Sekitar 20 menit kemudian ...."Pak Theo, aku baru menghubungi pihak Rumah Sakit Genesis, mereka mengatakan bahwa hari ini sistem pengawasan rumah sakit sedang dilakukan pemeliharaan sehingga tidak ada rekaman yang tersimpan."Theo mengerutkan alis, kebetulan sekali? Memang sedang dilakukan pemeliharaan ... atau tidak mau ketahuan?"Hapus semua pemberitaan dan foto-foto yang beredar di internet," Theo memerintahkan."Baik, aku akan segera mengurusnya."Tak sampai satu jam, semua pemberitaan dan foto-foto Thea pun menghilang dari internet.....Ketika Anisa sedang terlelap, suara dering ponsel malah membangunkannya.Setelah berdering cukup lama, Anisa terpaksa bangun dan menjawab panggilan dari Sania."Halo," kata Anisa sambil menguap."Anisa, jangan bilang kamu lagi tidur? Ini baru jam 7 malam. Kamu tidur siang atau tidur malam?" Sania berteriak di ujung telepon.Anisa mengucek kedua mata dan melihat keluar jendela. Ternyata langit sudah gelap."Sania, ada apa? Aku ngantuk banget." Ani
"Ini kencan kita berdua, ngapain bawa Vanzoe." Sania terdengar agak ketus.Kemudian Sania menuangkan segelas anggur untuk Anisa dan memberikannya sambil bertanya, "Tadi malam kamu ngapain? Lihat kantong matamu, hitam dan bengkak.""Aku begadang gara-gara nonton." Anisa mengambil gelas anggur dan meneguknya."Hem, siapa yang percaya? Kebohongan tertulis jelas di wajahmu! Anisa, jangan-jangan kamu masih menyukai Theo, ya?" Sania bertanya dengan penasaran."Sania, apa aku terlihat seperti orang bodoh?" Anisa menggelengkan kepala.Sania mengangguk tanpa ragu. "Walaupun sudah kaya, kamu memang terlihat kayak orang bodoh."Di sisi lain restoran, Sabai sedang mengajak Theo bersulang. Restoran ini terletak tidak jauh dari rumah sakit tempat Thea dirawat."Theo, aku tidak akan menanyakan apa pun tentang wanita yang bernama Thea. Aku mengajakmu keluar karena kita sudah lama tidak minum. Eh, Dokter Nara sehebat itu?" Tampaknya Sabai tertarik dengan informasi mengenai Nara.Theo meneguk segelas an
Piring dan gelas Anisa masih penuh. Jika Sabai dan Theo tidak datang, Anisa tidak mungkin mencari alasan untuk kabur."Aku pergi dulu." Theo membalikkan badan dan melangkah pergi."Eh ...." Sabai mengejar Theo. "Theo, tunggu aku!"Sania mengacungkan kedua jempol. "Anisa, kamu memang hebat."Raut wajah Anisa tampak polos. "Dia sendiri yang mau pergi.""Hahaha, kayaknya dia masih menyukaimu." Sania mengangkat gelasnya dan mengajak Anisa bersulang. "Dari tatapannya, aku rasa Theo masih mencintaimu.""Sania, jangan keseringan nonton drama," jawab Anisa."Katanya tadi malam kamu bergadang gara-gara nonton?" Sania mengernyit."Tapi aku nggak nonton drama. Aku hanya mau hidup dengan tenang. Diriku sendiri lebih penting daripada pria dan cinta," jawab Anisa sambil menggoyangkan gelas anggur.Sania mengangguk setuju. "Kamu benar! Lihat saja sendiri, Theo nggak pernah mengutamakan kamu.""Ayo, makan! Jangan bahas dia lagi. Oh iya, hari ini aku nyetir, aku nggak boleh minum terlalu banyak," Anisa
"Aku nggak kenal dia." Suara Thea terdengar ketakutan. "Aku nggak kenal ....""Tadi kamu pingsan dan diantar ke rumah sakit," Theo berusaha menjelaskan.Pingsan?Thea menggelengkan kepala. "Nggak, aku nggak pingsan."Thea masih mengingat jelas wajah Anisa. Ketika Thea sakit, Anisa yang merawat dan mengajaknya bicara. Hanya saja Thea tidak ingat apa yang dibicarakan.Meskipun tidak sepenuh ingat, Thea masih mengingat suara dan kelembutan Anisa. Thea merasa tenang saat berada di sisi Anisa.Seiring emosi yang melonjak, kepala Thea terasa agak sakit. "Ah ....""Thea, kenapa? Sakit? Sudah, jangan berpikir lagi. Ayo, baring dan istirahat." Theo mengusap air mata Thea dan menemaninya sampai ketiduran.Setelah Thea tidur, Theo pun keluar dari ruangan."Bagaimana keadaannya?" Nara bertanya kepada Theo.Theo tersenyum kecil. "Setelah operasi, Thea lebih banyak bicara dan tatapannya tidak kosong seperti dulu. Dok, operasinya berhasil."Nara menghela napas lega. "Baguslah, aku ikut senang.""Teri
Sabai menarik lengan Theo dan mengajaknya ke tempat yang sepi."Theo, jelas-jelas kamu masih memedulikan Anisa. Kenapa kamu bersikap aneh gini? Thea memang cantik, tapi dia tidak sebanding dengan Anisa." Sabai berusaha menyadarkan Theo."Thea adalah orang yang paling penting di dalam hidupku," jawab Theo."Anisa meminta cerai karena dia tahu keberadaan Thea?" tanya Sabai."Iya.""Kalau begitu Anisa tidak salah. Terus kenapa kamu sakit hati? Kamu yang menyakiti Anisa." Sabai jarang berbicara dengan nada menyerang. "Sebagai teman, aku tidak mau ikut campur masalah percintaanmu, tapi ....""Kamu boleh meninggalkanku seperti Anisa." Theo memotong ucapan Sabai. "Aku tidak suka orang asing mencampuri urusan pribadiku."Sabai hanya bisa menghela napas saat mendengar Theo mengucapkan kata "orang asing".Sudahlah, biarkan saja. Lagi pula Theo yang akan menyesal di kemudian hari.Sekarang Anisa memang masih melajang, tetapi bukan berarti dia akan selamanya melajang.Jika Anisa menikah dengan ora
Theo tercengang melihat seorang anak laki-laki dan seorang gadis kecil yang bersamanya.Theo mulai meragukan diri sendiri, apakah dia salah lihat? Mungkin wanita itu bukan Anisa.Setahu Theo, Anisa tidak punya anak. Kenapa tiba-tiba muncul dua orang anak di sisinya?Theo memutar rekaman tersebut sampai belasan kali. Semakin diputar, Theo merasa semakin segar. Semua lelah dan rasa kantuk terasa sirna.Theo menyalin rekaman ini, lalu menutup laptopnya. Tidak ada gunanya menonton berulang-ulang, Theo juga tidak dapat memastikannya. Daripada menebak-nebak, Theo berencana menelepon Anisa nanti pagi.Thea bangun pada pukul 6 pagi.Begitu bangun, Thea turun dari tempat tidur dan memanggil Theo yang tidur di sofa."Kak, Kak ...," panggil Thea.Sesaat bangun, kedua mata Theo terlihat memerah. "Kak, mau pulang." Thea tidak suka tinggal di rumah sakit.Theo baru tidur satu jam yang lalu, kepalanya terasa agak pusing. Namun Thea sudah memaksa pulang, dia pasti akan ribut kalau tidak dituruti.Mem
Tenggorokan Anisa terasa seperti dicekik. Dia juga tidak menyangka William dan Wilona akan menyusulnya ke rumah sakit.Yang Lebih mengejutkan, Rumah Sakit Genesis sudah berjanji tidak akan memberikan rekaman CCTV kepada siapa pun. Kenapa Theo bisa memiliki rekamannya?Anisa sudah menebak, Theo pasti penasaran siapa yang mengantar Thea ke rumah sakit. Hanya saja Theo tidak kepikiran bahwa Anisa mengantar Thea ke rumah sakit 2 hari yang lalu, bukan kemarin.Theo hanya melihat rekaman kemarin, bukan 2 hari yang lalu. Jadi, Theo tidak tahu bahwa Anisa yang menolong Thea."Theo, kita sudah cerai. Kamu tidak perlu tahu siapa kedua anak itu dan apa yang aku lakukan," Anisa menjawab dengan nada yang tenang. "Mereka bukan anakmu. Aku tidak mungkin melahirkan anakmu! Empat tahun yang lalu, kamu telah membunuh anak kita."Setiap mengingat Theo yang memaksanya aborsi, hati Anisa terasa sangat sakit.Setelah mengucapkan kalimat terakhir, Anisa langsung menutup panggilan Theo. Anisa tidak mau menden
Selain tidak mau berutang budi dan merugikan orang lain, Theo takut Nara meminta hal lain yang tak dapat berikan. Jadi, memberikan uang adalah cara terbaik yang bisa dipikirkan Theo.Nara tercengang. "Pak Theo, jangan seperti ini! Melihat kondisi Thea, takutnya satu operasi saja tidak cukup. Pak Theo lihat sendiri perkembangan kondisi Thea, memang sudah membaik, tapi belum sepenuhnya pulih. Setelah kondisi Thea membaik, aku masih ingin terus merawatnya. Mungkin akan ada operasi kedua, ketiga, dan seterusnya."Theo terdiam mendengar ucapan Nara. Bukankah Nara datang untuk memanfaatkan masa liburannya? Memangnya ke depan Nara punya banyak waktu untuk merawat Thea?"Dokter Nara, apa rencanamu kedepannya?" tanya Theo. Sejujurnya dia sendiri berharap Nara bisa terus merawat Thea sampai sembuh.Nara mengerti maksud pertanyaan Theo."Pak Theo, sebenarnya aku berada di kondisi yang membingungkan. Aku sudah berusia 34 tahun, tapi sama sekali belum pernah pacaran. Keluargaku sudah mulai mendesak
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."