Selain menjabat sebagai CEO AlfaTech, Pak Arya juga memiliki saham sebesar dua puluh lima persen. Pak Arya termasuk orang kaya yang tidak serakah. Atas usulnya lah akhirnya Stefan bisa memiliki sejumlah saham di Nano-ID. Padahal, jika Pak Arya tamak, nilai yang sangat besar itu bisa saja dimakannya sendiri.Pak Arya sebelumnya telah lama melakukan pembicaraan bersama Stefan soal kepemilikan Nano-ID. Dalam sebuah rapat yang telah lalu bersama founder, owner, dan dewan, Pak Arya memberikan saran atas kepemilikan saham Nano-ID.Dalam usuluan tersebut, Stefan berhak atas kepemilikan sebesar dua puluh persen, tanpa menggeelontorkan dana sepeser pun. Ide ini memang terdengar gila. Namun, SigmaX dan AlfaStudio lah alasannya. Dua karya Stefan tersebut telah mengangkat AlfaTech baik dari segi finansial maupun popularitas.Stefan mendapatkan hak kepemilikan Nano-ID dengan kesepakatan bahwa SigmaX dan AlfaStudio juga dimiliki haknya oleh AlfaTech dan Nano-ID. Dengan kata lain bahwa perusaaan ter
Marcedes AMG GT warna putih dengan nomor polisi unik masuk ke halaman parkir kantor Nano-ID.Dua security yang berjaga pun bergegas ingin mengatur supaya mobil terpakir dengan sempurna.Ryan langsung melempar sapu lidinya dan bergumam, “Aku yakin pasti CEO.”Kemudian Ryan melangkah lebar dan melewati dua security itu. Maksud hati Ryan adalah ingin mengambil hati CEO, lalu membicarakan soal magang satu bulan ini, tentu dia ingin agar posisi supervisor cepat dia dapatkan.“Ya terus, terus!” kata Ryan sambil melambai-lambaikan tangannya seperti tukang parkir. “Bukan di situ! Geser di sebelahnya!” Ryan ingin agar mobil itu berhenti di parkir eksklusif yang sudah dicat khusus untuk CEO. Tapi, mobil itu salah posisi.Suara mesin mobil menghilang. Pintu mobil terbuka. Lalu, seorang wanita yang sangat cantik pun turun dari mobil mewah seharga lebih dari dua milyar ini. Dia tampak menarik dengan setelan kantoran. Blazernya hitam. Tanpa memakai sepatu hak tinggi karena tinggi badannya seratus
Ekspresi Grace langsung berubah. Dia tidak heran mendengar nama perusahaan Sanjaya, tapi mendengar nama wanita itu disebut, rasanya jantungnya mau lepas. Grace tahu persis siapa wanita itu.Grace langsung meninggalkan ruangan dengan hanya berpamitan kepada mereka tanpa memberi tahu alasan jelas. Sementara Martin melongo menghadap peserta lainnya, mencoba mencari-cari alasan kenapa Grace pergi begitu saja.Sikap profesionalitasnya berperang dengan isi di relung jiwanya. Jika menuruti kemauan hatinya, Grace tidak akan pernah bertemu dengan Lionny. Namun, dia dipaksa menjadi seorang yang profesional. Bukankah dia sayang sama ayahnya dan patuh dengan perintah CEO-nya?Grace melawan perasaannya sendiri. Meski memang berat, Grace harus melawannya. Tidak wajar jika dia menolak tugas kantor. Ya, karena hal yang akan dibahas adalah terkait kerjasama, bukan soal pribadi. Ah, di ruangannya Grace termenung.Tak kuat, dia akhirnya menelepon Stefan.“Ada apa, Grace?”Grace tak tahan dengan gejolak
Urat malu Ryan sepertinya memang sudah putus. Dia mendekati Grace, lalu berkata, “Bu Sekretaris, maafkan saya. Saya sebenarnya sudah mengenal Bu Grace, tapi karena gugup, jadi saya bingung mau bicara apa tadi pagi.”Grace baru membuka pintu mobilnya. “Pesan CEO, jika tugasmu tidak becus, masa orientasi kerja di halaman ini akan ditambah satu bulan lagi. Selain itu, apa kamu tidak tahu aturan yang sudah diberikan tentang perlakuan terhadap sekretaris? Sepertinya masa orientasi ini jelas akan ditambah. Soal waktunya berapa lama, CEO yang akan memberikan keputusan.”Biji mata Ryan Vikes membulat sempurna seperti telur mata sapi. Jika dalam hitungan minggu ini saja dia sudah kualahan dan malunya minta ampun, bagaimana jika dia harus lebih lama lagi menjadi petugas kebersihan di halaman?Ryan tersenyum memelas, lalu menjawab, “Maafkan saya sekali lagi, Bu sekretaris. Saya tidak akan mengulanginya kembali. Mulai besok, saya akan benar-benar jaga mobil mewah Anda melebihi saya menjaga mobil
Bagai pinang dibelah dua.....Di ruangan pertemuan pada pagi hari yang amat cerah, dua wanita cantik menjadi sorotan semua orang. Jika dua wanita ini bersaing menjadi puteri Indonesia, juri dan masyarkat akan kebingungan memilih siapa yang berhak juara dari keduanya.Tak terlukiskan kecantikan dan keanggunan keduanya. Pria buta sekalipun tahu bahwa mereka berdua cantik luar biasa. Selain itu, dari segi posisi dan latar belakang keluarga, dua wanita ini jelas layak diperhitungkan. Agaknya, pria di sini harus berpikir berulang kali sebelum mengajak mereka berdua kencan.Grace tersenyum ramah dan berkata, “Selamat datang, Bu Lionny Sanjaya.” Lalu, Grace memberikan satu kotak hadiah sebagai salam perkenalan.Lionny terkesan. “Terima kasih. Saya mengenal Anda dari Pak Martin. Grace Santika. Saya ingat bahwa Anda pernah menjadi sekretaris kantor di Sanjaya Sawit.”Grace seperti tersengat listrik. Namun, dia berusaha menahan senyumnya walaupun hatinya terusik. Jika demikian, berarti Lionny m
Di halaman kantor.Sebuah mobil masuk. Sopirnya bilang kepada petugas keamanan, “Es Kopi Kekinian. Ada 700 untuk semua karyawan kantor. Kalau ada lebih, silakan kasih ke pengendara yang lewat. Dari Lionny Sanjaya.”Tak lama setelah itu, satu mobil pick-up juga masuk. “Ada sepuluh parcel. Kiriman dari Lionny Sanjaya. Untuk direksi perusahaan.”Ryan baru saja tiba setelah dari Kwetiau A Ling. Dia diteriaki oleh dua security dan dua OB lainnya untuk membantu mereka membawa kiriman itu masuk ke kantor.Tapi, Ryan menolak. “Aku harus menemui Nona Sanjaya dahulu. Ini perintah Bu Grace!”Ryan melangkah panjang dan melewati resepsionis dan lobi. Setibanya di depan pintu ruangan pertemuan yang berada di lantai tujuh, Ryan tidak ada canggung-canggungnya sama sekali. Dengan pede dia mengetuk dua kali lalu masuk tanpa izin. Baginya, supervisor tetap tinggi untuk hal apapun.Cklek!Pintu berderit.Martin tersentak kaget. Dia terpaksa menghentikan bicaranya lantaran pria tidak tahu sopan santun ini
Di kediaman Bobby Sanjaya.Meskipun bisa saja Lionny tampil jumawa sore hari ini untuk membanggakan prestasinya, dia tetap rendah hati dan tidak menampilkan kesan sombong. Dengan nada penuh kelembutan dia mengatakan:“Ayah, kita berhasil. Sanjaya Techno bahkan menjadi perusahaan pertama yang bekerjasama dengan Nano-ID. Mulai hari ini kita bisa mempergunakan AlfaStudio.”Namun, Robert melakukan interupsi licik. Dia menolak kenyataan. Dengan modal jiwa muda yang toxic, dia menyela, “Jangan percaya dia, Ayah! Bagaimana mungkin dia mendapatkan kontrak sementara CEO-nya saja masih belum ada.”Lionny tersenyum datar, lalu menjawab, “Tidak mungkin aku berbohong. Jika kalian semua tahu, sekretaris Nano-ID adalah Grace Santika, bekas sekretaris Ayah sendiri.”Bobby tercengang. Kemudian beliau mengecek sendiri semua berkas yang dibawa oleh Lionny. Beberapa menit kemudian, beliau mengatakan, “Lionny tidak mungkin berbohong. Dokumen kedua sama aslinya dengan dokumen pertama waktu itu.”Robert mem
Martin menelepon Stefan.“Halo, Tuan CEO? Maaf mengganggu waktumu sebentar. Pekerja kita bernama Ryan bikin ulah terus. Tidak main-main. Kali ini dia berurusan dengan Nona Sanjaya.” Cukup lama Martin menjelaskan problem Ryan.“Martin, sepertinya dia mengakui kesalahannya. Jika memang dia sampai berbicara seperti pengemis, berarti dia telah perlahan mengubah cara hidupnya sendiri. Ryan tidak pernah bicara seperti pengemis. Baiklah kalau begitu. Cukup berikan dia hukuman satu bulan saja.”“Maaf, saya tidak bermaksud menyela Anda Tuan CEO. Tapi orang itu memang agak keterlaluan. Jika kita kasih dia napas, dikhawatirkan dia akan melunjak.”“Kasih dia kesempatan satu kali. Beri dia hukuman yang lebih lama kalau nanti dia kembali melanggar. Saya agak kasihan. Bagaimanapun, dia tetap teman lama saya. Dan jaga rahasia ini baik-baik.”Pada saat beristirahat di tempat tinggalnya di Swiss, Stefan mengontrol dan mengecek laporan Nano-ID setiap harinya, baik laporan dari para bawahannya melalui te
Bobby Sanjaya duduk berhadapan dengan Stefan. Martin dan David berdiri di belakang Bobby. Sedangkan Lionny duduk di kursi tak jauh dari mereka.Stefan berkata, “Martin, David, saya selalu mempercayakan banyak urusan kepada kalian berdua. Hingga menjadi saksi pernikahan saya pun, kalian tetap menjadi yang terpercaya.”Martin dan David mengangguk penuh patuh.Tiba-tiba suasana di dalam ruangan cukup tegang.Stefan memandang Bobby dengan tatapan sungguh-sungguh. “Saya dan Lionny saling mencintai, Tuan Sanjaya. Berikan kami izin agar kiranya kami berdua bisa kembali menjalin hubungan sah suami istri kembali serta membangun rumah tangga yang baik.”Stefan bilang juga pada Bobby bahwa untuk ke depannya dia tidak ingin hubungan rumah tangganya diganggu lagi apalagi sampai dipisahkan seperti tempo lalu. Stefan sudah memberi ruang agar Sanjaya Group bisa bangkit, bahkan memberikan berbagai bantuan. Oleh karena itu, penyesalan Bobby harus dibayarkan segera, dan kata maaf jelas tidak cukup jika
Jika saja Bobby tidak tolol dan egois, tentu bisnis Keluarga Sanjaya tidak akan terpuruk. Ribuan rasa penyesalan tertampak jelas di wajahnya yang mengendur. Bobby berkata lembut penuh penyesalan, “Ayah gagal menjadi pemimpin bagi kalian.”Lionny menyeka air mata di pipinya, lalu berkata, “Lupakan semua kesedihan, Ayah. Sekarang Ayah harus berbenah. Lanjutkan perjuangan mendiang kakek Sanjaya.”Stefan memotong segera, “Cukup. Kita tidak banyak waktu. Sekarang, mulai lagi!” titahnya tegas.Robert mendekat ke meja Stefan. Dia menunduk hormat dan berkata, “Aku salah. Maafkan aku.” Diteruskan pula oleh Luchy dan Chyntia.Lalu giliran Bobby. Sembari membungkuk sedikit Bobby berkata lirih, “Stefan, maafkan semua kesalahanku. Maafkan aku dan keluargaku.”Lionny tertegun. Melihat kedua orang tua beserta adiknya sangat merendah di hadapan Stefan seperti tidak ada harga diri, Lionny sangat tidak tega. Namun, langkah Stefan sudah tepat, dengan itu semoga mereka berempat sangat jera.Tuan Stone me
“Kau tahu apa konsekuensi jika menolak, Tuan Stone?” ancam Stefan.Tuan Stone sedikit mendongakkan kepala dan menjawab lirih, “Bagaimana kalau dikurangi separuh, Tuan CEO? Cukup lima belas juta saja. Saya masih bisa kalau segitu.” Tetap ada keraguan terpancar di raut wajah Tuan Stone. Bibirnya bergetar tatkala mengucapkannya karena di dalam kepalanya sedang bertengkar sendiri, lebih baik menolak jika bisa.Stefan mengalihkan pandangnya ke Bobby. “Cukup untuk satu perusahaan Sanjaya Group saja. Atau mungkin nanti suatu saat Tuan Stone akan kembali memberikan penawaran. Kita tahu bahwa Tuan Stone bukanlah orang asal-asalan yang gampang memberikan keputusan.”Lima belas juta dollar? Sebuah perjudian besar bagi Tuan Stone, jika judi 50:50, tidak untuk investasi nanti, baginya kemungkinan profit hanya dua puluh persen. Tuan Stone siap rugi.Tuan Stone ketar-ketir dan berharap agar kiranya Stefan tidak berbicara panjang lagi terkait investasi. Dia tidak mau hari-harinya makin buruk. Jika bi
Sanjaya Group saat ini memang sedang sangat terpuruk. Salah satu cara untuk mengembalikan keadaan seperti dahulu meskipun dalam waktu yang tidak sebentar adalah dengan menerima suntikan dana dari investor.Pasca perseteruan antara Sanjaya Group dan Stefan tempo lalu, jelas berdampak sangat serius bagi perusahaan milik Bobby. Jika Sanjaya Group ingin kembali bangkit, jelas mereka harus segera melakukan sesuatu.Namun, sejauh tidak ada ada satu pun investor yang datang serta tidak ada juga satu pun bank yang mau meminjamkan uang kepada mereka. Alasannya, karena Sanjaya Group diprediksi sulit akan kembali membaik. Sudah separah itu.Stefan punya ide. Penawaran gila yang biasanya diberikan oleh Tuan Stone, coba Stefan berikan kepada Bobby, kira-kira, apa reaksi Bobby ketika mendengar tawaran tersebut? Jika Tuan Stone memberikan penawaran kepada Luchy atau bahkan Chyntia, demi memperbaiki perusahaan, apakah Bobby merelakannya? Lihat nanti, apa Bobby masih waras?Bobby, Chyntia, Robert, dan
“Martin, kunci pintunya!” titah Stefan. Lalu, Stefan beranjak dan langsung mencekik leher Tuan Stone. Saking kuatnya, Tuan Stone sampai berdiri dari duduknya. “Kita bertemu lagi ha?! Kau pikir, aku dan calon istriku bakal lupa dengan dirimu?!” Stefan sangat marah.Stefan dengan sangat tegas tidak menerima tawaran investasi dari Tuan Stone. Dia juga akan memberi tahu kepada perusahaan-perusahaan di Jakarta dan lainnya untuk tidak menerima tawaran investasi dari Tuan Stone.Martin sudah siap seandainya Tuan Stone memberikan perlawanan kepada Stefan. Sedikit saja Tuan Stone menyenggol, pecah kepala Tuan Stone, biar otak busuknya keluar.Stefan memberi kode kepada Lionny agar segera beranjak. Setelah Stefan melepaskan cekikannya, Lionny langsung melepaskan sebuah tamparan keras.PLAK!“Sebuah balasan dari Lionny Fransisca Sanjaya!” Lionny menyeringai marah. Meski emosi, tetap cantik.Terasa pedas di pipi Tuan Stone. Dia mengerang. Lalu ada darah segar mengalir di bibirnya. Saat ini, Tuan
Tuan Stone gelagapan. “Stefan? Kau?” Seketika wajahnya memucat pasi. Bergidik badannya begitu yakin bahwa CEO Nano-ID saat ini yang dilihatnya merupakan pria yang kemarin di taman itu.Di dalam ruangan hanya ada Tuan Stone, Stefan, Martin, dan Lionny. Sementara Mike berada di luar. Dia sibuk memperhatikan para wanita dan mulai menyeleksi.Stefan menegakkan bahu, tersenyum, dan berkata ramah, “Silakan duduk, Tuan Stone. Bukankah Anda ke datang ke mari untuk membicarakan soal bisnis? Ayo kita mulai!”Lionny juga tersenyum ramah seolah-olah kemarin sore tidak terjadi apa-apa. Padahal di hatinya, Lionny sangat benci dengan orang tua tidak tahu diri ini. Jika mencongkel biji mata orang tidak berdosa dan tidak kena hukum pidana, sudah dari tadi dia akan mencocol kedua biji mata Tuan Stone agar segera berhenti memilih-milih wanita yang bakal ditidurinya.Stefan tidak gegabah dan seolah-olah dia dan Tuan Stone belum pernah bertemu sebelumnya. Stefan menyambut kedatangan Tuan Stone dengan begi
