Ladang ranjau. Seperti namanya, ranjau terkubur di dalam tanah.Begitu terinjak, ranjau akan meledak.Jadi, maksud pertanyaan Jenderal Teda apakah Theo berani mati demi Anisa?Theo menatap lurus ke arah hutan. Tanpa ragu, dia pun melangkah masuk ke dalam hutan.....Anisa sedang berada di rumah Jenderal Teda.Jenderal Teda mengatakan bahwa dia ingin menguji kesungguhan Theo. Setengah jam telah berlalu, kenapa mereka belum pulang juga?Bagaimana cara Jenderal Teda menguji Theo? Temperamen Theo sangat buruk, jangan-jangan dia bertengkar dengan Jenderal Teda?Melihat Anisa yang murung, Nyonya Teda pun menghiburnya. "Anisa, tenang saja, suamiku tahu batasan. Dia pasti akan membawa Theo pulang."Anisa menganggu. "Di sini lebih cepat gelap.""Iya. Di sini berbeda dengan Kota Dome." Nyonya Teda mengubah topik pembicaraan. "Kamu mengandung anaknya?"Anisa terkejut mendengar pertanyaan Nyonya Teda."Hahaha, kamu gugup banget. Kayaknya tebakanku benar." Nyonya Teda menggenggam tangan Anisa. "Dia
TIba-tiba, sebuah cahaya bersinar dari kejauhan.Ketika melihat cahaya itu, jantung Anisa langsung berdegup kencang."Anisa!" Theo berteriak.Kedua mata Anisa pun berkaca-kaca saat mendengar suara Theo."Anisa, jangan gerak! Ini ladang ranjau." Setelah memastikan keberadaan Anisa, Theo langsung memperingatinya.Air mata Anisa pun jatuh membasahi pipinya. Mana mungkin Jenderal Teda tega membiarkan Theo masih ke ladang ranjau? Kalaupun benar, kenapa Theo mau masuk? Di mana akal sehat Theo?Selain itu, untuk apa Anisa masuk ke dalam ladang ranjau? Masa Theo tidak berpikir?Di dalam ingatan Anisa, Theo adalah pria yang cerdas. Kenapa sekarang dia malah bertingkah bodoh?"Ini bukan ladang ranjau," kata Anisa dengan terisak-isak. "Cepat kembali!"Begitu mendengar ucapan Anisa, Theo langsung berlari dan memeluknya. Anisa tidak bisa melihat dengan jelas, penglihatannya kabur karena dibanjiri air mata.Anisa berusaha menenangkan diri, lalu mengangkat tangan dan mengusap air matanya."Anisa, kat
Theo menggenggam tangan Anisa dan meletakkannya di dada."Anisa, tidak seperti yang kamu pikirkan." Theo menjelaskan semuanya sambil menatap mata Anisa. "Dia telah mengobati Thea. Aku tidak enak menolaknya."Nara mengobati Thea? Anisa merasa seperti sedang mendengar lelucon.Bagi Theo, Nara adalah penyelamat Thea. Kalau tidak, mana mungkin Theo berbaik hati memberikan begitu banyak uang kepada Nara?Anisa menarik tangannya dan berkata, "Kalau gitu kenapa kalian putus?""Karena kamu," Theo menjawab tanpa perlu berpikir.Jawaban Theo membuat jantung Anisa berdebar-debar. Demi Anisa? Jadi Theo meninggalkan Nara demi Anisa?"Walaupun keadaan Thea belum sepenuhnya pulih, aku sudah cukup bahagia melihat kondisinya sekarang." Theo mengutarakan isi hatinya. "Aku tidak ingin memaksa diriku untuk terus bersama Nara. Aku tidak ingin menyakitimu."Setelah mendengar penjelasan Theo, hati Anisa pun terasa lebih lega."Kamu tinggal di mana?" Anisa bertanya kepada Theo."Belum tahu." Theo melihat ke s
"Sudah ketemu." Anisa bergegas mengganti topik pembicaraan. "Di mana Wilo dan William?"Mike terlihat sedih dan menghela napas. "Kayaknya malam ini kamu nggak bisa ngobrol sama mereka. William lagi nangis."Theo mendengar jelas ucapan Mike. Kenapa William menangis?Theo keluar dari kamar mandi, lalu beranjak ke samping Anisa. Anisa tidak punya waktu untuk memedulikan Theo. Anisa sendiri jauh lebih terkejut daripada Theo.William adalah anak yang tenang, dia tidak pernah menunjukkan emosinya di depan orang lain."Di kenapa? Ditindas? Berkelahi di sekolah? Kamu sudah ketemu gurunya?" Anisa melayangkan berbagai pertanyaan.Rasanya Anisa ingin bergegas pulang untuk menghibur putranya."Hari ini sekolahnya mengadakan ujian. Begitu melihat ada murid yang nilainya lebih bagus, William merasa terpukul." Mike mengangkat kedua bahunya. "Dia nggak terima ada anak yang lebih pintar daripada dia."Anisa tidak tahu harus merasa lega atau sedih. Selama ini William selalu hidup di dunianya sendiri. Di
