"Kak Afkar ...." Fadly sungguh tak berdaya."Beri tahu aku, kamu di mana?" sela Afkar langsung. Kali ini, Fadly akhirnya menjawab dengan suara rendah, "Di Klub Golden.""Oke, aku segera ke sana! Sebelum aku sampai, jaga dirimu baik-baik." Afkar mengingatkan."Baiklah." Fadly hanya bisa tersenyum getir."Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Felicia yang mendekat dengan ekspresi cemas. Dia sangat dekat dengan adiknya. Jika Fadly dalam masalah, dia tentu panik."Nggak apa-apa. Aku antar kamu pulang dulu. Aku akan pergi melihatnya." Afkar mencoba menenangkan."Aku ikut!" seru Felicia langsung.Mendengar ini, ekspresi Afkar menjadi serius, "Untuk apa? Nanti malah tambah repot. Ini urusan pria."Afkar memegang tangan Felicia. "Percayalah padaku, aku pasti akan memastikan adik kita aman."Ekspresi Felicia sontak berubah. Pada akhirnya, dia mengangguk dan berkata, "Ya sudah, aku percaya padamu."Felicia adalah wanita yang bijaksana. Meskipun cemas, dia tidak bisa membantu apa-apa. Jika dia ikut
Saat mendengar ucapan itu, Farel dan Barra sama-sama menunjukkan ekspresi yang tidak setuju."Kamu bilang Afkar? Karen, kamu terlalu menganggap tinggi Afkar! Memangnya Afkar bisa apa dalam situasi pertempuran seperti ini?" Farel tertawa dan menggeleng."Benar, Bu Karen. Afkar nggak akan bisa mengubah apa-apa kalau sendiri saja." Nada bicara Barra terdengar merendahkan. Karena kejadian yang menimpa Musaf, Farel dan Barra menjadi tidak menyukai Afkar."Kalau seseorang bisa mengalahkan semua ahli Keluarga Safira dengan kekuatannya sendiri, kamu rasa apa yang nggak bisa dilakukannya?" tanya Karen dengan serius.Setelah mendengar ini, Farel pun tidak bisa menahan tawanya. "Karen, apa yang kamu bicarakan? Ada yang bisa mengalahkan semua ahli Keluarga Safira dengan kekuatan sendiri? Mana mungkin?"Barra menggeleng. "Kalau Afkar bisa meminta bantuan dari Panglima Daru, aku rasa situasi bisa berbalik. Tapi, mana mungkin Panglima Daru ikut campur dalam konflik dunia mafia? Jadi, Afkar nggak akan
Di Klub Golden, semua tamu sudah diusir oleh anak buah Fadly untuk menghindari adanya korban jiwa.Kelab yang dulunya terlihat megah kini menjadi redup, seakan-akan sudah dekat dengan kehancuran.Semua pintu keluar di gedung ini telah dikepung oleh para ahli Keluarga Safira. Tidak ada yang bisa keluar lagi.Renhad membawa lebih dari dua puluh ahli Keluarga Safira beserta anggota untuk memblokir seluruh pintu kelab.Di antara para ahli ini, ada empat yang kekuatannya sama seperti Melvin, yaitu tingkat gulita. Sisanya adalah ahli tingkat eksplisit. Di kota besar, kekuatan seperti ini sangat menakutkan.Sebagai keluarga besar yang terkemuka di Kota Nubes, malam ini Keluarga Safira benar-benar menunjukkan kekuatan mereka."Fadly, keluar kamu!" teriak Renhad dengan penuh percaya diri. Ekspresinya dipenuhi kebanggaan, seolah-olah dia akan duduk di takhta dan menjadi raja dunia hitam baru di Kota Nubes.Erlin sudah memutuskan untuk mendukung Renhad menggantikan posisi Fadly. Itu sebabnya, Ren
