Share

Bab 18

Author: Cahaya Suci
"Duduk!" Theo menatap Anisa dengan tajam.

"Oh ...." Ketika berjalan ke depan sofa, Anisa melihat sebuah laptop yang terletak di atas meja. Dari layar laptop yang terbuka, dia melihat sebuah rekaman yang tampak familier.

Rekaman itu tampak seperti rekaman CCTV di kamar utama. Kamera menghadap ke arah kasur, Theo dan Anisa sedang berada di atas tempat tidur.

Seketika darah Anisa pun mendidih saat melihat rekaman tersebut.

"Deg!" Hati Anisa tersentak. Dia mengangkat kepalanya, lalu menunjuk ke arah laptop dan memarahi Theo, "Theo! Kamu gila, ya? Kamu memasang CCTV di kamar?"

Padahal Anisa ingin melupakan bahwa dia dan Theo pernah tidur bersama selama 3 bulan. Selama 3 bulan Theo koma, Anisa tidak terlalu memedulikan pakaiannya di dalam kamar. Dia keluar masuk kamar mandi dengan mengenakan handuk, bahkan mengganti baju di dalam kamar.

Pantas saja Anisa tidak terima begitu mengetahui bahwa selama 3 bulan ini semua gerak-geriknya dipantau melalui CCTV.

Ketika Anisa pindah kemari, tak ada seorang pun yang memberitahunya kalau di kamar Theo terpasang CCTV.

Melihat Anisa yang emosi sampai sekujur tubuhnya gemetar, Theo malah menyeringai.

"Kenapa kamu berpikir aku yang pasang CCTV-nya?" Hari ini Theo juga baru mengetahui CCTV yang terpasang di kamarnya.

CCTV itu dipasang oleh Sabrina. Sabrina memasang CCTV agar bisa memantau gerak-gerik perawat yang menjaga Theo.

Tidak peduli betapa hebatnya Theo, waktu itu dia koma dan tak berdaya. Sabrina melakukan semuanya dengan tujuan yang baik, mana mungkin Theo memarahi niat baik ibunya?

Setelah meminta semua rekaman, Theo sempat menontonnya sebentar. Sesaat melihat rekaman, tensi Theo pun sontak melonjak.

Theo tidak menyangka ternyata Anisa adalah wanita seperti ini ....

"Hmm? Ibumu yang memasang CCTV-nya? Kenapa ... kenapa nggak ada yang memberi tahu aku? Aku ... ah!" Anisa benar-benar kesal.

"Anisa, tidak mengira aku akan sembuh, 'kan?" Theo menggertakkan giginya sambil menjawab, "Sepertinya kamu senang banget memainkan tubuhku waktu aku sakit?"

Wajah Anisa langsung memerah, dia kembali duduk dan menjawab, "Nggak, aku bukan lagi main-main. Aku memijat badanmu biar otot-ototmu nggak kaku."

Setelah pindah ke rumah ini, beberapa kali Anisa melihat perawat memberikan terapi latihan otot kepada Theo. Akhirnya Anisa minta diajari dan mengambil alih pekerjaan ini.

Anisa mengambil alih tugas tersebut bukan karena mencintai Theo, tetapi dia merasa canggung dengan keberadaan perawat yang memijat Theo setiap malam. Setiap perawat memijat Theo, Anisa tidak tahu harus berbuat apa di dalam kamar. Mau duduk tidak enak, mau tidur pun tidak bisa.

Jika tidak ada bukti rekaman, Theo mungkin sudah meragukan diri sendiri, apakah dia sudah salah paham kepada Anisa? Untungnya CCTV merekam semua kejadian di dalam kamar.

"Lihat sendiri!" Theo malas mendengar penjelasan Anisa.

Anisa menatap laptop sambil mengulurkan tangannya yang gemetaran, dia sendiri tahu apa yang telah dilakukannya ....

Namun Anisa tidak berani mengakui bahwa dia memang sempat memainkan tubuh Theo ....

Sebenarnya tidak bisa dibilang "memainkan" karena Anisa hanya menyentuhnya.

Kalau tahu Theo akan sadar, Anisa tidak mungkin punya keberanian sebesar itu sampai menyentuh tubuhnya. Kalau tahu Theo akan sadar, Anisa mungkin lebih memilih tidur di kamar tamu.

"Ah ...." Anisa membuang muka, dia tidak mau menonton rekaman tersebut.

Meskipun otaknya menolak, dia tetap penasaran dan melirik dari sudut mata.

Theo menggunakan rekaman ini untuk mempermalukan Anisa. Di dalam rekaman terlihat jelas bahwa Anisa sedang "memainkan tubuh" Theo.

"Theo, dengarkan penjelasanku ...." Anisa menarik napas dalam-dalam, dia harus menyelamatkan dirinya. "Kata dokter kamu nggak akan bisa bertahan terlalu lama, memang aku nggak mengira kamu bakalan sadar. Kamu jangan cuma melihat kesalahanku. Selama kamu sakit, aku merawat dan menjagamu dengan sebaik mungkin."

"Kamu bisa sembuh lagi juga berkat kontribusi yang aku berikan. Aku memijatmu, merawatmu, kamu juga harus melihat itu ...." Anisa berusaha mengalihkan perhatian Theo agar tidak terus melihat kesalahannya.

Ketika mendengar penjelasan Anisa, kepala Theo terasa berdenyut-denyut.

"Sebentar, aku tunjukkan rekaman waktu memijat kamu. Aku bekerja sangat keras." Anisa tidak rela disalahkan seperti ini.

Satu menit kemudian ....

"Sebentar!" Anisa yang sedang mencari rekaman, tiba-tiba mengangkat kepalanya dan memelotot. "Kamu ... kamu sudah melihat semua rekaman ini?"

"Benar, 'kan? Kamu sudah lihat?" Pikiran Anisa sontak terasa kacau.

Theo tahu kenapa Anisa bereaksi seperti ini. Tanpa ragu, Theo pun menjawab, "Tentu saja."

"Ah .... Theo, bajingan! Siapa yang suruh kamu lihat? Pria mesum!" Anisa berteriak, sekujur tubuhnya bergetar hebat.

Saat mencari rekaman, Anisa melihat sebuah rekaman di mana dia sedang tidak mengenakan baju di dalam kamar.

Anisa sering lupa membawa baju ke kamar mandi. Ditambah Theo juga sedang koma, siapa yang akan melihat tubuhnya?

Namun Anisa sama sekali tidak pernah menyangka kalau di kamar ada CCTV!

"Kamu yang tidak pakai baju, bukan salahku." Theo teringat dengan rekaman yang dilihatnya. Dia pun berdeham canggung, lalu berkata, "Selain dua gunung, aku tidak melihat ada yang menarik."

"Ka-kamu!" Kedua mata Anisa memerah, dia benar-benar murka. "Apa hakmu menilai tubuhku? Sebaiknya tutup mulutmu! Aku ... aku mau menghapus semua rekaman ini."

Anisa mengambil laptopnya, lalu berlari secepatnya ke dalam kamar. Sesampainya di kamar, dia membanting pintu sekeras mungkin.

"Bang!" Terdengar suara bantingan pintu.

Sopir sedang merokok di luar. Dia hanya bisa menghela napas saat mendengar jeritan histeris dan suara pintu yang dibanting.

Selama bertahun-tahun, muncul juga wanita yang berani menentang Theo.

....

Pukul 7 malam.

Setelah selesai menghapus semua rekaman, Anisa mengembalikan laptopnya ke meja ruang tamu. Dia kelaparan, ternyata marah-marah cukup menguras energi dan tenaga.

Melihat Theo yang tidak ada di tempat, Anisa pun beranjak ke dapur untuk mencari makan. Namun Anisa merasa tidak leluasa setelah mengetahui CCTV yang terpasang di kamar utama. Dia takut jangan-jangan setiap sudut di rumah ini terpasang kamera pengawas.

