Pelayan tahu bahwa Anisa sedang berbohong. Anisa tidak kelihatan baik-baik saja.Jangankan orang dewasa, anak kecil seperti William dan Wilona pun bisa melihat kejanggalan di diri Anisa."William, bawa adikmu makan dulu, ya? Bibi mau mengantarkan makan malam ke kamar ibumu," kata Bibi Ani.William mengangguk, lalu menggandeng Wilona ke meja makan.Di kamar utama.Sekujur tubuh Anisa gemetaran, tetapi dia tetap memberanikan diri untuk memutar rekaman tersebut. Ketika rekaman diputar, Anisa mendengar pembicaraan di antara dua orang."Aku dengar Profesor Carmen memiliki seorang murid inti? Murid yang lebih hebat daripada Profesor Carmen! Beri tahu aku, siapa murid itu?""Aku tidak tahu, Profesor tidak pernah bilang."Suara itu terdengar sangat familier. Kali ini Anisa tak hanya ketakutan, tapi juga meneteskan air mata. Suara itu adalah suaranya Grey!"Oh, kamu tidak tahu? Baiklah, aku akan memotong jarimu dan mengirimkannya ke orang yang aku curigai." Suara yang mengerikan terdengar berge
Pelayan dan pengawal terkejut melihat Anisa yang turun sambil membawa koper."Anisa, kamu mau ke mana? Hari sudah malam," tanya pengawal.Anisa terlihat sangat gugup, dia tidak bisa berpura-pura tenang. Meskipun Wilona menangis tersedu-sedu, Anisa sama sekali tidak menenangkannya.Dengan kedua mata memerah, Anisa menatap William dan berkata, "William, jaga adikmu baik-baik."William adalah anak yang pemberani, tetapi kondisi Anisa saat ini benar-benar membuatnya ketakutan.Walaupun pemikirannya lebih dewasa, William hanya seorang anak berusia 5 tahun.William mengulurkan tangannya untuk menarik lengan baju Anisa. Kemudian William bertanya dengan suara tegang dan ketakutan, "Bu, Ibu mau ke mana?"Biasanya Anisa selalu menjelaskan dengan sabar kepada anak-anaknya. Meskipun harus berbohong demi kebaikan, Anisa selalu memprioritaskan perasaan anak-anaknya. Namun Anisa yang sekarang bersikap dingin, dia tidak bisa berpikir dengan jernih.Sekarang hanya ada 1 hal yang dipikirkan Anisa, dia i
Setelah menutup panggilan, Anisa melihat waktu yang semakin larut. Masalahnya Anisa tidak tahu Theo berada di mana. Ditambah, lokasi bandara terletak agak jauh. Kalaupun Theo berangkat dari kantor, dia membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di sini.Anisa harus terbang 40 menit lagi, dia tidak mungkin menunggu Theo. Jika Anisa melewatkan penerbangan ini, dia harus menunggu sampai keberangkatan besok pagi. Waktu yang tersisa sudah tidak banyak, Anisa tak bisa membuang-buang waktu.Melihat Anisa yang gelisah, Mike pun menggenggam erat tangannya yang dingin dan menenangkannya. "Anisa, jangan takut! Orang itu mungkin mau meminta bantuanmu untuk mengobatinya. Selagi kamu mengulur waktu, aku akan memikirkan cara untuk menyelamatkanmu."Anisa bergumam, "Kita harus menyelamatkan Grey.""Em." Mike mengangguk."Selama mengenal Kak Grey, aku sering merepotkan dan meminta bantuannya. Kak Grey sama sekali tidak pernah menolak permintaanku. Tidak hanya membantu, dia juga selalu melindungiku se
Apa yang harus Anisa katakan kepada Theo?Sekarang Anisa harus pergi ke Negara Hamok. Tidak peduli apakah Theo akan mengizinkan atau melarangnya, yang pasti Anisa tidak akan berubah pikiran.Selain itu, Anisa juga tidak ingin menyeret Theo masuk ke dalam masalah ini. Anisa menarik napas panjang, lalu lanjut berjalan ....Sekitar 10 meter di depan, terdapat sebuah belokan untuk masuk ke dalam pesawat. Begitu Anisa berbelok, Theo tidak akan bisa melihatnya lagi."Anisa!" Darah di tubuh Theo terasa mendidih saat melihat Anisa yang pergi dan enggan menolehkan kepala.Theo hendak menerobos masuk, tetapi petugas dan beberapa satpam langsung mengadangnya."Anisa, lihat aku! Berhenti!" Theo membuang semua egonya untuk memohon. "Lihat aku, lihat aku!"Kaki Anisa terasa berat, untuk berjalan di koridor sepanjang 10 meter pun terasa sangat sulit.Sesampainya di sudut yang dapat dilihat Theo, Anisa memegang tembok sambil menangis sedih. "Mike, suruh dia pergi."Meskipun sakit, Anisa harus memprior
Eden sangat memahami perasaan Theo. Sama seperti Mike yang selalu membela Anisa, Eden pun akan selalu membela Theo.Pukul 2 dini hari.Sesampainya Theo di rumah, lampu di ruang tamu masih menyala. Begitu mendengar suara mobil Theo, Bibi Wina bergegas menyambutnya dan bertanya, "Tuan, apakah terjadi sesuatu kepada Anisa? Sekitar pukul 10 malam, William menelepon Thea dan memintanya untuk menemani mereka."Ketika mendengar nama William, hati Theo yang dingin pun kembali berkecamuk. Anisa tak hanya mencampakkan Theo, tetapi juga William dan Wilona."Tuan, sudah malam. Sebaiknya Anda beristirahat dulu." Bibi Wina tidak berani berbicara terlalu banyak saat melihat wajah Theo yang masam.Theo berjalan ke dalam kamar, dia tampak seperti mayat hidup. Bayangan sosok Anisa yang pergi terus melintas di benaknya.Theo bahkan meragukan dirinya sendiri, bukankah mereka berdua sudah berbaikan? Kenapa tiba-tiba Anisa kembali bersikap dingin? Apakah semua kebaikan Anisa hanyalah sandiwara semata? Apaka
Di saat bersamaan, Theo dan Thea keluar dari rumah. Ketika menatap mata Theo, William langsung membuang muka.William masih terlalu kecil, dia tidak bisa naik pesawat tanpa didampingi orang tua. Kalau bukan karena terpaksa, William tidak akan sudi meminta bantuan Theo.Sekarang William hanya ingin segera menemukan Anisa."William, Wilona, kakakku bersedia membawa kita ke Negara Hamok." Thea berlari ke depan mereka dan berkata, "Kita pasti akan menemukan Anisa!"....Di Negara Hamok.Sesaat Anisa keluar dari bandara, dua orang pria berpakaian hitam langsung membawanya masuk ke dalam mobil. Mike memotret plat mobil tersebut dari kejauhan. Sekarang Grey masih belum diselamatkan, Anisa dan Mike tidak boleh bertindak gegabah.Setelah mobil tersebut menghilang, pesan dari Eden muncul di layar ponsel Mike.Mike menelepon dan Eden langsung menjawabnya. "Pak Theo membawa Thea, William, dan Wilona ke Negara Hamok. Mereka pergi dengan pesawat pribadi."Mike mengerutkan alis sambil menggelengkan k
Anisa melihat seorang pria berambut perak, dia mengepalkan tangannya dan bertanya, "Kamu yang menyekap Grey?"Pria itu hanya tersenyum, lalu memerintahkan kedua pelayan yang ada di sampingnya, "Bawa Anisa masuk, ganti pakaiannya.""Nona, silakan masuk.""Jangan sentuh aku!" bentak Anisa. "Kenapa aku harus ganti baju?""Nona Anisa, kami hanya jaga-jaga, siapa tahu kamu menyembunyikan racun atau alat pelacak?" jawab salah seorang wanita yang berdiri di samping pria berambut perak. "Tenang saja, kami akan mencuci bajumu dan mengembalikannya."Anisa mengambil pakaian yang diberikan dan berkata, "Aku bisa ganti sendiri.""Nona, silakan ganti di sini," jawab wanita itu sambil tersenyum."Ganti di sini?" Anisa canggung melihat pria berambut perak serta beberapa pengawal yang ada di ruang tamu.Di sini ada begitu banyak orang, masa Anisa harus mengganti bajunya di depan para pria ini?....Negara Legia.Sebuah berita menggemparkan Negara Lega. Hari ini, sebuah pesawat Gulfstream G650 berangkat
"Di mana dia?" tanya Anisa.Setelah Mort memberikan isyarat, beberapa pengawalnya pun bergegas menyeret Grey ke ruang tamu.Anisa mematung di tempat, dia tidak berani memercayai pemandangan yang ada di hadapannya.Sekujur tubuh Grey berdarah, wajahnya memar, dan dipenuhi luka-luka.Mort mengangkat kedua bahunya dan menjelaskan, "Anisa, seharusnya kamu berterima kasih kepadaku. Kalau pengawalku nggak segera menyadarinya, si bodoh ini sudah melompat dari tebing. Aku pastikan, tubuhnya bakalan hancur berkeping-keping."Melompat dari tebing? Di luar vila memang terdapat tebing yang curam.Grey tidak ingin membocorkan identitas Anisa, tetapi Grey juga tidak tahan disika. Oleh sebab itu, Grey memilih untuk bunuh diri.Anisa pun tak dapat membendung air matanya. "Kak Grey ...."Anisa berjongkok di sebelah Grey dan memeluknya. "Kak, maafkan aku. Semua ini salahku."Grey tidak merespons, dia telah kehilangan kesadaran. Setelah menangis selama beberapa menit, Anisa menenangkan diri dan berkata,
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."