Part 30
"Ni, Tin. Makan bareng!" kata Dyah, Tina sudah membuka mulutnya.
"Jangan!" Sulis menampik tangan Dyah. Bubur itu pun jatuh berceceran di lantai puskesmas.
"Kenapa, Yu?" Mereka saling bersitatap. Sementara pasien lain memandang ke arah mereka berdua. Abi dan Harun entah kemana, mungkin mereka berdua ngopi ke warung depan puskesmas.
"Maaf! Bubur yang saya pegang terlepas, tangan masih lemas," kata Dyah sambil tersenyum kepada pasien lainya.
"Maaf nggih!" tambah Sulis yang kemudian membersihkan ceceran bubur tersebut. Tina memandang ibunya. Mila mengenggam erat tangan Tina. Apapun yang terjadi, dia tetap kakaknya. Dyah mengusap pipi dan mencium kening Tina. Dari tadi Mila dan Tina menyimak obrolan Ibu mereka sambil sesekali bercanda.
Tina awalnya tidak tahu perihal perseteruan buleknya dan Nuning. Akan tetapi, dahulu ketika Abah masih ada, Tina selalu ikut wisata religi bersama Mila. Ke makam sunan Bonang, sunan Ampel,
Part 31Mata Abi terbelalak. Bagaimana wanita ini bisa tahu?Ratih tersenyum senang melihat reaksi kaget Abi. Sepertinya dia sudah berhasil membuat Abi tak berkutik. Sekali lagi Ratih mendekati Abi, kali ini dia semakin berani berada hanya beberapa inci dari Abi."Mustika itu ... hanya aku yang tahu di mana. Nur tidak mungkin dengan ceroboh menaruhnya di kamar belakang," kata Ratih. Kamar belakang adalah tempat Nur menyimpan benda-benda pusakanya."Aku akan memberikan mustika itu padamu dengan satu syarat!" kata Ratih. Ia membisikan sesuatu ke telingga Abi. Di saat bersamaan gadis yang tadi selesai dibersihkan ke luar dari kamar mandi.Brakk!"Gadis itu sempat melihat kedekatan Abi dan Ratih, ia langsung menundukan kepalanya."Maaf, permisi," katanya saat melewati Abi dan Ratih."Ku tunggu jawabanmu!" kata Ratih kemudian dia meninggalkan Abi. Abi hanya melirik sekilas lalu berjelan kedepan."Bagai
Part 32Betapa kagetnya Agus saat wanita itu menoleh kepadanya"Ka-kamu," Agus tergagap.Nuning. Ia tertawa terbahak-bahak di depan Agus. Tangan kanannya mencekik leher Agus. Cekikannya teramat sangat kencang, kekuatan pria gempal seperti Agus seakan tak ada apa-apanya. Nuning terus saja tertawa sampai akhirnya mereka saling bersitatap."Ya, aku di balik semuanya!" ucapnya. "Silakan ucapkan selamat tinggal. Ini adalah akibat karena kamu sudah berani bermain-main denganku. Kamu sudah mengundangku!" Nuning mendekatkan wajahnya kepada Agus.Agus tak mampu menjawab perkataan Nuning. Ia sudah hampir kehabisan napas. Setelah wajah merepa hampir menempel satu sama lain. Belatung, kelabang, cacing keluar dari mata hidung dan mulut Nuning. Sangat menyeramkan. Tiba-tiba Nuning melepaskan cekikannya dan membiarkan Agus kabur lari tunggang langgang di antara pepohonan yang penuh kabut. Ranting berbunyi kerena terinjak kaki Agus. Kemudian suas
Part 33"Sudah ku duga kamu tak akan bisa menolakku!"Ratih menarik tangan Abi dan mengunci pintu. Kemudian ia mendorong Abi hingga terjatuh ke atas ranjang.Kemudian ....Abi menutup mata Ratih dengan talapak tangannya saat Ratih bersiap untuk mencumbu Abi. Namun, begitu Abi membuka telapak tangannya. Ratih sudah menjadi boneka, cukup mudah untuk menghadapi wanita itu."Di mana kamu menyimpan mustika itu!" tanya Abi. Ratih lalu menunjuk ke arah almari. Abi bangun dan ingin mengambilnya, tetapi almari itu terkunci."Di mana kunci almari ini?"Ratih mengeluarkanya dari dalam ikatan rambutnya. Kemudian ia memberikanya kepada Abi. Abi lalu menasukanya ke lubang kunci.Klik.Almari terbuka. Abi tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sorban milik abah, tasbih, dan semua benda berharga Abi yang pernah diminta oleh Pak Nur ada di situ. Abi segera membungkus semuanya seperti seora
Part 34Lantas seorang tetangga yang tak lain adalah Pak Rifai berlari, kemudian kembali dengan membawa jirigen.Buat apa?Mila berlari membelah kerumunan dengan perasaan diaduk-aduk. Air matanya sudah tumpah padahal Mila belum tahu apa yang terjadi. Seorang wanita paruh baya menangis dan menuduh orang tuanya yang tidak-tidak."Kalian berdua sudah membunuh anakku!""Budi mati secara tak wajar setelah bertamu ke sini! Kalian apakan anakku!"Teriak wanita itu sambil menangis.Betul ... betul ...Teriak yang lain membenarkan."Sudah saya bilang, saya tidak melakukan apa-apa!" bantah Abi."Maling mana mungkin mau ngaku!"Byurrr!Mintak tanah itu sudah di siramkan ke tubuh Dyah dan Abi di teras rumah. Mereka sudah menuduh Abi telah membunuh Budi. Mila berlari dan memeluk kedua orang tuanya yang sudah basah dengan minyak tanah. Kalau mereka mati, Mila juga ikut
Part 35"Ampun Mbah! Apa yang harus saya berikan?""Darah perawan!" ucap makhluk itu dengan suara serak. Lendir berwarna merah menetes dari sela-sela giginya yang bertaring.Darah perawan? Mungkinkah Tina bisa ditumbalkan?"Ampun Mbah, bisakah saya cari dulu tumbalnya?" tanya Harun.Ha! Ha! Ha! Kamu mau meledekku, jadi aku harus menunggu setelah apa yang kulakukan buatmu. heh!Mbah Tandur tertawa lebar. Suaranya menggelegar dan wujudnya berubah sangat menyeramkan. Badanya meninggi hingga menyentuh plafon, mulutnya maju hampir menyerupai anj*ng. Kukunya panjang, dan tubuhnya di penuhi bulu."Bawakan tumbalku segera!" katanya sambil mencengkeram leher Harun."Ba-ba-baik Mbah!" jawab Harun ketakutan. Nyalinya menciut, ia tak menyangkan kalau sosok Mbah Tandur yang sebenarnya sangat mengerikan. Harun menuju kamar Tina."Mau apa, Mas?" tanya Sulis yang memang menunggu Harun melakukan ritual satu surony
Part 36"Itu suara anakku!" kata Sulis tiba-tiba."Itu Tina ku. Pasti dia kesepian di sana, sendirian, katakutan. Tina pasti mencariku, menyalahku kenapa tidak bersamaanya. Aku akan menjemput Tina."Emosi Sulis tak terkendali, ia mau menyusul Tina ke kuburan. Namun, Harun berhasil menghentikannya. Sulis berteriak-teriak memanggil nama Tina."Mas, buatkan omben-omben!" Pinta Dyah. Abi terdiam sesaat dan melirik Harun."Mas!"Tanpa perlu di komando lagi, Abi langsung pulang mengambil air wudu dan berdoa. Kemudian kembali dengan membawa air."Minum dulu, Yu," kata Dyah.Tina ... Tina anakku ... maafin ibu, Nak ... Tina ...Sulis menangis berguling-guling di kamar Tina. Nina ikut menangis juga melihat keadaan Mbak Yu nya seperti itu."Sabar Yu ... sabar!""Dia!" Sulis menunjuk suaminya."Dia yang membunuh Tina ku. Dia menjadikan anakku tumbal, dialah or