Hinaan seperti ini akan membuat Fadly tidak bisa bangkit lagi untuk seumur hidup."Menyerah bapakmu! Aku cuma mau mengikuti Kak Fadly!" hardik Jarel tiba-tiba. Dia langsung mengeluarkan pisaunya."Kamu ingin kami mengikutimu? Jangan mimpi!""Sekalipun mati, kami tetap akan mengikuti Kak Fadly!"Para pengikut Fadly turut bersuara untuk mengungkapkan kemarahan mereka."Hahaha ...." Renhad bukan hanya tidak marah, tetapi juga tergelak. Kemudian, dia menunjuk Jarel dan lainnya sambil menatap Fadly dengan ekspresi mengejek."Fad, lihat dulu para bawahanmu. Mereka setia sekali. Masa kamu tega membiarkan mereka mati begitu saja? Kamu rasa satu perintah dariku sudah cukup untuk membunuh belum?"Begitu mendengarnya, para pengikut Fadly justru bersikap makin tegas. "Kamu kira kami bisa ditakuti?""Aku sudah lama berkecimpung di industri ini! Aku nggak takut mati!""Aku sudah lama mengikuti Kak Fadly. Kak Fadly berjasa besar bagiku. Kalau nggak ada Kak Fadly, ibuku pasti sudah lama meninggal.""M
Farel melirik ke arah kerumunan, tetapi tidak menemukan Afkar."Jangan salah paham. Aku kemari cuma untuk menonton pertunjukan. Hehe." Farel terkekeh-kekeh. Dia mendapati Afkar tidak berada di sini.Setelah mendengarnya, Renhad merasa agak lega. Kemudian, dia bertanya dengan tegas, "Kalau begitu, kenapa kamu membawa begitu banyak orang kemari? Jangan-jangan kamu ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan di tengah perselisihan internal ini?""Asal kamu tahu, Sekalipun aku menghabisi Fadly, pasukanku nggak bakal menderita kerugian. Kalau kamu berani mencari kesempatan, kita bakal sama-sama rugi. Ini nggak ada untungnya bagimu."Farel tertawa dan menyahut, "Sudah kubilang, aku cuma datang untuk menonton pertunjukan." Kemudian, dia melirik Fadly dengan tatapan nakal. "Aku dan Fadly sudah bermusuhan selama bertahun-tahun. Sebentar lagi dia akan jatuh. Aku tentu harus melihatnya dong! Hahaha!"Renhad terkekeh-kekeh mendengarnya. "Kuharap begitu."Di sisi lain, ekspresi Fadly dan para bawah
Lantas kenapa Afkar malah datang sendirian?Tebersit kilatan dingin pada tatapan Farel. Dia teringat pada pesan Bayu sehingga berkata dengan nada datar, "Pak Afkar, aku bisa membantu Fadly kali ini kalau kalian butuh bantuan. Asalkan dia memanggilku Kak Farel dan membawa bawahannya mengikutiku, aku jamin mereka semua akan selamat hari ini.""Aku juga bisa membagi beberapa wilayahku kepadanya supaya dia masih bisa menjadi pemimpin. Gimana?"Begitu mendengarnya, ekspresi Fadly langsung menjadi masam. Dia memekik dengan marah, "Farel, jangan mimpi! Aku nggak mungkin mengakuimu sebagai kakak atau bosku!""Fadly, sekarang kamu sudah jatuh. Ini adalah pilihan terbaik untukmu," ujar Farel.Sementara itu, Renhad berkata dengan wajah murung, "Pak Farel, sepertinya kamu benaran ingin ikut campur urusan kami."Viola menggertakkan giginya dan menegur, "Pak Farel, sebaiknya jangan ikut campur urusan orang lain."Jesslyn tampak cemas. Dia khawatir Farel akan memerintahkan pasukannya untuk menyerang
"Aku ngerti. Aku nggak bilang kamu memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Hanya saja, kamu memang nggak perlu repot-repot."Afkar mengangguk, lalu meneruskan dengan serius, "Tentunya, kalau kamu punya niat lain hari ini, kamu bisa bergabung dengan Renhad untuk melawan kami. Nggak masalah."Begitu mendengarnya, ekspresi Farel langsung menjadi suram. Dia mendengus dengan kuat. "Pak Afkar, kali ini kamu agak keterlaluan."Barra yang berdiri di samping menggertakkan giginya dan menyahut, "Kamu bilang bergabung dengan Renhad untuk melawanmu? Pak Afkar, kamu sangat nggak tahu diri.""Pak Farel, karena Afkar begitu nggak tahu diri, untuk apa membantunya lagi? Kita bawa saja pasukan kita pergi dari sini!"Renhad pun tersenyum dingin melihat situasi yang memanas. Tadi Farel terlihat seperti ingin ikut campur. Hal ini membuat Renhad agak khawatir.Bahkan dalam hatinya, Renhad sudah menyusun rencana. Jika Farel bersikeras membantu Afkar dan Fadly, Renhad akan membawa pasukannya pergi dan melep
Daripada Afkar berjuang sampai mati untuk dirinya, Fadly lebih memilih menyerah!Saat ini, Afkar mendekati para ahli Keluarga Safira. Fadly hanya bisa menyaksikan dengan tidak berdaya.Sosok yang tegap itu kini malah terlihat kecil dan lemah. Fadly merasa terharu, tetapi dia tidak ingin Afkar mempertaruhkan nyawa untuknya.Namun, tiba-tiba terdengar suara Afkar yang lantang dan tegas. "Fadly! Ingat baik-baik! Manusia harus berjuang di kehidupannya! Kalau kehilangan keberanian sekali, kamu akan menjadi lemah untuk selamanya!"Dengan tatapan mendominasi, Afkar mengamati sekeliling. Kemudian, dia meneruskan dengan nada meremehkan, "Lagian, sekelompok orang ini cuma manusia lemah! Mereka nggak bakal bisa apa-apa!"Ucapan Afkar ini sontak membuat hati Fadly bergetar. Dia merasa darahnya bergejolak hebat.Sejak kecil, Fadly dimanjakan dan hidup dalam kemewahan. Meskipun menjadi pemimpin mafia selama bertahun-tahun, dia tidak pernah bertarung mati-matian. Dengan kata lain, Fadly belum pernah
Pertempuran sengit di depan mata, tetapi pelukan Afkar terasa seperti dunia lain. Keluar dari pelukan ini sama dengan memasuki neraka! Di dalam pelukan ini seperti rumah yang tenang!Entah berapa lama kemudian, akhirnya sekeliling menjadi tenang. Felicia merasa dirinya telah diturunkan. Seketika, kedua matanya terbuka. Semua orang yang berada di sisi lain juga menunjukkan ekspresi terkejut dan ngeri.Terlihat semua petarung berpakaian hitam itu kini telah menjadi mayat! Cara mati mereka hampir sama!Lutut mereka remuk, kaki mereka tertekuk ke belakang, sebuah pedang tertancap di atas kepala mereka! Dengan sekilas pandang, terlihat banyak mayat berlutut dengan pedang tertancap di tubuh mereka!Semua orang tercengang. Devi, Jeremy, kru film, bahkan orang-orang dari butik, semuanya merinding!Selain Devi yang masih membenci Afkar, semua wanita di sana memandang sosok tegap di kejauhan itu dengan rasa hormat dan kagum."Inilah yang disebut petarung sejati!""Entah kenapa, pemandangan ini n
Melihat pemandangan itu, semua orang yang ada di lokasi langsung menarik napas panjang dengan tubuh gemetar.Gerakan Afkar yang cepat, bersih, dan penuh kejam membuat semua orang merasa terkejut sekaligus ngeri. Bahkan, ekspresi Felicia yang berdiri di belakangnya sempat berubah saat melihat aksi tersebut.Saat berikutnya, para petarung berbaju hitam yang akhirnya tersadar dari keterkejutan, mulai berteriak penuh amarah dalam bahasa Sakura yang tidak dimengerti. Dengan ekspresi penuh kebencian, mereka menyerang Afkar serentak.Masing-masing dari mereka memancarkan aura membunuh yang begitu mengerikan. Suhu udara di sekitar bahkan langsung turun drastis."Tanah ini sudah sejak lama bukan lagi milik kalian. Orang-orang Sakura seperti kalian nggak boleh bertindak sewenang-wenang! Matilah!" Afkar mengucapkan kalimat itu dengan dingin. Wajahnya yang tegas dan berkarisma terlihat makin serius dan memancarkan aura mematikan.Setelah teriakan penuh kekuatan itu, Afkar segera menggendong Felici
