangan Mila

    Part 10"Dik, hentikan!" ucap Abi. Akhirnya Abi berhasil masuk ke rumah juga. Ia menyambar gunting itu dari tangan isyrinya dan membuangnya."Jangan hentikan aku, Mas. Ular ini mau membunuh anak kita, Mila. Mas!" Dyah kembali berusaha mencari sesuatu. Matanya mengedar ke penjuru kamar. Garbu di atas nakas menjadi sasaran. Dyah mengambilnya dan mau ditusukkan kembali ke tangannya yang ia lihat adalah seekor ular.🌿🌿🌿"Dik, sadar. Istigfar!" Abi memegang kedua lengan istrinya dan berusaha menyadarkanya, setelah istrinya tenang, Abi memeluk erat Dyah."Kenapa Nuning terus saja menganggu kita, Mas!" Abi mengelus lengan istrinya dan menuntunya duduk di ranjang. Mereka berdua menatap putrinya tangis Mila memecah kesunyian malam."Cup, cup sayang. Bismilahirohmanirohim." ucap Abi kemudian ia membacakan surat An-nas untuk mengusir jin. Sementara Dyah masih terdiam, syok atas kejadian barusan. Abi sudah mengikat lengan tangan Dyah di b

  • Bapakku Dukun   Tamu Misterius

    Part 11 Kami persembahkan tumbal kami Nyi. Terimalah!" Dyah mendengar Nuning berkata demikian. Tak, akan kubiarkan. Klik. Pintu pun terbuka. Milaaa ... Dyah berteriak kencang. "Dik, Dik, bangun, Dik!" Abi mengoyang-goyangkan tubuh Dyah dengan kencang dan menepuk-nepuk pipinya. Hah. "Istigfar, kamu mimpi buruk!" "Mimpi?" Dyah menoleh ke samping dan mendapati putrinya sedang tertidur. "Ya, Allah, Mila," ucap Dyah. "Minumlah," kata Abi. Sementara itu napas Dyah mulai stabil. Untunglah semua itu cuma mimpi. "Kamu mimpi apa?" tanya Abi. Dyah pun menceritakan perihal mimpinya. "Ini bukan sekedar mimpi, Mas. Ini petunjuk, ini firasat!" "Lagi-lagi Nuning," jawab Abi. Sekarang Abi seratus persen percaya, ini sudah kesekian kalinya Dyah bermimpi tentang Nuning. Firasat Dyah memang kuat. Badan Mila mulai panas lagi, Dyah mengompres sambil terus memba

  • Bapakku Dukun   Di Tolong Pak Lurah

    Part 12Arrrggg!Suara Abi semakin keras, sementara itu, tamu itu makin kencang mengedor-ngedor pintu, seakan ikut merasakan kepanikan si empunya rumah."Waalaikumsalam," jawab Dyah. "Lho, Pak Lurah. Ada perlu apa malam-malam bertamu, Pak?" tanya Dyah setelah pintu terbuka."Suara apa itu?" tanya Pak Lurah."Itu suami saya, Pak!" Pak Lurah dengan wajah panik langsung nyelonong begitu saja. Dyah mengikutin Pak Lurah dari belakang. Mendapati Abi yang kesakitan, tanpa meminta izin terlebih dahulu. Pak Lurah langsung komat-kamit dan memegang bagian pusar Abi. Abi menjerit keras, Dyah hanya jadi penonton di ambang pintu. Apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana Pak Lurah bisa tahu?"Tutup pintu depan!" Perintah Pak Lurah. Dyah tergopoh menutup pintu depan. Kemudian Pak Lurah kembali membaca doa, Abi makin menjerit dan berguling kekiri dan kanan. Abi terus menyebut asma Allah, peluh membasahi seluruh badannya, bola mata A

  • Bapakku Dukun   Membalikkan Fakta

    Part 13"Jangan dibuka!" teriak Abi dari dalam kamar mandi seakan tahu apa yang akan dilakukan oleh Dyah. Dyah memang pemberani, tetapi kadang ia terlalu sembrono. Dyah buru-buru menutup pintu dan menunggu Abi ke luar dari kamar mandi. Setelah perutnya terasa enak, akhirnya Abi ke luar juga."Kenapa?" tanya Dyah ingin tahu. Tadi saat pergi kerumah Nuning, Abi baik-baik saja."Aku ngeri dengan makanan yang disajikan oleh Nuning dan Jamil. Entah apa cuma aku yang bisa melihatnya. Bangkai ayam dalam keadaan masih dipenuhi bulu. Hi," kata Abi begidik."Masak sih, Mas?! Yang benar saja!""Beneran! Makanya aku mual, bukan karena aku ikut makan! Aku hanya berpikir, apakah selama ini hidangan semacam itu jugalah yang kumakan setiap kali kundangan di rumah Jamil!""Jadi ... tadi orang-orang makannya biasa-biasa aja begitu?""Iya, mereka malah rebutan ayam panggang. Nah, itu dia, bukanya ayam panggang, aku lihatnya