Setelah mencuci kaki Anisa, Theo mengeringkannya dengan sabar.Wajah Anisa memerah. Beberapa kali, dia mencoba menarik kakinya, tetapi Theo tidak mau melepaskannya.Anisa merasakan sensasi getaran yang menyebar dari dada ke seluruh tubuh."Menurutmu apakah penerbangan besok akan dibatalkan?" Akhirnya Theo melepaskan kaki Anisa."Jangan sembarangan ngomong!" bentak Anisa.Theo mengembalikan baskomnya ke dalam kamar mandi. Begitu keluar, dia melihat wajah Anisa yang tampak murung."Penerbangannya dibatalkan?" Theo menebak."Em." Anisa meletakkan ponselnya dan berkata dengan kecewa, "Di sana ada buah dan camilan. Makanlah."Meskipun lapar, Theo jadi tidak nafsu makan melihat Anisa yang sedih.Ketika Anisa hendak merebus air, Theo merebut alat perebus air yang dipegang Anisa dan berkata, "Kamu tidur saja."Anisa duduk sambil melamun. Sekarang dia sedang memikirkan William. Sebagai seorang Ibu, dia merasa gagal karena tidak berada di samping anaknya saat anaknya membutuhkan.Setelah berumur
Topik ini terlalu berat, sedangkan Anisa sedang tidak bisa berpikir jernih. Oleh sebab itu, dia pun bergegas mengganti topik pembicaraan. "Tolong cuci apelnya, terima kasih."Theo mengangguk, lalu mencuci apel dan memberikannya kepada Anisa. "Ini, makanlah.""Em, kamu juga makan," jawab Anisa dengan canggung.Bertolak belakang dengan situasi di luar yang sedang hujan deras, suasana di dalam kamar terasa sangat sunyi ....Setelah menyantap apelnya, Anisa berbaring sambil membelakangi Theo. Anisa sedang berpikir, apakah dia harus berbagi tempat tidur dengan Theo?Hujan lebat membuat suhu ruangan terasa sangat dingin. Di tempat ini tidak ada penghangat ruangan. Jika Theo dibiarkan tidur di atas meja, dia pasti akan masuk angin. Hanya saja, Anisa tidak sanggup membuka mulutnya ....Setelah beberapa saat, Theo selesai mandi dan keluar dari toilet. "Lampunya mau dipadamkan?""Em." Anisa memejamkan matanya.Suasana di dalam kamar gelap dan sunyi. Anisa menunggu Theo untuk beranjak ke tempat t
"Benar juga, kamu harus melihat konsistensi perubahan sikapnya sampai anakmu lahir. Aku ingin tahu, sampai kapan dia bisa berpura-pura baik kepadamu." Tiba-tiba Mike merasa senang."Besok dia mau datang memasak untuk kita," kata Anisa melihat Mike yang tampak antusias."Hah?" Mike terkejut, dia bahkan sampai meragukan pendengarannya sendiri. "Masak? Aku nggak salah dengar? Memangnya dia bisa masak? Dia mau masak atau meracuni kita?"Anisa tidak tahu bagaimana cara merespons ucapan Mike. Anisa tak tega menolak Theo. Theo bersikeras ingin memasak, dia ingin menebus keterlambatannya tempo hari.Theo ingin menunjukkan ketulusannya dengan memasak makan malam untuk Anisa dan anak-anaknya.Setibanya Anisa di rumah, Wilona langsung memeluk erat ibunya. Demi menyambut kepulangan Anisa, hari ini Wilona sengaja tidak pergi ke sekolah."Sayang, Ibu kangen bangat sama kamu." Anisa menggendong Wilona tanpa memikirkan kandungan."Anisa, pelan-pelan! Kamu lupa anak yang ada di perutmu?" Mike mengingat
"Kalau kalian nggak setuju, Ibu akan menolaknya datang," Anisa menambahkan saat melihat ekspresi kedua anaknya yang tampak keberatan."Dia mau datang untuk bekerja di rumah kita?" Wilona terbangun dari lamunannya, lalu berteriak kegirangan, "Kalau begitu biarkan dia datang. Ada banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Aku ingin membuatnya kelelahan."Anisa tahu bahwa Wilona hanya bersandiwara. Sebenarnya Wilona sangat senang saat mendengar Theo yang mau datang ke rumah.Sewaktu Theo pingsan di depan rumah, Wilona sampai menangis tersedu-sedu dan mengkhawatirkan keadaan Theo."Kalian mau makan apa? Ibu akan meminta Theo untuk memasaknya besok," kata Anisa dengan lembut.Wilona sangat suka makan. Dia langsung memikirkan hidangan apa yang ingin dimakan.Berbeda dengan Wilona, ekspresi William justru terlihat masam. "Bu, Ibu berpacaran sama Theo?""Tidak." Anisa menjelaskan dengan sabar, "Theo ingin menebus kesalahannya. Ini adalah pertama kali Theo mengakui kesalahannya."Setiap bert
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."