Kemarahan memancar jelas di mata Theo.Kata "wanita kotor" bagaikan pedang yang menusuk hati Theo. Di matanya, Anisa adalah wanita yang paling bersih dan polos.Anisa tidak mungkin berhubungan dengan pria lain, tidak mungkin!Namun tidak peduli bagaimana Theo menyangkal, suara dan wajah wanita itu sangat mirip dengan Anisa. Kenyataan ini seolah menampar keras wajah Theo."Theo, sudah berapa lama kita berteman? Apakah mungkin aku mencelakaimu?" Tatapan Sabai terlihat seperti sedang menahan rasa sakit."Kalau kamu tidak memercayaiku, tanyakan saja kepada Clara. Waktu itu aku dan Clara yang memergoki Anisa. Kamu tahu kenapa kami merahasiakan hal ini darimu? Kami ingin menunggu sampai anakmu lahir, baru memberi tahu kamu. Tapi wanita itu tidak tahu diri, video menjijikkan ini malah disebar di internet."Akal sehat dan emosi Theo terasa bertentangan. "Kamu tidak mencurigai video itu? Video itu pasti palsu!"Sabai tidak pernah melihat Theo sebodoh ini.Theo tidak pernah takut dengan kegagala
[ Kalian sudah tahu skandal Anisa? ][ Kata temanku yang bekerja di bandara, pagi ini Anisa pergi ke luar negeri. Dia melarikan diri. ][ Aku takut banget. Akun salah satu temanku diblokir gara-gara menyebarkan tangkapan fotonya Anisa. Hmm, apakah nama Anisa akan menjadi nama terlarang? ]Setengah jam kemudian, nama Anisa pun lenyap dari peredaran internet. Hal ini memicu protes yang cukup besar. Selanjutnya, malah Kintara Group yang menjadi perbincangan panas di dunia maya.Ketika membaca berbagai komentar dari netizen, perlahan-lahan tatapan Mike pun berubah menjadi muram. Seharusnya Mike pergi ke Negara Hamok untuk menemani Anisa, tetapi akhirnya Mike harus mengubah rencananya dan tinggal di Negara Legia untuk mengurus semua masalah ini."Mike, itu ...." Pak Tio memasuki ruangan Mike. "Bu Anisa .... Bagaimana kabarnya?""Dia pergi ke Negara Hamok," jawab Mike."Oh .... Bu Anisa baik-baik saja, 'kan?" Pak Tio lanjut bertanya.Mike mengangkat kedua alisnya. "Kamu juga tidak memercayai
Anisa mengira kalau dirinya sedang bermimpi. Anisa tidak memahami maksud Mike, bukankah Anisa dan Wilona sedang berada di rumah? Mereka baik-baik saja, Anisa tidak berada di dalam masalah."Anisa, apakah kamu berhubungan dengan pria asing di Hotel Kaseno?" Mike lanjut bertanya."Berhubungan? Berhubungan apa?" Anisa makin kebingungan."Berhubungan, melakukan hubungan ...." Mike tidak enak untuk mengatakannya secara langsung.Mendengar Mike yang terbata-bata, Anisa pun buru-buru beranjak ke kamar agar Wilona tidak mendengar percakapan mereka."Kenapa tiba-tiba menanyakan hal semacam ini? Mike, apa yang terjadi?" Jantung Anisa berdegup kencang."Aku akan mengirimkan video, kamu lihat sendiri apakah orang di dalam video itu adalah dirimu. Aku tahu, wanita itu pasti bukan kamu, tapi wajah dan bentuk tubuhnya benar-benar sangat mirip," Mike menjelaskan agar Anisa tidak salah paham.Sesaat mendengar penjelasan Mike, Anisa sudah bisa menebak apa yang terjadi. Kemudian Anisa menutup panggilanny
Anisa tidak berani membayangkan reaksi Theo.Anisa berharap Theo dapat memercayainya, tetapi Anisa juga sadar bahwa Theo adalah pria yang rasional. Sebelum membuktikan bahwa wanita di dalam video itu bukanlah dirinya, Anisa tidak berani berharap terlalu banyak kepada Theo."Iya, videonya sudah menyebar." Mike menghela napas panjang. "Beritanya juga berkembang dengan cepat. Meskipun aku sudah memblokir akun-akun yang menyebarkan foto dan video ini, semua orang sudah mengetahui skandal ini."Kedua kaki Anisa langsung terasa lemas, dia bahkan hampir terjatuh."Anisa, kita harus menemukan pelakunya! Kita harus menemukan orang yang menyamar jadi kamu. Kalau nggak, aku takut akan berimbas buruk ke depannya. Oh iya, kamu jangan membaca berita di Negara Legia, komentar-komentar para netizen sangat kasar. Aku takut komentar mereka akan memengaruhi kesehatan kandunganmu." Mike menggertakkan giginya."Bagaimana menemukan pelakunya? Anisa menggenggam erat ponsel, kepalanya terasa berdenyut kencang
Ternyata ponsel Eden yang berdering. Semua mata refleks menoleh ke arahnya, sekujur tubuh Eden langsung berkeringat dingin.Ketika mengeluarkan ponsel, Eden melihat nama Mike yang terpampang di layar. Eden agak ragu, apakah dia harus menjawab panggilan Mike?Kalau tidak dijawab, Eden takut ketinggalan informasi penting mengenai Anisa. Setelah berpikir sebentar, Eden memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut."Eden, bagaimana reaksi Theo?" tanya Mike.Sesaat mendengar pertanyaan Mike, Eden melirik kecil ke arah Theo, lalu buru-buru pergi meninggalkan ruangan.Raut wajah Theo sangat dingin, sepertinya dia ingin membunuh seseorang."Kamu masih berani tanya? Menurutmu bagaimana reaksi Pak Theo?" jawab Eden dengan ketus. "Kamu sudah menghubungi Anisa?""Sudah." Rasanya Mike ingin mengulang semua ucapan Anisa, tetapi Eden pasti tidak percaya. Jadi, Mike hanya menjawab dengan singkat, "Aku sudah bilang, wanita itu bukan Anisa.""Anisa yang mengatakannya?" tanya Eden."Iya, Anisa yakin, wan
Sania malas berbasa-basi, dia mengacuhkan Eden dan langsung beranjak ke ruangan Theo."Vanzoe, tampaknya istrimu mau membuat onar lagi," Eden menyindir Vanzoe.Vanzoe menghela napas tak berdaya. "Aku sudah melarangnya datang, tapi dia tetap memaksa. Dia ingin membuktikan wanita yang ada di dalam video itu bukanlah Anisa. Wajah di dalam video itu terlalu mirip dengan Anisa, aku sulit memercayai kesaksian Sania.""Kamu tahu sendiri, Anisa dan Sania sudah bersahabat sejak lama. Wajar saja dia memihak Anisa. Mike juga sama, dia menuduh wanita yang ada di dalam video itu adalah Pamela. Katanya Pamela meniru suara Anisa, terus perutnya yang hamil diedit dan diberi efek khusus. Saking seriusnya ucapan dia, aku sampai hampir percaya." Eden menggelengkan kepala."Dia pikir ini sinetron?" Vanzoe menyeringai sinis.Eden mendorong bingkai kacamatanya. "Sebenarnya analisa Mike tidak salah, hanya saja kemungkinannya kecil. Mereka adalah orang-orang yang dekat dengan Anisa, mereka pasti lebih sulit m
Tidak disangka, Anisa menjawab telepon Theo dengan cepat."Besok aku pulang." Suara Anisa terdengar tenang. "Kita bicarakan setelah bertemu."Semua amarah, emosi, dan kekesalan Theo sontak mereda. Seketika, Theo pun teringat dengan ucapan Sabai yang mengatakan bahwa Anisa sangat pintar mengendalikan Theo.Akhirnya Theo memahami maksud ucapan Sabai. Theo baru sadar, ternyata dia memang selalu tunduk kepada Anisa.Hanya dengan mendengar suara Anisa, Theo bersedia memercayainya meski tidak ada yang bisa membuktikan kalau Anisa tidak bersalah."Anisa ...." Suara Theo terdengar gemetaran.Walaupun hanya mendengar suaranya, Anisa bisa merasakan betapa sakitnya hati Theo. Theo pasti telah melihat rekaman itu dan mencurigai Anisa. Kalau tidak, Theo tidak akan sesedih ini."Theo, aku tahu kamu sulit memercayai aku." Anisa tidak tahan dengan situasi yang canggung ini. "Saat melihat rekaman itu, aku bahkan sampai meragukan diri sendiri."Theo mendengarkan Anisa dengan tenang. Suasana hati yang be
William tidak berani menceritakan masalah ini kepada Anisa. Dia takut dimarahi Anisa."Aku mau beristirahat beberapa hari dulu, aku agak lelah." William menatap Anisa dengan serius.Anisa kasihan melihat William yang terlihat tertekan. "William, kalau kamu merasa tertekan dan capek belajar, segera beri tahu Ibu. Sekolah memang penting, tapi kesehatan adalah hal yang paling utama."William mengangguk.Di Negara Legia.Pukul 8 malam, Sabai berkunjung ke rumah Theo. Sabai menawarkan segelas anggur merah, tetapi Theo menolaknya."Aku tidak mau minum lagi." Tadi Theo sudah meneguk 2 botol bir, dia merasa agak mabuk.Apalagi besok Theo mau menemui Anisa. Kalau minum terlalu banyak, takutnya akan memengaruhi suasana hati Theo saat bertemu Anisa."Baiklah, aku minum sendiri saja." Sabai meneguk anggur merah yang ditawarkan kepada Theo."Kamu juga jangan minum terlalu banyak." Theo menatap Sabai. "Aku tahu, kamu melakukan semua ini demi kebaikanku, tapi ....""Tapi apa? Kamu tidak berani berbua
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."