Share

Bangkitnya Menantu yang Dianggap Parasit
Bangkitnya Menantu yang Dianggap Parasit
Penulis: Endah Tanty

BAB 1 Vitamin Yang Ternyata Pil KB

“Cepatlah beri cucu! Karena hanya seorang cucu yang bisa membuat aku menerimamu sebagai menantu. Jika kamu tidak bisa memberikan cucu padaku, Rendra akan menceraikanmu!”

Dada Maya bergemuruh mendengar ucapan ibu mertuanya. Baru beberapa menit yang lalu suaminya berangkat ke kantor, dan mertuanya itu langsung mencecarnya.

“Iya, Bu. Kami sudah berikhtiar setiap malam, demi memenuhi keinginan ibu,” kata Maya menahan perih di hatinya.

“Kamu beruntung karena dicintai dan dikagumi oleh putraku. Gadis yatim piatu sepertimu pasti bangga menjadi anggota keluarga Dermawan.”

Maya terdiam, kata-kata seperti itu selalu didengar oleh telinganya, seakan dirinya wanita yang tidak pantas bersanding dengan Rendra.

“Iya, Bu, aku sangat beruntung,” sahut Maya, berusaha tidak memasukkan ucapan ibu mertuanya ke dalam hati.

Ambar mendengus dan menatap Maya sinis. “Jangan hanya menjadi parasit di keluargaku, setidaknya kamu harus melahirkan keturunan keluarga Dermawan!” tegasnya.

Maya hanya bisa menunduk tidak berdaya.

Ambar hampir beranjak, tapi ia melihat Maya sekali lagi dengan tatapan menilai. “Satu lagi, perbaiki penampilanmu ini. Jangan membuat keluargaku malu dengan wajah kusam dan badan yang tidak terurus seperti itu!”

Maya tertegun. Tangannya terangkat untuk mengusap wajahnya yang berpoles makeup tipis, lalu melihat tubuhnya yang melebar dari hari ke hari.

Belakangan ini, Maya memang merasa perubahan pada tubuhnya. Ia tidak lagi langsing seperti dulu, wajahnya juga mendadak terlihat kusam. Padahal Maya selalu berhati-hati dan selektif dalam memilih kosmetik.

Maya menghela napas panjang. Tidak ingin pusing memikirkan penampilannya, ia segera bersiap pergi ke sebuah klinik kandungan.

Ia sudah ada janji dengan seorang dokter untuk memeriksa kesuburannya. Niatnya memeriksakan diri ke dokter tanpa sepengetahuan suaminya, karena Maya ingin memastikan kesuburan dirinya.

“Anda datang sendiri?” tanya seorang dokter di depannya.

“Untuk saat ini saya dulu yang diperiksa, saya hanya ingin memastikan apakah kesuburan saya ada masalah?”

“Bisa, Bu Maya, tapi alangkah baiknya, jika suami Anda juga sama-sama diperiksa.”

“Mungkin lain kali suami saya juga periksa.”

“Baiklah, kita mulai beberapa tes laboratorium,” kata dokter.

Kemudian dokter memulai memeriksa urine dan darah Maya. Hati wanita muda itu tidak tenang, ia takut dirinyalah yang bermasalah dengan kesuburan. Sebab sudah hampir satu tahun ia tak kunjung hamil.

“Besok hasil dari tes bisa diketahui Bu Maya,” ucap dokter.

Maya mengangguk dan beranjak pergi, dan berharap tidak terjadi sesuatu dengan rahimnya dan kesuburannya.

***

Malam ini, Maya dan Rendra pulang cukup larut karena menghadiri acara perjamuan bisnis suaminya di sebuah restoran mewah.

Seorang ART di rumah itu tergopoh-gopoh menghampiri Maya yang hendak masuk ke dalam kamar.

“Non Maya, jangan lupa minum vitaminnya,” kata wanita tua itu sembari menyodorkan sebuah pil berbentuk bulan dan berwarna putih serta segelas air putih.

Maya memang rutin minum vitamin atas perintah ibu mertuanya. Katanya, vitamin itu adalah suplemen khusus untuk meningkatkan kesuburan.

Maya mengangguk dan mengambil alih vitamin itu, lalu masuk ke dalam kamar. Baru saja mau memasukkan pil itu ke dalam mulut, tiba-tiba Rendra yang baru keluar dari kamar mandi langsung memeluk Maya, membuat pil di tangan wanita itu terjatuh dan terlempar entah ke mana.

“Kamu cantik sekali, Sayang,” bisik Rendra sambil melayangkan ciuman di leher sang istri.

Rendra membantu Maya melepas resleting gaunnya. Punggung mulus Maya yang terekspos itu selalu berhasil membuat Rendra selalu bergairah.

Terpantik sentuhan-sentuhan yang memabukkan, Maya sampai lupa dengan vitamin yang harus dia minum. Malam itu, ia dan Rendra terlibat gairah cinta yang membara sepanjang malam.

Pagi harinya, wajah Rendra dan Maya berseri setelah aktivitas keduanya semalam.

Seperti biasa, Rendra langsung ke kantor usai sarapan. Sedangkan Maya membantu membersihkan meja makan setelah kepergian sang suami.

“May, semalam kamu tidak lupa ‘kan, minum vitamin yang telah Bi Siti siapkan?” tanya Ambar begitu tiba di meja makan.

“Maya sudah minum, Bu,” bohong Maya. Tidak mungkin ia mengaku bahwa vitamin itu jatuh hingga tak terlihat. Ia tak ingin ibu mertuanya itu marah besar karena tidak melakukan apa yang diminta.

Ambar tersenyum simpul. “Itu vitamin supaya kamu cepat hamil, kamu masih ingat ‘kan, perjanjian kita? Jika dalam waktu satu tahun kamu tidak hamil, kalian harus berpisah. Biarkan Rendra menikah dengan wanita pilihanku.”

Maya menelan ludah pahit. “Maya masih ingat dengan kesepakatan itu,” katanya. Ia tak mungkin lupa, sebab hampir setiap hari Ambar mengatakan tuntutan dan ancaman yang sama.

Setelah selesai dengan pekerjaan rumah, Maya pergi ke klinik kandungan untuk mendapatkan hasil tes yang kemarin ia lakukan.

Di hadapannya, dokter yang kemarin memeriksanya, menyerahkan lembaran berkas dengan raut wajah serius.

“Bu Maya, bagaimana Anda akan cepat hamil, jika Anda mengkonsumsi zat yang mencegah kehamilan?”

Deg!

Jantung Maya seolah berhenti mendengar ucapan dokter itu. Wajahnya yang memucat tampak terkejut sekaligus bingung. “A-apa maksud Dokter?” tanyanya. “Saya hanya mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh mertua setiap malam.”

Dokter tampak menghela napas. “Dalam laporan hasil tes ini, menunjukkan jika dalam tubuh Bu Maya terdapat zat estrogen dan progesteron, kedua zat itu biasanya ada di obat pencegah kehamilan,” jelasnya.

Maya terdiam. Kepalanya berpikir dengan cepat. Hanya ada satu kemungkinan … dan itu membuat Maya marah sekaligus sedih.

‘Jadi selama ini aku mengkonsumsi pil kontrasepsi,’ batin Maya getir. ‘Sejak malam pertama pernikahanku, Bu Ambar sudah memberikan aku pil kontrasepsi dengan dalih memberiku vitamin supaya cepat hamil.’

Maya mengusap embun bening menumpuk sudut matanya. Pernikahan yang menurutnya sudah mendapatkan restu, ternyata ingin dihancurkan oleh mertuanya.

“Baiklah, Dokter, terima kasih atas penjelasannya,” kata Maya dengan suara parau.

“Iya, Bu Maya. Anda bisa datang lagi untuk konsultasi masalah program hamil, dan saya sarankan datang dengan suami Bu Maya, agar hasilnya lebih efektif,” saran dokter tersebut.

Namun, pikiran Maya sudah tidak berada di sana. Untuk apa melakukan program kehamilan apabila sejak awal ibu mertuanya tak ingin ia punya anak?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status