Thea langsung mengerutkan alis, dia menggenggam erat tangan Grey dan menatapnya dengan serius."Kakakku tidak akan mengizinkannya. Dia tahu darahku bisa menyelamatkan Wilson, tapi dia malah tidak meminta bantuanku. Aku tidak mau melihat kakakku tersiksa, aku tidak mau Wilson meninggal. Grey, aku mohon ...." Thea menatap Grey dengan tulus."Grey, kalau aku mati, aku akan menikah dengan kamu di kehidupan berikutnya." Tiba-tiba Thea tersenyum. "Tapi kayaknya aku nggak bakal mati. Kata Bibi Nini, aku mempunyai 9 nyawa. Setiap sakit, dokter selalu bisa menyembuhkan aku."Hati Grey pun luluh saat melihat senyuman dan kedua mata Thea yang berbinar-binar. Grey bertanya kepada dirinya sendiri, kenapa dia menyukai Thea? Bukankah karena Thea memiliki hati yang baik?Di sebuah vila mewah.Malia yang mengenakan gaun malam tampak bersandar di sofa sambil memegang segelas anggur merah. Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Nial.Malia mengenal Nial karena dikenalkan oleh Clara.Beberapa hari lalu
Seketika harapan Anisa pun pupus.Semua kebahagiaan Anisa setelah membaca pesan dari dokter hanya berlangsung beberapa detik. Berarti Wilson masih membutuhkan 200 ml darah."Tidak apa-apa, aku akan menelepon rumah sakit," jawab Anisa."Apakah aku membangunkan kamu?" tanya Mike."Tidak, aku memang sudah bangun. Mike, terima kasih, kamu sudah berusaha keras." Anisa beranjak dari tempat tidur dan hendak pergi ke rumah sakit. "Oh iya, pusat bank darah baru menghubungi rumah sakit. Mereka mendapatkan 300 ml darah, seharusnya cukup.""Baguslah. Kalau cukup, aku akan langsung pulang ke Negara Legia," jawab Mike."Em, sekarang aku mau ke rumah sakit," jawab Anisa."Jaga kesehatanmu. Jangan sampai Wilson sembuh, tapi malah kamu yang sakit. Sebenarnya aku tidak mau mengganggu istirahatmu, tapi aku tidak tenang sebelum mengabarimu," kata Mike."Kamu tidak mengganggu, tenang saja." Setelah menutup teleponnya, Anisa membuka aplikasi cuaca.Suhu di luar sangat dingin, sepertinya hari ini akan turun
Theo yang menginginkan kelahiran anak ini. Ditambah, selama kehamilan Anisa, mereka telah melewati berbagai rintangan hidup dan mati hingga akhirnya Wilson dilahirkan ke dunia ini.Theo sangat menyayangi Wilson, dia tidak ingin kehilangan Wilson."Meskipun kamu tidak menyalahkan aku, aku juga tidak akan mengganggu hidupmu lagi," jawab Theo.Theo tidak akan mengganggu kehidupan Anisa dan kedua anaknya. Hanya saja, William dan Wilona tidak mau mengakui Theo. Theo memiliki firasat, kedua anak itu tidak akan pernah mau mengakui Theo sebagai ayahnya.Entah kenapa Anisa merasa sedih saat mendengar ucapan Theo. Karena Anisa hanya diam, Theo melirik untuk melihat ekspresi Anisa.Melihat wajah Anisa yang kelelahan dan lesu, Theo langsung memeluknya dan berkata, "Tidurlah. Wilson pasti sembuh. Semua kekhawatiran kita hanyalah asumsi yang tidak berdasar."Suara Theo bagaikan hipnotis yang langsung membuat Anisa terlelap.Aroma tubuh yang familier membuat Anisa merasa tenang. Anisa bergerak untuk
Penanggung jawab bank darah menjawab pertanyaan Theo, "Petugas malam yang menerima darah tersebut. Pendonor tidak meninggalkan nama maupun kontak. Mungkin pendonor tulus ingin membantu Anda."Mana mungkin di dunia ini ada orang asing yang sebaik itu?Anisa berkata kepada Theo, "Kita cari sendiri saja identitas pendonornya."Kondisi Wilson sudah stabil, mereka tidak perlu 24 jam menunggu di rumah sakit."Pendonor itu tidak meninggalkan nama." Theo menatap Anisa. "Kamu tidak merasa aneh?"Anisa berpikir sejenak. "Kemarin Grey datang membawa sekantong darah. Katanya ada pendonor baik hati yang bersedia menyumbangkan darah.""Jangan-jangan, Grey juga yang menemukan pendonor darah sebanyak 300 ml ini?" Theo mengernyit.Bulu mata Anisa tampak bergetar, dia menggelengkan kepala dan berkata, "Aku tidak tahu. Kalau Grey yang menemukan pendonor, kenapa dia tidak langsung membawanya kemari? Kenapa memberikannya lewat bank darah?"Seketika raut wajah Theo pun berubah. Anisa langsung bisa membaca i
Grey dan Thea tidak bisa dihubungi.Masalah ini sudah jelas, Thea yang mendonorkan darahnya untuk Wilson. Thea menyumbangkan darah sebanyak 450 ml.Orang dewasa yang normal dan sehat hanya boleh menyumbangkan sebanyak 300 ml, tetapi Thea yang jelas tidak boleh mendonorkan darah malah menyumbangkan 450 ml?Theo tak berani membayangkan bagaimana keadaan Thea.Sekarang hanya ada 1 kemungkinan. Terjadi sesuatu kepada Thea, sedangkan Grey tidak sanggup bertanggung jawab dan memilih untuk melarikan diri."Aku akan menghubungi pengawal." Tangan Bibi Nini gemetaran, dia takut terjadi sesuatu kepada Thea.Bibi Nini tidak menelepon Theo untuk memastikan karena Theo sedang pusing memikirkan kondisi Wilson. Yang kedua, Bibi Nini memercayai Thea karena dia tidak pernah berbohong.Seharusnya Bibi Nini lebih waspada, dia tahu bahwa Theo tidak pernah mengizinkan Thea pergi terlalu jauh.Bibi Nini merasa bersalah, bagaimana kalau terjadi sesuatu kepada Thea?Begitu pengawal menjawab panggilannya, Bibi
Begitu melihat kedatangan Anisa dan Nyonya Aristo, raut wajah Theo langsung berubah menjadi dingin.Apartemen Grey kosong, tidak ada seorang pun di dalam rumah.Grey membawa Thea pergi, entah di mana keberadaan mereka?"Pak Theo, kenapa kamu ada di sini?" Nyonya Aristo kebingungan. "Kamu juga mau menanyakan masalah informasi pendonor darah?"Begitu Nyonya Aristo bertanya, Anisa langsung melihat perubahan suasana hati Theo. Anisa bergegas maju ke hadapan Theo dan menenangkannya."Theo, tenang! Paman dan Tante tidak tahu Grey ke mana. Aku akan mencari cara untuk menemukan Grey, berikan aku sedikit waktu," kata Anisa.Kedua mata Theo memerah, raut wajahnya tampak dingin. Selama ini dia selalu menjaga Thea dengan hati-hati. Dia mempertaruhkan segalanya untuk menyembuhkan Thea.Sekarang, begitu kondisi Thea membaik dan dapat hidup selayaknya manusia normal, Grey malah menyakitinya! Kenapa Grey mengambil darah Thea? Dari mana dia mendapatkan keberanian itu?Seandainya Wilson bukan anaknya An
Tindakan Grey kali ini tidak seperti biasanya. Entah apa yang dipikirkan Grey sampai berani menculik Thea?Ketika meninggalkan apartemen Grey, salju di luar turun semakin lebat. Mobil Anisa tampak tertutupi oleh lapisan salju yang tebal.Anisa sangat menyukai musim salju. Seandainya masalah tidak bertubi-tubi muncul, Anisa bisa berjalan santai atau bermain di tengah hamparan salju yang dingin.Anisa masuk ke dalam mobil dan bergegas kembali ke rumah sakit.Anisa tidak menemukan Theo di rumah sakit. Anisa tidak bisa menebak keberadaan Theo, tapi yang pasti Theo pasti sedang uring-uringan mencari keberadaan Thea.Theo merasa tersiksa, bahkan jauh lebih tersiksa daripada sebelumnya. Kepahitan yang bisa dilampiaskan akan menghilang sendirinya, tetapi kepahitan yang tak bisa diungkapkan justru akan mengakar kuat di dalam hati.Sebuah mobil Rolls-Royce berhenti di halaman Akademi Akila. Theo duduk di dalam mobil sambil memperhatikan gedung yang megah ini. Thea menghabiskan hampir seluruh hid
Air mata Theo menetes membasahi layar ponsel. Ketika video tersebut berakhir, Theo kembali memutarnya sampai berulang kali.Hati Theo terasa sangat sakit. Ketika Theo meneleponnya, ponsel Thea sudah tidak aktif.Ini adalah pertama kalinya Thea membuat keputusan besar di belakang Theo. Theo tidak bisa memaafkan Thea, terlebih Theo juga tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.Theo tahu, Thea bukan lagi Thea yang dulu. Sekarang kecerdasan Thea telah meningkat pesat, tetapi kenapa Theo tidak menyadarinya?Sejak Grey membawa kantong darah pertama, seharusnya Theo patut mencurigainya. Di dunia ini memang ada orang baik yang tidak mengharapkan imbalan, tetapi mana mungkin kebetulan seperti ini?....Di sisi lain, tiba-tiba ponsel Anisa berdering.Ketika membuka ponsel, Anisa melihat balasan pesan dari Grey.[ Maaf. ]Anisa tercengang membaca pesan tersebut. Grey meminta maaf? Jadi ... benar Thea yang menyumbangkan darahnya untuk Wilson? Benar Grey yang mengambil darah Thea?Keadaan Thea pasti b
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."