Clara menuangkan minyak ke api yang panas. Semakin Theo marah, semakin Clara memprovokasinya."Theo, Anisa dan Leo berpacaran sebelum menikah sama kamu. Sebenarnya tidak masalah, itu semua bisa diterima. Tapi sekarang Anisa sudah menjadi istrimu, dia malah berselingkuh sama keponakanmu. Kayaknya mereka mengira kamu bakal mati, makanya mereka berani berbuat sejauh ini." Clara tersenyum licik.Theo melipat kedua tangan di dada, wajahnya tampak sangat masam. Dia terus menatap laporan pemeriksaan yang terletak di atas meja ...."Aku curiga mereka melakukannya untuk merebut hargamu. Begitu dokter mendiagnosa hidupmu tak akan bertahan lama, di situlah Anisa muncul dan bersedia menikah denganmu. Dengan mengandung anak yang ada di perutnya, semua hartamu akan jatuh ke tangannya." Clara terus memprovokasi Theo."Anisa dan Leo sudah merencanakan semuanya. Hanya saja takdir berkata lain, kamu sadar dan rencana mereka hancur." Clara tertawa kecil."Pergi!" Theo berteriak. Dia sontak merasa jijik s
"Anisa, aku sudah berbaik hati membiarkanmu tetap hidup. Tutup mulutmu dengan turuti perintahku! Jangan makin memancing emosiku." Theo mengempaskan tangan Anisa.Anisa terlihat putus asa, tidak ada yang bisa mengubah keputusan Theo. Anisa duduk meringkuk sambil menangis dan memandang keluar jendela.Di rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit, beberapa pengawal membawa Anisa masuk, sedangkan Theo menunggu di mobil.Theo tidak turun, dia menunggu sambil merokok di dalam mobil.Theo terus membayangkan Anisa yang dibawa pergi sambil menangis. Gambaran itu terus muncul di dalam benaknya.Tidak, Theo tidak akan kasihan kepada wanita itu! Semua orang yang mengkhianati Theo pantas mendapatkan ganjaran.Anisa dibawa ke ruang operasi. Sekitar setengah jam kemudian dokter keluar dan berkata kepada pengawal, "Operasinya sudah selesai, tapi kondisi pasien masih harus dipantau sampai satu jam ke depan."Tugas para pengawal adalah membawa Anisa untuk diaborsi. Sekarang kandungan Anisa sudah digugurka
Theo mengerutkan alisnya.Kalau tidak melihat laporan pemeriksaan, mungkin Theo akan memercayai ucapan Leo."Anisa bilang itu anakmu!" teriak pengawal Theo. "Masih berani berbohong?"Leo menangis ketakutan. "Anisa bohong! Paman, aku putus sama dia karena dia tidak mengizinkan aku sentuh. Dia pasti dendam karena aku mencampakkannya. Dia sengaja mengatakan kalau anak yang dikandungnya adalah anakku. Paman, percaya padaku, anak itu bukan anakku. Mana mungkin itu anakku?"Theo menggelengkan kepala melihat Leo yang memohon dan menangis ketakutan. Jadi ini pria yang Anisa cintai? Pengecut, tidak bertanggung jawab! Saat ada masalah, dia malah menggunakan Anisa sebagai tameng."Bawa pergi! Ingat, jangan sampai mati." Suara Theo terdengar tegas, dia benar-benar tidak punya hati nurani.Theo tidak akan membiarkan Leo mati dengan mudah. Theo ingin Anisa melihat bagaimana dia menyiksa pria yang dicintainya.....Maya membawa Anisa pulang ke rumah sewaan. Sesampainya di rumah, Maya membawa Anisa ke
"Teman lamaku lagu membutuhkan pengasuh untuk cucunya. Gajinya lumayan tinggi, dia kasih 20 juta per bulan. Hari ini adalah hari ketigaku bekerja, aku lumayan nyaman dengan pekerjaan ini," jawab Maya."Ayahmu sudah nggak ada, dia tidak meninggalkan warisan apa pun. Aku juga nggak mau menyusahkanmu terus." Maya mengusap pergelangan tangan Anisa.Sesaat mendengar ucapan Maya, Anisa pun menangis ...."Bu, temanmu orang kaya?" Suara Anisa terisak-isak karena menangis. "Ibu ... pasti sedih?""Nggak, kok. Kenapa harus sedih? Ibu hanya ingin cari uang, sekarang bukan waktu yang tepat untuk memikirkan ego. Roda kehidupan selalu berputar, yang miskin tak selalu miskin, yang kaya pun tak selalu kaya." Maya tersenyum lembut."Sekarang Ibu memang susah, tapi siapa tahu ke depannya kamu sukses dan kembali mengangkat derajat keluarga kita?" Maya mengambil sehelai tisu dan mengusap air mata Anisa."Bu, Ibu nggak perlu kerja, biar aku saja yang kerja. Tahun depan aku sudah lulus, tenang saja." Anisa m
Membunuh Theo?Anisa mengerutkan alis. Meskipun membenci Theo, Anisa tidak pernah berpikir untuk membunuhnya.Kalaupun anak di dalam kandungan Anisa benar-benar keguguran, dia juga tidak akan berpikir sejauh itu. Lagi pula bagaimana cara membunuhnya? Memang bisa?Melihat keraguan Anisa, Leo pun berkata, "Pamanku lagi dinas. Kamu pertimbangkan dulu baik-baik. Anisa, aku akan menikahimu setelah kamu membunuh pamanku. Aku bisa memberikan semua yang kamu inginkan. Aku sudah bilang ke orang tuaku soal hubungan kita, mereka setuju."Sikap dan tatapan Leo terlihat sangat tulus. Sewaktu pacaran dulu, Anisa selalu minta dikenalkan kepada kedua orang tua Leo, tetapi Leo selalu menolak untuk mempublikasikan hubungan mereka.Sekarang Anisa sudah tidak membutuhkan pengakuan tersebut."Bagaimana kalau gagal? Bagaimana kalau ketahuan sama pamanmu? Apakah mungkin dia akan memaafkanku? Leo, kalau kamu mau membunuh dia, kamu bunuh saja sendiri, ngapain menyuruh aku?" Anisa menyeringai dingin."Kamu taku
"Bukan kandunganmu yang digugurkan, tentu saja kamu tidak gegabah." Raut wajah Anisa sangat masam.Melihat Anisa yang emosi dan mempertimbangkan masalah yang dihadapinya, dokter pun berkata, "Nona, maaf tadi aku salah bicara. Kamu minum dulu, aku akan tanya ke bagian dokumen kontrol."Setelah menuangkan segelas air untuk Anisa, dokter pergi menemui bagian dokumen kontrol.Sekitar setengah jam kemudian dokter tersebut kembali dan bertanya, "Nona, apakah kamu mengenal Clara? Dia yang meminta data-datamu."Sesaat mendapatkan jawaban, Anisa bangkit berdiri dan pergi meninggalkan rumah sakit.Tidak disangka, ternyata Clara adalah duri di dalam daging!Anisa tidak akan tinggal diam, Clara harus membayar harga atas tindakannya!Kintara Group.Anisa masuk ke ruangan wakil presdir."Anisa, ada 2 hal yang mau aku sampaikan," kata wakil presdir sambil menuangkan segelas air. "Vanzoe berubah pikiran. Awalnya dia mau berinvestasi, tapi hari ini dia bilang mau membeli perusahaan kita dengan harga 2
"Aku tidak tahu kata sandinya. Ayahku tidak pernah bilang apa-apa." Anisa menggelengkan kepala sambil mengerutkan alis.Anisa tidak berbohong, Omar memang tidak pernah mengatakan apa-apa.Waktu itu ada banyak orang di dalam kamar. Kalau Omar mengatakan sesuatu, yang lain pasti juga mendengarnya."Paman Davin, aku coba tanyakan sama ibuku dulu. Ayahku tidak ngomong apa-apa, mungkin ibuku tahu sesuatu." Anisa berpura-pura mendukung ide Davin.Wakil presdir Kintara Group bernama Davin Sungkoso. Dia sudah cukup lama bekerja di perusahaan ini."Baik, jangan kasih tahu siapa-siapa, ini adalah rahasia perusahaan. Kamu adalah pewaris Kintara Group, makanya aku memberi tahu kamu." Davin sama sekali tidak mencurigai Anisa.Anisa mengamati brangkas besar yang ada di hadapannya. Sebuah suara kecil seperti sedang berbisik di dalam hatinya.Anisa memang polos, tetapi dia tidak bodoh. Davin telah mencoba berbagai cara, tetapi dia gagal membuka brangkas ini. Oleh sebab itu dia tidak memiliki pilihan s
Maya menepuk pundak Anisa dan berkata, "Kamu adalah putrinya, dia tidak mungkin mencelakaimu. Waktu kami menikah, perusahaan baru didirikan dan masih memerlukan banyak dana. Aku bekerja keras untuk membantu sampai perusahaan berdiri seperti sekarang. Kalau dia berani mencelakaimu, aku nggak akan memaafkan dia."....Hari senin.Anisa pergi ke Tera Group. Ini adalah pertama kalinya dia pergi ke perusahaan Theo.Sesampainya di depan gedung Tera Group, Anisa terkesima melihat gedung tinggi yang menjulang megah.Anisa turun dari taksi, lalu berjalan ke lobi. Sesampainya di resepsionis, salah seorang petugas bertanya, "Nona sudah ada janji?""Tidak ada. Aku mencari Clara, bilang saja Anisa mencarinya," jawab Anisa.Melihat pakaian dan dandanan Anisa yang rapi, resepsionis membantunya untuk menghubungi Clara.Tak berapa lama Clara pun turun dan menemui Anisa.Begitu keluar dari lift, Clara menyapa Anisa dengan nada bicara yang sangat angkuh. "Duh, Anisa, kok kamu ke sini? Bukannya kamu baru
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."