Di ruang tamu.Wilona sangat sedih, dia beranjak ke pangkuan Mike dan memeluknya."Theo nggak datang, padahal kami menunggu lama. Akhirnya kami makan di restoran lain." Nada bicara Wilona terdengar kecewa.Mike memeluk Wilona sambil menepuk pundaknya. "Anak pintar, jangan nangis. Lain kita nggak usah makan sama dia. Kita makan sendiri saja."Wilona mengusap air matanya dan menjawab, "Em, aku nggak mau makan sama dia lagi. Lain kali suruh Ibu tolak saja ajakannya.""Jangan nangis, kamu anak pintar. Kalau ibumu melihat kamu nangis, dia pasti sedih." Mike berusaha menenangkan Wilona.Mike memaki-maki Theo di dalam hatinya. Hari ini adalah Hari Anak, anak-anak lain bersenang-senang, sedangkan William dan Wilona malah dikecewakan.Theo memang bajingan! Dia tak hanya ingkar janji, tapi juga melukai hati kedua anaknya.Mike ingin mengajak William dan Wilona jalan-jalan, tetapi mereka berdua menolak. Setelah bermain sebentar, mereka gosok gigi dan tidur.Biasanya Wilona yang paling susah dibuj
Theo mengangguk dan langsung pergi.Mike lega, untung Theo tidak sulit dibujuk.Keesokan pagi, Thea datang dengan ditemani Bibi Nini.Ketika Thea datang, William dan Wilona sedang sarapan. Begitu mengetahui kedatangan Thea, mereka diam saja dan tak mau beranjak dari meja makan.Mike tersenyum sambil mengajak Thea mengobrol. "Thea, kenapa datang pagi-pagi sekali?"Mike pikir Theo yang datang."Aku datang untuk meminta maaf sama Anisa, Wilona, dan William. Kemarin aku dan Kakak terlambat, kami memang salah," Thea berkata dengan lantang."Thea, kamu nggak perlu minta maaf. Yang harusnya minta maaf adalah Theo." Mike keluar dari dapur sambil memegang segelas susu hangat."Sebentar lagi kakakku juga akan datang meminta maaf. Aku sudah nggak sabar, makanya datang duluan."Mike tertawa melihat tingkah Thea. "Kamu nggak salah, kamu nggak perlu minta maaf dan merasa bersalah."Thea tidak sependapat. "Kemarin kakakku mengantar aku bertemu dokter yang baru. Rumah dokter itu sangat jauh, lama bang
Sesaat mendengar suara Theo, Thea pun berpamitan dengan Wilona.Begitu melihat Thea dan Wilona yang beranjak keluar, Theo bergegas menghampiri mereka."Wilona mau ke sekolah. Ayo, kita pulang," Theo berkata kepada Thea.Thea mengangguk sambil menjawab, "Kak, aku sudah minta maaf sama Wilona. Kamu juga harus minta maaf."Wilona menundukkan kepala, dia tampak cemberut.Theo berjongkok dan menatap wajah Wilona yang sangat mirip dengan Anisa. Kemudian Theo menarik napas panjang, lalu berkata dengan lembut, "Wilona, maafkan aku. Tadi malam aku tidak hanya terlambat, tapi juga menyakiti hati kalian. Aku ingin menjelaskannya kepada ibumu.""Apakah kamu tahu ibumu di mana?" Theo bertanya dengan hati-hati.Theo juga berusaha mencari tahu, tetapi pengawalnya Anisa tidak mau memberikan petunjuk.Sembari menatap wajah Theo dari dekat, perlahan-lahan Wilona pun merasa lebih rileks. Meskipun Theo tidak bertanggung jawab, dia sangat tampan."Tahu dong." Kedua mata Wilona tampak berbinar-binar. "Tapi
"Oke!" Mike sedang menahan tawanya."Em.""Klien kami kali ini adalah pasukan militer perbatasan. Jadi Anisa tinggal di dalam kamp mereka." Mike tak dapat menahan tawanya lagi. "Hahahaha. Sudah kubilang, kamu nggak akan bisa ke sana. Mereka nggak akan mengizinkan kamu masuk."Kota Zovia berada di perbatasan negara dan ditempuh selama 4 jam dengan menggunakan pesawat.Entah Anisa menaiki penerbangan jam berapa. Apakah pesawatnya sudah mendarat? Apakah dia sudah sampai?Kalaupun sudah sampai, harusnya pesawat baru mendarat.Anisa pergi ke tempat yang tidak sembarang orang bisa masuki. Seharusnya Theo tidak perlu mengkhawatirkan keselamatan Anisa, pasti banyak orang yang menjaganya.Sebaiknya Theo menunggu dan menjelaskan setelah Anisa pulang. Jika Theo menyusul ke Kota Zovia, takutnya malah membuat Anisa semakin marah dan memengaruhi pekerjaannya.Setelah mengantar Thea pulang, Theo kembali ke kantor. Tak lama setelah Theo masuk ke ruangan, salah seorang sekretaris datang untuk melaporka
Di Kota Zovia.Pukul 12 siang.Sebuah kendaraan anti peluru melaju perlahan-lahan di perbatasan negara.Anisa duduk di dalam mobil sambil melihat pemandangan di sekeliling. Di sini tidak ada gedung-gedung yang menjulang tinggi dan jauh dari hiruk pikuk kota.Di sini hanya ada alam yang indah serta tentara yang melindungi negara."Nona, daerah ini jauh dari kota dan tidak ada hiburan apa-apa. Maafkan harus merepotkanmu," kata Jenderal Teda selaku kepala Departemen Logistik."Tidak repot, kok. Aku merasa senang sekaligus terhormat bisa menyediakan produk untuk pihak militer." Anisa tersenyum sopan.Jenderal Teda menjawab sambil tersenyum, "Kami telah membandingkan beberapa produk drone yang diproduksi beberapa perusahaan berbeda. Produk kalian memiliki drone dengan fitur terbaik. Jadi, Jenderal Musif langsung memilih perusahaan kalian.""Menyediakan produk dengan kualitas terbaik adalah visi kami." Anisa mengangguk."Oh iya, mengenai fitur tambahan yang diminta .... Kapan kalian bisa men
Sekarang waktu menunjukkan pukul 4 lewat 10 menit.Theo naik pesawat atau roket? Cepat sekali?Ketika Anisa sedang melamun, tiba-tiba terdengar suara dari luar. "Nona Anisa, aku datang membawakan buah."Anisa terbangun dari lamunannya. Dia menghela napas lega, lalu bangkit dan pergi membuka pintu."Nona, katanya Anda sedang hamil? Jenderal berpesan kepada kami untuk menjaga Anda dengan baik," kata salah seorang tentara yang datang membawakan buah dan camilan.Anisa terharu melihat mereka yang begitu perhatian. Di saat bersamaan, Anisa juga baru menyadari, ternyata para pria juga suka bergosip.Jangan-jangan berita mengenai kehamilan Anisa sudah menyebar ke seluruh kawasan militer."Nona Anisa, kalau butuh sesuatu, silakan panggil aku." Tentara tersebut meletakkan buahnya dan pamit."Terima kasih! Maaf merepotkan kalian." Anisa mengantar tentara tersebut keluar dari kamar.Setelah tentara itu pergi, Anisa menutup pintu kamar dan kembali ke meja kerja.Kemudian Anisa mengambil ponselnya
Ladang ranjau. Seperti namanya, ranjau terkubur di dalam tanah.Begitu terinjak, ranjau akan meledak.Jadi, maksud pertanyaan Jenderal Teda apakah Theo berani mati demi Anisa?Theo menatap lurus ke arah hutan. Tanpa ragu, dia pun melangkah masuk ke dalam hutan.....Anisa sedang berada di rumah Jenderal Teda.Jenderal Teda mengatakan bahwa dia ingin menguji kesungguhan Theo. Setengah jam telah berlalu, kenapa mereka belum pulang juga?Bagaimana cara Jenderal Teda menguji Theo? Temperamen Theo sangat buruk, jangan-jangan dia bertengkar dengan Jenderal Teda?Melihat Anisa yang murung, Nyonya Teda pun menghiburnya. "Anisa, tenang saja, suamiku tahu batasan. Dia pasti akan membawa Theo pulang."Anisa menganggu. "Di sini lebih cepat gelap.""Iya. Di sini berbeda dengan Kota Dome." Nyonya Teda mengubah topik pembicaraan. "Kamu mengandung anaknya?"Anisa terkejut mendengar pertanyaan Nyonya Teda."Hahaha, kamu gugup banget. Kayaknya tebakanku benar." Nyonya Teda menggenggam tangan Anisa. "Dia
TIba-tiba, sebuah cahaya bersinar dari kejauhan.Ketika melihat cahaya itu, jantung Anisa langsung berdegup kencang."Anisa!" Theo berteriak.Kedua mata Anisa pun berkaca-kaca saat mendengar suara Theo."Anisa, jangan gerak! Ini ladang ranjau." Setelah memastikan keberadaan Anisa, Theo langsung memperingatinya.Air mata Anisa pun jatuh membasahi pipinya. Mana mungkin Jenderal Teda tega membiarkan Theo masih ke ladang ranjau? Kalaupun benar, kenapa Theo mau masuk? Di mana akal sehat Theo?Selain itu, untuk apa Anisa masuk ke dalam ladang ranjau? Masa Theo tidak berpikir?Di dalam ingatan Anisa, Theo adalah pria yang cerdas. Kenapa sekarang dia malah bertingkah bodoh?"Ini bukan ladang ranjau," kata Anisa dengan terisak-isak. "Cepat kembali!"Begitu mendengar ucapan Anisa, Theo langsung berlari dan memeluknya. Anisa tidak bisa melihat dengan jelas, penglihatannya kabur karena dibanjiri air mata.Anisa berusaha menenangkan diri, lalu mengangkat tangan dan mengusap air matanya."Anisa, kat
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."