Stefan mendapat kabar buruk bahwa Pak Arya mengalami sakit yang cukup parah sehingga membuat Pak Arya harus dirawat di rumah sakit. Sesuai dengan perintah Tuan Co-Founder Alfatech dan perintah Pak Arya sendiri, maka untuk sementara waktu Stefan yang akan mengisi kekosongan kepemimpinan di AlfaTech.Kamis ini Stefan dan Grace segera terbang kembali ke Swiss. Sesampainya di sana, sekitar beberapa jam Stefan menjenguk Pak Arya di rumah sakit, lalu membiarkan Grace saja yang menemani Pak Arya. Sedangkan Stefan menuju kantor AlfaTech. Dia menempati ruang kerja milik Pak Arya.Stefan menyambungkan saluran teleponnya. “Martin, saya tidak tahu berapa lama saya berada di Swiss. Kau harus mengurus semua urusnan di sana, sebelum dan sesudah peresmian. Saya percayakan ini padamu.”Mendegar getaran suara di ujung ponselnya seperti itu, Martin membeliak matanya. “Saya belum siap, Pak Stefan. Jika membantu persiapan sampai acara peresmian, oke saya sanggup. Tapi, untuk menggantikan Bapak sebagai CEO
Robert Sanjaya turun dari mobil seharga dua milyar lebih. Dengan gayanya yang sombong luar biasa, dia berjalan seperti hanya dia sendiri yang bayar pajak pada negara ini. Lalu, dia mendekati Ryan yang masih saja bersih-bersih di halaman kantor.“Pak Robert Sanjaya, apa kabar?” tanya Ryan tanpa menunduk, meskipun dia sadar bahwa dia dan Robert ibarat kerikil dan zamrud, dia tidak ingin merendahkan dirinya, sifat ini sudah mendarah daging sejak dia masih ingusan.Bukannya menjawab, Robert malah membuang pandangannya ke arah gedung mewah di depannya. “Ke mana temanmu yang tidak berguna itu? Apa dia sudah dipecat oleh CEO Nano-ID?”Ryan melempar sapu lidinya ke dinding pos penjagaan, lalu menjawab, “Dia hanya masuk kerja satu hari. Hingga saat ini dia tidak pernah kelihatan batang hidungnya. Aku sangat yakin kalau dia bahkan tidak pantas menjadi OB di perusahaan sebesar Nano-ID.”Robert tertawa puas, lalu berkata remeh, “Dia tidak akan pernah bisa sukses di mana pun berada. Wajar, tiga ta
Pagi yang cerah sekitar jam 8 di kantor Nano-ID.Seorang security mendekati Lionny yang tengah mengawas bingung. “Nona, ada yang bisa kami bantu?” Lionny menutup sekitar kelopak matanya dengan telapak tangan kirinya untuk menghindari sinar matahari. Dia melirik Ryan yang tengah bersih-bersih, lalu menjawab, “Aku ingin bertemu Stefan yang bekerja sebagai OB.”Ryan langsung mendekat, “Dia cuma sehari masuk kerja. Orang itu aneh.” Ryan agak lama memandangi Lionny. Dia teringat dengan seseorang tapi ragu.Masalahnya, setelah pernikahannya bersama Erick, Lionny memang tampil beda dengan perubahan yang cukup signifikan.Saat ini, Lionny menjadi pusat perhatian. Dia memakai celana hitam kantoran panjang dan kemeja merah tua, serta blazer hitam. Dia tampil elegan. Rambutnya yang disisir ke kanan agak berantakan terkena angin, tapi rona cantiknya kian bertambah. Semua pria di sini kian terpukau.“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Chella tersenyum ramah. Chella yang cantik saja minder pas ketem
Malam ini di kediaman Bobby Sanjaya.Lionny mengaparkan satu berkas dokumen yang sangat diharap-harapkan di atas meja ruang keluarga. Bobby yang tengah duduk gagah pun meraihnya, lalu membacanya dengan sangat detail.Lebih dari lima menit kemudian ekspresinya berubah. Bobby terpana, “Lionny, apa yang kau lakukan di kantor Nano-ID? Bagaimana bisa kau mendapatkan kontrak kerja sama ini?”Lionny menghadap ayahnya, lalu berkata semangat, “Jelas aku membawa nama besar Keluarga Sanjaya. Omonganku sama seperti Robert, hanya saja penyampaian dia yang keliru. Cara bicara orang dewasa dan anak kecil jelas berbeda.”Mendengar itu, Robert menghempaskan ponselnya di sofa, lalu menyergah dengan nada menusuk, “Jangan bilang pada kami kalau kau memakai cara kotor. Secara, asisten CEO adalah seorang pria bujang. Bisa jadi kau mengandalkan kegenitanmu untuk menarik perhatian dia.”Bukannya menghargai, Robert malah berpikiran buruk terhadap kakaknya sendiri. Robert tidak terima jika Lionny berhasil mend
Pagi ini di kantor Sanjaya Techno, Surabaya.Leon tersenyum simpul dan bertanya pada Lionny, “Bagaimana kabar keluargamu? Kapan mereka akan ke sini?”Lionny yang memang hari ini tampak berseri-seri menjawabnya dengan sangat antusias, “Kabar mereka baik. Mereka sangat sibuk di Jakarta. Entah kapan mereka bisa ke sini.”Ekspresi Lionny yang sangat cerah ceria telah membuat sebuah persepsi lain di kepala Leon. Baginya, Lionny perhatian padanya. Padahal, dari tadi Lionny menyapa ramah banyak karyawan di sini.Keberhasilan Lionny kemarin itu sangat membuatnya berbeda pada hari-hari ini. Kerjasama dengan pihak Nano-ID seperti memasuki sebuah pintu gerbang besar, di mana di dalamnya akan ada banyak buah yang bisa dipetik, terlebih Sanjaya Techno diberikan kesempatan untuk bekerjasama dalam hal apa saja.Leon menatap Lionny dengan begitu perhatian, lalu berkata, “Jika kau ingin kembali ke Jakarta, aku bisa menemanimu. Aku khawatir akan terjadi apa-apa selama kau dalam perjalanan. Sementara,
Siang ini kantor Nano-ID, Jakarta.“Apa kau tahu seberapa populer Keluarga Sanjaya?” tanya Martin penasaran.“Dulu saya pernah mendengar nama keluarga itu. Tapi tidak tahu seberapa berpengaruh mereka di Jakarta,” jawab David, lalu dia menyeruput kopinya.Martin menyandarkan punggungnya di sebuah kursi santai. Saat ini mereka berdua tengah istirahat di sebuah ruangan yang tidak begitu luas di lantai delapan. Dari sini mereka akan menyaksikan pemandangan indah Kota Jakarta. Gedung tinggi dan rumah-rumah mewah begitu jelas tampak.Tadi David berbicara bersama Chella dan mendapatkan info cukup mengenai Keluarga Sanjaya. Dia berkata, “Sekarang Sanjaya Group masih punya tujuh perusahaan di berbagai sektor. Keluarga Sanjaya termasuk keluarga yang diperhitungkan.”Martin mengangguk takzim dan menyeruput kopinya juga, lalu menjawab, “Pantas CEO kita begitu menghormati Nona Lionny Fransisca Sanjaya. CEO kita pasti sangat tahu siapa itu Keluarga Sanjaya.”David tersenyum renyah. “Tuan CEO menel
Selain menjabat sebagai CEO AlfaTech, Pak Arya juga memiliki saham sebesar dua puluh lima persen. Pak Arya termasuk orang kaya yang tidak serakah. Atas usulnya lah akhirnya Stefan bisa memiliki sejumlah saham di Nano-ID. Padahal, jika Pak Arya tamak, nilai yang sangat besar itu bisa saja dimakannya sendiri.Pak Arya sebelumnya telah lama melakukan pembicaraan bersama Stefan soal kepemilikan Nano-ID. Dalam sebuah rapat yang telah lalu bersama founder, owner, dan dewan, Pak Arya memberikan saran atas kepemilikan saham Nano-ID.Dalam usuluan tersebut, Stefan berhak atas kepemilikan sebesar dua puluh persen, tanpa menggeelontorkan dana sepeser pun. Ide ini memang terdengar gila. Namun, SigmaX dan AlfaStudio lah alasannya. Dua karya Stefan tersebut telah mengangkat AlfaTech baik dari segi finansial maupun popularitas.Stefan mendapatkan hak kepemilikan Nano-ID dengan kesepakatan bahwa SigmaX dan AlfaStudio juga dimiliki haknya oleh AlfaTech dan Nano-ID. Dengan kata lain bahwa perusaaan ter
Marcedes AMG GT warna putih dengan nomor polisi unik masuk ke halaman parkir kantor Nano-ID.Dua security yang berjaga pun bergegas ingin mengatur supaya mobil terpakir dengan sempurna.Ryan langsung melempar sapu lidinya dan bergumam, “Aku yakin pasti CEO.”Kemudian Ryan melangkah lebar dan melewati dua security itu. Maksud hati Ryan adalah ingin mengambil hati CEO, lalu membicarakan soal magang satu bulan ini, tentu dia ingin agar posisi supervisor cepat dia dapatkan.“Ya terus, terus!” kata Ryan sambil melambai-lambaikan tangannya seperti tukang parkir. “Bukan di situ! Geser di sebelahnya!” Ryan ingin agar mobil itu berhenti di parkir eksklusif yang sudah dicat khusus untuk CEO. Tapi, mobil itu salah posisi.Suara mesin mobil menghilang. Pintu mobil terbuka. Lalu, seorang wanita yang sangat cantik pun turun dari mobil mewah seharga lebih dari dua milyar ini. Dia tampak menarik dengan setelan kantoran. Blazernya hitam. Tanpa memakai sepatu hak tinggi karena tinggi badannya seratus
Bobby Sanjaya duduk berhadapan dengan Stefan. Martin dan David berdiri di belakang Bobby. Sedangkan Lionny duduk di kursi tak jauh dari mereka.Stefan berkata, “Martin, David, saya selalu mempercayakan banyak urusan kepada kalian berdua. Hingga menjadi saksi pernikahan saya pun, kalian tetap menjadi yang terpercaya.”Martin dan David mengangguk penuh patuh.Tiba-tiba suasana di dalam ruangan cukup tegang.Stefan memandang Bobby dengan tatapan sungguh-sungguh. “Saya dan Lionny saling mencintai, Tuan Sanjaya. Berikan kami izin agar kiranya kami berdua bisa kembali menjalin hubungan sah suami istri kembali serta membangun rumah tangga yang baik.”Stefan bilang juga pada Bobby bahwa untuk ke depannya dia tidak ingin hubungan rumah tangganya diganggu lagi apalagi sampai dipisahkan seperti tempo lalu. Stefan sudah memberi ruang agar Sanjaya Group bisa bangkit, bahkan memberikan berbagai bantuan. Oleh karena itu, penyesalan Bobby harus dibayarkan segera, dan kata maaf jelas tidak cukup jika
Jika saja Bobby tidak tolol dan egois, tentu bisnis Keluarga Sanjaya tidak akan terpuruk. Ribuan rasa penyesalan tertampak jelas di wajahnya yang mengendur. Bobby berkata lembut penuh penyesalan, “Ayah gagal menjadi pemimpin bagi kalian.”Lionny menyeka air mata di pipinya, lalu berkata, “Lupakan semua kesedihan, Ayah. Sekarang Ayah harus berbenah. Lanjutkan perjuangan mendiang kakek Sanjaya.”Stefan memotong segera, “Cukup. Kita tidak banyak waktu. Sekarang, mulai lagi!” titahnya tegas.Robert mendekat ke meja Stefan. Dia menunduk hormat dan berkata, “Aku salah. Maafkan aku.” Diteruskan pula oleh Luchy dan Chyntia.Lalu giliran Bobby. Sembari membungkuk sedikit Bobby berkata lirih, “Stefan, maafkan semua kesalahanku. Maafkan aku dan keluargaku.”Lionny tertegun. Melihat kedua orang tua beserta adiknya sangat merendah di hadapan Stefan seperti tidak ada harga diri, Lionny sangat tidak tega. Namun, langkah Stefan sudah tepat, dengan itu semoga mereka berempat sangat jera.Tuan Stone me
“Kau tahu apa konsekuensi jika menolak, Tuan Stone?” ancam Stefan.Tuan Stone sedikit mendongakkan kepala dan menjawab lirih, “Bagaimana kalau dikurangi separuh, Tuan CEO? Cukup lima belas juta saja. Saya masih bisa kalau segitu.” Tetap ada keraguan terpancar di raut wajah Tuan Stone. Bibirnya bergetar tatkala mengucapkannya karena di dalam kepalanya sedang bertengkar sendiri, lebih baik menolak jika bisa.Stefan mengalihkan pandangnya ke Bobby. “Cukup untuk satu perusahaan Sanjaya Group saja. Atau mungkin nanti suatu saat Tuan Stone akan kembali memberikan penawaran. Kita tahu bahwa Tuan Stone bukanlah orang asal-asalan yang gampang memberikan keputusan.”Lima belas juta dollar? Sebuah perjudian besar bagi Tuan Stone, jika judi 50:50, tidak untuk investasi nanti, baginya kemungkinan profit hanya dua puluh persen. Tuan Stone siap rugi.Tuan Stone ketar-ketir dan berharap agar kiranya Stefan tidak berbicara panjang lagi terkait investasi. Dia tidak mau hari-harinya makin buruk. Jika bi
Sanjaya Group saat ini memang sedang sangat terpuruk. Salah satu cara untuk mengembalikan keadaan seperti dahulu meskipun dalam waktu yang tidak sebentar adalah dengan menerima suntikan dana dari investor.Pasca perseteruan antara Sanjaya Group dan Stefan tempo lalu, jelas berdampak sangat serius bagi perusahaan milik Bobby. Jika Sanjaya Group ingin kembali bangkit, jelas mereka harus segera melakukan sesuatu.Namun, sejauh tidak ada ada satu pun investor yang datang serta tidak ada juga satu pun bank yang mau meminjamkan uang kepada mereka. Alasannya, karena Sanjaya Group diprediksi sulit akan kembali membaik. Sudah separah itu.Stefan punya ide. Penawaran gila yang biasanya diberikan oleh Tuan Stone, coba Stefan berikan kepada Bobby, kira-kira, apa reaksi Bobby ketika mendengar tawaran tersebut? Jika Tuan Stone memberikan penawaran kepada Luchy atau bahkan Chyntia, demi memperbaiki perusahaan, apakah Bobby merelakannya? Lihat nanti, apa Bobby masih waras?Bobby, Chyntia, Robert, dan
“Martin, kunci pintunya!” titah Stefan. Lalu, Stefan beranjak dan langsung mencekik leher Tuan Stone. Saking kuatnya, Tuan Stone sampai berdiri dari duduknya. “Kita bertemu lagi ha?! Kau pikir, aku dan calon istriku bakal lupa dengan dirimu?!” Stefan sangat marah.Stefan dengan sangat tegas tidak menerima tawaran investasi dari Tuan Stone. Dia juga akan memberi tahu kepada perusahaan-perusahaan di Jakarta dan lainnya untuk tidak menerima tawaran investasi dari Tuan Stone.Martin sudah siap seandainya Tuan Stone memberikan perlawanan kepada Stefan. Sedikit saja Tuan Stone menyenggol, pecah kepala Tuan Stone, biar otak busuknya keluar.Stefan memberi kode kepada Lionny agar segera beranjak. Setelah Stefan melepaskan cekikannya, Lionny langsung melepaskan sebuah tamparan keras.PLAK!“Sebuah balasan dari Lionny Fransisca Sanjaya!” Lionny menyeringai marah. Meski emosi, tetap cantik.Terasa pedas di pipi Tuan Stone. Dia mengerang. Lalu ada darah segar mengalir di bibirnya. Saat ini, Tuan
Tuan Stone gelagapan. “Stefan? Kau?” Seketika wajahnya memucat pasi. Bergidik badannya begitu yakin bahwa CEO Nano-ID saat ini yang dilihatnya merupakan pria yang kemarin di taman itu.Di dalam ruangan hanya ada Tuan Stone, Stefan, Martin, dan Lionny. Sementara Mike berada di luar. Dia sibuk memperhatikan para wanita dan mulai menyeleksi.Stefan menegakkan bahu, tersenyum, dan berkata ramah, “Silakan duduk, Tuan Stone. Bukankah Anda ke datang ke mari untuk membicarakan soal bisnis? Ayo kita mulai!”Lionny juga tersenyum ramah seolah-olah kemarin sore tidak terjadi apa-apa. Padahal di hatinya, Lionny sangat benci dengan orang tua tidak tahu diri ini. Jika mencongkel biji mata orang tidak berdosa dan tidak kena hukum pidana, sudah dari tadi dia akan mencocol kedua biji mata Tuan Stone agar segera berhenti memilih-milih wanita yang bakal ditidurinya.Stefan tidak gegabah dan seolah-olah dia dan Tuan Stone belum pernah bertemu sebelumnya. Stefan menyambut kedatangan Tuan Stone dengan begi
Nama perusahaan milik Tuan Stone adalah SG9 Enterprise. Setelah dilakukan pendalaman tentang profil SG9 Enterprise beserta Dave Stone sendiri, ternyata bermasalah. Sejumlah perusahaan di dalam negeri sempat membatalkan sejumlah tawaran dari Tuan Stone karena syarat yang dia beri terbilang aneh.Contoh kasus, Tuan Stone akan memberikan dana investasi apabila wanita yang disukainya, misalkan sekretaris ataupun staf biasa yang menarik perhatiannya, mau diajaknya tidur satu malam. Jika bos perusahaan tersebut bersedia, barulah Tuan Stone akan memberikan suntikan dana investasi. Tuan Stone licik. Dia sengaja mencari perusahaan yang baru didirikan atau yang baru saja berkembang, terutama perusahaan yang memang sedang kekurangan dana, dengan alasan investasi yang dia tawarkan akan lebih cepat diterima. Namun, tidak semua bos perusahaan setuju dengan syarat gila yang ditawarkan oleh Tuan Stone.Pernah suatu ketika, ada sebuah start up di Thailand yang sedang membutuhkan dana sebanyak 10 jut
Dada Tuan Dave Stone tiba-tiba berdebar. “Stefan, apa profesimu?”Stefan segera beranjak meninggalkan tempat ini. “Sebentar lagi akan malam. Awas, kami mau pulang,” Stefan menatap Tuan Stone cukup lama.Tatapan itu semakin membuat Tuan Stone bertanya-tanya. “Hm. Aku menarik lagi omonganku barusan, Stefan. Maafkan aku,” tiba-tiba Tuan Stone melempem seperti kerupuk kena air. “Kami tadi hanya bercanda.Stefan memasukkan dua kartu sakti miliknya ke dalam dompet kembali. “Minta maaflah pada calon istriku!” berang Stefan. Melihat adanya perubahan ekspresi dan sikap dari lawan bicaranya, Stefan bisa menguasai panggung. “Cepat!”Tuan Stone tidak berani menatap Lionny karena saking kikuk. “M-maafkan aku, Nona Lionny. Tadi aku cuma berpura-pura. Maafkan aku dan anak buahku.”Lionny menatap heran. Ada apa dengan Tuan Stone? Dia menjawab ragu, “Ya sudah, aku maafkan. Pergilah dari sini!”Terus Stefan membaca ratu wajah Tuan Stone. Sepertinya ada yang aneh setelah Tuan Stone tahu namanya. Karena
Tuan Stone merupakan pria dominan sejati. Asal orang lain tahu, Bugatti miliknya tersebut baru dibeli beberapa hari yang lalu di Jakarta hanya untuk berkeliling kota, bersenang-senang mencari wanita, dan terakhir mengurus beberapa bisnisnya.Meski bisnisnya merupakan prioritas, wanita baginya tetap nomor satu. Itulah uniknya orang kaya. Dia menatap sangar ke arah Stefan dan berkata, “Jika kau punya penawaran, silakan katakan. Mari kita bicarakan dan akan aku pertimbangkan dengan bijak.” Kemudian, Tuan Stone menyombongkan kekayaannya. Dia bercerita panjang soal bisnis investasinya yang cukup mengagumkan. Katanya, dia akan memperluas bisnisnya tersebut di Jakarta. “Aku akan berinvestasi di dua perusahaan besar di Indonesia. Aku orang kaya. Ha-ha.”Asap cerutu pun mengepul dan membumbung ke langit. Lalu Tuan Stone tersenyum sangat lebar hingga tampaklah emas di giginya yang berkilau. Dia merupakan orang yang tipikal, jika di letakkan di kerumuan orang, semua orang pasti akan memusatkan