Anisa tersedak, dia mengambil sehelai tisu dan mengelap bibirnya."Nara, aku tegaskan kepadamu, aku yang ngotot minta cerai. Aku tidak peduli apakah kamu mau berpacaran atau menikah dengan Theo. Em, kalian berdua sangat cocok. Kenapa tidak langsung menikah? Kalau kalian menikah, aku pasti akan memberikan hadiah yang istimewa."Nara tersenyum kaku dan menjawab, "Oh, begitu .... Tapi kami berdua tidak ada keinginan untuk menikah. Kami lebih suka hubungan seperti ini.""Kenapa tidak menikah? Kamu atau dia yang tidak mau? Kalau dia tidak mau menikah, apakah perlu aku bantu untuk membujuknya?" tanya Anisa sambil tersenyum ramah."Tidak perlu repot-repot. Aku sudah cukup bahagia dengan hubungan sekarang. Oh iya, apa maksud ucapanmu tadi? Aku tidak mengerti. Siapa yang tidak tahu malu?" Nara menuntut penjelasan.Anisa tersenyum sinis, Nara benar-benar wanita yang licik dan menjijikkan. Rasanya Anisa mau muntah setiap melihat tatapannya yang sok polos dan tak berdosa."Gurumu tidak pernah meng
Kelewatan! Anisa tercengang melihat sandiwara Nara.Seketika Anisa pun teringat dengan drama-drama televisi yang pernah ditontonnya. Menjijikkan!Pelayan buru-buru menghampiri Nara dan membawanya untuk diobati.Anisa duduk sambil berpikir, hatinya terasa berapi-api. Kalau bisa, dia ingin menampar wajah Nara. Sekarang Nara terluka, di mata orang-orang dia adalah korban.Sudahlah, Anisa akan mengikuti alur kebohongan Nara. Anggap saja Anisa memang sengaja menyakiti Nara.Anisa memanggil pelayan, lalu membayar semuanya dan pergi meninggalkan Nara.Tak berapa lama, insiden ini pun sampai ke telinga Theo. Di antara sebuah anggota tubuh Nara, tangannya merupakan bagian yang paling berharga."Anisa tidak mungkin sengaja," kata Theo.Pengawal menunjukkan rekaman CCTV kepada Theo. Di dalam rekaman, Anisa tampak mengempaskan tangan Nara dan menyebabkan tangannya ketumpahan air panas."Anisa pasti tidak sengaja," Theo bergumam kecil.Theo tahu karakter Anisa, dia bukan orang yang tega menyakiti o
Hati Anisa terasa berkecamuk saat mendengar pertanyaan Theo."Apa kata pacarmu?" Anisa bertanya balik.Theo langsung terdiam, dia belum menemui Nara.Setelah mendengar rekaman pembicaraan di antara Anisa dan Nara, Theo kesal dan langsung meneleponnya."Anisa, aku sedang bertanya. Kamu jangan sengaja mengubah topik." Theo meninggikan suaranya.Amarah Anisa pun menyulut saat mendengar Theo yang membentaknya."Kamu sudah lihat buktinya, 'kan? Aku sengaja menyiram tangan pacarmu biar dia nggak muncul di hadapanku lagi. Kalau dia masih muncul, aku akan menyiram wajahnya!" Anisa balas membentak.Theo terdiam, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa."Hmm? Kenapa diam saja? Kamu mau meminta keadilan untuk pacarmu, 'kan?" tanya Anisa. Tenggorokan Theo tampak bergulir, dia mengatupkan bibirnya dengan erat."Oh, aku tahu ...." Anisa tertawa kecil. "Kalau tangan Dokter Nara luka, siapa yang akan mengoperasi Thea? Aduh, tiba-tiba aku jadi khawatir. Theo, kamu bakal membalas dendam sama aku?""A
"Anisa! Kamu keterlaluan! Maksudnya aku lebih rendah daripada binatang?" bentak Theo."Iya! Aku dan Aida memang nggak dekat, tapi aku tahu dia nggak mungkin membunuh orang. Sebenarnya aku nggak tertarik dengan kehidupan kalian berdua, mau hidup atau mati nggak ada hubungannya sama aku. Tapi kalau kamu terus mengganggu kehidupanku, aku nggak keberatan menyewa detektif ternama untuk menyelidiki kasus kematian Aida."Leo langsung ketakutan. "Anisa, aku bukan mau mengganggu kamu. Aku cuma kebetulan lewat. A-aku ... aku nggak akan menemuimu lagi."Leo memang pengecut. Anisa hanya asal bicara, tetapi dia sudah ketakutan seperti ini.Leo membenci Theo, tetapi dia tidak berani turun tangan langsung. Oleh sebab itu Leo menggunakan Aida sebagai kambing hitam.Layar ponsel Anisa menyala, ternyata pesan dari Sania.[ Apa? Theo meneleponmu demi membela wanita itu? Dia sudah gila? Dia masa nggak bisa mikir? Mana mungkin kamu sengaja menyiram tangan wanita itu? ]Melihat Anisa yang fokus bermain pons
Sekitar pukul 6 sore, Anisa pulang ke rumahnya.Pintu rumah terbuka lebar, Anisa juga melihat sebuah mobil BMW berwarna merah yang diparkir di halaman.Anisa mengenali mobil tersebut, itu mobilnya Sania. Kenapa tiba-tiba Sania datang?"Anisa!" Begitu mendengar suara mobil Anisa, Sania langsung berlari keluar. "Aku sudah melihat kedua anakmu. Aku dengar dari Vanzoe, katanya kamu mengadopsi anak. Kalau Vanzoe tidak memberi tahu aku, kamu berencana merahasiakannya seumur hidup?"Anisa ketakutan melihat Sania yang berteriak ke arahnya.Tidak heran, Theo pasti memberi tahu Vanzoe, lalu Vanzoe memberi tahu Sania. Begitu pun sebaliknya, kalau Sania mengetahui sesuatu, dia pasti memberi tahu Vanzoe dan Vanzoe akan memberi tahu Theo.Apa daya, Vanzoe adalah pacarnya Sania .... Anisa tidak mungkin memusuhi Sania atau meminta mereka putus."Kamu keterlaluan!" Sania menarik Anisa sambil memarahinya, "Kenapa kamu nggak memberi tahu aku? Lagi pula kedua anak itu bukan anaknya Theo. Apa yang perlu di
Terkadang diam merupakan sebuah jawaban. Anisa tidak membantah, berarti tebakan Sania benar. Kedua anak itu adalah anaknya Theo."Anisa, kenapa kamu nggak memberi tahu Theo? Kalau dia tahu ....""Dia nggak suka anak kecil. Sania, aku mohon, jangan memberi tahu Vanzoe! Kalau Theo sampai tahu, aku nggak mau berteman denganmu lagi." Suara Anisa terdengar dingin, berbeda dari biasanya."Aku nggak akan memberi tahu Vanzoe, ini adalah privasimu. Tenang saja, aku akan tutup mulut. Aku nggak ngerti sama Theo, harimau saja nggak mungkin menerkam anaknya ...." Sania mengentakkan kaki, dia sangat kesal setiap memikirkan sikap Theo."Aku hanya ingin membesarkan kedua anakku dengan tenang," kata Anisa sambil beranjak duduk di atas tempat tidur."Anisa, tenang saja, aku nggak akan memberi tahu siapa pun." Sania menepuk pundak Anisa.....Di kediaman Keluarga Pratama.Theo baru sampai sekitar pukul 7 malam."Theo, bagaimana keadaan Nara? Baik-baik saja, 'kan? Bagi seorang dokter, tangan adalah bagian
Di dalam diri Theo seperti ada dua suara yang sedang berbicara. Suara pertama melarangnya untuk berhubungan dengan Anisa, sedangkan suara kedua mendesaknya untuk segera menemui putrinya Anisa.Walaupun putrinya Anisa bukan anak Theo, Theo ingin melihat betapa miripnya gadis itu dengan Anisa. Theo curiga, apakah anak itu adalah anaknya Anisa bersama si Pirang?Entah kenapa Mike bagaikan duri yang menancap di hati Theo.Di Vila Starbay.Sania membawakan puzzle untuk William. Alhasil malah Mike yang membukakan pintu untuknya."Kok kamu nggak pakai baju? Yang tinggal di rumah ini bukan cuma kamu, ada Wilona, William, dan Tante Maya. Jaga sikapmu!" kata Sania dengan ketus.Mike menjawab sambil menguap, "Kamu nggak bawa sarapan? Roti yang kemarin lumayan enak."Sania mengabaikan Mike dan langsung pergi ke kamarnya Anisa."Hmm? Anisa tidak ada di kamar?" Sania keluar dan bertanya kepada Mike, "Anisa sudah ke kantor?"Mike kembali menguap. "Dia nggak ada di kamar? Berarti sudah pergi.""Tante
Tak berapa lama William keluar dari kamar dan berjalan menghampiri Mike.Sania sangat terkejut, William tidak pergi sekolah?Mike juga tak kalah kaget. "Kak Willi, kamu nggak sekolah? Emm, ayo, kita pergi main."Sania tercengang melihat interaksi di antara Mike dan William.William menarik pergelangan tangan Mike dan mengajaknya pergi.Melihat kedekatan William dan Mike, Sania jadi mengerti bagaimana Mike bisa mendapatkan hati Anisa.Tera Group.Sesampainya Theo di kantor, Eden pun masuk dan melaporkan beberapa hal mengenai pekerjaan.Setelah selesai membahas pekerjaan, Eden mendorong bingkai kacamatanya dan berkata, "Pak Theo, Anisa tinggal di Vila Starbay. Kamu mau ke sana? Kalian sudah bercerai, kayaknya dia tidak akan mengizinkanmu datang.""Eden, terus cari dokter yang bisa menyembuhkan dan merawat Thea. Tidak peduli berapa pun harga yang diminta, aku bersedia mencobanya," kata Theo.Eden agak terkejut. "Bagaimana dengan Dokter Nara?"Theo tidak menjawab, dia hanya memberikan sebu
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."