  • Bapakku Dukun   Boneka Misterius

    Part 14🌿🌿🌿Terdengar suara deru mobil di jam dua belas malam. Dyah dan Abi menyibak korden. Terlihat Pak Lurah dan Abah turun dari mobil yang diparkir di depan rumah, tepatnya di kebun milik Nuning."Itu Abah!" kata Abi yang memang sudah sedari tadi menunggu kedatangan beliau sesuai janji. Dyah langsung menyalakan lampu dan bersiap menyambut beliau. Benar kata Abi, Abah begitu berkarisma meski tak lagi muda. Sebelum beliau mengetuk pintu, Dyah sudah membukannya terlebih dahulu. Abah melangkah dengan gagah, kaki jenjangnya persis seperti aktor india Amitabh Bachchan."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam, Bah," jawab Abi dan Dyah hampir bersamaan."Mangga, Bah," kata Dyah mempersilakan Abah untuk masuk. Akan tetapi, Abah seperti menangkap sesuatu di luar, beliau tidak langsung masuk. Namun, perhatianya terfokus ke arah kiri beberapa saat. Barulah setelah itu Abah masuk, dan tentu saja beliau langsung mencari Mila. Aba

  • Bapakku Dukun   Ada apa dengan Kaki Mila

    Part 15"Lalu, tanah dari kebun Nuning ini buat apa, Bah?""Sebarkan keseluruh rumah. Jangan di sapu. Sebarkan saja di pinggir. Dengan begitu, setiap Nuning menyerang, entah itu mengirim ilmu hitam, teluh, santet, guna-guna, maka, sama halnya dia menyerang dirinya sendiri," terang Abah."Oh ... jadi begitu!" Abi baru mengerti sekarang. Pantas saja saat tadi dia mau mengambil tanah dari kebun Nuning ada yang menghalangi. Ternyata cukup penting juga gunanya."Sebentar lagi memasuki bulan suro. Dia pasti di todong oleh demitnya. Aku lihat banyak sekali, ada kethek (monyet) putih juga." kata Abah. "Kamu Abi ... kalau bisa tidur di depan pintu sini, Bi," kata Abah sambil menunjuk depan pintu ruang tamu."Biar apa, Bah?""Tentu saja menjaga keluargamu, Bi," kata Abah lagi."Baik-baik Bah," kata Abi. Lantas Abah memberikan secarik kertas bertulis resep obat dan doa."Hafalkan doa itu. Baca seribu ka

Latest chapter

  • Bapakku Dukun   Bapakku Dukun dan aku bangga

    Part 68"Maaf kami tidak bisa menyelamatkan putri Anda!"Bruukk!Dyah jatuh tersungkur pingsan.Abi segera menangkap tubuh Dyah dan berusaha menyadarkannya, Ayu dan Lidya menutup mulut mereka dengan ke dua telapak tangannya, tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Dimas terduduk lemas, seluruh tulangnya seakan tercabut dari tubuhnya. Ia melihat Abi dan Dyah. Bagaimana perasaan mereka kehilangan putri semata wayangnya.Mila ... Mila ...Ketika Dyah terbangun yang keluar dari mulutnya hanya nama Mila saja. Abi yang tak kalah hancurnya dengan Dyah harus tetap bersikap tegar. Tak ada satupun kata yang keluar dari mulut Abi yang bisa untuk menggambarkan perasaannya sekarang ini.Dokter kemudian segera menyiapkan berkas kematian Mila. Abi meminta bantuan kepada Bahrul untuk mengabari orang-orang desa. Dengan begitu, warga bisa menyiapkan lubang kuburan untuk Mila dan mengabari kerabat ja