Part 37Sudah cukup bagiku diam selama ini. Sekarang waktunya untuk membongkar semuanya!Dimas harus tahu. Walau aku harus Mati. Aku tak perduli.Ujar Mila sembari menutup kertas surat dari Dimas.🔥🔥🔥Ayu dan Dimas diam di rumah setelah lulus dari pondok pesantren. Mereka hanya mengelola warisan orang tuanya. Warisan harta panas. Toko dan sawah, hampir seluruh sawah di desa adalah milik keluarga Dimas. Setiap selesai salat asar Ayu mengajar ngaji anak-anak desa. Sementara Dimas mengajar ngaji selepas magrib. Anak-anak yang saleh saleha, sayang orang tuanya terjebak dalam lubang hitam.Mila mulai membuat rencana, bagaimana membuat Dimas semakin tertarik kepadanya. Mila mengabaikan Dimas agar dia makin penasaran terhadapnya. Cuek dan tidak perduli adalah jurus yang Mila pakai.Lihat saja, Kak Dimas, kamu tidak akan bisa lepas.Dimas. Pemuda tampan, saleh, dan kaya. Siapa yang tidak men
Part 38"Mil, bagaimana?" desak Dimas."Aku mau berta'aruf dengan Kak Dimas. Tapi ... ada sesuatu yang harus Kakak ketahui sebelumnya tentang orang tua kakak. Hal, inilah yang membuatku berat untuk menerima Kakak.""Apa itu, Mil? Katakan saja!""Yakin Kakak mau tahu? Bagaimana kalau setelah tahu, Kakak jadi membenciku?" Mila menatap tajam mata Dimas."Itu tidak mungkin! Katakan saja!" Mila melihat Dimas begitu penasaran menanti jawabannya. "Aku mau berta'aruf dengan Kak Dimas kalau saja keluarga Kak Dimas bukan penyembah iblis!" jawab Mila terang-terangan."Kamu jangan bicara sembarangan! Apa maksudmu?""Kekayaan keluarga Kak Dimas itu dari uang panas Kak. Hasil dari pesugihan!" "Kalau kamu tidak mau berta'aruf denganku itu tak masalah, Mil. Tapi, aku tidak terima kalau kamu menuduh orang tuaku berbuat seperti itu! Kalau memang hal itu benar, untuk apa mereka memasukan ak
Part 68"Maaf kami tidak bisa menyelamatkan putri Anda!"Bruukk!Dyah jatuh tersungkur pingsan.Abi segera menangkap tubuh Dyah dan berusaha menyadarkannya, Ayu dan Lidya menutup mulut mereka dengan ke dua telapak tangannya, tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Dimas terduduk lemas, seluruh tulangnya seakan tercabut dari tubuhnya. Ia melihat Abi dan Dyah. Bagaimana perasaan mereka kehilangan putri semata wayangnya.Mila ... Mila ...Ketika Dyah terbangun yang keluar dari mulutnya hanya nama Mila saja. Abi yang tak kalah hancurnya dengan Dyah harus tetap bersikap tegar. Tak ada satupun kata yang keluar dari mulut Abi yang bisa untuk menggambarkan perasaannya sekarang ini.Dokter kemudian segera menyiapkan berkas kematian Mila. Abi meminta bantuan kepada Bahrul untuk mengabari orang-orang desa. Dengan begitu, warga bisa menyiapkan lubang kuburan untuk Mila dan mengabari kerabat ja
Part 67"Mila ...!"Reflek Dimas menjatuhkan diri dan berusaha menangkap tangan Mila. Namun usaha Dimas gagal, Mila tergelincir. Untunglah ada batu besar yang menjorok, tangannya berhasil meraih akar tanaman rambat yang lebat di pinggir tebing. Akar tanaman itu menjuntai ke bawah seperti tanaman hias. Mila hampir jatuh tapi Mila berhasil menyelamatkan diri. Kini Mila duduk di batu tersebut tak berani bergerak. Mila masih belum percaya kalau dirinya masih selamat.Ibu, Lidya, dan Ayu berteriak histeris.Nyi Dewi tertawa senang."Dimas, kamu mencintai wanita ini bukan? Matilah kalian berdua!" Lalu Nyi Dewi pun menghempaskan Dimas juga.Mila sangat terkejut melihat Dimas jatuh di hadapanya. Mila berteriak histeris memanggil namanya, saat Mila melongok. Betapa lega hati Mila melihat Dimas berhasil meraih akar tanaman rambat juga, tapi dia tak seberuntung Mila. Tubuh Dimas mengayun ke kiri dan ke kanan seperti Tarzan. Deng
Part 66"Sepertinya saya tahu Mila di bawa kemana. Ayo Pak Abi.""Kalian mau kemana?" tanya Dyah bingung."Inshaallah saya janji akan membawa Mila pulang dengan segera, selamat, dan tanpa kurang apapun. Bu Dyah jangan kawatir. Doain kami saja!" kata Dimas menyakinkan.Bahrul yang kebetulan berada di lokasi proyek pun mendekati Dimas."Ada apa, Bro?" tanya Bahrul ketika menangkap raut wajah panik dari Dimas, Abi dan Dyah."Mila!""Ada apa dengan Mila?""Aku nggak bisa menjelaskan sekarang. Intinya aku titip Neng Ayu ya, tolong jaga Neng Ayu dan Bu Dyah kalau sampai malam hari nanti kami belum juga pulang.""Tapi-""Kami buru-buru," Dimas memotong ucapan Bahrul. Dimas segera menghidupkan mesin motornya, dan menarik gasnya dengan kencang setelah Abi naik ke atas motor."Sebenarnya ada apa Bu Dyah?" tanya Bahrul."Begini, sekitar satu jam tadi ada yang menjemput Mila. Dimas, aku s
Part 65Mila bingung harus berbuat apa sekarang. Kami berdua hanya saling bersitatap.Ehem.Deheman Bahrul memecahkan kebisuan mereka.Em ... Mila kikuk. Segera ia ambil langkah seribu, kembali ke kamar. Dimas memandang Mila sampai menghilang, sementara Bahrul memainkan alisnya kepada Dimas.Dimas melipat jubahnya dengan rapi, ia kemudian ke depan dan menyimpan jubah itu di jok motor. Lalu, Dimas mendahului melanjutkan pekerjaan sembari menunggu orang-orang datang. Usai salat Bahrul langsung menyusul Dimas ke depan."Bagaimana?" tanya Bahrul."Bagaimana apanya?" kata Dimas sambil mengayunkan cangkul meneruskan membuat pondasi. Sebenarnya tadi Dimas merasa malu."Sudahlah, serahkan padaku masalah Mila!" kata Bahrul. Entah apa yang di rencanakan anak itu. Dimas tak mengubris Bahrul, omongannya sudah mulai ngawur. Bagaimanapun juga, bagi Dimas sudah tidak ada jalan lagi bagi Dimas untuk me
Part 64Tak ada seorang pun yang mendengar teriakan Ayu.Dimas ....Pintu depan terbuka dengan sendirinya. Demit itu menyeret tubuh Ayu, entah ia mau membawa Ayu kemana."Lepas!"Ayu memberontak."Lepas ...."Ayu berteriak keras, tiba-tiba Ayu sudah terduduk di tempat tidurnya. Ia terbangun, Ayu masih mencoba mengatur napasnya, Dinda dan Mbak Yaroh, Ayu memandang mereka secara bergantian.Apakah tadi itu aku bermimpi?Ayu berjingkat ketika korden kamarnya bergerak tertutup dengan sendirinya. Napas Ayu kembali berderu. Sekilas saat korden itu tertutup tadi, Ayu melihat sosok di luar jendela. Sosok yang ia lihat dalam mimpinya.Sebenarnya tadi Aku bermimpi atau tidak? Tapi ... korden itu barusan ... tadi aku di luar rumah. Lalu sekarang posisiku di tempat tidur, dan --Ayu mencoba berpikir memakai logikannya.Ini tak masuk di akal. Celet
Part 63"Sebentar, kamu tadi bilang apa? Orang tuaku gentayangan jadi setan?"Kenapa Kak Dimas harus dengar, sih.Kami semua terdiam. Terutama Ilyas."Sebaiknya kita duduk dan bicara," kata Abi. "Orang-orang mengaku telah diteror oleh Ibu dan Bapakmu," ucap Abi setelah Dimas kembali duduk. Mila masuk ke kamar dan menyimak obrolan mereka. Dimas tak bersuara, ia hanya diam dan mengigit bibirnya."Sabar, Nak! Mungkin arwah Ibu dan Bapakmu merasa sangat bersalah, jadi mereka belum sepenuhnya tenang. Sebaiknya kita doakan saja. Nak, Dimas ada perlu apa ke sini?" tanya Abi."Neng Ayu masih sangat terpukul Pak Abi, saya takut Neng Ayu terguncang jiwanya, dan doa yang diberikan Pak Abi kemarin hilang. Saya mau minta lagi!" kata Dimas."Sebentar." Abi meninggalkan Dimas dan Ilyas berdua saja di ruang tamu. Ilyas mengeser duduknya mendekati Dimas."Maaf tentang yang tadi," kata Ilyas.
