Part 36
"Itu suara anakku!" kata Sulis tiba-tiba.
"Itu Tina ku. Pasti dia kesepian di sana, sendirian, katakutan. Tina pasti mencariku, menyalahku kenapa tidak bersamaanya. Aku akan menjemput Tina."
Emosi Sulis tak terkendali, ia mau menyusul Tina ke kuburan. Namun, Harun berhasil menghentikannya. Sulis berteriak-teriak memanggil nama Tina.
"Mas, buatkan omben-omben!" Pinta Dyah. Abi terdiam sesaat dan melirik Harun.
"Mas!"
Tanpa perlu di komando lagi, Abi langsung pulang mengambil air wudu dan berdoa. Kemudian kembali dengan membawa air.
"Minum dulu, Yu," kata Dyah.
Tina ... Tina anakku ... maafin ibu, Nak ... Tina ...
Sulis menangis berguling-guling di kamar Tina. Nina ikut menangis juga melihat keadaan Mbak Yu nya seperti itu.
"Sabar Yu ... sabar!"
"Dia!" Sulis menunjuk suaminya.
"Dia yang membunuh Tina ku. Dia menjadikan anakku tumbal, dialah orPart 37Sudah cukup bagiku diam selama ini. Sekarang waktunya untuk membongkar semuanya!Dimas harus tahu. Walau aku harus Mati. Aku tak perduli.Ujar Mila sembari menutup kertas surat dari Dimas.🔥🔥🔥Ayu dan Dimas diam di rumah setelah lulus dari pondok pesantren. Mereka hanya mengelola warisan orang tuanya. Warisan harta panas. Toko dan sawah, hampir seluruh sawah di desa adalah milik keluarga Dimas. Setiap selesai salat asar Ayu mengajar ngaji anak-anak desa. Sementara Dimas mengajar ngaji selepas magrib. Anak-anak yang saleh saleha, sayang orang tuanya terjebak dalam lubang hitam.Mila mulai membuat rencana, bagaimana membuat Dimas semakin tertarik kepadanya. Mila mengabaikan Dimas agar dia makin penasaran terhadapnya. Cuek dan tidak perduli adalah jurus yang Mila pakai.Lihat saja, Kak Dimas, kamu tidak akan bisa lepas.Dimas. Pemuda tampan, saleh, dan kaya. Siapa yang tidak men
Part 38"Mil, bagaimana?" desak Dimas."Aku mau berta'aruf dengan Kak Dimas. Tapi ... ada sesuatu yang harus Kakak ketahui sebelumnya tentang orang tua kakak. Hal, inilah yang membuatku berat untuk menerima Kakak.""Apa itu, Mil? Katakan saja!""Yakin Kakak mau tahu? Bagaimana kalau setelah tahu, Kakak jadi membenciku?" Mila menatap tajam mata Dimas."Itu tidak mungkin! Katakan saja!" Mila melihat Dimas begitu penasaran menanti jawabannya. "Aku mau berta'aruf dengan Kak Dimas kalau saja keluarga Kak Dimas bukan penyembah iblis!" jawab Mila terang-terangan."Kamu jangan bicara sembarangan! Apa maksudmu?""Kekayaan keluarga Kak Dimas itu dari uang panas Kak. Hasil dari pesugihan!" "Kalau kamu tidak mau berta'aruf denganku itu tak masalah, Mil. Tapi, aku tidak terima kalau kamu menuduh orang tuaku berbuat seperti itu! Kalau memang hal itu benar, untuk apa mereka memasukan ak
Part 39"Ayo, donk, Bu!" desak Ayu yang sudah siap mendengarkan cerita ibunya dengan cemilan wafer di tangan.Nuning tersenyum kecut. Tak pernah terbayangkan di benaknya ia akan berada di posisi seperti sekarang ini. Rumah bak istana itu di dapatkan dengan cara instan, walau tak mudah memang. Dulu Nuning hanya memikirkan egonya saja, membeli semua barang mewah untuk bisa di pamerkan kepada tetangga. Membeli sawah setiap dua bulan.sekali, atau kalau ada yang menjual, Nuning pasti maju dan membeli dengan harga di atas rata-rata.Lampu gantung kristal menghiasi ruang tamunya. Guci-guci mahal berjejer menjadi aksesoris rumahnya. Lantai dari batu marmer yang tak kira-kira harganya. Semua tampak wah."Bu!" Nuning terhentak kaget. Ia tampak gugup harus memulai cerita dari mana. Dimas sedikit kecewa melihat eksspresi wanita yang paling di kaguminya. Kenapa ia tampak ketakutan menjawab pertanyaanya. Bukankah itu bukan pertanyaan yang sulit?
Part 40Bapak ... maafkan anakmu yang sudah berani mengambil tindakan seperti ini. Padahal Bapak selalu berpesan padaku untuk menjauhi keluarga Bu Ning dan Pak Jamil. Namun, apa yang sudah aku lakukan? Aku justru mendekati anaknya dan mempengaruhinya. Bahkan aku berani mengatakan rahasia keluarganya.Bapak ... maafin anakmu Pak."Assalamualaikum." Mila.mengucap salam. Di rumah sedang ada tamu. Sepasang sorot mata langsung menyambutnya. Mila menyimpan mukenanha dan membantu Dyah membuat kopi untuk disuguhkan."Biar Mila saja yang bawa ke dapan, Bu." ucap Mila. Tiga gelas kopi dan satu teh untuk seorang wanita paruh baya. Mila membawa dengan satu nampan besar. Ia letakan satu persatu di meja."Putrinya ya, Pak ustad," kata sesebapak ketika melihat Mila menyuguhkan kopi. Sepertinya ia baru saja ke rumah. Abi memang di panggil ustad oleh para pasienya. Hanya tetangga saja yang memanggil Abi dengan sebutan 'Mbah Dukun.'Aura Aba
Part 41 Dimas mencoba membuka pintu kamar. Ternyata tidak terkunci. Kepala Dimas nongol ke dalam, ia mengedarkan pandangan. Sepi ... tertiba Dimas mendengar suara dari kamar rahasia itu. Dimas berniat mengintip ke dalam sana. Namun, tiba-tiba ada yang menepuk pundak Dimas dari belakang. "Astagfirullahaladzim ... Neng Ayu! Ngagetin aja!" "Kamu ngapain di sini, Dek? Nggak sopan lho!" Sssstttt. "Lah, Neng juga ngapain ke sini? Kan, udah malem?" "Neng nggak bisa tidur. Butuh temen ngobrol. Mau bangunin kamu, eh ... kamu malah di sini! Hayo ngapain?Jangan-jangan ...." "Anu, tadi aku mendengar sesuatu dari kamar ibu. Dimas cuma pengen memastikan aja, kalau ibu baik-baik saja." "Hem ... alesan!" "Neng, jangan bilang-bilang ke ibu ya. Nanti Dimas malu, Neng tahu kan, maksud Dimas. Entar Dimas beliin skincare, deh! "Hem ... nyogok!" "Dah, lah, Neng!" Dimas m
Part 42Dimas melemaskan badanya, ia berniat mengambil minuman dingin di bawah, tepatnya di dapur. Saat Dimas membuka pintu kamar. Alangkah terkejutnya Dimas.لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِLa haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil azhimi.Artinya: "Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha agung.Lantai marmer itu berubah menjadi lautan darah. Bau anyir menyeruak ke hidung Dimas. Anyir dan busuk! Lampu cristal yang menggantung berubah menjadi jejeran bayi yang digantung."Astagfirullahaladzim!"Tangga ke lantai dua juga berubah menjadi jejeran tubuh manusia. Guci-guci cantik itupun tak kalah menyeramkan. Mereka semua menangis dan meraung meminta pertolongan. Rumah mewah itu seketika menjadi bak neraka jahanam. Dimas tak mampu melangkahkan kakinya. Ia terjebak di lantai atas kamarnya.Brakkk!Dimas menutup pintu kamarnya dengan kasar. Napasnya na
Part 43"Kenapa? Kok, lemes, Nak?" tanya Nuning yang mau menyimpan oleh-oleh dari adiknya."Nggak papa, Bu," jawab Dimas singkat. Nuning tersenyum ramah, tetapi tiba-tiba pandangan Nuning menegang setelah melihat sesuatu di kening putranya.Dimas! Jantung Nuning rasanya mau copot.🔥🔥🔥Dimas meneguk air dingin. Ia memijat pangkal hidungnya."Ka-kamu kenapa, Nak?" tanya Nuning."Kepala Dimas sakit, Bu. Dimas mau istirahat dulu, siapa tahu nanti pas bangun tidur sudah enakan," jawab Dimas. Ia masih terus memijat pangkal hidungnya dan membawa sebotol air minum ke kamar.Nuning sangat ketakukan melihat sisik hijau menempel di kening anaknya. Hanya Nuning yang mampu melihatnya, orang awam tidak akan tahu. Dimas anaknya di cintai oleh demitnya sendiri.Nyi Dewi Sekar Ayu.Itu pasti sisik Nyi Dewi. Apakah Dimas sudah diajak ke alamnya? Apakah Nyi Dewi hanya bermain-main atau ..
Part 44Nggih Pak! Bapak butuh bantuan Mila?""Tidak!"Ya, Allah. Ternyata Abi hanya pura-pura memanggil Mila agar Dimas pulang. Mila segera masuk ke rumah, membantu Dyah beres-beres rumah. Lalu masuk ke kamar lagi.Dimas sudah tahu kalau orang tuanya mengambil pesugihan. Sekarang, kira-kira apa yang akan dia lakukan kalau dia tahu bahwa, orang tuanya jugalah yang telah menfitnah keluarga Mila. Apa Mila sudah berbuat salah? Kenapa harus Dimas yang harus menanggung hukuman atas perbuatan orang tuanya? Ini sangat nggak adil.Tiba-tiba Mila terus saja memikirkan Dimas, Mila sangat memperdulikannya. Ingin rasanyan ia bertemu dan meringankan bebannya. Apakah ini yang di namakan cinta? Ish ... apa yang aku pikirkan. Mila mengerutuki dirinnya sendiri.🔥🔥🔥Di kamar Dimas.Ia membuka buku binder Mila yang berisi catatan Mila kecil, bagaimana beratnya Mila kecil menjalani hidupnya. Di saat ana
Part 68"Maaf kami tidak bisa menyelamatkan putri Anda!"Bruukk!Dyah jatuh tersungkur pingsan.Abi segera menangkap tubuh Dyah dan berusaha menyadarkannya, Ayu dan Lidya menutup mulut mereka dengan ke dua telapak tangannya, tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Dimas terduduk lemas, seluruh tulangnya seakan tercabut dari tubuhnya. Ia melihat Abi dan Dyah. Bagaimana perasaan mereka kehilangan putri semata wayangnya.Mila ... Mila ...Ketika Dyah terbangun yang keluar dari mulutnya hanya nama Mila saja. Abi yang tak kalah hancurnya dengan Dyah harus tetap bersikap tegar. Tak ada satupun kata yang keluar dari mulut Abi yang bisa untuk menggambarkan perasaannya sekarang ini.Dokter kemudian segera menyiapkan berkas kematian Mila. Abi meminta bantuan kepada Bahrul untuk mengabari orang-orang desa. Dengan begitu, warga bisa menyiapkan lubang kuburan untuk Mila dan mengabari kerabat ja
Part 67"Mila ...!"Reflek Dimas menjatuhkan diri dan berusaha menangkap tangan Mila. Namun usaha Dimas gagal, Mila tergelincir. Untunglah ada batu besar yang menjorok, tangannya berhasil meraih akar tanaman rambat yang lebat di pinggir tebing. Akar tanaman itu menjuntai ke bawah seperti tanaman hias. Mila hampir jatuh tapi Mila berhasil menyelamatkan diri. Kini Mila duduk di batu tersebut tak berani bergerak. Mila masih belum percaya kalau dirinya masih selamat.Ibu, Lidya, dan Ayu berteriak histeris.Nyi Dewi tertawa senang."Dimas, kamu mencintai wanita ini bukan? Matilah kalian berdua!" Lalu Nyi Dewi pun menghempaskan Dimas juga.Mila sangat terkejut melihat Dimas jatuh di hadapanya. Mila berteriak histeris memanggil namanya, saat Mila melongok. Betapa lega hati Mila melihat Dimas berhasil meraih akar tanaman rambat juga, tapi dia tak seberuntung Mila. Tubuh Dimas mengayun ke kiri dan ke kanan seperti Tarzan. Deng
Part 66"Sepertinya saya tahu Mila di bawa kemana. Ayo Pak Abi.""Kalian mau kemana?" tanya Dyah bingung."Inshaallah saya janji akan membawa Mila pulang dengan segera, selamat, dan tanpa kurang apapun. Bu Dyah jangan kawatir. Doain kami saja!" kata Dimas menyakinkan.Bahrul yang kebetulan berada di lokasi proyek pun mendekati Dimas."Ada apa, Bro?" tanya Bahrul ketika menangkap raut wajah panik dari Dimas, Abi dan Dyah."Mila!""Ada apa dengan Mila?""Aku nggak bisa menjelaskan sekarang. Intinya aku titip Neng Ayu ya, tolong jaga Neng Ayu dan Bu Dyah kalau sampai malam hari nanti kami belum juga pulang.""Tapi-""Kami buru-buru," Dimas memotong ucapan Bahrul. Dimas segera menghidupkan mesin motornya, dan menarik gasnya dengan kencang setelah Abi naik ke atas motor."Sebenarnya ada apa Bu Dyah?" tanya Bahrul."Begini, sekitar satu jam tadi ada yang menjemput Mila. Dimas, aku s
Part 65Mila bingung harus berbuat apa sekarang. Kami berdua hanya saling bersitatap.Ehem.Deheman Bahrul memecahkan kebisuan mereka.Em ... Mila kikuk. Segera ia ambil langkah seribu, kembali ke kamar. Dimas memandang Mila sampai menghilang, sementara Bahrul memainkan alisnya kepada Dimas.Dimas melipat jubahnya dengan rapi, ia kemudian ke depan dan menyimpan jubah itu di jok motor. Lalu, Dimas mendahului melanjutkan pekerjaan sembari menunggu orang-orang datang. Usai salat Bahrul langsung menyusul Dimas ke depan."Bagaimana?" tanya Bahrul."Bagaimana apanya?" kata Dimas sambil mengayunkan cangkul meneruskan membuat pondasi. Sebenarnya tadi Dimas merasa malu."Sudahlah, serahkan padaku masalah Mila!" kata Bahrul. Entah apa yang di rencanakan anak itu. Dimas tak mengubris Bahrul, omongannya sudah mulai ngawur. Bagaimanapun juga, bagi Dimas sudah tidak ada jalan lagi bagi Dimas untuk me
Part 64Tak ada seorang pun yang mendengar teriakan Ayu.Dimas ....Pintu depan terbuka dengan sendirinya. Demit itu menyeret tubuh Ayu, entah ia mau membawa Ayu kemana."Lepas!"Ayu memberontak."Lepas ...."Ayu berteriak keras, tiba-tiba Ayu sudah terduduk di tempat tidurnya. Ia terbangun, Ayu masih mencoba mengatur napasnya, Dinda dan Mbak Yaroh, Ayu memandang mereka secara bergantian.Apakah tadi itu aku bermimpi?Ayu berjingkat ketika korden kamarnya bergerak tertutup dengan sendirinya. Napas Ayu kembali berderu. Sekilas saat korden itu tertutup tadi, Ayu melihat sosok di luar jendela. Sosok yang ia lihat dalam mimpinya.Sebenarnya tadi Aku bermimpi atau tidak? Tapi ... korden itu barusan ... tadi aku di luar rumah. Lalu sekarang posisiku di tempat tidur, dan --Ayu mencoba berpikir memakai logikannya.Ini tak masuk di akal. Celet
Part 63"Sebentar, kamu tadi bilang apa? Orang tuaku gentayangan jadi setan?"Kenapa Kak Dimas harus dengar, sih.Kami semua terdiam. Terutama Ilyas."Sebaiknya kita duduk dan bicara," kata Abi. "Orang-orang mengaku telah diteror oleh Ibu dan Bapakmu," ucap Abi setelah Dimas kembali duduk. Mila masuk ke kamar dan menyimak obrolan mereka. Dimas tak bersuara, ia hanya diam dan mengigit bibirnya."Sabar, Nak! Mungkin arwah Ibu dan Bapakmu merasa sangat bersalah, jadi mereka belum sepenuhnya tenang. Sebaiknya kita doakan saja. Nak, Dimas ada perlu apa ke sini?" tanya Abi."Neng Ayu masih sangat terpukul Pak Abi, saya takut Neng Ayu terguncang jiwanya, dan doa yang diberikan Pak Abi kemarin hilang. Saya mau minta lagi!" kata Dimas."Sebentar." Abi meninggalkan Dimas dan Ilyas berdua saja di ruang tamu. Ilyas mengeser duduknya mendekati Dimas."Maaf tentang yang tadi," kata Ilyas.
Part 62Ayu masih sangat syok atas kepergian kedua orang tuanya. Jasadnya hancur lebur jadi abu dan hanya tersisa beberapa potong, itu pun hangus. Lidya dan Mila terus menguatkannya. Abi membuatkan omben-omben untuk Ayu agar ia bisa merasa tenang. Dyah mengajak Ayu kerumah, kami semua tak bisa tidur. Suasana desa seketika menjadi ramai, bapak-bapak juga begadang di halaman rumah Asih. Dimas hanya bisa terdiam sambil terus melihat kehancuran istana yang telah di bangun oleh orang tuanya. Bahrul-lah yang menceritakan semuanya secara gamblang. Apa saja yang telah diperbuat Nuning dan Jamil selama ini. Warga sangat antusias mendengarkan cerita Bahrul.Oalah ya, Allah Mas Dimas. Kalau aku diposisi Mas Dimas mungkin aku juga tidak tahu apa yang bakal aku lakukan.Semua orang merasa iba terhadap Dimas dan Ayu. Bahrul berulang kali memohon maaf atas nama Dimas, Ayu, Nuning, dan Jamil.“Mas Dimas sama Ayu nggak salah kok, kami tidak akan me
Part 61"Dimas ...!"Bapak.Ibu.Dimas segera berlari ke bawah. Orang tuanya kembali disiksa dengan kejam."Dimas ... Dimas cepat bakar Ibu, Nak!""Cepat!" jerit Nuning.Dimas berlari, mengusir para demit yang menyiksa orang tuanya. Nyi Dewi telah memerintahkan mereka untuk membunuh Nuning dan Jamil.🌿🌿🌿Di satu sisi.Ayu kerasukan dan mencekik leher Bahrul yang sedang menyetir."Mbak Ayu!" Lidya mencoba melepaskan cekikan tangan Ayu.AarrrgggBahrul mengerang, ia tidak lagi bisa fokus menyetir. Mobil oleng ke kiri dan ke kanan. Bahrul tetap berusaha agar tetap berada di jalur yang benar dan tidak menabrak."Mbak Ayu! Hentikan!" pekik Lidya. Namun, Ayu terus saja tertawa dan semakin kencang mencengkeram leher Bahrul. Lidya mengambil tasnya lalu ia pukulkan berkali-kali kepada Ayu. Ayu marah dan berganti mencekik leher Lidya.
Part 60"Jadi kalian sudah bosan hidup?!" Suara serak dan sumbang itu datang dari arah belakang.Nuning dan Jamil menoleh bersamaan. Demit itu langsung ingin menghujam jantung Nuning dengan kukunya yang panjang, syukurlah Nuning mampu menghindar."Kalau kalian takut mati, harusnya kalian sediakan tumbal untukku hari ini."Nuning dan Jamil berjalan mundur, tapi di belakang mereka telah ada makhluk lainya yang siap mencabik daging mereka berdua. Nyi Dewi muncul di tangga, ia berjalan dengan sangat pelan dan angun."Nuning ... Jamil. Kenapa tak ada persembahanku?" tanyanya."Kami sudah siap mati. Tidak akan ada persembahan-persembahan lagi!" Pekik Nuning."Jadi, kalian sudah siap mati? Baiklah, kalau itu mau kalian." ujar Nyi Dewi yang kemudian memberi kode kepada para pasukan demitnya. Nyi Dewi kemudian hanya menonton pertunjukan di mana Nuning dan Jamil akan dihabisi oleh demit-demit Nyi Dewi.Empat