Dalam sekejap, kilatan tajam dari bilah pedang bersinar terang. Para tamu tak diundang itu serempak menghunus pedang mereka dan mengeluarkan suara yang menusuk telinga. Saat berikutnya, suasana penuh dengan niat membunuh yang mencekam."Semua orang, angkat tangan dan berlutut di tanah! Kalau nggak, kalian akan mati!" Pemimpin para petarung itu berseru dengan suara kasar menggunakan bahasa Yanura yang terdengar sangat kaku.Kerumunan saling memandang dengan ekspresi ketakutan. Hanya saja saat mereka masih ragu dan panik, kilatan pedang yang mematikan memelesat dengan cepat.Dengan satu tebasan, pemimpin petarung itu menebas kepala salah satu anggota kru hingga terlepas dari tubuhnya. Darah menyembur ke segala arah dalam pemandangan yang mengerikan."Aaarghhh!""Mereka membunuh orang!"Jeritan langsung memenuhi udara dan menggema di seluruh area. Barulah semua orang sadar, pedang yang mereka bawa bukanlah properti palsu. Itu adalah senjata mematikan yang bisa membunuh manusia."Diam! Lak
Para pengawal Devi mulai bergerak. Wajah mereka menunjukkan niat tidak baik. Mereka perlahan mengepung Afkar dari berbagai arah.Jeremy baru saja tersadar dari keterkejutannya. Dia menatap Afkar dengan pandangan penuh niat buruk. Auranya langsung berubah dan memancarkan tekanan yang tajam.Selama ini, Jeremy selalu mengaku dirinya adalah ahli seni bela diri sejati. Itu memang tidak sepenuhnya salah. Namun, kekuatannya hanya sebatas pada tingkat kausa tahap akhir.Meski begitu, Jeremy merasa mampu mengalahkan orang biasa dengan kemampuannya, bahkan pasukan khusus standar. Itu sebabnya, dia sangat percaya diri dan menganggap dirinya seorang ahli sejati.Devi yang licik memerintahkan para pengawalnya, "Kalian semua mundur. Biar Jeremy saja yang membantuku kasih dia pelajaran!"Kemudian, Devi menatap Jeremy dengan penuh keyakinan sambil berucap, "Jeremy, kamu harus bantu aku melumpuhkannya!"Harus diakui, Devi adalah wanita yang licik. Jika pengawalnya yang bertindak dan Afkar sampai terlu
Jeremy tertawa dingin sambil berbicara, "Devi adalah artis kesayangan Pak Cello. Kalian sebaiknya jangan cari masalah!"Meskipun terpesona oleh kecantikan Felicia, Jeremy tetap setia kepada Devi. Kebetulan dia juga sedang mengejarnya belakangan ini. Jika bisa menjalin hubungan dengan Devi, nama Jeremy pasti akan makin populer berkat perhatian yang didapatkan dari artis terkenal itu.Andri melambaikan tangannya dengan tidak sabar. Dia mengusir dengan suara makin keras, "Cukup! Latar belakang Nona Devi bukanlah sesuatu yang bisa kalian lawan. Cepat pergi, jangan bikin masalah di sini!"Pada saat itu, pemilik butik gaun pengantin mendekati mereka. Dia coba membujuk dengan nada penuh kekhawatiran, "Pak Afkar, Nona Felicia, gimana kalau ... kita pergi saja?"Devi yang melihat itu pun tersenyum sinis. Dengan sikap arogan, dia mengangkat dagunya ke arah Felicia lalu mengejek, "Hmph! Kalau pintar, cepat pergi! Jangan kira karena kamu sedikit cantik, semua orang akan menuruti keinginanmu!"Seba
Mereka bilang waktu mereka sangat berharga, tetapi pada akhirnya hanya untuk menghadiri makan siang biasa?Sementara itu, Felicia sedang sangat sibuk mengurus masalah perusahaan dan akhirnya berhasil menyisihkan waktu untuk sesi foto pre-wedding. Kenapa mereka yang harus mengalah? Apakah waktu orang lain tidak berharga?Mendengar ucapan Afkar, semua orang langsung menoleh ke arahnya. Pihak butik gaun pengantin jelas merasa canggung. Sementara itu, kru produksi dan Andri dari kawasan wisata memandang Afkar dengan tatapan tidak ramah.Andri sontak mengernyit. Nada bicaranya tegas dan dingin ketika bertanya, "Pak, apa kamu nggak kenal Nona Devi? Dia adalah salah satu bintang papan atas di negeri ini! Dia nggak punya banyak waktu untuk menunggu, jadi kami harap kamu bisa bekerja sama!"Devi adalah seorang aktris yang dalam beberapa tahun terakhir melejit namanya. Dengan wajahnya yang memiliki kecantikan klasik serta dipadukan dengan riasan dan gaya pakaian yang tepat, penampilannya di laya
Ketika Afkar dan Felicia tiba, staf dari butik pengantin juga sudah berada di lokasi. Setelah berkomunikasi dengan petugas kawasan wisata dan membayar biayanya, rombongan mereka menuju ke sebuah danau di dalam kawasan itu untuk melakukan pemotretan di tepiannya.Staf butik pengantin mendirikan sebuah tenda sementara menggunakan kain layar, untuk memudahkan Afkar dan Felicia berganti pakaian serta dirias.Tak lama kemudian, Felicia keluar dari tenda dengan mengenakan gaun putih yang terbuka di bagian punggung. Gaun itu membalut tubuhnya dengan sempurna, menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah dan menggoda.Pinggangnya yang ramping, lengkungan tubuhnya yang luar biasa, dan kakinya yang jenjang semuanya terlihat begitu menawan.Felicia yang biasanya tampil alami dan hanya menggunakan produk perawatan seperti tabir surya, kini tampil dengan riasan elegan yang membuat kecantikannya semakin memukau.Afkar menatap Felicia dengan mata terpaku dan tidak bisa mengalihkan pandangannya sama sekali
Saat Afkar, Felicia, dan Harun keluar dari kediaman lama keluarga, mereka melihat Jesslyn berjalan masuk bersama paman ketiga, paman keempat, dan bibi Felicia."Kak Harun, Felicia? Untuk apa kalian datang ke sini?" tanya bibi Felicia begitu melihat mereka.Sebelum Harun dan Felicia sempat menjawab, Jesslyn sudah mendengus dingin dan berkata, "Kalian nggak tahu, ya? Mereka bawa Afkar untuk mengobati Ibu. Apa ini bukan berniat buruk namanya?""Aku dan suamiku sudah panggil Dokter Jovian yang terkenal itu, tapi apa yang terjadi? Afkar bilang dia bisa mengobati, lalu Dokter Jovian pergi karena marah dan menyerahkan Ibu untuk diobati sama Afkar.""Hari ini semua sudah lihat sendiri, 'kan? Kalau nanti terjadi sesuatu sama Ibu, itu pasti karena Afkar yang mengobatinya. Hmph!"Mendengar hal ini, paman ketiga, paman keempat, dan bibi Felicia langsung mengerutkan alis mereka"Dokter Jovian? Maksudmu Dokter Jovian, ahli pengobatan tradisional yang terkenal itu? Afkar bisa lebih hebat daripada Dok
"Hehehe .... Begitu Afkar melakukan perawatan, dia hanya akan mempercepat kematian Nyonya Erlin. Pada hari ketujuh, Nyonya Erlin pasti akan meninggal! Saat itu, bukan lagi soal Afkar dan Felicia yang membuat Nyonya Erlin marah sampai meninggal, tapi Afkar yang secara langsung menyebabkan kematiannya!""Kalau kalian mengatur ini dengan baik, kalian bahkan mungkin bisa membuatnya masuk penjara! Hahaha ...."Awalnya, Jovian tidak ingin menerima pekerjaan ini. Namun, setelah mengetahui bahwa keluarga Renhad ingin menjebak Afkar dan Felicia, dia setuju. Kejadian saat dia gagal menyembuhkan penyakit aneh Randy di Keluarga Suryo dan bahkan harus berlutut memohon bantuan Afkar, menjadi aib besar baginya.Jovian bersumpah untuk membalas dendam atas penghinaan tersebut.Mendengar hal ini, Jesslyn yang tadinya cemas dan marah, langsung merasa lega. Wajahnya menunjukkan ekspresi kejam dan penuh ejekan."Ternyata begitu! Jovian memang luar biasa! Kali ini, kita harus memastikan bocah itu dapat gan