"Besok, kamu datang ke perusahaan untuk menyelesaikan prosedur pengalihan saham! Semoga kamu nggak takut karma!" Erlin menggertakkan giginya sambil menunjuk Felicia dengan murka.Kemudian, Erlin menatap Afkar dengan tatapan suram. "Pecundang, pasti kamu dalang di balik semua ini! Kamu sangat ambisius. Kamu pasti ingin memanfaatkan cucuku untuk menguasai aset Keluarga Safira, 'kan?"Afkar menyunggingkan senyuman, lalu membalas, "Kamu berpikir terlalu jauh. Asal kamu tahu, aku nggak tertarik dengan aset Keluarga Safira."Afkar merasa lucu mendengar ucapan Erlin. Asal tahu saja, dia bahkan menolak 20% saham yang ditawarkan oleh Johan kepadanya. Aset Keluarga Safira masih tidak ada apa-apanya di mata Afkar."Hahahaha .... Sombong sekali! Uhuk! Uhuk, uhuk!" Erlin terbatuk setelah tertawa terbahak-bahak. Dia menutup mulutnya dengan sapu tangan. Terlihat noda darah di atasnya. Bisa dilihat bahwa Erlin terlalu emosional."Ibu, kamu baik-baik saja?" Harun bergegas maju untuk memapah Erlin.Namu
Afkar teringat bahwa istri Johan juga mengidap penyakit leukemia, jadi dia ingin membantu.Begitu mendapat kabar ini, Johan pun merasa sangat terharu. Hari itu juga, dia menyuruh putranya membawa istrinya kemari.Ketika mereka tiba di Kota Nubes, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Afkar menyuruh Jarel dan Elang membantu menjemput Shafa hari ini. Kemudian, dia pergi ke rumah Johan."Sayang, Cello, ini Dokter Afkar yang kuceritakan." Johan langsung memperkenalkan Afkar kepada istri dan putranya.Istri Johan punya paras yang cantik. Sayangnya, rambutnya rontok banyak. Dia juga terlihat sangat lesu. Sementara itu, Cello sangat berbakat dan rupawan."Dokter Afkar, untung saja ada obat darimu. Kalau nggak, aku pasti sudah mati," ucap Tessa dengan penuh rasa syukur sambil membungkuk memberi hormat.Cello juga segera memberi hormat. Kemudian, dia bertanya dengan penuh penantian, "Pak Afkar, kudengar kamu bisa mengobati penyakit ibuku? Apa itu benar?""Ya, kemungkinan sembuhnya 80%." Afkar t
"Oh ya, kalau bisa, bawa istrimu juga. Kita makan bersama," usul Alvin."Oke, aku tanya dia nanti," balas Afkar. Felicia sangat sibuk belakangan ini. Afkar tidak yakin Felicia punya waktu luang."Kalau begitu, Ruang Privat Damon Sriburasa nomor 6. Aku sudah pesan tempat. Jangan lupa datang ya! Jangan beri tahu orang tuaku juga! Hehe." Usai berpesan, Alvin mematikan panggilan.Afkar mengiakan, lalu berpamitan dengan Johan sekeluarga. Karena Alvin merahasiakan hal ini dari keluarganya, berarti dia juga tidak ingin Johan tahu. Jadi, Afkar tidak memberi tahu apa-apa.Kemudian, Afkar menelepon Felicia untuk menanyakan pendapatnya. Setelah Felicia menyetujuinya, Afkar pun membawanya ke Sriburasa.Begitu keduanya turun dari mobil, mereka melihat seorang wanita yang merias diri dengan sangat cantik. Wanita itu merangkul lengan seorang bule bertubuh tinggi.Ketika melihat Felicia, wanita itu tampak terkejut. "Feli? Kamu Felicia, 'kan?"Yola melambaikan tangan pada Felicia dengan ramah. Dia bera
"Di Yanura, nggak semua orang berpendidikan tinggi. Lagian, kamu sangat hebat. Kamu menguasai banyak bahasa."Kemudian, Yola berbicara kepada Felicia dengan nada menginstruksi, "Feli, lain kali atur gaya berpakaian suamimu supaya terlihat lebih keren. Memangnya kamu nggak malu jalan sama dia kalau penampilannya begini?"Bisa dilihat bahwa Yola memandang rendah Afkar. Yola memang cantik, bahkan dia dan Felicia sama-sama primadona kampus saat itu.Ketika kuliah, Yola memperkenalkan banyak pemuda kaya Magizta kepada Felicia. Dia ingin mengenal orang kaya yang sebenarnya melalui Felicia.Sayangnya, Felicia tidak tertarik pada mereka semua. Hal ini membuat semua usaha Yola sia-sia. Itu sebabnya, dia hanya bisa tertawa dalam hati melihat Felicia menikah dengan pria seperti Afkar.Afkar hanya menatap Yola dengan ekspresi datar. Ketika merasakan hinaan Yola, amarahnya mulai tersulut. Hanya saja, dia berusaha menahan diri karena Yola adalah teman Felicia. Lagi pula, mereka tidak akan makan bers
Franky juga membusungkan dada dengan bangga dan berkata, "Bu Felicia yang cantik, hari ini kami diundang ke sini, jadi sebenarnya kartu damon ini nggak perlu kugunakan. Kalau kamu butuh, aku bisa meminjamkannya padamu."Felicia menggelengkan kepalanya, "Nggak perlu, hari ini kami juga diundang seseorang."Setelah berkata demikian, dia berjalan cepat ke depan karena tidak ingin berurusan lagi dengan Yola dan Franky."Apa? Ada yang mengundang kalian?" Yola tertawa mengejek karena sama sekali tidak percaya dan bergegas mengejar mereka. Franky juga menyeringai dingin sambil mengikuti dari belakang!Karena diusir Afkar tadi, pria asing ini juga menyimpan dendam di hatinya dan ingin mempermalukan Afkar."Hei, jangan biarkan mereka masuk! Mereka pasti nggak punya kartu keanggotaan!" teriak Yola kepada sebaris pramusaji yang berdiri di sana.Begitu sampai di depan pintu, Felicia dan Afkar langsung dihentikan."Maaf, Pak, Bu, mohon tunjukkan kartu keanggotaan kalian! Kalau bukan anggota, nggak