"Nona, aku tidak tahu Nyonya Besar memasang CCTV di kamar utama." Bibi Wina berusaha menjelaskan kepada Anisa.

"Em, aku sudah hapus." Anisa terlihat lesu, lalu meletakkan sendoknya dan bertanya, "Bi, tadi aku galak banget?"

"Sedikit ...." Bibi Wina tersenyum canggung.

"Ah, sudahlah. Memang dia mau memukul aku?" Karena terlanjur sudah tidak ada privasi, Anisa akan menghadapi dengan berani.

Setelah keluar dari ruang makan, Anisa berencana melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Namun fakta tak berjalan sesuai rencana, dia malah berpapasan dengan Theo.

Theo tidak berbuat dan mengatakan apa pun, dia hanya melirik Anisa dengan tatapan biasa. Meskipun hanya sebuah tatapan biasa, jantung Anisa berdebar sangat kencang.

"Minggir!" perintah Theo.

Anisa terbangun dari lamunan dan segera menyingkir. Dia pikir Theo datang untuk mencari masalah, ternyata Theo mau makan.

Anisa memukul kepalanya sendiri sambil menghela napas. "Aduh ...."

Nasi sudah jadi bubur, bisa apa lagi? Tubuhnya cuma dilihat, tidak ada yang perlu dibesar-besarkan.

Ketika memijat tubuh Theo, bukankah Anisa juga melihat semua bagian tubuh pria ini?

Anggap saja semua sudah impas.

Related chapters

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 19

    Hari ini adalah akhir pekan, Anisa baru bangun pada pukul 10.30Setelah sekian lama, akhirnya Anisa bisa bangun siang. Sesaat keluar dari kamar, semua mata sontak menatap ke arahnya.Anisa mengenakan daster longgar, rambutnya terurai, dan wajahnya masih polos.Anisa tidak menyangka Theo menerima tamu di akhir pekan seperti ini.Theo dan para tamunya menatap Anisa dengan ekspresi serius, tampaknya kemunculan Anisa agak mengejutkan orang-orang.Setelah mematung sebentar, Anisa terbangun dari lamunannya, lalu membalikkan badan dan hendak kembali ke dalam kamar.Tiba-tiba Bibi Wina muncul dan menggandengnya ke ruang makan. "Nona, kamu pasti lapar. Ayo, makan dulu. Tadi pagi aku lihat Nona nyenyak banget, aku jadi tidak tega membangunkan Nona.""Si-siapa mereka? Kok ramai banget?" tanya Anisa terbata-bata."Temannya Tuan, mereka datang menjenguk Tuan. Kalau Nona takut, tidak perlu sapa mereka," jawab Bibi Wina.Anisa mengangguk. "Em."Jangan temannya Theo, Anisa saja malas menyapa Theo.Kal

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 20

    Napas Anisa terasa sesak, sekujur tubuhnya merinding, kakinya lemas ....Pemandangan di depan mata terasa berputar-putar, bagaimana mungkin ....Bagaimana mungkin Theo adalah Tuan Zoe?Tuan Zoe mengirimkannya 10 miliar dan tertarik menjadi investor Kintara Group. Mana mungkin Theo sebaik itu?Jika Theo bukan Tuan Zoe, lantas kenapa Theo berada di sini?Melihat kursi roda, kemeja berwarna gelap, tatapan dingin, serta aura mengintimidasi yang dipancarkan, Anisa yakin kalau sosok di depannya ini adalah Theo. Dia tidak mungkin salah, pria ini adalah Theo.Tanpa sadar Anisa melangkah mundur, tetapi tiba-tiba pintu ruangan ditutup."Mau pergi begitu saja?" Theo menyeringai dingin melihat Anisa yang tampak gugup. "Kenapa kamu ada di sini?"Anisa berusaha mengontrol rasa gugupnya. Dia menyeka rambutnya, lalu menjawab, "Aku ... aku dan teman-temanku janjian makan di sini.""Di sini tempat minum-minum," jawab Theo."Oh ...." Anisa memandang ruangan yang besar ini. Meskipun dekorasinya mewah, Ani

