Afkar langsung mengenali dokumen itu! Bukankah ini perjanjian pernikahan palsu yang pernah ditandatangani Felicia bersamanya? Namun kenapa sekarang ... dia malah merobeknya?"Eh, maksudmu apa? Apa kamu merasa aku melayanimu kurang baik dan ingin mengakhiri ini semua?" Afkar mengernyitkan dahi. Wajahnya tampak rumit, tidak mengerti kenapa mendadak perjanjian itu disobek."Dasar bodoh!" Felicia mendelik sebal, lalu berkata dengan nada dingin, "Luangkan waktumu sore ini. Kita pergi beli pakaian pernikahan dan perhiasan.""Eh ...." Afkar terpana lagi. Namun setelah menyadari maksudnya, senyum tipis langsung muncul di wajahnya. "Oh, jadi maksudnya mau meresmikan aku, ya?"Wajah Felicia yang cantik memerah seketika, rona merah merayap hingga ke pipinya. "Jangan sok tahu! Siapa juga yang mau meresmikanmu?! Itu cuma kemauan ayah dan ibuku. Ini cuma untuk membuat mereka senang!"Afkar tertawa kecil, lalu berkata santai, "Oke, oke. Kalau begitu, kita harus melakukannya dengan serius, 'kan?""Ber
Menikah ... dengan pria ini? Pada saat itu, hati Felicia terasa kacau. Namun, ketika dia menoleh ke arah Afkar yang berdiri di sampingnya, entah kenapa hatinya tiba-tiba menjadi tenang. Bayangan pangeran berkuda yang dulu dia impikan perlahan mulai menyatu dengan sosok pria di hadapannya ini."Nggak apa-apa! Ayo, kita masuk untuk milih gaun pengantin!" Dengan senyuman lembut di wajahnya, mata Felicia tampak sedikit merah dengan kilau yang hampir tak terlihat.Pada momen itu, hati Afkar terasa seperti tertusuk sesuatu. Dia terpana. Dalam sekejap, Felicia terlihat begitu memesona hingga membuatnya tenggelam dalam keindahan tersebut.Namun, momen hangat itu mendadak pecah oleh suara nyaring yang tak diundang. "Wah, kak Felicia? Bawa cowok ini untuk milih gaun pengantin, ya?"Mendengar suara itu, Felicia dan Afkar langsung mengernyitkan dahi. Ekspresi keduanya memancarkan kejengkelan."Ya. Kami akan menikah. Bukankah aku baru saja mendapatkan perusahaan farmasi? Ayah dan ibuku bilang ini s
"Aku punya uang, tapi apa salahnya kalau istriku sendiri membelikan pakaian untukku?" jawab Afkar dengan kesal.Viola mendengus sinis. "Kamu punya uang? Kalau kamu punya uang, itu juga dari Felicia! Kamu nggak malu, ya? Hidup dari uang perempuan, tapi masih bisa membanggakan diri! Aku benar-benar nggak ngerti, kenapa perbedaan antara laki-laki bisa sejauh ini?"Setelah itu, dia melirik Felicia dengan seringai penuh kemenangan. "Kak Felicia, kamu mungkin belum tahu, tapi aku juga akan bertunangan! Yuvan melamarku kemarin.""Oh, siapa Yuvan?" kata Felicia dingin."Dia adalah putra pemilik Grup Giok Dikara, perusahaan batu giok terbesar di Provinsi Jimbo. Kekayaan keluarganya puluhan triliun. Biarpun perusahaan farmasi kecilmu itu sukses besar, butuh berapa tahun untuk mengejar Keluarga Gupita?" ucap Viola.Wajah Felicia tetap tenang. "Kalau butuh waktu lama, biarlah. Itu hasil usaha kami sendiri. Keluarga pacarmu bukan berarti kekayaan itu milikmu. Kenapa bangga sekali?""Haha! Ini pasti
Namun begitu Yuvan datang, dia langsung bersikap sangat sopan kepada Afkar dan Felicia!Ketika Yuvan mengatakan bahwa dirinya dan Felicia adalah sekeluarga, Viola malah mengira Yuvan sedang berusaha menjaga harga diri Viola agar hubungan kerabat mereka tidak terlihat terlalu buruk. Karena itu, dia buru-buru menjauhkan diri dari Felicia dan Afkar."Kamu dengar itu? Keluarganya dan keluarga kami sudah saling bermusuhan!" Afkar tersenyum tipis sambil menatap Yuvan.Wajah Yuvan langsung berkedut beberapa kali. Sialan! Apa maksudnya ini? Viola bilang dia bermusuhan sama Afkar? Kalau begitu, jika dirinya terus bersama Viola, bukankah itu berarti dirinya juga ikut bermusuhan dengan Afkar? Itu benar-benar cari mati!Hubungannya dengan Viola dimulai ketika Viola mengajukan ide pertunangan. Viola berpikir bahwa kekayaan Lukman, ayah Yuvan, yang mencapai puluhan triliun, ditambah Yuvan sebagai anak tunggal, akan membuatnya mendapatkan setengah dari kekayaan itu setelah menikah. Bahkan jika Keluar
"Ayo, Felicia, kita masuk dan pilih gaun pengantin!" Afkar mencibir sedikit sambil mengajak Felicia.Felicia melirik Viola yang masih terduduk di lantai, tetapi dia tak lagi mempedulikannya. Dia langsung mengikuti Afkar menuju butik gaun pengantin. Felicia sama sekali tidak hormat lagi terhadap keluarga pamannya. Melihat Viola diputuskan begitu saja, dia juga tidak merasa simpati sedikit pun.Namun, di dalam hatinya, Felicia agak penasaran. Kenapa Yuvan bisa bersikap begitu hormat pada Afkar? Apa sebenarnya yang terjadi?"Afkar, tunggu saja! Aku pasti akan membuatmu membayar semuanya!" Viola menggertakkan giginya, wajahnya merah padam karena malu. Tatapan para pengunjung yang menatapnya membuatnya ingin segera menghilang dari sana. Kebencian terhadap Afkar semakin mendidih di hatinya."Baiklah! Tapi jangan lupa, kamu masih berutang memanggilku ayah!" Afkar tertawa dingin dan mengejeknya.Mendengar hal itu, wajah Viola memerah sampai ke telinganya. Dia sudah tidak tahan lagi dipermaluka