"Kalau nggak punya ya sudah, kenapa nggak jujur saja? Apa semua orang Yanura sebegitu nggak jujurnya?" kata Franky sambil menyeringai dingin.Lanny ikut mencibir, "Afkar, kalau nggak punya kartu keanggotaan, cepat pergi saja! Jangan permalukan diri di sini! Jangan pikir cuma karena punya sedikit uang kotor, kamu bisa pergi ke mana saja dan pamer di mana-mana!""Kukasih tahu kamu, Sriburasa ini bukan tempat untuk kamu berulah! Orang-orang di balik tempat ini, kamu nggak akan sanggup menghadapinya!""Aku ini anggota VIP di sini! Lanny, kusarankan kamu jangan cari masalah! Panggil saja Manajer Jafar keluar!" ujar Afkar dengan tegas."Hah ... manggil manajer? Manajer kami itu sibuk sekali, kamu pikir bisa dipanggil semaumu? Kamu pikir kamu siapa?" tanya Lanny dengan nada penuh penghinaan.Yola tertawa terbahak-bahak, "Anggota VIP? Astaga! Felicia, pria macam apa yang kamu temukan ini? Berani sekali omong besar!""Bodoh dan sombong!" celetuk Franky sambil menyeringai dingin.Sementara itu,
Plak! Dengan sebuah tamparan keras yang bergema, Lanny terpelanting dan jatuh ke lantai. Tamparan Jafar benar-benar penuh tenaga, membuat kepala Lanny terasa pusing."Dasar buta! Pak Afkar ini memang benar anggota VIP di sini! Lanny, apa kamu sudah bosan hidup? Berani-beraninya kamu menghalangi Pak Afkar! Kenapa bisa ada orang seperti kamu yang nggak tahu tempat?""Pergi! Cepat bereskan barang-barangmu dan enyah dari sini! Jangan sampai aku melihat wajahmu lagi!" Jafar menunjuk ke arah Lanny sambil memaki dengan kasar.Melihat pemandangan ini, Yola dan Franky langsung terdiam! Para tamu yang menonton juga tampak terkejut bukan main.Apa? Pria ini ternyata benar-benar anggota VIP di Sriburasa?"Pak Afkar, maaf telah merepotkan Anda. Silakan masuk!" Jafar berbalik dengan wajah yang kini penuh dengan senyuman ramah. Dengan tubuh membungkuk penuh hormat, dia membuat gestur mempersilakan Afkar masuk. Sikapnya pada Afkar begitu hormat dan segan.Mana mungkin dia berani berlaku tidak sopan?
"Ini Reno dari Keluarga Manggala, ini Shila dari Keluarga Danurwan, dan ini adalah ...." Alvin dengan ramah menepuk kursi di sampingnya, memberi isyarat agar Afkar duduk di sana.Kemudian, dia memperkenalkan Sahira serta teman-teman lain yang hadir. Orang-orang ini semua adalah teman yang diundang Alvin. Mereka semua berasal dari keluarga berpengaruh dan berada di lingkaran pergaulan yang sama dengannya.Sebenarnya, Alvin awalnya berniat mengundang Afkar secara khusus, tetapi Sahira menyarankan untuk mengundang lebih banyak teman agar suasana tidak kaku. Tanpa banyak berpikir, Alvin pun menyetujui saran itu."Kak Afkar, Kak Felicia, maaf ya! Kita tunggu sebentar lagi baru mulai makan, masih ada teman yang mau datang!" jelas Alvin sambil tersenyum ramah."Nggak masalah, kami nggak buru-buru!" Afkar melambaikan tangannya dengan santai.Begitu perkataan itu selesai, pintu ruang VIP kembali terbuka. Seorang pria dan wanita masuk dari luar. Ternyata mereka adalah Yola dan Franky! Keduanya t
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari
Saat ini, Afkar, Rose, dan Lena perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan. Arisa memandang mereka dengan tatapan dingin. Matanya yang penuh kebencian itu tertuju pada Afkar!Sementara itu, Zinia hanya mengangguk ringan, lalu bertanya dengan nada datar, "Ada apa kalian kemari?"Meskipun kata-katanya terdengar biasa saja, tatapannya justru diam-diam berhenti pada pedang yang ada di tangan Afkar. Di dalam hatinya, mulai muncul berbagai dugaan.Tak lama kemudian, Afkar melangkah maju ke depan meja lalu dengan tenang meletakkan Pedang Es Jiwa di atas meja.Melihat itu, Zinia tetap memasang wajah tenang. Dia bertanya datar, "Afkar, apa maksudmu melakukan ini?"Afkar membalas sambil tersenyum, "Tampaknya Pedang Es Jiwa ini sejak awal memang sudah dipersiapkan khusus untuk Nona Arisa dari sekte kalian, 'kan?"Mendengar ucapan itu, Zinia sedikit berdeham. Kemudian, dia menjawab dengan serius, "Itu adalah hadiah bagi peserta yang meraih peringkat pertama dalam uji coba ini. Karena kamu yang mera
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih