Sejak masa remajanya, Afkar telah kehilangan kedua orang tuanya. Kemudian, dia mengalami penderitaan karena penyakit putrinya serta pengkhianatan mantan istrinya.Afkar telah merasakan betapa dingin dan kejamnya dunia ini. Dia memahami betul pasang surut hubungan antara manusia. Itu sebabnya dalam hal perasaan, dia cenderung bersikap posesif.Bagi Afkar, sumpah pernikahan ini bukan sekadar sebuah ritual, melainkan sebuah janji yang tidak berani diucapkannya dengan mudah.Selamanya? Apa Afkar mampu memenuhi janji ini? Dalam tiga tahun ke depan, kalau dia tidak bisa memperoleh kekuatan yang cukup untuk menandingi Keluarga Rajendra Kuno, Shafa akan mati. Bahkan, dirinya sendiri mungkin tidak akan bisa bertahan hidup."Aku ...." Afkar menatap mata indah Felicia yang menatapnya dengan tajam. Dia membuka mulutnya, tetapi alih-alih mengucapkan jawaban yang diharapkan semua orang, dia justru berkata dengan penuh keseriusan, "Aku akan ... menghargai setiap hari yang kuhabiskan bersama istriku!"
Saat berikutnya, Felicia menarik napas dalam-dalam dan berusaha membuat ekspresinya tetap setenang mungkin.Felicia berucap, "Bukan apa-apa. Barusan aku cuma merasa mual. Aku takut akan muntah di atas panggung. Sekarang, aku sudah baik-baik saja kok. Ayo, kita kembali. Bagaimanapun juga, selesaikan pernikahan ini. Jangan biarkan para tamu mentertawakan kita!"Afkar menatap Felicia dan entah kenapa hatinya terasa sesak. Dia bisa merasakan dengan jelas bahwa di antara mereka berdua, seolah tiba-tiba muncul sebuah dinding tak kasatmata yang memisahkan mereka. Apa yang sebenarnya terjadi?Apakah semua ini hanya karena Afkar sempat ragu saat menjawab tadi? Mungkinkah ada alasan lain? Afkar sama sekali tidak bisa memahami apa yang ada di dalam pikiran Felicia saat ini."Oh, satu lagi! Setelah pernikahan ini selesai, beberapa hari ke depan kita cerai saja. Nanti, kita cari alasan yang masuk akal. Kamu juga tolong kerja sama, bantu aku kasih penjelasan pada orang tuaku," lanjut Felicia dengan
Malam itu, di sebidang tanah kosong yang sunyi dan terpencil.Di pinggir jalan, sebuah van diparkir. Tiba-tiba, suara motor terdengar di kejauhan. Seorang pria yang mengendarai motor, datang ke tempat ini di tengah malam yang sunyi. Orang itu adalah Jerry.Begitu mendekat, lampu depan van berkedip dua kali seolah-olah memberikan isyarat. Jerry langsung memarkir motornya, membuka pintu van, dan masuk ke dalam.Di dalam mobil, David yang duduk di kursi penumpang depan menoleh ke belakang dan menyapanya dengan senyum ramah, "Sudah datang?"Jerry tersenyum. Suaranya penuh nada menjilat ketika berucap, "Ya. Kak, gimana? Tugas yang aku lakukan hari ini cukup bagus, 'kan?"David menepuk bahunya dan berkata sambil tersenyum, "Bagus!"Mata Jerry langsung berbinar-binar. Dia berkata penuh harap, "Kalau begitu ... sisa bayarannya, kapan bisa aku terima?"Tepat setelah kata-kata itu keluar, lengan kuat tiba-tiba melilit lehernya dari belakang. Dalam sekejap, napas Jerry tersumbat. Lehernya seolah
Afkar menatap tulisan rapi di halaman buku harian itu. Hatinya dipenuhi rasa rindu yang mendalam terhadap orang tuanya.Setelah menutup buku harian itu, Afkar menghela napas dan berkata dengan suara pelan tetapi penuh keteguhan, "Bu ... anakku sudah ditakdirkan untuk memikul kutukan ini. Mana mungkin aku bisa hidup dengan tenang sepanjang hidupku?""Mungkin ... ini memang sudah suratan takdir! Aku akhirnya tetap melangkah ke jalan ini! Tapi kalau ini memang takdirku ... takdir Shafa ... takdir keluarga kita ... aku nggak akan menerimanya begitu saja! Aku akan bertarung sekuat tenaga untuk mengubah takdir ini!" ucap Afkar.Keesokan harinya setelah mengantar Shafa ke sekolah, Afkar seperti biasa mengemudikan mobilnya untuk menjemput Felicia ke kantor.Meskipun mereka sudah berencana untuk bercerai dalam beberapa hari ke depan, sebelum itu terjadi, Felicia tidak ingin ada orang yang menyadari perubahan dalam hubungan mereka.Setidaknya, mereka masih perlu berpura-pura di depan Harun dan G
Tatapan Afkar menjadi makin serius. Pria tua berjubah merah di hadapannya ini bukan hanya memiliki kekuatan yang tak bisa diukur, tetapi juga memancarkan niat membunuh yang sangat mengerikan. Orang ini benar-benar ingin menghabisinya.Dengan suara berat, Afkar bertanya, "Siapa kamu sebenarnya?"Hantu Senyap menyeringai jahat, lalu membalas, "Siapa aku? Kamu membunuh muridku, tapi sudah lupa begitu saja?"Mata Afkar memicing. Dalam sekejap, sebuah nama muncul dalam benaknya. Dia pun bertanya, "Kamu ... guru dari Pencabut Nyawa?"Aura kejahatan yang menyelimuti tubuh pria ini sangat mirip dengan Pencabut Nyawa. Hal itu membuat Afkar langsung bisa menebak hubungannya dengan orang itu."Karena kamu sudah tahu, bersiaplah untuk mati!" Begitu kata-katanya selesai, Hantu Senyap langsung menerjang ke arah Afkar. Tubuhnya diselimuti aura ganas yang mengerikan.Dengan satu gerakan, Hantu Senyap mengayunkan telapak tangannya yang bercahaya merah dan dipenuhi energi sejati yang pekat, seolah-olah
Seiring dengan suara benturan yang dalam, tubuh Hantu Senyap langsung terlempar ke belakang. Namun hanya dalam sekejap, mata Afkar dipenuhi keterkejutan yang mendalam. Perasaan tak berdaya yang luar biasa menyelimuti hatinya.Hantu Senyap mendarat di tanah. Tubuhnya terdorong mundur beberapa langkah sebelum akhirnya berdiri tegak kembali. Di wajahnya, terlukis keterkejutan yang sama. Sekilas, rona merah yang tidak sehat muncul di wajah tuanya.Serangan Teknik Resonansi Bumi yang digabungkan dengan pukulan penuh tenaga Afkar benar-benar berhasil melukai Hantu Senyap, meskipun hanya sedikit.Ekspresi kaget dan marah muncul di wajah Hantu Senyap. Dia berucap sambil tersenyum bengis, "Aku nggak sangka, kamu bahkan bisa melukaiku meskipun kita terpaut satu tingkat besar dalam kultivasi. Bagus sekali! Ini jadi makin menarik. Membunuh seorang genius sehebat kamu, rasanya lebih puas! Hahaha!"Usai Hantu Senyap berkata demikian, angin dingin berembus. Disertai dengan tawa melengking yang menyer
"Keluarga Samoa?" Hantu Senyap mendengus dingin setelah mendengar kata-kata itu. Ekspresinya penuh penghinaan ketika melanjutkan, "Hmph! Cuma keluarga seni bela diri kecil yang nggak berarti. Aku sarankan kamu jangan ikut campur! Di belakangku, ada Sekte Kartu Hantu!"Mendengar itu, alis Varel sedikit berkerut. Dia berucap, "Sekte Kartu Hantu?"Di dalam matanya, terlihat secercah kehati-hatian. Sekte Kartu Hantu adalah sekte kuno seni bela diri yang sesungguhnya. Sebagian besar anggotanya adalah kultivator jalur sesat yang kejam dan selalu haus darah.Bahkan, dikabarkan bahwa Ketua Sekte Kartu Hantu adalah seorang kultivator tingkat inti emas yang benar-benar menakutkan. Jika dibandingkan dengan sekte semacam itu, Keluarga Samoa sama sekali bukan tandingan mereka.Afkar yang masih duduk di tanah memandang Varel dengan sorot mata yang rumit. Setelah merasakan bahwa pria tua ini sedikit ragu, dia pun menghela napas dalam hati.Afkar tidak menyangka bahwa mantan Kepala Keluarga Samoa akan
Ucapan itu di akhir mengandung makna yang lebih dalam. Hantu Senyap juga menangkap pesan tersembunyi dalam kata-kata Varel. Anak ini punya dukungan di belakangnya?Hantu Senyap berpikir sejenak, lalu merasa memang ada kemungkinan besar. Kalau tidak, bagaimana mungkin seorang pemuda yang baru berusia 20 tahunan bisa mencapai tingkat pembangunan fondasi? Jika benar begitu, dia harus lebih berhati-hati.Hantu Senyap mulai merasa ragu. Ditambah lagi dengan kehadiran Varel di sini, membunuh Afkar saat ini memang mustahil. Itu sebabnya, dia pun mengambil langkah mundur dengan bijaksana.Hantu Senyap akan melihat situasi tujuh hari lagi. Jika benar Afkar memiliki latar belakang yang kuat, dalam tujuh hari seharusnya dia sudah berhasil menghubungi keluarganya.Saat itu tiba, walaupun muridnya mati percuma, Hantu Senyap hanya bisa menerimanya. Namun, kalau ternyata Afkar tidak punya dukungan apa pun ....Dengan pikiran seperti itu, Hantu Senyap melirik Afkar dengan tatapan dingin yang tajam seb
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari
Saat ini, Afkar, Rose, dan Lena perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan. Arisa memandang mereka dengan tatapan dingin. Matanya yang penuh kebencian itu tertuju pada Afkar!Sementara itu, Zinia hanya mengangguk ringan, lalu bertanya dengan nada datar, "Ada apa kalian kemari?"Meskipun kata-katanya terdengar biasa saja, tatapannya justru diam-diam berhenti pada pedang yang ada di tangan Afkar. Di dalam hatinya, mulai muncul berbagai dugaan.Tak lama kemudian, Afkar melangkah maju ke depan meja lalu dengan tenang meletakkan Pedang Es Jiwa di atas meja.Melihat itu, Zinia tetap memasang wajah tenang. Dia bertanya datar, "Afkar, apa maksudmu melakukan ini?"Afkar membalas sambil tersenyum, "Tampaknya Pedang Es Jiwa ini sejak awal memang sudah dipersiapkan khusus untuk Nona Arisa dari sekte kalian, 'kan?"Mendengar ucapan itu, Zinia sedikit berdeham. Kemudian, dia menjawab dengan serius, "Itu adalah hadiah bagi peserta yang meraih peringkat pertama dalam uji coba ini. Karena kamu yang mera
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih