“Tuan Muda Akion, kenapa Anda tidur di sini?”
Saat aku membuka mataku, cahaya matahari langsung menyerang retinaku dan membuat buta sesaat. Setelah aku terbiasa, aku sadar Bastian menyelimuti. wajahnya penuh dengan rasa khawatir.
“Aku hanya tertidur saat mencari angin semalam.”
Wajahnya belum berubah.
Aku berdiri dari kursi yang kududuki. Selimut yang sebelumnya dia selimutkan padaku, kuberikan dengan sesopan mungkin. Mungkin kasta di sini bisa saja membuatku bertindak sesukanya, tetapi itu bukan aku.
“Tolong, siapkan air mandi untukku, Bastian.”
Sekarang, aku harus menjalani hidup sebagai Akion. Tidak perlu banyak berpikir tentang yang dahulu, bahkan pertempuran sengit berada di depanku.
Ada rasa khawatir dalam diriku terhadap keluarga ini. Bagaimana nasib mereka, jika aku kabur begitu saja atau tidak memedulikannya. Mungkin, perasaan Akion perlahan menyatu padaku.
“Tuan Baron mempersilakan Anda masuk, Tuan Muda Akion.”
Bastian membukakan pintu ruang kerja ayahku. Banyak tumpukan berkas di hadapannya. Bahkan nyaris membuat wajahnya tidak terlihat.
Melihat dari betapa tidak terurusnya ruangan ini, aku tahu mereka kekurangan pekerja. Sudah sewajarnya seorang pemimpin mempunyai sekretaris pribadi, tetapi di sini yang selalu kulihat untuk mengurus apa pun adalah Bastian.
Mereka hanya bangsawan yang bergelar.
Aku menatap wajah ayahku. Sikapku sempurna sebagai kesatria, tubuh yang tegap dan pandangan lurus tanpa ada rasa ragu.
“Ada masalah di wilayah kita.” Dia meletakan berkasnya sesaat sebelum bicara, dan matanya fokus memandangku dengan penuh harap.
“Masalah apa, Ayah?”
“Duduklah dulu. Ini akan menjadi pembicaraan panjang.”
Dia berdiri dan menoleh ke Bastian memberikan perintah hanya dengan gerakan. Bastian keluar.
Aku duduk berhadapan dengan ayahku. Dia memberikan berkas padaku. Aku mengambilnya dan membacanya dengan hati-hati.
Ada wilayah yang bernama Aurus di wilayah kekuasaan Baron. Wilayah yang sangat miskin. Kekeringan sudah berlangsung selama enam bulan di sana. Beberapa monster muncul dan wilayah itu perlahan menjadi seperti sumber kutukan.
Aku menatap ayahku. Dengan permasalahan yang dimulai selama ini, memang sudah jelas bahwa Baron sendiri kekurangan kredibilitasnya.
Ayahku menjelaskan, dia sudah meminta bantuan pada kekaisaran, dan keluarga bangsawan lain. Namun, apa timbal baliknya?
Sesuatu itu saling menguntungkan, itulah pertimbangan yang paling utama. Sedangkan wilayah ini? Tidak ada sedikit pun keuntungan di dalamnya.
Sejenak aku mengingat, bahwa Akion sendiri telah memikirkan Aurus. Bagaimana caranya dia membuat rakyatnya tidak menderita?
Aku menyesap teh yang dibawakan oleh Bastian. Memperkirakan tentang Aurus, aku tidak bisa duduk saja dan menyelesaikannya hanya dengan membaca buku. Aku harus ke sana.
“Ayah, izinkan aku ke Aurus.”
Ayah melihatku dengan tersenyum. Sepertinya inilah yang dia harapkan. Satu-satunya yang bisa diandalkan di keluarga ini adalah Akion. Sedangkan Harzem, dia sibuk bermain ke mana pun.
Namun, dahinya berkerut alami.
“Apa tidak masalah kau membawa sedikit kesatria?”
Kekhawatiran itu muncul. Mereka kekurangan pekerja, membawa banyak kesatria dan menyebabkan mereka bisa saja kehilangan nyawa, akan lebih merugikan bagi keluarga Baron.
“Aku hanya perlu membawa Levian, Ayah.”
Ayah mengangguk.
Aku seorang swordmaster dan Levian adalah kesatriaku yang paling hebat. Kami berdua bahkan bisa mengalahkan ratusan prajurit.
**
Burung terbang di atas kepala kami. Dari balik jubahku, aku mengintip burung itu membentangkan sayapnya lebar.
Langit yang biru, udara panas, tanah yang mengeras, bahkan sebagian besar adalah gurun pasir. Kuda kami berjalan di atasnya. Pohon adalah pemandangan langkah.
Setiap keluarga mempunyai ceritanya sendiri, Sanktessy diceritakan sebagai wilayah yang makmur, banyak pohon yang tumbuh di atas tanahnya. Wilayah yang diberkahi.
Ini bermulai sejak 430 tahun yang lalu. Tiba-tiba wilayah Sanktessy dilanda hujan darah. Sejak itu, semua perlahan berubah.
Ada yang bilang, wilayah ini terkena kutukan. Dengan pikiran yang seperti itu, perlahan pendeta memilih meninggalkan wilayah ini dan menetap di wilayah kekuasaan bangsawan lainnya. Bertemu dengan pelayan dewa lebih sulit dibandingkan dengan penyihir. Itu alasan kenapa Baron Sanktessy memanggil penyihir ketimbang pendeta saat Akion sakit.
Menurut Levian, kami akan tiba di Aurus tujuh hari lagi, total perjalanan sembilan hari. Aurus berada di bagian Tenggara wilayah Baron Sanktessy, jalur perjalanannya memang termasuk sulit. Sehingga membuat Aurus menjadi wilayah yang terisolasi.
Mereka dikepung bencana.
Satu, dua, lima, delapan, tiga belas, tujuh belas ....
Total monster gurun yang telah dikalahkan olehku dalam perjalanan ke Aurus. Tidak banyak. Namun, bagi mereka yang tidak terlatih, itu menjadi momok yang mengerikan.
Saat aku memasuki wilayah Aurus, angin yang sangat kering menerpa. Aku sudah tahu, akan seperti apa wilayah dengan angin sekering ini.
Sesaat aku mengingat tentang keadaan bumi. Di sini dikenal dengan kutukan, makan di negaraku dikenal dengan azab.
“Tuan Akion, kita akan ke mana?”
Levian berbisik padaku. Orang-orang yang melihat kami berdua memakai jubah hitam terlihat memelas. Anak-anak duduk tidak berdaya. Keadaan wilayah ini begitu parah.
“Mari ke tempat kepala desa.” Aku menggerakkan kudaku perlahan, menyusuri jalan desa.
**
“Tuan Muda Akion, kenapa tidak memberi kabar terlebih dahulu?” Kepala desa menyambutku dengan tergesa-gesa.
Sorot mataku yang tajam membuatnya penuh pertimbangan dalam mengambil tindakan.
“Sudah sewajarnya aku melihat wilayahku.”
Aku dan Levian membuka jubah yang kami gunakan. Penyambutan mewah tidak pernah terpikir di otakku, wilayah ini sedang kritis. Untuk makan saja seharusnya bersyukur.
Namun, ada yang aneh di sini.
Kepala desa menyuguhkan makanan yang cukup mewah. Kentang yang rasanya cukup manis, daging asap berlemak, dan sayuran. Bahkan sebotol anggur menyegarkan.
Aku memakannya tanpa ragu.
“Ini makanan ternikmat kita selama perjalanan, 'kan, Levian?” Aku melirik Levian.
“Iya, Tuan Muda Akion.”
Walaupun kami berdua sibuk mengunyah makanan, tetapi aku tahu ada rasa tidak nyaman pada Levian, sama sepertiku.
“Aku ingin melihat pembukuan tentang Aurus.”
“Apakah itu perlu, Tuan Muda Akion?” Dia sedikit menggigit bibir bawahnya sebentar.
Mungkin di sini juga ada tikus.
Aku terkekeh pelan di balik kedua tanganku yang mengampu di hadapan wajahku.
“Ya?” Responsnya cukup bagus. Sepertinya dia mendengar kekehku yang pelan.
“Apakah ada masalah untukku melihat pembukuan dari wilayahku sendiri?”
Aku tanpa berbasa-basi menekankan suaraku, ada aura mengancam terpancar dari itu. Kulihat tubuhnya sedikit gemetar dan dia mengangguk.
“Tidak ada, Tuan Muda Akion. Tapi, bisakah Anda memberi saya waktu sampai makan siang besok untuk memberikan pembukuannya?”