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 21

    Malam yang menyakitkan terasa berlalu sangat lama.Ketika Theo melepaskannya, Anisa kelelahan sampai ketiduran.Keesokan hari, Tera Group.Theo berbeda dari biasanya, dia baru tiba di kantor pada pukul 10 pagi.Begitu Theo masuk ke ruangan, Sabai datang menyusul dan bertanya, "Tadi malam aku cari kalian, tapi tidak ketemu. Kamu dan Anisa pulang lebih awal?""Kamu datang untuk menanyakan ini?" Theo mengangkat kedua alisnya.Sabai tersenyum kecut, lalu menyerahkan sebuah dokumen. "Ini laporan keuangan Kintara Group selama beberapa tahun terakhir. Aku sudah membacanya, masalah mereka sangat rumit."Sabai terdiam sebentar, lalu lanjut menjelaskan, "Kepala pengawas departemen keuangan Kintara Group menggelapkan setidaknya 4 triliun. Aku dengar kepala pengawas adalah adik kandung dari ibu tirinya Anisa."Theo mengerutkan alis. Jika yang dikatakan Sabai benar, berarti bangkrutnya Kintara Group tidak sepenuhnya disebabkan oleh pengembangan produk terbaru mereka?"Cari istri tidak boleh sembara

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 22

    Clara menuangkan minyak ke api yang panas. Semakin Theo marah, semakin Clara memprovokasinya."Theo, Anisa dan Leo berpacaran sebelum menikah sama kamu. Sebenarnya tidak masalah, itu semua bisa diterima. Tapi sekarang Anisa sudah menjadi istrimu, dia malah berselingkuh sama keponakanmu. Kayaknya mereka mengira kamu bakal mati, makanya mereka berani berbuat sejauh ini." Clara tersenyum licik.Theo melipat kedua tangan di dada, wajahnya tampak sangat masam. Dia terus menatap laporan pemeriksaan yang terletak di atas meja ...."Aku curiga mereka melakukannya untuk merebut hargamu. Begitu dokter mendiagnosa hidupmu tak akan bertahan lama, di situlah Anisa muncul dan bersedia menikah denganmu. Dengan mengandung anak yang ada di perutnya, semua hartamu akan jatuh ke tangannya." Clara terus memprovokasi Theo."Anisa dan Leo sudah merencanakan semuanya. Hanya saja takdir berkata lain, kamu sadar dan rencana mereka hancur." Clara tertawa kecil."Pergi!" Theo berteriak. Dia sontak merasa jijik s

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 23

    "Anisa, aku sudah berbaik hati membiarkanmu tetap hidup. Tutup mulutmu dengan turuti perintahku! Jangan makin memancing emosiku." Theo mengempaskan tangan Anisa.Anisa terlihat putus asa, tidak ada yang bisa mengubah keputusan Theo. Anisa duduk meringkuk sambil menangis dan memandang keluar jendela.Di rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit, beberapa pengawal membawa Anisa masuk, sedangkan Theo menunggu di mobil.Theo tidak turun, dia menunggu sambil merokok di dalam mobil.Theo terus membayangkan Anisa yang dibawa pergi sambil menangis. Gambaran itu terus muncul di dalam benaknya.Tidak, Theo tidak akan kasihan kepada wanita itu! Semua orang yang mengkhianati Theo pantas mendapatkan ganjaran.Anisa dibawa ke ruang operasi. Sekitar setengah jam kemudian dokter keluar dan berkata kepada pengawal, "Operasinya sudah selesai, tapi kondisi pasien masih harus dipantau sampai satu jam ke depan."Tugas para pengawal adalah membawa Anisa untuk diaborsi. Sekarang kandungan Anisa sudah digugurka