Nama perusahaan milik Tuan Stone adalah SG9 Enterprise. Setelah dilakukan pendalaman tentang profil SG9 Enterprise beserta Dave Stone sendiri, ternyata bermasalah. Sejumlah perusahaan di dalam negeri sempat membatalkan sejumlah tawaran dari Tuan Stone karena syarat yang dia beri terbilang aneh.Contoh kasus, Tuan Stone akan memberikan dana investasi apabila wanita yang disukainya, misalkan sekretaris ataupun staf biasa yang menarik perhatiannya, mau diajaknya tidur satu malam. Jika bos perusahaan tersebut bersedia, barulah Tuan Stone akan memberikan suntikan dana investasi. Tuan Stone licik. Dia sengaja mencari perusahaan yang baru didirikan atau yang baru saja berkembang, terutama perusahaan yang memang sedang kekurangan dana, dengan alasan investasi yang dia tawarkan akan lebih cepat diterima. Namun, tidak semua bos perusahaan setuju dengan syarat gila yang ditawarkan oleh Tuan Stone.Pernah suatu ketika, ada sebuah start up di Thailand yang sedang membutuhkan dana sebanyak 10 jut
Dada Tuan Dave Stone tiba-tiba berdebar. “Stefan, apa profesimu?”Stefan segera beranjak meninggalkan tempat ini. “Sebentar lagi akan malam. Awas, kami mau pulang,” Stefan menatap Tuan Stone cukup lama.Tatapan itu semakin membuat Tuan Stone bertanya-tanya. “Hm. Aku menarik lagi omonganku barusan, Stefan. Maafkan aku,” tiba-tiba Tuan Stone melempem seperti kerupuk kena air. “Kami tadi hanya bercanda.Stefan memasukkan dua kartu sakti miliknya ke dalam dompet kembali. “Minta maaflah pada calon istriku!” berang Stefan. Melihat adanya perubahan ekspresi dan sikap dari lawan bicaranya, Stefan bisa menguasai panggung. “Cepat!”Tuan Stone tidak berani menatap Lionny karena saking kikuk. “M-maafkan aku, Nona Lionny. Tadi aku cuma berpura-pura. Maafkan aku dan anak buahku.”Lionny menatap heran. Ada apa dengan Tuan Stone? Dia menjawab ragu, “Ya sudah, aku maafkan. Pergilah dari sini!”Terus Stefan membaca ratu wajah Tuan Stone. Sepertinya ada yang aneh setelah Tuan Stone tahu namanya. Karena
Tuan Stone merupakan pria dominan sejati. Asal orang lain tahu, Bugatti miliknya tersebut baru dibeli beberapa hari yang lalu di Jakarta hanya untuk berkeliling kota, bersenang-senang mencari wanita, dan terakhir mengurus beberapa bisnisnya.Meski bisnisnya merupakan prioritas, wanita baginya tetap nomor satu. Itulah uniknya orang kaya. Dia menatap sangar ke arah Stefan dan berkata, “Jika kau punya penawaran, silakan katakan. Mari kita bicarakan dan akan aku pertimbangkan dengan bijak.” Kemudian, Tuan Stone menyombongkan kekayaannya. Dia bercerita panjang soal bisnis investasinya yang cukup mengagumkan. Katanya, dia akan memperluas bisnisnya tersebut di Jakarta. “Aku akan berinvestasi di dua perusahaan besar di Indonesia. Aku orang kaya. Ha-ha.”Asap cerutu pun mengepul dan membumbung ke langit. Lalu Tuan Stone tersenyum sangat lebar hingga tampaklah emas di giginya yang berkilau. Dia merupakan orang yang tipikal, jika di letakkan di kerumuan orang, semua orang pasti akan memusatkan