Mike dan Eden bertengkar selama kurang lebih 20 menit.Setelah lelah bertengkar, Eden mendorong bingkai kacamatanya dan berkata, "Jangan suka cari gara-gara."Mike mendengus dingin. "Setiap membahas atasanmu, kamu seperti kehilangan akal sehat. Sebaiknya kamu introspeksi diri. Bosmu bukan ayahmu, kamu tidak mengenalnya sedekat itu.""Kamu yang harus introspeksi. Apa pedulimu soal investasi bosku? Kalaupun Pak Theo benar-benar berinvestasi di perusahaannya Malia, bukan berarti dia mendukung Malia. Namanya juga bisnis," Eden membantah."Jangan mengajakku keluar lagi. Kalau kalian berpihak kepada Malia, kita nggak usah berhubungan lagi. Aku tidak akan pernah mengkhianati Anisa." Mike mengutarakan pemikirannya.Wajah Eden pun memerah karena marah. "Ya sudah, aku juga nggak rugi!"Setelah selesai bertengkar, Eden dan Mike kembali mencari atasan masing-masing.Sepuluh menit kemudian.Mike tidak dapat menemukan Anisa sehingga dia kembali menemui Mike. "Di mana Theo? Aku nggak bisa menemukan A
Anisa berjalan ke pintu sambil cemberut."Aku juga tidak tahu apakah bisa dibilang investasi," kata Theo saat Anisa berjalan ke pintu. "Aku memberikan Nara 4 triliun."Empat triliun? Theo memberikan Nara 4 triliun?"Bukannya 2 triliun?" tanya Anisa secara spontan.Theo menyeringai. "Ternyata kamu masih memedulikan kehidupan pribadiku. Sebelumnya aku memberikan 2 triliun, lalu kemarin aku memberikannya 2 triliun lagi karena dia sudah 2 kali mengoperasi Thea."Anisa mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Nara mendapatkan uang sebesar 4 triliun? Yang lebih parah, Nara mendapatkan uang itu secara cuma-cuma karena yang mengoperasi Thea adalah Anisa!Konyol! Anisa benar-benar merasa konyol ....Berarti, Theo memberikan 4 trilun kepada Malia?Theo melihat tubuh Anisa yang tampak tegang dan gemetaran. Kemudian Theo bergegas mengenakan pakaiannya dan berjalan ke samping Anisa. "Anisa, kamu kenapa?"Theo menggenggam erat tangan Anisa. Anisa menarik napas panjang, lalu mengempaskan tangan Theo
"Karena aku takut sakit, jadi perawat meminta Kak William untuk memberikan contoh. Kak William memang paling menyayangi aku," kata Wilona sambil memeluk William."Kalian berdua memang paling menggemaskan dan paling penurut. Ibu sangat menyayangi kalian." Anisa terharu mendengar alasan yang dijelaskan Wilona."Kami juga sayang Ibu." Kedua mata Wilona tampak berbinar-binar.Pengawal menggaruk kepalanya sambil bertanya, "Bu Anisa, aku pergi masak, ya?""Ah? Aku takut merepotkanmu," jawab Anisa.Pengawal menggelengkan kepala. "Tidak repot.""Bu, masakan Paman sangat enak. Tadi malam kami dimasakin ayam panggang." Wilona menarik tangan Anisa dan bertanya, "Oh iya, di mana Paman Mike?""Paman Mike masih ada urusan di luar," Anisa menjawab sambil mengerutkan alisnya.Tadi Theo menyita ponsel Anisa. Mike pasti cemas karena tidak bisa menemukan Anisa.Anisa bergegas mengambil ponselnya dan menelepon Mike.Tak sampai 2 detik, Mike langsung menjawab telepon Anisa. "Anisa, kalau Theo menculikmu, k
Nara berpamitan dengan Theo, lalu kembali ke rumah Keluarga Pratama.Setiap malam, Sabrina selalu tidur paling awal, sementara Marvin dan istrinya pulang larut malam. Leo juga tidak ke mana-mana, dia bisa seharian mengunci diri di dalam kamar.Setelah kembali ke kamar, Nara mengirimkan sebuah pesan kepada Leo. Sesaat mendapatkan pesan dari Nara, Leo pun bergegas ke kamar Nara."Nara, anak kita sudah meninggal. Ada apa mencari aku?" tanya Leo sambil berdiri di depan pintu.Leo tidak menyangka Nara tega membunuh anaknya sendiri. Meskipun Nara tidak ingin memiliki hubungan dengan Leo, Leo menginginkan anak itu lahir."Kamu pikir aku nggak menginginkan anakku sendiri? Dia adalah darah dagingku! Tapi aku nggak bisa, risikonya terlalu besar. Kalau anak itu dilahirkan, kita bisa habis!" Nara menarik Leo ke dalam kamar, lalu menutup pintu.Jawaban Nara sontak menyadarkan Leo. "Ada apa mencari aku?""Aku mau pamit, beberapa hari lagi aku mau pindah rumah," jawab Nara."Oh. Kamu berpamitan seaka
