Sania takut Anisa salah paham, dia pun bergegas menambahkan. "Anisa, itu urusan dia, tapi kamu harus datang ke pernikahanku, ya! Kamu adalah sahabatku. Kalau kamu nggak datang, aku nggak mau nikah!""Iya, aku akan datang," jawab Anisa."Baguslah." Sania menghela napas lega. "Aku dengar kakimu terluka. Bagaimana keadaannya? Aku ingin menghubungimu, tapi aku takut suasana hatimu lagi jelek.""Sudah baikan.""Besok mau jalan-jalan?" tanya Sania."Sudah baikan, tapi belum sanggup jalan-jalan," jawab Anisa sambil menatap lukanya.Perban sudah dibuka, tetapi luka tersebut meninggalkan bekas yang lumayan besar. Untungnya gaun yang dibeli Anisa cukup panjang untuk menutupi luka di kakinya."Besok aku akan pergi menjenguk kamu. Tenang saja, aku nggak akan menanyakan masalah Theo." Sania berjanji."Em."Keesokan hari, Sania datang pagi-pagi sekali. Dia membawa mainan serta sarapan.Anisa terkejut melihat barang bawaan Sania yang begitu banyak. "Sania, banyak banget. Kata Wilo, selama aku nggak a
Di saat bersamaan, tamu Anisa pun tiba.Sebuah mobil mewah berhenti di depan rumah Anisa. Ketika pintu mobil dibuka, dua orang pengawal keluar terlebih dulu.Sania penasaran, siapa yang datang?"Siapa dia? Orang penting, ya? Sampai ditemani pengawal segala?" tanya Sania."Evan," jawab Anisa saat melewati Sania.Setelah beristirahat selama beberapa bulan, akhirnya Evan bisa berjalan lagi. Hari ini Evan dan keluarganya datang untuk menemui sekaligus berterima kasih kepada Anisa.Evan mengenakan pakaian kasual yang dipadukan dengan topi serta kacamata hitam.Jika dilihat sekilas, wajahnya tidak kelihatan, tetapi aura bintangnya memancar dengan sempurna."Anisa, aku boleh berteriak, nggak?" Tubuh Sania bergetar hebat."Sebaiknya jangan. Takutnya tetanggaku lapor polisi," jawab Anisa.Sania berusaha menahan gejolak di hatinya.Setelah Evan dan keluarganya masuk ke ruang tamu, Evan membuka masker dan kacamatanya, lalu memeluk Anisa. "Dokter, terima kasih ...."Anisa tertegun. "Ah .... Tidak
Sebelum pulang, Evan makan siang bersama di rumahnya Anisa."Anisa, kamu tidur siang saja dulu. Nanti kamu mau melakukan pemeriksaan kesehatan, 'kan? Biar aku bawa anak-anak main. Bagaimana?" Cuaca hari ini sangat bagus, rasanya sayang kalau cuma berdiam diri di rumah. "Oke. Aku jemput anak-anak sebelum jam 6 sore."Melihat kedua anaknya yang ingin keluar, Anisa tidak tega melarang mereka."Sania, kamu nggak apa-apa? Nggak merepotkan?" Anisa memastikan."Nggak repot sama sekali. Lagi pula mereka bukan bayi yang harus digendong, sama sekali nggak capek," jawab Sania.Anisa meminta pengawal untuk pergi bersama Sania dan anak-anak.Setelah mereka pergi, Anisa menutup pintu, lalu kembali ke ruang tamu dan membuka hadiah yang diberikan Evan.Kata Evan, ini bukanlah hadiah yang mahal. Benda ini adalah jimat keberuntungan, Evan berharap benda ini bisa membawa keberuntungan bagi Anisa.Anisa tidak tega menolak hadiah yang sederhana, tetapi bermakna. Dia mengambil kotak hadiahnya dan kembali ke
"Aku mau jalan-jalan." Anisa menggelengkan kepala, dia menolak dipaksa pulang."Baiklah. Kalau kakimu sakit, jangan dipaksakan, ya! Segera beri tahu aku," jawab Mike."Oke." Anisa mengangguk patuh."Kalau tahu kepulangan kita malah berakhir jadi begini, aku nggak akan membiarkan kamu pulang ke negara ini." Mike memapah Anisa ke mobil. "Saat kita tinggal di Negara Hamok, kamu hidup dengan baik dan semuanya berjalan lancar. Tapi setelah kamu pulang ke sini, kayaknya hampir setiap hari selalu ada masalah."Anisa agak merasa bersalah kepada Mike. "Kalau gitu kamu pulang ke Negara Hamok saja.""Bukan itu maksud aku.""Aku tahu bukan itu maksudmu. Begini, aku bisa membereskan masalah di sini. Bagaimana kalau kamu yang kembali ke Negara Hamok?""Kamu ikut pulang," kata Anisa."Nggak, aku suka di sini." Mike berdeham canggung."Kamu nggak rela meninggalkan Eden, 'kan?" Anisa mengangkat kedua alis."Ngapain bahas dia? Dia memblokir nomor aku." Mike menginjak pedal gas. "Bajingan itu cuma memedu
Anisa hamil!Berdasarkan usia kandungan yang tertera, Anisa mengandung saat dia dan Theo berhubungan di malam Anisa menancapkan pisau ke dada Theo.Memalukan! Anisa malah mengandung di saat hubungannya dan Theo telah berakhir.Tak ada kata-kata yang sanggup menjelaskan perasaan Anisa. Yang pasti, dia sangat amat terkejut.Anisa jadi teringat saat dia mengandung William dan Wilona, hatinya terasa perih. Saat itu Theo terus memaksa ingin bercerai.Untungnya, sekarang Anisa sudah mandiri dan memiliki penghasilan yang cukup untuk menghidupi anak-anaknya. Hanya saja, bagaimana Anisa memberi tahu Theo mengenai kehamilan ini?Bagaimanapun, Theo memang ingin Anisa hamil. Theo ingin Anisa menebus kandungan Nara yang keguguran. Meskipun Anisa dan Theo sudah tidak berhubungan, bagaimana kalau suatu hari nanti Theo datang mencarinya untuk membuat perhitungan?Sesaat menyadari Anisa yang tampak gugup, Mike sontak mengulurkan lehernya untuk mengintip ponsel Anisa.Anisa terkejut dan langsung menyimp
Anisa tengah mengandung, tetapi sejauh ini dia belum merasakan tanda apa-apa.Berbeda dengan saat mengandung William dan Wilona, tanda-tanda kehamilan terasa sangat jelas.Sesaat menyadari perbedaan ini, berbagai pertanyaan pun muncul di dalam benak Anisa.Anak ini muncul saat Anisa sedang rapuh. Ditambah, dia juga mengonsumsi banyak antibiotik dan vitamin untuk pemulihan luka di kakinya.Anisa mengerutkan alis, hatinya terasa sangat sakit. Meskipun Anisa benar hamil, kandungannya mungkin tidak sehat.Sesaat taksi berhenti di depan rumah sakit, Anisa membuka pintu dan bergegas keluar.Anisa mendaftar di poli kandungan. Setelah menjelaskan semuanya kepada dokter, dokter menyarankannya untuk melakukan USG. Sekitar 40 menit kemudian, hasil USG keluar dan Anisa membawa hasil tersebut untuk menemui dokter. Alhasil sama seperti ketakutannya, dia benar-benar hamil!Anisa mengandung anaknya Theo. Hanya saja, dokter belum bisa memastikan kesehatan kandungan Anisa karena usia kandungan Anisa ma
Pengawal yang berjaga di depan pintu terkejut saat melihat kemunculan Anisa. Dia bahkan tak memercayai matanya sendiri.Berani-beraninya Anisa datang setelah menyakiti Theo. Dulu, setiap melihat Anisa datang, pengawal pasti langsung membukakan pintu untuknya, tapi sekarang pengawal tidak berani bertindak gegabah.Sebelum membukakan pintu untuk Anisa, pengawal menelepon ke dalam rumah untuk meminta izin Theo."Halo, Anisa datang," kata pengawal."Oh, tunggu sebentar," kata Bibi Wina.Setelah menutup teleponnya, Bibi Wina keluar untuk menemui Anisa. Bibi Wina tidak mempersilakan Anisa masuk, mereka berbicara di depan gerbang. Langit yang tadinya cerah pun tiba-tiba berubah jadi mendung."Anisa, kamu datang mencari Tuan?" tanya Bibi Wina dengan ketus.Bibi Wina tidak bisa bersimpati kepada Anisa setelah mengetahui semua yang terjadi kepada Theo. Theo hampir kehilangan nyawanya, dia pasti tidak ingin menemui Anisa."Apakah dia ada di rumah?" Anisa mengangguk."Ada. Tuan masih harus banyak
Asalkan tidak memikirkan Anisa, Theo bisa makan dan tidur dengan normal. Namun begitu merindukan Anisa, sekujur tubuh Theo langsung terasa tidak nyaman.Beberapa saat kemudian Bibi Wina datang dan mengetuk pintu kamar Theo."Masuk," perintah Theo.Bibi Wina berdiri di depan pintu sambil berkata, "Tuan, barusan Anisa datang mencari Anda. Katanya ada urusan, tapi Anisa tidak bilang urusan apa. Dia sudah pergi.""Aku sudah lihat," Theo menjawab dengan dingin."Oh. Kalau Anisa datang lagi, apakah boleh diizinkan masuk?" tanya Bibi Wina."Tidak," jawab Theo tanpa pikir panjang.....Anisa pulang dalam keadaan basah kuyup."Bu, kok Ibu basah kuyup? Ibu nggak bawa payung?" Wilona kasihan melihat Anisa.Mike langsung memeluk Anisa. "Cepat mandi air hangat, jangan sampai demam."Anisa mengangguk dan langsung beranjak ke kamar."Paman, kok Paman membiarkan Ibu pulang sendirian?" Wilona menyalahkan Mike.William juga menatap Mike dengan sinis."Ibu kalian yang nggak mau ikut aku pulang, katanya d
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."