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 24

    Theo mengerutkan alisnya.Kalau tidak melihat laporan pemeriksaan, mungkin Theo akan memercayai ucapan Leo."Anisa bilang itu anakmu!" teriak pengawal Theo. "Masih berani berbohong?"Leo menangis ketakutan. "Anisa bohong! Paman, aku putus sama dia karena dia tidak mengizinkan aku sentuh. Dia pasti dendam karena aku mencampakkannya. Dia sengaja mengatakan kalau anak yang dikandungnya adalah anakku. Paman, percaya padaku, anak itu bukan anakku. Mana mungkin itu anakku?"Theo menggelengkan kepala melihat Leo yang memohon dan menangis ketakutan. Jadi ini pria yang Anisa cintai? Pengecut, tidak bertanggung jawab! Saat ada masalah, dia malah menggunakan Anisa sebagai tameng."Bawa pergi! Ingat, jangan sampai mati." Suara Theo terdengar tegas, dia benar-benar tidak punya hati nurani.Theo tidak akan membiarkan Leo mati dengan mudah. Theo ingin Anisa melihat bagaimana dia menyiksa pria yang dicintainya.....Maya membawa Anisa pulang ke rumah sewaan. Sesampainya di rumah, Maya membawa Anisa ke

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 25

    "Teman lamaku lagu membutuhkan pengasuh untuk cucunya. Gajinya lumayan tinggi, dia kasih 20 juta per bulan. Hari ini adalah hari ketigaku bekerja, aku lumayan nyaman dengan pekerjaan ini," jawab Maya."Ayahmu sudah nggak ada, dia tidak meninggalkan warisan apa pun. Aku juga nggak mau menyusahkanmu terus." Maya mengusap pergelangan tangan Anisa.Sesaat mendengar ucapan Maya, Anisa pun menangis ...."Bu, temanmu orang kaya?" Suara Anisa terisak-isak karena menangis. "Ibu ... pasti sedih?""Nggak, kok. Kenapa harus sedih? Ibu hanya ingin cari uang, sekarang bukan waktu yang tepat untuk memikirkan ego. Roda kehidupan selalu berputar, yang miskin tak selalu miskin, yang kaya pun tak selalu kaya." Maya tersenyum lembut."Sekarang Ibu memang susah, tapi siapa tahu ke depannya kamu sukses dan kembali mengangkat derajat keluarga kita?" Maya mengambil sehelai tisu dan mengusap air mata Anisa."Bu, Ibu nggak perlu kerja, biar aku saja yang kerja. Tahun depan aku sudah lulus, tenang saja." Anisa m

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 26

    Membunuh Theo?Anisa mengerutkan alis. Meskipun membenci Theo, Anisa tidak pernah berpikir untuk membunuhnya.Kalaupun anak di dalam kandungan Anisa benar-benar keguguran, dia juga tidak akan berpikir sejauh itu. Lagi pula bagaimana cara membunuhnya? Memang bisa?Melihat keraguan Anisa, Leo pun berkata, "Pamanku lagi dinas. Kamu pertimbangkan dulu baik-baik. Anisa, aku akan menikahimu setelah kamu membunuh pamanku. Aku bisa memberikan semua yang kamu inginkan. Aku sudah bilang ke orang tuaku soal hubungan kita, mereka setuju."Sikap dan tatapan Leo terlihat sangat tulus. Sewaktu pacaran dulu, Anisa selalu minta dikenalkan kepada kedua orang tua Leo, tetapi Leo selalu menolak untuk mempublikasikan hubungan mereka.Sekarang Anisa sudah tidak membutuhkan pengakuan tersebut."Bagaimana kalau gagal? Bagaimana kalau ketahuan sama pamanmu? Apakah mungkin dia akan memaafkanku? Leo, kalau kamu mau membunuh dia, kamu bunuh saja sendiri, ngapain menyuruh aku?" Anisa menyeringai dingin."Kamu taku

Latest chapter

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 884

    Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 883

    "Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 882

    Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 881

    "Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 880

    Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 879

    Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 878

    Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 877

    "Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a

  • Bangkitnya Suamiku yang Perkasa   Bab 876

    Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status