Setengah jam kemudian Marvin menelepon Theo."Theo, cepat datang ke rumah sakit! Ibu terjatuh, kondisinya sangat mengkhawatirkan," kata Marvin.Theo langsung tersentak. Dia menutup ponselnya dan bergegas ke rumah sakit.Melihat ekspresi Theo yang tampak tegang, Eden pun mulai mewanti-wanti. 'Apa lagi yang terjadi?'"Pak Theo, apakah rapatnya mau diundur?" tanya Eden."Suruh wakil presdir menggantikanku. Setelah rapat selesai, kirimkan aku MOM-nya." Theo bergegas menuju lift.Sembari melihat pintu lift yang tertutup, perasaan Eden terasa agak gelisah. Theo jarang terlihat secemas itu, entah masalah apa yang akan terjadi.Di rumah sakit.Sabrina sedang berada di unit gawat darurat. Ketika Theo sampai, dokter yang mengoperasi Sabrina masih belum keluar."Kenapa bisa begini?" Theo bertapa kepada Marvin."Aku tidak ada di rumah. Leo yang mendengar Ibu berteriak. Waktu Leo keluar dari kamar, Ibu sudah tergeletak di bawah tangga. Kayaknya Ibu jatuh dari tangga ...."Theo mengerutkan alis. "Ib
"Di kehidupan selanjutnya, aku harap Ibu tidak bertemu dengan aku dan Thea. Aku tidak ingin Ibu menderita."Sabrina sudah pergi, dia tidak bisa menjawab Theo. Seiring napas yang berhenti, semua kerinduan, kebencian, dan cinta ikut menghilang.Tak akan ada lagi yang memaksa Theo menikah, tak akan ada lagi yang mengkhawatirkan kesehatan Theo, tak ada lagi yang akan cerewet dan mengomelinya.Tak berapa lama, Leo kembali ke rumah sakit. Dia menangis histeris saat mengetahui kematian neneknya."Kenapa nenekku bisa meninggalkan? Kemarin Nenek masih mendesakku cari pacar." Leo menangis sambil mengeluarkan ponsel Sabrina. "Aku sudah tanya sama pelayan yang menjaga Nenek. Sebelum Nenek jatuh, katanya Nenek sedang menelepon seseorang. Ini ponselnya ...."Theo mengambil ponsel Sabrina, lalu membuka riwayat panggilannya. Sesaat riwayat terbuka, Theo tersentak melihat nama Anisa yang terpampang di urutan teratas.Anisa? Sebelum Sabrina jatuh, dia menelepon Anisa?Untuk apa Sabrina menelepon Anisa?
Pertanyaan Theo sontak membuat Anisa kebingungan. Apa yang Theo bicarakan?Aneh, kenapa Theo tidak menanyakan langsung kepada Sabrina?Yang lebih aneh, memangnya Sabrina belum menceritakan semuanya kepada Theo? Satu jam telah berlalu, masa Sabrina belum memberi tahu Theo?Anisa meneguk segelas air dan berusaha menenangkan diri. Setelah merasa lebih baik, dia baru menjawab Theo, "Kenapa kamu tidak tanyakan kepada ibumu?"Apakah terjadi sesuatu sehingga Sabrina mengurungkan niatnya untuk memberi tahu Theo?"Ibuku sudah meninggal. Sebelum meninggal, ibuku sempat meneleponmu. Aku ingin tahu, apa yang kalian bicarakan?" tanya Theo sambil menahan kemarahannya.Anisa sulit memercayai apa yang didengarnya barusan. Sabrina meninggal?"Ibumu meninggal? Kok bisa?" Anisa meletakkan gelasnya dan bangkit berdiri."Jawab pertanyaanku, apa yang kamu dan ibuku bicarakan!" Theo mulai kehilangan kesabaran.Awalnya, Theo pikir kematian Sabrina adalah sebuah kecelakaan, tetapi sekarang dia mencurigai keter
Ketika mendengar perintah Theo, mendengus dingin dan berkata, "Tidak perlu merepotkan pengawalmu. Aku bisa ke sana. Kamu di mana?"Di rumah sakit.Theo menggenggam erat ponsel Sabrina. Theo telah bertekad, dia harus memaksa Anisa untuk mengungkap alasan kematian Sabrina. Theo tidak ingin Sabrina meninggal dengan tidak tenang.Marvin berjalan ke sebelah Theo, lalu bertanya, "Theo, Ibu sudah pergi. Bagaimana dengan pemakamannya?""Lakukan otopsi!" perintah Theo. Dia ingin tahu siapa yang membunuh Sabrina.Meskipun Sabrina menderita tekanan darah tinggi, hasil pemeriksaan medisnya tidak pernah menunjukkan masalah. Theo merasa ada janggal, kematian Sabrina tidaklah wajar.Marvin mengangguk. "Baik, aku akan mengaturnya."Di sisi lain, Leo sedang memeluk ibunya yang menangis tersedu-sedu. Jantung Leo berdegup sangat kencang, dia sangat gugup.Leo tidak boleh ketahuan. Kalau Theo tahu bahwa Leo yang mendorong Sabrina sampai meninggal, Theo pasti akan membunuh Leo.Leo juga tidak ingin membunu
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."