Masih di kediaman Bobby di Jakarta.Robert yang makin dewasa kian congkak. “Mau ke mana? Duduk dulu! Rapat keluarga belum selesai. Kau bahkan belum memberi saran soal aku akan jadi manager di kantor pusat Sanjaya Group di Jakarta. Kakak macam apa kau ini?!”Lionny membalik badannya dan menghunjamkan tatapan tajam pas ke manik mata robert, lalu berkata, “Kau sudah tidak punya rasa sopan sama kakak sendiri, Robert.”Chyntia menengahi. “Kalian berdua harus akur! Jika di antara kalian memang merasa baik, mulai sekarang, buktikan kepada ayah dan ibu bahwa kalian merupakan penerus terbaik Keluarga Sanjaya.”Luchy mencebik dan berkata dingin. “Ya, kami akan berusaha, asalkan keadilan tetap ditegakkan. Jangan cuma mengurusi satu cucu kesayangan itu saja!”Merasa disinggung, Lionny naik pitam. “Kau juga Luchy! Sekarang makin berani sama kakakmu sendiri. Urus saja kuliahmu. Jika sudah berada dalam masa seperti aku, kau akan merasakan seperti apa sulitnya.”Luchy melengos sambil melontarkan kata
Stefan sedang berbelanja di sebuah supermarket di Jakarta seorang diri siang hari ini. Ketika sedang memilih-milih beberapa lembar pakaian di sebuah toko, dia bertemu dengan seorang pria yang tidak begitu asing baginya.“Ryan?” tanya Stefan tanpa ragu.Pria itu tertegun beberapa detik lalu berkata, “Kau teman SMA-ku yang cukup dibanggakan. Kau sangat terkenal karena sempat tiga tahun menjadi pria gila dan menumpang hidup di rumah mertua. Aku tidak mungkin lupa denganmu, Stefan!”Awalnya, Stefan ingin tersenyum karena dia bisa bertemu kembali dengan sosok yang begitu dikaguminya selama beberapa tahun pas masih remaja dulu.Ryan, meski tidak ada prestasi mencolok, tapi dia ini punya sifat menjaga pribadi yang mengagumkan. Misal, mending tidak bisa matematika dari pada mendapat satu ejekan dari temannya. Dia benar-benar menjaga harga dirinya. Jika berkedip tiga kali dalam satu detik bisa menuruni martabatnya, dia tidak akan melakukannya seumur hidup.Dulu waktu SMA, Ryan ini tidak pernah
Ketika telah sampai di apertemen mewahnya, Stefan langsung menghubungi Manager HRD Nano-ID.“David, adakah seorang pria bernama Ryan Vikes melamar di posisi supervisor?”“Sebentar Pak Stefan.” Cukup lama David mengutak-atik laptopnya. “Hm, ada, Pak Stefan. Ada belasan orang pekerja yang butuh persetujuan dari Bapak. Termasuk orang ini.”“Baiklah. Pindahkan dia ke posisi OB terlebih dahulu selama satu bulan. Malam minggu nanti sekitar jam delapan, kau hubungi dia dan beri tahu info ini.”“Siap laksanakan, Tuan CEO!”Nano-ID akan menjadi satu-satunya perusahaan IT berskala dunia di Indonesia. Akan ada banyak perusahaan dunia yang akan bekerja sama dengan Nano-ID. Belum saja diresmikan, sudah banyak tawaran berdatangan.Perusahaan apa saja yang terikat dengan hal digitalisasi, seperti contoh berbagai macam start up yang berfokus pada internet dan smartphone, jelas akan menjadikan Nano-ID sebagai rekan bisnis mereka.Begitu juga dengan soal keamanan siber. Nano-ID lebih luas dan kompleks,
Sambungan telepon terputus.“Pak David pasti bercanda,” keluh Ryan sambil menggeretakkan gerahamnya. Dia masih menggeleng-geleng tak percaya. Saat ini, wajahnya perlahan memucat.Ferdy dan Lesty mengalihkan pandangan dari Stefan ke Ryan. Dua orang ini dari tadi menahan tawa. Kalau mereka ingin mengejek Ryan sekarang, rasanya tidak mungkin karena ini acara milik Ryan, bisa-bisa nanti mereka urung ditraktir.Stefan mengoles dagu lalu berkata, “Sepertinya kita akan menjadi satu tim nanti. Boleh juga itu.”Marissa memutar malas bola matanya. Dari dulu dia tahu kalau Ryan selalu menang gaya. Jika bahas soal kehidupan, Ryan memang jagonya. Marissa masih menunggu cerita selanjutnya.Ryan tidak tenang malam ini. Senin nanti dia punya jadwal bertemu dengan CEO Nano-ID. Dia harus mengatakan sesuatu kepada CEO. Mana mungkin dia mau jadi OB selama satu bulan sebelum menempati posisi yang sebenarnya.Tiga puluh menit berlalu tanpa canda tawa lagi dan santapan mereka pun habis, kemudian seorang wai
Peresmian kantor Nano-ID sebenarnya senin pekan depan, namun karena butuh persiapan selama beberapa hari, maka ada beberapa atasan dan staf yang mulai aktif bekerja dari senin hari ini.Kantor ini kecil jika dibandingkan beberapa gedung tinggi puluhan lantai di Jakarta. Kantor dengan desain arsitektur abad masa depan dengan model nano teknologi, sebagaimana nama perusahaannya, tampak mewah meskipun hanya delapan lantai saja.Ada belasan orang yang masih berstatus sebagai calon karyawan. Mereka semua sedang menunggu kedatangan CEO Nano-ID di halaman parkir. Sengaja mereka datang lebih dulu, atau bisa jadi sepertinya CEO yang tidak bisa hadir.Martin yang menjadi asisten CEO Nano-ID berbicara di hadapan mereka, “CEO tidak bisa mengurus kalian karena ada kesibukan dengan pihak pemerintah. Jadi saya yang akan memberikan keputusan apakah kalian bisa mendapat kontrak kerja atau tidak.”Satu per satu mereka pun masuk bergantian ke ruang kerja Martin. Hingga tibalah giliran Ryan yang akan men
Perjalanan pun dilanjutkan ke salah satu kantor pemerintah yang lainnya. Sengaja Stefan naik ojol karena ingin bernostalgia.“Aku dulu sempat juga jadi driver ojol,” kata Stefan setelah membuka kaca helmnya.“Oh, syukurlah sekarang sudah kerja kantoran, Pak,” balas pria yang cukup tua itu.Sepeda motor itu pun berhenti di depan pagar kantor. Setelah membayar ongkosnya, Stefan pun melangkah tegap. Jika pada sebagian cerita fiksi MC-nya terkadang memakai pakaian murah dan bahkan kadang terlihat menyedihkan, namun tidak bagi Stefan. Baginya, rendah hati tidak selalu harus jelek dan rendah di mata orang. Penampilan tetap nomor satu.Sebelum berangkat ke Indonesia, Stefan ketika di Swiss membicarakan hal intens kepada Pak Arya soal sisa dana yang diberikan oleh pihak pemerintah dalam project waktu itu. Ada sisa uang sekitar tiga ratus lima puluh juta. Pak Arya sempat menyarankan agar uang sebanyak itu dikembalikan kepada pihak pemerintah.Namun, Stefan tidak setuju. Sebab jika uang itu di
Awalnya pihak keluarga telah sepakat hanya akan menyuruh Lionny mengurus kerja sama dengan Nano-ID. Namun, setelah dipikir-pikir, Bobby ragu dengan putri sulungnya itu. Lagi pula, Bobby ingin menguji kemampuan Robert yang baru saja ditunjuk sebagai salah satu manager di kantor pusat Sanjaya Group.Pagi ini juga dia langsung menuju kantor Nano-ID. Meski dia tahu bahwa Nano-ID belum beroperasi, setidaknya kali ini dia ingin berkenalan terlebih dahulu dengan sosok CEO Nano-ID.Setibanya di sana, Robert sangat terkejut melihat Stefan sedang duduk-duduk di pos penjagaan. Setelah turun dari mobil, dia pun bergegas menghampiri mantan ipar sampah itu.“Woi! Sejak kapan kau tinggal di Jakarta?” tanya Robert sambil memampang ekspresi terkejut.Ryan menyenggol Stefan. “Kau masih ingat kalau dia ini adalah mantan iparmu. Bahkan aku saja tahu kalau orang ini adalah Robert Sanjaya. Cucu kandung asli Kakek Sanjaya.”Stefan memperbaiki posisi duduknya. Karena agak refleks, sapu lidi di sampingnya ter
Marissa yang hendak pergi istirahat kaget melihat Stefan sedang pegang sapu lidi dan membersihkan halaman kantor siang ini.“Kau sudah diterima jadi OB di sini?” tanyanya heran. “Kau buang ke mana semua ilmumu sehingga kau rela berpanas-panasan hanya untuk duit UMR?”Stefan menyeka peluh di dahinya, lalu menjawab, “Seru juga menemani calon supervisor kerja. Iya kan, Ryan?”Ryan tersandar lemas di bangku pos penjagaan. Baru saja dia menghabiskan setengah botol air mineral. Seumur-umur jadi pria tampan dengan penampilan menarik, baru kali ini dia kerja sangat keras. Jika bukan karena perintah CEO Nano-ID, dia pasti akan protes.Ryan bergeming dan membatu. Dia tidak ingin menjawab karena nantinya omongan ini akan panjang. Dia tambah malu. Dari tadi dia menjauhkan alat kebersihan itu darinya. Parahnya, Martin tidak memperbolehkannya memakai masker.Beberapa saat setelah itu, Marissa kembali dengan membawa dua nasi padang buat teman lamanya itu. “Makanlah! Aku sangat prihatin melihat kalia
Bobby Sanjaya duduk berhadapan dengan Stefan. Martin dan David berdiri di belakang Bobby. Sedangkan Lionny duduk di kursi tak jauh dari mereka.Stefan berkata, “Martin, David, saya selalu mempercayakan banyak urusan kepada kalian berdua. Hingga menjadi saksi pernikahan saya pun, kalian tetap menjadi yang terpercaya.”Martin dan David mengangguk penuh patuh.Tiba-tiba suasana di dalam ruangan cukup tegang.Stefan memandang Bobby dengan tatapan sungguh-sungguh. “Saya dan Lionny saling mencintai, Tuan Sanjaya. Berikan kami izin agar kiranya kami berdua bisa kembali menjalin hubungan sah suami istri kembali serta membangun rumah tangga yang baik.”Stefan bilang juga pada Bobby bahwa untuk ke depannya dia tidak ingin hubungan rumah tangganya diganggu lagi apalagi sampai dipisahkan seperti tempo lalu. Stefan sudah memberi ruang agar Sanjaya Group bisa bangkit, bahkan memberikan berbagai bantuan. Oleh karena itu, penyesalan Bobby harus dibayarkan segera, dan kata maaf jelas tidak cukup jika
Jika saja Bobby tidak tolol dan egois, tentu bisnis Keluarga Sanjaya tidak akan terpuruk. Ribuan rasa penyesalan tertampak jelas di wajahnya yang mengendur. Bobby berkata lembut penuh penyesalan, “Ayah gagal menjadi pemimpin bagi kalian.”Lionny menyeka air mata di pipinya, lalu berkata, “Lupakan semua kesedihan, Ayah. Sekarang Ayah harus berbenah. Lanjutkan perjuangan mendiang kakek Sanjaya.”Stefan memotong segera, “Cukup. Kita tidak banyak waktu. Sekarang, mulai lagi!” titahnya tegas.Robert mendekat ke meja Stefan. Dia menunduk hormat dan berkata, “Aku salah. Maafkan aku.” Diteruskan pula oleh Luchy dan Chyntia.Lalu giliran Bobby. Sembari membungkuk sedikit Bobby berkata lirih, “Stefan, maafkan semua kesalahanku. Maafkan aku dan keluargaku.”Lionny tertegun. Melihat kedua orang tua beserta adiknya sangat merendah di hadapan Stefan seperti tidak ada harga diri, Lionny sangat tidak tega. Namun, langkah Stefan sudah tepat, dengan itu semoga mereka berempat sangat jera.Tuan Stone me
“Kau tahu apa konsekuensi jika menolak, Tuan Stone?” ancam Stefan.Tuan Stone sedikit mendongakkan kepala dan menjawab lirih, “Bagaimana kalau dikurangi separuh, Tuan CEO? Cukup lima belas juta saja. Saya masih bisa kalau segitu.” Tetap ada keraguan terpancar di raut wajah Tuan Stone. Bibirnya bergetar tatkala mengucapkannya karena di dalam kepalanya sedang bertengkar sendiri, lebih baik menolak jika bisa.Stefan mengalihkan pandangnya ke Bobby. “Cukup untuk satu perusahaan Sanjaya Group saja. Atau mungkin nanti suatu saat Tuan Stone akan kembali memberikan penawaran. Kita tahu bahwa Tuan Stone bukanlah orang asal-asalan yang gampang memberikan keputusan.”Lima belas juta dollar? Sebuah perjudian besar bagi Tuan Stone, jika judi 50:50, tidak untuk investasi nanti, baginya kemungkinan profit hanya dua puluh persen. Tuan Stone siap rugi.Tuan Stone ketar-ketir dan berharap agar kiranya Stefan tidak berbicara panjang lagi terkait investasi. Dia tidak mau hari-harinya makin buruk. Jika bi
Sanjaya Group saat ini memang sedang sangat terpuruk. Salah satu cara untuk mengembalikan keadaan seperti dahulu meskipun dalam waktu yang tidak sebentar adalah dengan menerima suntikan dana dari investor.Pasca perseteruan antara Sanjaya Group dan Stefan tempo lalu, jelas berdampak sangat serius bagi perusahaan milik Bobby. Jika Sanjaya Group ingin kembali bangkit, jelas mereka harus segera melakukan sesuatu.Namun, sejauh tidak ada ada satu pun investor yang datang serta tidak ada juga satu pun bank yang mau meminjamkan uang kepada mereka. Alasannya, karena Sanjaya Group diprediksi sulit akan kembali membaik. Sudah separah itu.Stefan punya ide. Penawaran gila yang biasanya diberikan oleh Tuan Stone, coba Stefan berikan kepada Bobby, kira-kira, apa reaksi Bobby ketika mendengar tawaran tersebut? Jika Tuan Stone memberikan penawaran kepada Luchy atau bahkan Chyntia, demi memperbaiki perusahaan, apakah Bobby merelakannya? Lihat nanti, apa Bobby masih waras?Bobby, Chyntia, Robert, dan
“Martin, kunci pintunya!” titah Stefan. Lalu, Stefan beranjak dan langsung mencekik leher Tuan Stone. Saking kuatnya, Tuan Stone sampai berdiri dari duduknya. “Kita bertemu lagi ha?! Kau pikir, aku dan calon istriku bakal lupa dengan dirimu?!” Stefan sangat marah.Stefan dengan sangat tegas tidak menerima tawaran investasi dari Tuan Stone. Dia juga akan memberi tahu kepada perusahaan-perusahaan di Jakarta dan lainnya untuk tidak menerima tawaran investasi dari Tuan Stone.Martin sudah siap seandainya Tuan Stone memberikan perlawanan kepada Stefan. Sedikit saja Tuan Stone menyenggol, pecah kepala Tuan Stone, biar otak busuknya keluar.Stefan memberi kode kepada Lionny agar segera beranjak. Setelah Stefan melepaskan cekikannya, Lionny langsung melepaskan sebuah tamparan keras.PLAK!“Sebuah balasan dari Lionny Fransisca Sanjaya!” Lionny menyeringai marah. Meski emosi, tetap cantik.Terasa pedas di pipi Tuan Stone. Dia mengerang. Lalu ada darah segar mengalir di bibirnya. Saat ini, Tuan
Tuan Stone gelagapan. “Stefan? Kau?” Seketika wajahnya memucat pasi. Bergidik badannya begitu yakin bahwa CEO Nano-ID saat ini yang dilihatnya merupakan pria yang kemarin di taman itu.Di dalam ruangan hanya ada Tuan Stone, Stefan, Martin, dan Lionny. Sementara Mike berada di luar. Dia sibuk memperhatikan para wanita dan mulai menyeleksi.Stefan menegakkan bahu, tersenyum, dan berkata ramah, “Silakan duduk, Tuan Stone. Bukankah Anda ke datang ke mari untuk membicarakan soal bisnis? Ayo kita mulai!”Lionny juga tersenyum ramah seolah-olah kemarin sore tidak terjadi apa-apa. Padahal di hatinya, Lionny sangat benci dengan orang tua tidak tahu diri ini. Jika mencongkel biji mata orang tidak berdosa dan tidak kena hukum pidana, sudah dari tadi dia akan mencocol kedua biji mata Tuan Stone agar segera berhenti memilih-milih wanita yang bakal ditidurinya.Stefan tidak gegabah dan seolah-olah dia dan Tuan Stone belum pernah bertemu sebelumnya. Stefan menyambut kedatangan Tuan Stone dengan begi
Nama perusahaan milik Tuan Stone adalah SG9 Enterprise. Setelah dilakukan pendalaman tentang profil SG9 Enterprise beserta Dave Stone sendiri, ternyata bermasalah. Sejumlah perusahaan di dalam negeri sempat membatalkan sejumlah tawaran dari Tuan Stone karena syarat yang dia beri terbilang aneh.Contoh kasus, Tuan Stone akan memberikan dana investasi apabila wanita yang disukainya, misalkan sekretaris ataupun staf biasa yang menarik perhatiannya, mau diajaknya tidur satu malam. Jika bos perusahaan tersebut bersedia, barulah Tuan Stone akan memberikan suntikan dana investasi. Tuan Stone licik. Dia sengaja mencari perusahaan yang baru didirikan atau yang baru saja berkembang, terutama perusahaan yang memang sedang kekurangan dana, dengan alasan investasi yang dia tawarkan akan lebih cepat diterima. Namun, tidak semua bos perusahaan setuju dengan syarat gila yang ditawarkan oleh Tuan Stone.Pernah suatu ketika, ada sebuah start up di Thailand yang sedang membutuhkan dana sebanyak 10 jut
Dada Tuan Dave Stone tiba-tiba berdebar. “Stefan, apa profesimu?”Stefan segera beranjak meninggalkan tempat ini. “Sebentar lagi akan malam. Awas, kami mau pulang,” Stefan menatap Tuan Stone cukup lama.Tatapan itu semakin membuat Tuan Stone bertanya-tanya. “Hm. Aku menarik lagi omonganku barusan, Stefan. Maafkan aku,” tiba-tiba Tuan Stone melempem seperti kerupuk kena air. “Kami tadi hanya bercanda.Stefan memasukkan dua kartu sakti miliknya ke dalam dompet kembali. “Minta maaflah pada calon istriku!” berang Stefan. Melihat adanya perubahan ekspresi dan sikap dari lawan bicaranya, Stefan bisa menguasai panggung. “Cepat!”Tuan Stone tidak berani menatap Lionny karena saking kikuk. “M-maafkan aku, Nona Lionny. Tadi aku cuma berpura-pura. Maafkan aku dan anak buahku.”Lionny menatap heran. Ada apa dengan Tuan Stone? Dia menjawab ragu, “Ya sudah, aku maafkan. Pergilah dari sini!”Terus Stefan membaca ratu wajah Tuan Stone. Sepertinya ada yang aneh setelah Tuan Stone tahu namanya. Karena
Tuan Stone merupakan pria dominan sejati. Asal orang lain tahu, Bugatti miliknya tersebut baru dibeli beberapa hari yang lalu di Jakarta hanya untuk berkeliling kota, bersenang-senang mencari wanita, dan terakhir mengurus beberapa bisnisnya.Meski bisnisnya merupakan prioritas, wanita baginya tetap nomor satu. Itulah uniknya orang kaya. Dia menatap sangar ke arah Stefan dan berkata, “Jika kau punya penawaran, silakan katakan. Mari kita bicarakan dan akan aku pertimbangkan dengan bijak.” Kemudian, Tuan Stone menyombongkan kekayaannya. Dia bercerita panjang soal bisnis investasinya yang cukup mengagumkan. Katanya, dia akan memperluas bisnisnya tersebut di Jakarta. “Aku akan berinvestasi di dua perusahaan besar di Indonesia. Aku orang kaya. Ha-ha.”Asap cerutu pun mengepul dan membumbung ke langit. Lalu Tuan Stone tersenyum sangat lebar hingga tampaklah emas di giginya yang berkilau. Dia merupakan orang yang tipikal, jika di letakkan di kerumuan orang, semua orang pasti akan memusatkan