Semua orang yang mendengar Keluarga Sanjaya datang langsung mengira bahwa mereka datang dengan niat buruk.Di sisi lain, Erlin menyeringai dingin. Raut wajahnya penuh ejekan ketika berucap, "Haha. Aku sudah bilang, pernikahan ini pada akhirnya cuma akan menjadi sebuah lelucon!"Saat berikutnya, Erlin segera melangkah maju untuk menyambut Arwan. Dia berujar sambil tersenyum, "Pak Arwan, kamu sudah datang."Arwan mengangguk ringan dan membalas sapaan, "Bu Erlin."Erlin lalu menangkupkan kedua tangannya dengan sikap hormat. Tiba-tiba, wajahnya menjadi serius. Dengan suara lantang, dia menyatakan, "Pak Arwan, kebetulan sekali kamu datang hari ini, jadi aku akan berbicara dengan jelas di hadapanmu!""Mulai saat ini, Felicia dan keluarganya sudah bukan bagian dari Keluarga Safira lagi. Apa pun yang ingin kalian lakukan terhadap mereka, Keluarga Safira nggak akan ikut campur! Demikian pula kalau Keluarga Sanjaya mau bertindak, aku harap kalian nggak akan menyeret Keluarga Safira ke dalam masa
Saat ini, bisa dikatakan bahwa Harun dan Gauri sungguh terkejut sekaligus sangat gembira. Arwan adalah ayah Noah. Sekarang, dia malah datang membawa bawahannya hanya untuk memberikan hadiah pernikahan? Apa artinya ini?Selama ini karena Noah tertarik pada Felicia, Keluarga Sanjaya bagaikan awan hitam yang terus menggantung di atas kepala Felicia dan keluarganya.Felicia telah berjuang sekuat tenaga dan juga melakukan segala cara untuk melawan takdir yang ingin menjeratnya.Namun hari ini ketika Felicia menikah dengan Afkar, ayah Noah justru hadir dalam pernikahan ini bahkan dengan membawa hadiah untuk mereka. Dalam sekejap, awan gelap yang selama ini menyelimuti hidup mereka seolah-olah tersapu bersih.Apakah ini berarti Noah dan Keluarga Sanjaya sudah menyerah? Mereka mengakui hubungan Felicia dengan Afkar, bahkan menunjukkan sikap bersahabat terhadap mereka.Harun dan Gauri sadar bahwa semua ini pasti karena Afkar. Bagaimana bisa menantu mereka melakukan hal seperti ini?Hanya karena
Pada saat yang sama, mata banyak wanita yang hadir dalam acara ini juga tak kuasa berbinar-binar. Hari ini, Afkar benar-benar luar biasa. Wajahnya yang tampan dengan garis tegas yang maskulin, serta tubuh atletis yang sempurna, membuat jantung banyak wanita berdebar dan gelisah."Pak Afkar dan Nona Felicia benar-benar pasangan sempurna!""Setuju! Mereka sangat serasi!""Pria ganteng dan wanita cantik, sungguh pemandangan yang memanjakan mata! Hahaha ....""Cuma Pak Afkar yang pantas berdampingan dengan Nona Felicia yang begitu memesona!"Mendengar berbagai pujian dari para tamu, Harun dan Gauri merasa sangat bangga dan bahagia. Mereka menatap Afkar yang begitu gagah hari ini dengan sorot mata penuh kepuasan dan rasa sayang.Di tengah tatapan iri dan kagum dari para tamu, Afkar hanya menampilkan senyuman santai dan sedikit nakal. Dia menoleh ke samping, lalu menatap Felicia yang berjalan di sebelahnya. Untuk sesaat, hatinya bergetar.Kemudian, Afkar memuji dengan penuh keyakinan, "Sayan
Sejak masa remajanya, Afkar telah kehilangan kedua orang tuanya. Kemudian, dia mengalami penderitaan karena penyakit putrinya serta pengkhianatan mantan istrinya.Afkar telah merasakan betapa dingin dan kejamnya dunia ini. Dia memahami betul pasang surut hubungan antara manusia. Itu sebabnya dalam hal perasaan, dia cenderung bersikap posesif.Bagi Afkar, sumpah pernikahan ini bukan sekadar sebuah ritual, melainkan sebuah janji yang tidak berani diucapkannya dengan mudah.Selamanya? Apa Afkar mampu memenuhi janji ini? Dalam tiga tahun ke depan, kalau dia tidak bisa memperoleh kekuatan yang cukup untuk menandingi Keluarga Rajendra Kuno, Shafa akan mati. Bahkan, dirinya sendiri mungkin tidak akan bisa bertahan hidup."Aku ...." Afkar menatap mata indah Felicia yang menatapnya dengan tajam. Dia membuka mulutnya, tetapi alih-alih mengucapkan jawaban yang diharapkan semua orang, dia justru berkata dengan penuh keseriusan, "Aku akan ... menghargai setiap hari yang kuhabiskan bersama istriku!"
Saat berikutnya, Felicia menarik napas dalam-dalam dan berusaha membuat ekspresinya tetap setenang mungkin.Felicia berucap, "Bukan apa-apa. Barusan aku cuma merasa mual. Aku takut akan muntah di atas panggung. Sekarang, aku sudah baik-baik saja kok. Ayo, kita kembali. Bagaimanapun juga, selesaikan pernikahan ini. Jangan biarkan para tamu mentertawakan kita!"Afkar menatap Felicia dan entah kenapa hatinya terasa sesak. Dia bisa merasakan dengan jelas bahwa di antara mereka berdua, seolah tiba-tiba muncul sebuah dinding tak kasatmata yang memisahkan mereka. Apa yang sebenarnya terjadi?Apakah semua ini hanya karena Afkar sempat ragu saat menjawab tadi? Mungkinkah ada alasan lain? Afkar sama sekali tidak bisa memahami apa yang ada di dalam pikiran Felicia saat ini."Oh, satu lagi! Setelah pernikahan ini selesai, beberapa hari ke depan kita cerai saja. Nanti, kita cari alasan yang masuk akal. Kamu juga tolong kerja sama, bantu aku kasih penjelasan pada orang tuaku," lanjut Felicia dengan
Malam itu, di sebidang tanah kosong yang sunyi dan terpencil.Di pinggir jalan, sebuah van diparkir. Tiba-tiba, suara motor terdengar di kejauhan. Seorang pria yang mengendarai motor, datang ke tempat ini di tengah malam yang sunyi. Orang itu adalah Jerry.Begitu mendekat, lampu depan van berkedip dua kali seolah-olah memberikan isyarat. Jerry langsung memarkir motornya, membuka pintu van, dan masuk ke dalam.Di dalam mobil, David yang duduk di kursi penumpang depan menoleh ke belakang dan menyapanya dengan senyum ramah, "Sudah datang?"Jerry tersenyum. Suaranya penuh nada menjilat ketika berucap, "Ya. Kak, gimana? Tugas yang aku lakukan hari ini cukup bagus, 'kan?"David menepuk bahunya dan berkata sambil tersenyum, "Bagus!"Mata Jerry langsung berbinar-binar. Dia berkata penuh harap, "Kalau begitu ... sisa bayarannya, kapan bisa aku terima?"Tepat setelah kata-kata itu keluar, lengan kuat tiba-tiba melilit lehernya dari belakang. Dalam sekejap, napas Jerry tersumbat. Lehernya seolah
Afkar menatap tulisan rapi di halaman buku harian itu. Hatinya dipenuhi rasa rindu yang mendalam terhadap orang tuanya.Setelah menutup buku harian itu, Afkar menghela napas dan berkata dengan suara pelan tetapi penuh keteguhan, "Bu ... anakku sudah ditakdirkan untuk memikul kutukan ini. Mana mungkin aku bisa hidup dengan tenang sepanjang hidupku?""Mungkin ... ini memang sudah suratan takdir! Aku akhirnya tetap melangkah ke jalan ini! Tapi kalau ini memang takdirku ... takdir Shafa ... takdir keluarga kita ... aku nggak akan menerimanya begitu saja! Aku akan bertarung sekuat tenaga untuk mengubah takdir ini!" ucap Afkar.Keesokan harinya setelah mengantar Shafa ke sekolah, Afkar seperti biasa mengemudikan mobilnya untuk menjemput Felicia ke kantor.Meskipun mereka sudah berencana untuk bercerai dalam beberapa hari ke depan, sebelum itu terjadi, Felicia tidak ingin ada orang yang menyadari perubahan dalam hubungan mereka.Setidaknya, mereka masih perlu berpura-pura di depan Harun dan G
Tatapan Afkar menjadi makin serius. Pria tua berjubah merah di hadapannya ini bukan hanya memiliki kekuatan yang tak bisa diukur, tetapi juga memancarkan niat membunuh yang sangat mengerikan. Orang ini benar-benar ingin menghabisinya.Dengan suara berat, Afkar bertanya, "Siapa kamu sebenarnya?"Hantu Senyap menyeringai jahat, lalu membalas, "Siapa aku? Kamu membunuh muridku, tapi sudah lupa begitu saja?"Mata Afkar memicing. Dalam sekejap, sebuah nama muncul dalam benaknya. Dia pun bertanya, "Kamu ... guru dari Pencabut Nyawa?"Aura kejahatan yang menyelimuti tubuh pria ini sangat mirip dengan Pencabut Nyawa. Hal itu membuat Afkar langsung bisa menebak hubungannya dengan orang itu."Karena kamu sudah tahu, bersiaplah untuk mati!" Begitu kata-katanya selesai, Hantu Senyap langsung menerjang ke arah Afkar. Tubuhnya diselimuti aura ganas yang mengerikan.Dengan satu gerakan, Hantu Senyap mengayunkan telapak tangannya yang bercahaya merah dan dipenuhi energi sejati yang pekat, seolah-olah
Gedung TV adalah bangunan tertinggi di sekitar kawasan itu, di mana menjulang puluhan meter ke udara. Di atasnya, beberapa helikopter tempur berputar-putar mengawasi situasi dengan siaga penuh.Di dalam helikopter, beberapa penembak jitu terbaik sudah mengarahkan bidikan mereka ke arah atap, tepat pada sosok Hantu Senyap yang duduk di sana.Mereka telah menerima perintah dari Daru, yaitu tembak dan bunuh target begitu ada kesempatan. Namun bagi para penembak jitu, mereka merasa tak perlu menunggu kesempatan lagi.Target mereka sama sekali tidak bersembunyi ataupun mencari perlindungan, bahkan tidak menyandera siapa pun sebagai tameng. Dari posisi mereka, kepala pria itu bisa ditembak kapan pun."Mungkin ini pertama kalinya dia melakukan aksi kriminal? Sama sekali nggak punya pengalaman menghadapi penembak jitu. Gampang sekali menembaknya," gumam salah satu penembak jitu dengan nada meremehkan. Tanpa ragu, dia langsung menarik pelatuk.Dor!Suara tembakan menggema di udara. Peluru memel
Hantu Senyap berucap, "Afkar, kamu pasti mengenali siapa yang ada di tanganku, 'kan? Kalau nggak mau istri dan anakmu mati, segera datang ke gedung stasiun TV. Aku kasih kamu waktu tiga jam. Kalau kamu nggak muncul setelah itu, aku akan bunuh mereka berdua!""Dasar pengecut! Kamu pikir dengan bersembunyi dan membuatku nggak bisa menemukanmu, aku akan melepaskanmu begitu saja? Kalau kamu memang punya nyali, jangan keluar! Aku akan mempersembahkan istri dan anakmu sebagai tumbal untuk muridku! Hahaha ...." Hantu Senyap memanfaatkan stasiun TV untuk mengancam Afkar secara langsung.Saat ini di seluruh penjuru kota, dari jalanan hingga gang-gang kecil, banyak layar publik menayangkan siaran langsung ancaman Hantu Senyap. Kejadian ini langsung menimbulkan kehebohan dan membuat seluruh kota gempar!"Apa yang terjadi?""Siapa pria itu? Berani sekali bertindak terang-terangan begini! Dia nggak takut polisi turun tangan?""Orang bernama Afkar itu benar-benar pengecut! Istri dan anaknya sudah di
Di dalam studio siaran langsung, penanggung jawab yang melihat rekannya mati dengan darah mengalir dari tubuhnya, terlihat sangat ketakutan. Tanpa berani membantah, dia mengangguk berulang kali dan menuruti perintah Hantu Senyap, "Oke! Oke ... tolong jangan gegabah ...."Para staf lainnya juga langsung kembali ke posisi mereka. Tidak ada satu pun yang berani menentang Hantu Senyap.....Di sebuah jalanan Kota Nubes, di dalam sebuah mobil bisnis berlapis kaca film hitam, seorang pria dengan ekspresi tegang sedang duduk diam. Dia adalah David. Di sekelilingnya, ada beberapa anak buahnya.Hingga kini, mereka masih belum bisa sepenuhnya tenang. Raut wajah mereka menunjukkan sisa ketakutan yang mendalam. Setelah mengatur napasnya, David menggertakkan giginya lalu menghubungi Noah melalui telepon."Gimana? Kamu sudah bunuh anaknya Afkar? Kapan kamu akan membawakan Felicia untukku? Hmm?" Suara Noah terdengar dari ujung telepon. Nada bicaranya dipenuhi kegelisahan dan harapan besar, seolah-ola
Saat tetes terakhir dari air spiritual berubah menjadi energi spiritual dan sepenuhnya diserap oleh Afkar, akhirnya dia membuka matanya dan menghentikan jalannya Mantra Roh Naga.Dalam kondisi pengamatan internal, Afkar bisa merasakan bahwa di dalam perutnya, pusat energi miliknya kini telah mendekati bentuk padat.Jika pusat energi pada tingkat pembangunan fondasi tahap menengah diibaratkan seperti bola air yang berubah menjadi merkuri, kini pusat energinya sudah seperti merkuri yang makin kental dan berubah menjadi zat seperti pasta kental. Itu sudah hampir mencapai bentuk padat.Tidak hanya itu, tubuh Afkar juga mengalami peningkatan kekuatan yang luar biasa. Meridian di dalam tubuhnya kini melebar secara signifikan, bahkan menjadi lebih kuat dan fleksibel.Di dalam meridiannya, aliran energi sejati yang berputar terasa makin padat dan bertenaga. Energinya mengalir deras seperti gelombang sungai yang tak terbendung.Mata Afkar berkilat tajam. Di dalam tubuhnya, dia bisa merasakan en
Felicia berpikir dalam hatinya, andai saja Afkar yang berengsek itu bisa sesederhana anaknya.Saat itu, Shafa tiba-tiba teringat pada ayahnya. Tatapannya dipenuhi kecemasan ketika bertanya, "Mama Felicia, apa ... apakah Papa benar-benar nggak menginginkan Shafa lagi?"Felicia mengusap lembut kepala bocah itu. Dia berbicara sambil tersenyum menenangkan, "Mana mungkin? Itu cuma omong kosong dari orang jahat. Papamu pasti akan segera kembali! Nggak peduli apa yang terjadi, satu hal yang pasti adalah dia nggak akan pernah meninggalkan anak kesayangannya.""Ayo pergi, kita harus keluar dari sini!" Sambil berkata begitu, Felicia menggenggam tangan mungil Shafa dan bersiap untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Bagaimanapun juga, bangunan terbengkalai ini bukan tempat yang aman untuk mereka tinggali lebih lama.Terlebih lagi, Jimat Pencabut Nyawa milik Shafa sudah digunakan. Setelah menyaksikan sendiri betapa luar biasanya kekuatan benda itu, Felicia justru merasa sedikit menyesal.Sebelu
Suara benturan keras menggema di udara. Kata "mati" yang seolah memiliki wujud nyata menghantam tubuh Serigala Liar dengan kekuatan luar biasa.Tubuh Serigala Liar yang merupakan seorang ahli tingkat revolusi itu langsung terlempar ke belakang dengan kecepatan tinggi, bagaikan anak panah yang memelesat.Brak!Serigala Liar menabrak dan menembus sebuah dinding sebelum akhirnya jatuh ke tanah dengan keras.Begitu tubuhnya menyentuh tanah, ahli yang telah dibayar 400 miliar oleh David untuk menjadi pembunuh bayaran ini langsung memuntahkan darah yang bercampur dengan potongan organ dalamnya.Saat berikutnya, tubuh Serigala Liar menegang dan kakinya menendang ke atas sekali, lalu dia pun mengembuskan napas terakhirnya. Nyawanya sudah melayang!David yang menyaksikan kejadian itu langsung membelalakkan matanya. Anak buahnya pun sama terkejutnya.Dalam sekejap, sekelompok pria bersenjata itu mundur dengan panik. Mereka segera menjauh dari Felicia dan Shafa. Apa-apaan ini? Seorang ahli tingka
Shafa berdiri di sana. Tubuh mungilnya terlihat begitu kesepian dan terlantar. Sepasang mata besarnya yang biasanya begitu cerah, kini seolah kehilangan sinarnya dan benar-benar redup.Di dalam mata Shafa, kabut air mulai menggenang. Saat berikutnya, air matanya yang berukuran besar mulai berjatuhan dan menetes satu per satu. Tadi saat menghadapi orang-orang jahat ini, saat berhadapan dengan moncong pistol, Shafa sama sekali tidak menangis.Namun sekarang, saat melihat ibunya meninggalkannya tanpa sedikit pun rasa belas kasihan, untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang masih belia, Shafa memahami apa itu kesedihan yang sesungguhnya.Ayahnya sudah menghilang dan sekarang ibunya juga tidak menginginkannya lagi. Apakah itu berarti Shafa kini menjadi anak yang tidak diinginkan oleh siapa pun?Melihat Shafa yang menangis begitu pilu, hati Felicia terasa nyeri dengan cara yang sulit diungkapkan.Di sisi lain, seseorang malah berbicara, "Eh? Kamu menangis? Aduh, kasihan banget. Tenang saja.
Menurut David, sebenarnya dia tidak perlu sampai membunuh Freya untuk membungkamnya. Bagaimanapun, Freya sendiri ikut terlibat dalam semua kejahatan ini.David yakin bahwa wanita itu tidak akan sembarangan membuka mulut. Lagi pula, riwayat Afkar pasti sudah tamat kali ini. Apa yang masih perlu ditakutkan?David sudah memutuskan bahwa setelah semuanya beres, dia pasti akan mendapatkan Freya dan bersenang-senang dengannya. Kini, Afkar si Bajingan itu menghilang entah ke mana. Tidak jelas apakah dia sudah dibunuh orang atau sedang bersembunyi karena ketakutan.Meskipun David tidak bisa membalas dendam langsung pada Afkar, bisa bermain-main dengan mantan istrinya saja sudah cukup memuaskan baginya."Apa? David, ka ... kalian benaran ingin membunuh anakku?" tanya Freya dengan raut wajah penuh kebingungan dan ketidakpastian setelah mendengar percakapan tersebut.David menyeringai sambil balik bertanya, "Menurutmu?"Wajah Freya berkedut beberapa kali. Dia bertanya dengan nada cemas dan penuh
Ekspresi Felicia langsung berubah. Tanpa ragu, dia merobek tali yang mengikat tangan dan kakinya, lalu menerjang ke arah pengawal bersenjata!Orang-orang Fadly sudah dihabisi. Dia tahu tidak ada lagi yang bisa diharapkan! Dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri!Setelah menjalani pelatihan dasar selama beberapa waktu, tubuh Felicia jauh lebih kuat dari orang biasa, setara dengan seorang petarung fisik.Jelas sekali, David dan anak buahnya sama sekali tidak menyangka bahwa wanita cantik dan anggun seperti Felicia ternyata memiliki kekuatan seperti itu.Makanya, mereka hanya mengikatnya dengan tali biasa. Bagi Felicia, merobek tali semacam itu bukanlah masalah!Dor! Felicia menabrak pengawal bersenjata dengan keras. Hampir bersamaan, suara tembakan terdengar!Karena tubuhnya kehilangan keseimbangan, peluru itu melesat ke langit-langit rumah, menyebabkan pecahan semen dan debu berjatuhan.Saat itu, Shafa menatap Freya yang berdiri melindunginya, lalu menoleh ke arah Felicia yang beran