“Memang kenapa?”
Dia mencoba mencari alasan lagi. “Saya harus memastikan untuk memberikan laporan yang baik untuk Tuan Muda Akion.”
Senyumannya penuh kebohongan.
Aku melirik Levian sesaat dan kembali melihatnya.
“Baiklah. Lakukan yang kau butuhkan!”
“Aku akan istirahat terlebih dahulu.”
Aku keluar dari ruangan makan. Dari sisiku yang sudah membelakanginya, aku tahu apa yang akan dia lakukan setelah ini.
Levian berdiri di dekat jendela. Dia hanya menunggu aba-aba dariku untuk menjalankan tugasnya. Kesatria terlatih bahkan bisa tidak tidur untuk beberapa hari. Maka aku sengaja berbuat kejam dengan memberinya perintah tanpa tidur.
“Kalau begitu, saya pergi dulu Tuan Muda Akion.”
Levian menghilang di kegelapan. Hanya angin malam yang masuk menemaniku.
**
Semuanya sudah siap.
Para pelayan melihatku dengan gelisah. Kepala desa datang dengan tergesa-gesa, aku melihat dia melotot kepada pelayannya yang belum menjamuku dengan semua makanan milik mereka.
Aku hanya menyentuh sedikit makanan yang mereka siapkan. Aku tidak mempunyai keinginan untuk makan. Jadi, aku mengatakan pada kepala desa, aku akan pergi ke luar.
“Tuan Muda Akion, bukankah lebih baik Anda beristirahat lagi?”
Kepala desa menyentuh tanganku tanpa sadar. Dia melupakan siapa yang berdiri di hadapannya.
Aku menarik tanganku dan menatapnya, menegaskan bahwa aku tidak ingin dia menghalangiku.
Dia menunduk, ada tarikan napas khawatir yang keluar dari mulutnya. Aku meninggalkannya tanpa melihat ke belakang.
Lihat, aku mungkin bukan berasal dari dunia ini. Namun, aku tidak bisa melupakan mereka yang kelaparan seperti ini. Desa ini memang dilanda kehancuran dan kepala desa mereka makan dengan tenang.
Aku mengingat ayah-ibuku. Mereka mengajariku untuk membantu sesama. Bahkan kami mempunyai panti asuhan di Indonesia.
“Tuan, bisakah kau memberikanku roti?” Anak perempuan berambut cokelat memegang celanaku. Menatap dengan pilu.
Aku melihat luka di tangan kanannya.
“Siapa namamu?” Aku duduk berjongkok, membuat pandangan mata kami selaras. Wajahnya waspada.
Di jalanan hal seperti itu adalah biasa. Aku tahu bagaimana mengkhawatirkan akan menerima pukulan.
“Agnes.”
“Nama yang cantik.”
Aku melirik di gang belakangnya.
“Panggil saudaramu untuk makan bersama.”
Dia tersenyum ceria. “Sungguh bolehkah, Tuan? ”
Aku mengangguk. Matanya yang bercahaya seakan menembus jantungku, dia berbalik ke arah gang dan memanggil saudaranya.
Anak kembar laki-laki mungkin berumur tiga tahun dan satu anak perempuan sekitar umur lima tahun muncul dan memandangku.
BERSAMBUNG•••••
“Boleh aku tambah, Tuan? ”Agnes langsung menyenggol lengan anak laki-laki itu, wajah Agnes terlihat khawatir. Mungkin, sudah sering kali mereka mengalami penolakan.“Silakan! Tambah semau kalian.”Aku memanggil pelayan untuk menambah pesanan.Sejujurnya, makanan di tempat ini sangat tidak enak. Roti yang mereka sajikan keras, tidak berasa, dan sup yang mereka sajikan lebih terasa seperti air bercampur garam saja.Mengingat tempat miskin seperti ini, ini sudah menjadi makanan yang cukup mewah. Sebagai penguasa wilayah, aku sadar betapa menyedihkannya.“Tanganmu kenapa bisa terluka?”
Aku meminta Hayd dan Levian untuk mengumpulkan semua penduduk Aurus. Hanya dengan memberi mereka persediaan makanan untuk sebulan ke depan tidak menyelesaikan masalah ini.Mereka akan kelaparan lagi, dan wilayah ini akan tetap tertinggal. Mereka membutuhkan cara untuk mempertahankan diri sendiri.Seperti kata Alexander Graham Bell, “Sebelum apapun, persiapan adalah kunci menuju kesuksesan.”Levian mengangguk saat melihatku. Sepertinya mereka semua sudah berkumpul di sini.Aku keluar dengan badan tegap, dan tanpa ragu. Saat ini, mereka membutuhkan pemimpin yang terlihat kuat dan mengetahui jalan keluarnya.Aku melihat wajah mereka yang penuh harap, wajah yang juga penuh khawatir akan nasib mereka.“Aku adalah Akion Naal Sanktessy, putra kedua dari Baron Eihns Naal Sanktessy. Aku diperintahkan oleh ayahku untuk membantu wilayah Aurus dan menyelesaikan masalah di sini.”Mereka memandangku tidak perca
Aku menyantap makan siangku dengan tenang. Ketenangan ini bahkan tidak kudapatkan beberapa hari belakangan ini. Aku menyelesaikan semuanya, orang-orang datang keluar masuk rumah ini. Lalu pikiranku yang terus bekerja mendapatkan bawahan yang loyal adalah sebuah keberuntungan.Wine hasil korupsi ini, pun, masih tetap enak dinikmati, walaupun si koruptor telah mati. Untuk mereka yang berani menyerang wilayahku akan kupastikan mereka akan mendapatkan balasannya.Akion terlalu kaku, sedangkan pikiranku tidak. Beruntung rasanya berada di tubuh Akion dengan kapasitas otakku. Mungkin, sekarang mereka sedang sibuk membuat apa yang kudesain. Aku memutar-mutar gelas wine sambil mengingat kejadian kemarin.“Kita akan bertani dengan air!”Wajah mereka tampak tak percaya. Mereka bahkan mengiraku sebagai orang gila. “Tanaman hanya dengan air ... apa kau gila? Pasti tanaman itu akan membusuk!”“Apa k
Besok adalah perjalanaku ke Invit.Di ingatan Akion, Ivnit adalah wilayah yang bagus. Akan tetapi, Count Ivnit adalah orang yang sangat menyebalkan. Itu hal yang paling membuatku malas untuk ke sana.Akion itu patuh pada perintah, dia terlalu kaku akan hukum-hukum kekaisaran. Walaupun dia ingin menyerang pamannya, tidak akan dia lakukan jika dia tidak diserang terlebih dahulu atau atas dasar perintah kaisar. Pikirannya masih murni, takut rakyatnya kenapa-kenapa karena ulahnya.Sehingga Akion sering kali menempatkan dirinya sendiri sebagai tameng.Makanya, Akion membiarkan apa pun yang pamannya perbuat. Karena menganggap status Count lebih tinggi dari Baron.Perjalanan ke Ivnit lebih lama dari pada saat kami ke Aurus, memakan waktu dua minggu. Aku harus melewati hutan kegelapan yang penuh monster dan melewati Gunung Berk yang sudah lama tidak diinjak oleh keturunan Sanktessy.Sudah berapa ratus tahun Gunung
Levian menangkap kelinci monster sebelum aku terbangun, dia membuatnya menjadi sup dengan bahan seadanya.Cuaca dingin yang menusuk, memang yang terbaik adalah sup hangat.Dia memberikanku semangkuk penuh sup monster kelinci itu, anehnya aku memakan tanpa beban. Berbeda saat di bumi dahulu, kelinci biasa saja aku menolaknya untuk makan.Aku menyuap sesendok penuh daging monster kelinci itu, empuk dan berlemak, tetapi sedikit alot juga.“Masakan yang enak, Levian,”Bagiku ini adalah kali pertama aku mencoba masakan Levian.“Ini adalah masakan sederhana, Tuan Akion. Siapa pun bisa membuatnya." Dia tersipu, tetapi bersembunyi dengan membelakangiku.Sungguh pengikut yang pengertian. Kali ini, dia memasak dibandingkan memberiku roti lapis, pasti karena memikirkan udara yang sangat dingin.“Kau hanya merendah, Levian. Jika aku yang memasaknya, maka akan kupastikan itu gosong dengan sempurna.”Dia
“Siapa Tuan yang di sampingmu, Tuan Akion?”“Dia pengawal kepercayaanku,”“Jika begitu, tidak masalah jika aku menjelaskan di depannya juga, kah?”“Tentu."Levian, dia orang yang akan memilih mati daripada mengkhianatiku.Kami akhirnya duduk untuk menerima penjelasan panjang dari Tanka. Aku menyender pada pohon. Levian memilih untuk berdiri dan Tanka duduk di depanku yang terdapat batu besar.“Leluhur Anda, Caesar Naal Sanktessy meminta bantuan kepadaku,”Dia adalah seorang pemimpin yang bijaksana dan berkarisma. Di bawah pimpinannya, Sanktessy sangat berjaya. Itulah yang kubaca dari buku.“Empat ratus tahun yang lalu, dia tahu bahwa hutan ini menyembunyikan sesuatu yang luar biasa dan bahwa keluarganya mungkin dalam bahaya,”“Hutan ini adalah perantara bagi kekuatan yang mengerikan.”Aku menyimak dengan baik. Tem
Tanka merengek seperti anak kecil agar bisa ikut denganku. Rengekannya membuatku pusing. Bagaimana tidak, dia berteriak di telingaku meminta agar dia bisa ikut. “Ajak saja Tanka, Tuan Akion.” Wajah Tanka berubah senang, Levian membelanya. Wajahnya menggambarkan bahwa dia mendapatkan sekutu yang mendukung keinginannya. “Bukankah Tanka lebih baik tinggal di sini dan menjaga harta ini?” “Ayolah Tuan Akion, gunung Berk sendiri pun, tidak akan bisa dimasuki oleh sembarang orang.” Wajah Tanka cemberut. “Aku sudah terkurung di sini selama empat ratus tahun. Aku ka
“Tuan Akion, ada urusan apa ke sini?” Levian sedikit merasa terganggu dengan orang-orang berbaju putih yang memandangi kami dengan penasaran. “Bisakah kami ke perpustakaan kuil?” tanyaku lembut kepada seorang pendeta pria yang berpapasan dengan kami. “Y-ya, tentu ....” Dia sedikit terbata. Namun menjelaskan kepadaku dimana letak perpustakaan dengan baik. “Bolehkah saya tahu siapa Tuan?” tanyanya. “Aku Akion Naal Sanktessy.” Matanya sedikit membulat, dia terlihat kaget sebentar. Lalu menyentuh dahinya sedetik. “Maafkan saya jika bersikap lancang sebelumnya.“
Ah, ini rasanya begitu nyaman. Begitu mengambang dan meragukan. Bahkan aku tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi karena seluruh tubuhku rasanya tidak merespons. Aku bisa merasakan kehampaan hingga aku terus memikirkan sebenarnya, apa yang sedang terjadi. Lalu, pedang dengan suhu yang lebih tinggi itu menusuk tubuhku. Darah termuntahkan dari mulutku dan mataku memerah, aku baru menyadari, iblis yang memiliki tentakel tadi telah mendekapku seolah dia adalah ibuku. “kau tidak sekuat apa yang dipikirkan. Sekarang hanya tinggal membunuhmu dan menurunkan sang kuasa di tanah ini.” Suaranya menggelegar, walaupun aku merasa begitu lemah dan seperti hampir kehilangan kesadaran, tapi aku tahu suara yang begitu percaya diri dan penuh kesombongan itu. Dia penuh dengan keburukan dan aku akan menyesali jika aku tidak mampu melakukan apa pun. Ujung-ujung jariku yang kaku akhirnya bisa bergerak walaupun gerakannya begitu samar, mirip seperti angin yang berhembus pelan dan menggerakan reru
Sunny terbang sangat cepat, aku tiba di dekat mereka. Dorongan kuat langsung terasa bagi orang-orang yang ada di sana. Harzem dan Altair kehilangan banyak tenaganya. Mereka berusaha untuk tetap berdiri tapi itu terlalu sulit. Setelah aku memukul mundur tentahmkel bewarna mersha itu, aku memberikan tanda agar Harzem bisa segera pergi dari sini. “Iblis ketiga. Sungguh tidak terduga.”Aku bicara sambil bersiap, iblis ini lebih kuat dibandingkan dua iblis lainnya. Dia terbang, dia memiliki delapan ekor besar berwarna merah. Wajahnya terlihat sangat angkuh, dia bahkan melipat kedua tangannya hanya dengan gerakan mata, ekor-ekor itu bergerak seperti semak belukar yang merambat sangat cepat. Mereka melilit, berpandu dengan gerakan yang rumit. Sunny mengambil tindakan lebih dulu dibandingkan aku. Sebuah ledakan besar menghancurkan ekor merah tersebut. Lalu terbentuk dengan kecepatan yang sangat ekstrim. Aku langsung menghilang, tiba di atasnya, saat hendak mengayunkan pedang untuk membel
Aku mendekati Ierlae, napasnya terasa berat. Keringat ada di wajahnya. Tanpa sadar aku menyentuh pundaknya, memberikan tatapan khawatir padanya. “Bagaimana keadaanmu, Ierlae? Apa kau mengalami luka?” tanyaku padanya. Sunny baru saja mendarat di dekat kami hingga rambut Ierlae yang berwarna jingga berkibar. “Aku baik-baik saja. Kau memang sangat hebat seperti rumor yang tersebar“Ierlae memberikan senyuman yang manis. Cukup beberapa detik membuatku sedikit merasa aneh. Aku langsung mengalihkan pandanganku. Dan di langit, aku melihat lingkaran sihir berukuran kecil muncul, dari rune berwarna biru muda mengeluarkan panah kecil. Sebelum kami masuk ke wilayah musuh, aku memberikan saintess authority. Artinya aku memberikan Harzem sedikit kekuatanku, untuk menjaga sesuatu yang tidak menyenangkan. Dengan saintess authority, dia bisa disembuhkan dengan cepat dan mendapatkan perlindungan seperti aku ada di sana. Saintess authority juga menjaga kekuatannya lebih seimbang. Mengeluarkan ba
Eganor memiliki penampilan yang menekan, dia mengayunkan pedangnya sekali. Itu bukanlah ayunan pedang yang kuat, seperti mengayunkan pedang biasa tapi kekuatan yang muncul sangat besar. Angin akibat kibasan pedangnya itu membuat para iblis dan Ierlae bergerak dari tempat mereka berdiri, beberapa bangunsn yang ada di sekitarnya runtuh. Belum lagi aku mengambil pedangku, dia tiba-tiba saja muncul di depanku. Ayunan pedangnya yang tajam itu menebas tepat ke arah kepalaku. Aku menunduk sambil menarik pedang dengan sangat cepat. Walaupun pedangnya berukuran besar, dia memiliki kelincahan yang sangat luar biasa. Pedangnya telah berbalik dengan sangat cepat, berayun ke bawah, ke arahku yang menunduk. Aku mencabut pedang. Clank!Suara benturan pedang besar terdengar, hal itu membuat dia menyeringai. Energi kegelapan miliknya semakin besar, senjatanya seakan memakan senjataku. Aku mundur. “Kau memang sangat luar biasa. Pantas dia tidak menyukaimu, bahkan sebelum kau bangkit kembali.” Egan
Kami akhirnya maju untuk melakukan serangan. Iblis wanita itu tidak turun dari singgasananya yang terbang. Dia memandang kami dan para iblis yang mirip seperti di menara muncul dari belakangnya. Mereka memiliki senjata besar di tangan mereka. Aku sangat mengetahui kalah Ierlae tidak bisa melawan iblis wanita di depanku. Dia seperti pengendali boneka yang memasuki jiwa dan mengambilnya dari dalam. Slash!Ierlae mendapatkan serangan dari sampingnya dan dia dengan cepat menghadapi mereka, dengan menggunakan rapier yang dia gerakan dengan cara menusuk, dia membuat serangan yang tepat sasaran. Gerakannya terlihat ringan tapi efeknya sangat besar, dia menyerang pada titik vital pasukan iblis itu, tubuh mereka menghilang ketika mereka telah mati di tangan Ierlae, sedangkan aku menghadapi serangan dari depan. Dari depan, iblis wanita yang duduk tadi mengerjakan kedua tangannya, jari telunjuk dan jempolnya mengacung, dia bagaikan membuat kurungan yang tidak terlihat karena seluruh tubuhku
Seperti yang sudah rencanakan, kami membagi dua kelompok menjadi orang yang akan mencoba menyerang secara diam-diam dan satu kelompok lagi akan menjadi pusat keributan. Kerakusan akan memecah konsentrasi dan hal sederhana itu yang aku gunakan. Tentunya yang paling cocok menjadi pusat keributan adalah aku. Saat kami sudah berada di depan wilayah yang terkontaminasi itu. Bersama dengan pasukan yang aku pimpin, aku maju. Mereka bergerak dengan sangat cepat, mencoba menyesuaikan kecepatan mereka denganku. Saat aku membelah langit dengan menggunakan Sunny, di depanku ada Ierlae yang menaiki naga untuk pertama kali, aku melihat istana besar bewarna hitam. Suasana sangat mengerikan dan beberapa iblis bersayap berukuran kecil berterbangan dan menghinggapi istana. Ini mirip film horor yang pernah aku tonton dulu, ketika kami semakin dekat, sebuah Tombang raksasa hitam melesat sangat cepat. “Sunny!” Aku berteriak dan Sunny langsung menyingkir, kecepatannya membuat guncangan. Ierlae menguatk
Terbang di langit yang luas, melihat sekelilingku yang berubah menjadi sangat mencekam. Semakin kami dekat dengan pusat kerajaan, itu sangat mengerikan sekali. Banyak orang yang berusaha untuk kabur, dan sepanjang perjalanan, ada pemandangan yang sangat buruk sekali. Tujuh bagian yang merupakan bagian dari Beill jelas membuat kekacauan ini. Dua di antara mereka telah lenyap, dan di depan kami adalah kawasan yang lebih buruk. Tempat itu dilingkupi kekuatan yang gelap. Langit berwarna hitam yang sangat pekat dan ada perut yang menyambar-menyambar, membuat keadaan di sana sangat mencekam sekali. Bersama sunny, aku menukik dengan sangat tajam saat melihat rombongan para ksatria yang membawa bendera lambang singa berwarna oren. Bam!Aku mendarat dan getaran serta apa yang aku lakukan tidak membuat sosok didepanku terkejut, malah akulah yang sangat terkejut. Ini sangat tidak terduga. “Luvennard,” ucapku tanpa sadar. Wanita berambut panjang indah itu melihatku sambil tersenyum. Sudah c
Gemuruh terjadi, tanah gemetar dengan hebat. Sesuatu yang diam dan membuat orang lain berpikir ini berakhir mulai menjadi sesuatu yang lebih besar. Ekor Duke Lexier yang tajam masuk ke dalam tanah. Dia muncul di bagian belakang Harzem yang melayang di udara, ingin menyerang dan membunuhnya dalam serangan yang tajam. Harzem ternyata memiliki kepekaan yang lebih tinggi sekarang. Dengan cepat tanpa menoleh dia telah membuat tembok besar yang menghalangi ekor Duke Lexier menyentuh tubuhnya. “Apa kalian berdua membutuhkan bantuanku?” tanyaku berteriak pada Altair dan Harzem. Mereka berdua menoleh ke arahku, wajah mereka yang tadi terlihat serius malah menjadi lebih santai. Mereka tersenyum. “Tampaknya mereka menikmati pertarungan ini, Sunny.” Aku mengusap kepala Sunny yang menunduk. Aku hanya bisa bersantai sambil terus memperhatikan mereka.Altair menghembuskan napasnya dari mulut, dia melakukannya sangat baik, saat aku melihatnya, dia telah mencapai tingkat yang lebih tinggi dibandi
Semua tombak es yang dibuat oleh Harzem bergerak dengan sangat cepat. Lalu menusuk sasarannya yang telah dia tandai dengan sihir air, membuat titik koordinat yang tidak akan bisa membuat sasarannya meleset. Satu panah bergerak dan semuanya bergerak, tubuh mereka terjatuh ke tanah bahkan tidak terdengar sama sekali suara dari mulut mereka. Dalam hitungan detik musuh telah tumbang, dan darah merembes ke tanah dan kering dengan cepat. Sesuatu yang aneh terjadi, suara ketenangan itu telah berubah menjadi situasi yang mencekam. Sosok yang besar muncul, dia memiliki sisik yang berkilau dan berwarna hitam. Bagian atasnya masih memiliki tubuh manusia. “Menjijikan sekali!” Altair berpura-pura muntah karena melihat pemandangan di depan kami. Tubuh besar berisik itu memiliki tubuh yang panjang dan ekor yang lancip. Dia adalah Duke Lexier yang berubah menjadi setengah ular. Mirip seperti Kakinya yang pernah aku kalahkan. “Itu wujud sebenarnya?” Harzem bicara dengan suara yang berat. Ekornya