  • Bapakku Dukun   Sebuah Akhir

    Part 67"Mila ...!"Reflek Dimas menjatuhkan diri dan berusaha menangkap tangan Mila. Namun usaha Dimas gagal, Mila tergelincir. Untunglah ada batu besar yang menjorok, tangannya berhasil meraih akar tanaman rambat yang lebat di pinggir tebing. Akar tanaman itu menjuntai ke bawah seperti tanaman hias. Mila hampir jatuh tapi Mila berhasil menyelamatkan diri. Kini Mila duduk di batu tersebut tak berani bergerak. Mila masih belum percaya kalau dirinya masih selamat.Ibu, Lidya, dan Ayu berteriak histeris.Nyi Dewi tertawa senang."Dimas, kamu mencintai wanita ini bukan? Matilah kalian berdua!" Lalu Nyi Dewi pun menghempaskan Dimas juga.Mila sangat terkejut melihat Dimas jatuh di hadapanya. Mila berteriak histeris memanggil namanya, saat Mila melongok. Betapa lega hati Mila melihat Dimas berhasil meraih akar tanaman rambat juga, tapi dia tak seberuntung Mila. Tubuh Dimas mengayun ke kiri dan ke kanan seperti Tarzan. Deng

  • Bapakku Dukun   Tergelincir

    Part 66"Sepertinya saya tahu Mila di bawa kemana. Ayo Pak Abi.""Kalian mau kemana?" tanya Dyah bingung."Inshaallah saya janji akan membawa Mila pulang dengan segera, selamat, dan tanpa kurang apapun. Bu Dyah jangan kawatir. Doain kami saja!" kata Dimas menyakinkan.Bahrul yang kebetulan berada di lokasi proyek pun mendekati Dimas."Ada apa, Bro?" tanya Bahrul ketika menangkap raut wajah panik dari Dimas, Abi dan Dyah."Mila!""Ada apa dengan Mila?""Aku nggak bisa menjelaskan sekarang. Intinya aku titip Neng Ayu ya, tolong jaga Neng Ayu dan Bu Dyah kalau sampai malam hari nanti kami belum juga pulang.""Tapi-""Kami buru-buru," Dimas memotong ucapan Bahrul. Dimas segera menghidupkan mesin motornya, dan menarik gasnya dengan kencang setelah Abi naik ke atas motor."Sebenarnya ada apa Bu Dyah?" tanya Bahrul."Begini, sekitar satu jam tadi ada yang menjemput Mila. Dimas, aku s

  • Bapakku Dukun   Dijemput

    Part 65Mila bingung harus berbuat apa sekarang. Kami berdua hanya saling bersitatap.Ehem.Deheman Bahrul memecahkan kebisuan mereka.Em ... Mila kikuk. Segera ia ambil langkah seribu, kembali ke kamar. Dimas memandang Mila sampai menghilang, sementara Bahrul memainkan alisnya kepada Dimas.Dimas melipat jubahnya dengan rapi, ia kemudian ke depan dan menyimpan jubah itu di jok motor. Lalu, Dimas mendahului melanjutkan pekerjaan sembari menunggu orang-orang datang. Usai salat Bahrul langsung menyusul Dimas ke depan."Bagaimana?" tanya Bahrul."Bagaimana apanya?" kata Dimas sambil mengayunkan cangkul meneruskan membuat pondasi. Sebenarnya tadi Dimas merasa malu."Sudahlah, serahkan padaku masalah Mila!" kata Bahrul. Entah apa yang di rencanakan anak itu. Dimas tak mengubris Bahrul, omongannya sudah mulai ngawur. Bagaimanapun juga, bagi Dimas sudah tidak ada jalan lagi bagi Dimas untuk me

  • Bapakku Dukun   Kesempatan

    Part 64Tak ada seorang pun yang mendengar teriakan Ayu.Dimas ....Pintu depan terbuka dengan sendirinya. Demit itu menyeret tubuh Ayu, entah ia mau membawa Ayu kemana."Lepas!"Ayu memberontak."Lepas ...."Ayu berteriak keras, tiba-tiba Ayu sudah terduduk di tempat tidurnya. Ia terbangun, Ayu masih mencoba mengatur napasnya, Dinda dan Mbak Yaroh, Ayu memandang mereka secara bergantian.Apakah tadi itu aku bermimpi?Ayu berjingkat ketika korden kamarnya bergerak tertutup dengan sendirinya. Napas Ayu kembali berderu. Sekilas saat korden itu tertutup tadi, Ayu melihat sosok di luar jendela. Sosok yang ia lihat dalam mimpinya.Sebenarnya tadi Aku bermimpi atau tidak? Tapi ... korden itu barusan ... tadi aku di luar rumah. Lalu sekarang posisiku di tempat tidur, dan --Ayu mencoba berpikir memakai logikannya.Ini tak masuk di akal. Celet

  • Bapakku Dukun   Teror

    Part 63"Sebentar, kamu tadi bilang apa? Orang tuaku gentayangan jadi setan?"Kenapa Kak Dimas harus dengar, sih.Kami semua terdiam. Terutama Ilyas."Sebaiknya kita duduk dan bicara," kata Abi. "Orang-orang mengaku telah diteror oleh Ibu dan Bapakmu," ucap Abi setelah Dimas kembali duduk. Mila masuk ke kamar dan menyimak obrolan mereka. Dimas tak bersuara, ia hanya diam dan mengigit bibirnya."Sabar, Nak! Mungkin arwah Ibu dan Bapakmu merasa sangat bersalah, jadi mereka belum sepenuhnya tenang. Sebaiknya kita doakan saja. Nak, Dimas ada perlu apa ke sini?" tanya Abi."Neng Ayu masih sangat terpukul Pak Abi, saya takut Neng Ayu terguncang jiwanya, dan doa yang diberikan Pak Abi kemarin hilang. Saya mau minta lagi!" kata Dimas."Sebentar." Abi meninggalkan Dimas dan Ilyas berdua saja di ruang tamu. Ilyas mengeser duduknya mendekati Dimas."Maaf tentang yang tadi," kata Ilyas.

  • Bapakku Dukun   Gentayangan

    Part 62Ayu masih sangat syok atas kepergian kedua orang tuanya. Jasadnya hancur lebur jadi abu dan hanya tersisa beberapa potong, itu pun hangus. Lidya dan Mila terus menguatkannya. Abi membuatkan omben-omben untuk Ayu agar ia bisa merasa tenang. Dyah mengajak Ayu kerumah, kami semua tak bisa tidur. Suasana desa seketika menjadi ramai, bapak-bapak juga begadang di halaman rumah Asih. Dimas hanya bisa terdiam sambil terus melihat kehancuran istana yang telah di bangun oleh orang tuanya. Bahrul-lah yang menceritakan semuanya secara gamblang. Apa saja yang telah diperbuat Nuning dan Jamil selama ini. Warga sangat antusias mendengarkan cerita Bahrul.Oalah ya, Allah Mas Dimas. Kalau aku diposisi Mas Dimas mungkin aku juga tidak tahu apa yang bakal aku lakukan.Semua orang merasa iba terhadap Dimas dan Ayu. Bahrul berulang kali memohon maaf atas nama Dimas, Ayu, Nuning, dan Jamil.“Mas Dimas sama Ayu nggak salah kok, kami tidak akan me

  • Bapakku Dukun   Allahu Akbar

    Part 61"Dimas ...!"Bapak.Ibu.Dimas segera berlari ke bawah. Orang tuanya kembali disiksa dengan kejam."Dimas ... Dimas cepat bakar Ibu, Nak!""Cepat!" jerit Nuning.Dimas berlari, mengusir para demit yang menyiksa orang tuanya. Nyi Dewi telah memerintahkan mereka untuk membunuh Nuning dan Jamil.🌿🌿🌿Di satu sisi.Ayu kerasukan dan mencekik leher Bahrul yang sedang menyetir."Mbak Ayu!" Lidya mencoba melepaskan cekikan tangan Ayu.AarrrgggBahrul mengerang, ia tidak lagi bisa fokus menyetir. Mobil oleng ke kiri dan ke kanan. Bahrul tetap berusaha agar tetap berada di jalur yang benar dan tidak menabrak."Mbak Ayu! Hentikan!" pekik Lidya. Namun, Ayu terus saja tertawa dan semakin kencang mencengkeram leher Bahrul. Lidya mengambil tasnya lalu ia pukulkan berkali-kali kepada Ayu. Ayu marah dan berganti mencekik leher Lidya.

  • Bapakku Dukun   Terpedaya

    Part 60"Jadi kalian sudah bosan hidup?!" Suara serak dan sumbang itu datang dari arah belakang.Nuning dan Jamil menoleh bersamaan. Demit itu langsung ingin menghujam jantung Nuning dengan kukunya yang panjang, syukurlah Nuning mampu menghindar."Kalau kalian takut mati, harusnya kalian sediakan tumbal untukku hari ini."Nuning dan Jamil berjalan mundur, tapi di belakang mereka telah ada makhluk lainya yang siap mencabik daging mereka berdua. Nyi Dewi muncul di tangga, ia berjalan dengan sangat pelan dan angun."Nuning ... Jamil. Kenapa tak ada persembahanku?" tanyanya."Kami sudah siap mati. Tidak akan ada persembahan-persembahan lagi!" Pekik Nuning."Jadi, kalian sudah siap mati? Baiklah, kalau itu mau kalian." ujar Nyi Dewi yang kemudian memberi kode kepada para pasukan demitnya. Nyi Dewi kemudian hanya menonton pertunjukan di mana Nuning dan Jamil akan dihabisi oleh demit-demit Nyi Dewi.Empat

DMCA.com Protection Status