Part 62Ayu masih sangat syok atas kepergian kedua orang tuanya. Jasadnya hancur lebur jadi abu dan hanya tersisa beberapa potong, itu pun hangus. Lidya dan Mila terus menguatkannya. Abi membuatkan omben-omben untuk Ayu agar ia bisa merasa tenang. Dyah mengajak Ayu kerumah, kami semua tak bisa tidur. Suasana desa seketika menjadi ramai, bapak-bapak juga begadang di halaman rumah Asih. Dimas hanya bisa terdiam sambil terus melihat kehancuran istana yang telah di bangun oleh orang tuanya. Bahrul-lah yang menceritakan semuanya secara gamblang. Apa saja yang telah diperbuat Nuning dan Jamil selama ini. Warga sangat antusias mendengarkan cerita Bahrul.Oalah ya, Allah Mas Dimas. Kalau aku diposisi Mas Dimas mungkin aku juga tidak tahu apa yang bakal aku lakukan.Semua orang merasa iba terhadap Dimas dan Ayu. Bahrul berulang kali memohon maaf atas nama Dimas, Ayu, Nuning, dan Jamil.“Mas Dimas sama Ayu nggak salah kok, kami tidak akan me
Part 61"Dimas ...!"Bapak.Ibu.Dimas segera berlari ke bawah. Orang tuanya kembali disiksa dengan kejam."Dimas ... Dimas cepat bakar Ibu, Nak!""Cepat!" jerit Nuning.Dimas berlari, mengusir para demit yang menyiksa orang tuanya. Nyi Dewi telah memerintahkan mereka untuk membunuh Nuning dan Jamil.🌿🌿🌿Di satu sisi.Ayu kerasukan dan mencekik leher Bahrul yang sedang menyetir."Mbak Ayu!" Lidya mencoba melepaskan cekikan tangan Ayu.AarrrgggBahrul mengerang, ia tidak lagi bisa fokus menyetir. Mobil oleng ke kiri dan ke kanan. Bahrul tetap berusaha agar tetap berada di jalur yang benar dan tidak menabrak."Mbak Ayu! Hentikan!" pekik Lidya. Namun, Ayu terus saja tertawa dan semakin kencang mencengkeram leher Bahrul. Lidya mengambil tasnya lalu ia pukulkan berkali-kali kepada Ayu. Ayu marah dan berganti mencekik leher Lidya.
Part 60"Jadi kalian sudah bosan hidup?!" Suara serak dan sumbang itu datang dari arah belakang.Nuning dan Jamil menoleh bersamaan. Demit itu langsung ingin menghujam jantung Nuning dengan kukunya yang panjang, syukurlah Nuning mampu menghindar."Kalau kalian takut mati, harusnya kalian sediakan tumbal untukku hari ini."Nuning dan Jamil berjalan mundur, tapi di belakang mereka telah ada makhluk lainya yang siap mencabik daging mereka berdua. Nyi Dewi muncul di tangga, ia berjalan dengan sangat pelan dan angun."Nuning ... Jamil. Kenapa tak ada persembahanku?" tanyanya."Kami sudah siap mati. Tidak akan ada persembahan-persembahan lagi!" Pekik Nuning."Jadi, kalian sudah siap mati? Baiklah, kalau itu mau kalian." ujar Nyi Dewi yang kemudian memberi kode kepada para pasukan demitnya. Nyi Dewi kemudian hanya menonton pertunjukan di mana Nuning dan Jamil akan dihabisi oleh demit-demit Nyi Dewi.Empat