Afkar tersenyum kecil. "Tentu saja kita harus menemui nenekmu!"Meskipun Felicia mungkin tidak menyadari makna dari perkataan Viola tadi, Afkar sudah menyadari ada sesuatu yang tidak beres.Hari itu baru pukul tiga sore dan Felicia masih harus kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya. Setelah mengantarnya ke perusahaan, Afkar langsung menuju ke gerbang TK Asri untuk menjemput Shafa lebih awal.Begitu sekolah selesai, Afkar melihat segerombolan anak kecil berlarian keluar dengan penuh semangat. Dengan cepat, dia melihat sosok Shafa di antara kerumunan kecil itu."Papa!" Gadis kecil itu berlari ke arahnya dan menggenggam tangannya sambil tersenyum riang. Shafa tampak begitu bersemangat hari ini.Namun, Afkar langsung mengernyitkan dahi ketika melihat wajah Shafa. Dengan suara tegas tapi lembut, dia bertanya, "Sayang, kenapa wajahmu? Siapa yang mukul kamu?"Di pipi mungil Shafa, terlihat beberapa goresan, dan salah satu matanya tampak membiru. Luka itu membuat hati Afkar terasa
"Nggak apa-apa, Sayang. Paman-paman ini lagi syuting film laga!" Afkar bergegas menenangkan Shafa yang menangis ketakutan.Mendengar ucapannya, sekelompok preman langsung tertawa terbahak-bahak. Pria berambut kepang menyeringai sinis dan memaki, "Persetan sama syuting!"Selanjutnya, dia menunjuk Shafa dengan tongkat bisbol dan wajahnya penuh kekejaman. "Bocah, kenapa nangis? Setelah kuhajar ayahmu, aku akan menjualmu ke desa terpencil!"Ucapan itu membuat wajah Shafa pucat seketika. Gadis kecil itu langsung menggenggam Afkar lebih erat dan berusaha bersembunyi di pelukannya. "Papa ... Papa, mereka orang jahat!"Ucapan pria itu membuat sorot mata Afkar memancarkan hawa dingin yang mematikan. Namun, dia tetap menenangkan putrinya. "Nggak apa-apa, Sayang. Paman ini memang jago berperan jadi orang jahat. Tapi tenang saja, Papa ini pemeran utamanya. Papa akan mengalahkan mereka semua!"Shafa memandang ayahnya dengan mata yang berkaca-kaca, lalu bertanya dengan polos, "Benarkah?"Bam!Pada s
Ucapannya ini telah membangkitkan niat membunuh di dalam hati Afkar! Di detik berikutnya, Afkar berbalik menuju mobil, membuka pintu dengan tenang, dan tersenyum sambil mengelus kepala Shafa. "Sayang, Papa keren, 'kan?""Keren sekali! Papa hebat!" Namun tak lama setelah itu, Shafa menguap kecil. Matanya yang besar berkedip beberapa kali sebelum akhirnya tertutup, dan dia pun tertidur dengan damai.Afkar memastikan Shafa nyaman di kursinya, lalu menutup pintu mobil dengan hati-hati. Apa yang akan terjadi selanjutnya bukanlah pemandangan yang pantas dilihat oleh anak kecil.Dalam sekejap, Afkar mengentakkan kakinya di tanah. Jejak itu membentuk lekukan sedalam beberapa sentimeter, sementara tubuhnya memelesat seperti peluru ke arah pria berambut kepang."Mau mati, ya?! Aku ini ahli bela diri tingkat eksplisit! Kamu pikir dengan mengalahkan anak buahku, kamu bisa sesumbar di hadapanku?" Pria itu menyeringai licik sembari mengumpulkan kekuatan di tinjunya.Bam!Dalam sepersekian detik, ti
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari
Saat ini, Afkar, Rose, dan Lena perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan. Arisa memandang mereka dengan tatapan dingin. Matanya yang penuh kebencian itu tertuju pada Afkar!Sementara itu, Zinia hanya mengangguk ringan, lalu bertanya dengan nada datar, "Ada apa kalian kemari?"Meskipun kata-katanya terdengar biasa saja, tatapannya justru diam-diam berhenti pada pedang yang ada di tangan Afkar. Di dalam hatinya, mulai muncul berbagai dugaan.Tak lama kemudian, Afkar melangkah maju ke depan meja lalu dengan tenang meletakkan Pedang Es Jiwa di atas meja.Melihat itu, Zinia tetap memasang wajah tenang. Dia bertanya datar, "Afkar, apa maksudmu melakukan ini?"Afkar membalas sambil tersenyum, "Tampaknya Pedang Es Jiwa ini sejak awal memang sudah dipersiapkan khusus untuk Nona Arisa dari sekte kalian, 'kan?"Mendengar ucapan itu, Zinia sedikit berdeham. Kemudian, dia menjawab dengan serius, "Itu adalah hadiah bagi peserta yang meraih peringkat pertama dalam uji coba ini. Karena kamu yang mera
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih