Ternyata bunyi peluit itu berasal dari security showroom.Security itu terlihat berjalan menghampiri Aliando yang menghentikan motor di tengah jalan. Lantas mengamatinya sambil berkacak pinggang."Mau ngapain kamu ke sini?!" Tanya Security itu. Tak ada kesan ramah di wajah maupun pada nada suaranya."Saya mau beli mobil, Pak." Jawab Aliando sambil melepas helm dan menaruhnya di spion motor.Security itu memicingkan pandangan, kembali mengamati Aliando."Orang kayak kamu, datang dengan mengendarai motor jelek, pakaian kumal dan murahan, bilang kalau mau beli mobil? Apa enggak salah?!""Memangnya kenapa, Pak? Kalau saya pake motor buntut dan berpakaian murahan? Yang penting kan, saya bisa beli mobil di showroom ini...""Enggak mungkin kamu bisa beli mobil di showroom ini. Jangan ngimpi kamu!""Beneran, Pak. Saya enggak boong. Saya ke sini itu karna beneran mau beli mobil!""Lebih baik kamu pergi aja dari sini! Jangan buat keributan!" Security itu mengusir Aliando. Mukanya garang."Saya
Aliando terenyuh dengan Sinta yang tetap profesional dalam bekerja. Maka, dia akan memberi reward kepadanya nanti.Bersamaan dengan Aliando yang akan mengikuti Sinta, ada pembeli lain yang terlihat memasuki gedung showroom, mengenakan jas rapi dan barang branded.Melihat hal itu membuat dua sales girl tadi seketika itu melebarkan matanya, bergegas menghampiri si pria tampan itu. Sekalian tebar pesona.Nah ini dia. Sudah dipastikan jika pria itu yang akan beneran bisa membeli mobil di showroom ini. Dari gayanya saja sudah sangat meyakinkan kalau dia itu pasti orang kaya raya. Batin mereka.Dalam hati mereka menertawakan apa yang dilakukan oleh Sinta karena telah melayani Aliando yang jelas-jelas tidak akan bisa membeli mobil.Namun Sinta tidak mempedulikan peringatan dari mereka.Dia tetap pada keputusan dan prinsipnya. Dia akan tetap melayani Alinado.Kini Aliando dan Sinta tengah berkeliling di ruangan itu, melihat-lihat mobil mewah yang nampak memanjakan mata.Sambil berjalan meliha
Seketika tubuh mereka bertiga terhuyung ke belakang setelah mengecek apa yang barusan dikatakan oleh Aliando di layar. Ternyata benar. Baru saja ada tranferan uang masuk ke dalam rekening showroom sebesar 23 miliar atas nama Aliando.Untuk waktu yang agak lama, mereka kompak menatap Aliando dengang pandangan kosong dan mulut yang terbuka lebar."Dan asal kalian tahu saja! Bahkan, Pak Aliando juga memiliki black card! Pak Aliando bukan lah orang sembarangan! Pak Aliando bukan orang yang bisa kalian singgung seenaknya!" Ucap Sinta geram kepada mereka bertiga. Meluapkan emosi yang sedari tadi dia tahan ketika melihat Aliando dihina-hina oleh mereka bertiga.Mendengar hal itu, membuat mereka semua kembali membelalakan matanya. Tenggorokan mereka juga mendadak kering. Bahkan mereka harus menelan ludah untuk membasahinya."Apa yang dikatakan Sinta itu memang benar ...kalau aku ...memiliki black card." Aliando berkata sambil menyeringai. Puas melihat mereka bertiga yang kini tengah terbeng
"Kalian sudah aku maafkan kok. Tenang saja. Tapi, aku enggak punya wewenang untuk membuat kalian supaya tidak dipecat. Karna ...aku bukan Boss kalian." Aliando tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya. Tidak mau tahu. Duduk di kursinya dengan gayanya yang santai. Aliando telah menjadi sosok baru yang dihormati di showroom itu.Deg!Nyaris saja mereka menghela nafas lega, senang, karena mendengar jika Aliando memaafkan mereka, namun tiba-tiba mereka kembali panik lagi, sedih, saat mendengar kalimat selanjutnya.Sepertinya Pak Aliando akan memberi mereka pelajaran.Rasanya kini mereka mau menangis saja. Nasib mereka telah berada di ujung tanduk.Ah, andai saja waktu bisa diputar. Pasti mereka tidak akan bertindak demikian.Aliando menarik punggung dari sandaran kursi, menatap mereka dengan tajam. "Boss kalian sudah memecat kalian. Jadi, terima nasib saja ya. Sayang sekali, aku enggak bisa bantu kalian. Siapa suruh kalian mencari gara-gara denganku. Jadi, sekarang, kalian bertiga sudah
"Ayo. Tunggu apa lagi, Pak? Lakukan sekarang! Bapak sendiri udah menyanggupinya ya! Malah menantang juga! Jangan sampai Bapak menjilat ludah sendiri!" Gertak Aliando saat mendapati security itu masih terdiam dengan sekujur tubuh gemetaran hebat. Tidak kunjung melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. "B-baik, Pak ..." Jawab security itu dengan tergagap pada akhirnya. Buru-buru melakukan hal itu.Akhirnya Security itu menjatuhkan diri di hadapan Aliando, dia beneran mencium kaki dan menjilati kaki Aliando.Yang lainnya, yang menyaksikan kejadian itu jadi semakin merinding dengan sosok Aliando.Kemudian, Security itu kembali memaki dan mengatai dirinya bodoh. Kini penyesalan langsung menyergap diri security itu bertubi-tubi."Sekali lagi saya minta maaf atas pelayanan yang sangat buruk yang Pak Aliando dapatkan dari showroom saya." Presdir kembali meminta maaf kepada Aliando atas pelayanan yang buruk."Sudah tidak apa-apa, Pak. Saya sudah cukup puas kok sekarang karena sudah membalas
Aliando mengatupkan rahang, berfikir.Apa sebaiknya dia meminta bantuan kepada anaknya Pak Irawan saja, mengatakan jika anaknya Pak Irawan kepada keluarganya sebagai teman konglomeratnya jika dia dapat melakukan hal-hal yang tidak bisa dipercaya lagi.Pasalnya Aliando berpura-pura bekerja menjadi pelayan di rumah makan milik temannya seperti apa yang dikatakannya kepada Nadine dan keluarganya. Dia akan pergi jika sehabis mengantar Nadine ke kantor dan baru pulang ketika sore hari. Sekalian menjemput Nadine. Karena untuk saat ini, Aliando memang sudah tidak perlu bersusah-susah bekerja yang dapat menguras keringat dan tenaga, karena dia sedang mempunyai uang 1 triliun yang Aliando saja sampai bingung bagimana cara menghabiskannya. Karena terlalu banyak. Apalagi kata Pak Irawan itu hanya uang saku saja.Bagimana nanti jika dia sudah resmi menjadi anaknya Tuan Aryaprasaja?Seketika bulu kuduk Aliando berdiri ketika memikirkan hal itu.Aliando juga masih menyembunyikan identitas asliny
Aliando tergelak, beberapa detik kemudian, emosinya meluap. Pasti Albert sudah meracuni pikiran kedua mertuanya.Arjuna beralih menatap Nadine yang berdiri di sebelah Aliando."Iya, kan, Nad? Benar apa yang dikatakan Pak Albert? Kalau Pak Albert itu enggak ngapa-ngapain kamu?!" Tanya Arjuna kepada Nadine. Hendak memastikan. Meskipun Arjuna dan Kinanti sudah mendengar cerita dari sudut pandang Nadine sebelumnya.Belum sempat Nadine menjawab pertanyaan sang Papa, Albert sudah bicara duluan."Nona Nadine...saya tidak ngapa-ngapain Nona Nadine, kan?" Tanya Albert.Albert cukup percaya diri jika Nadine akan berpihak kepadanya, karena setahu dia, Nadine sangat membenci dan tidak mencintai Aliando.Nadine terdiam untuk beberapa saat, tidak kunjung menjawab pertanyaan dari Papanya dan Albert.Nadine tidak ingat secara detail dengan kejadian setelah dia tak sadarkan diri karena pengaruh alkhohol.Namun, yang jelas, dia percaya dengan cerita Aliando yang mengatakan bahwa Albert hendak melakukan
"Aku tahu, Mama dan Papa enggak suka dengan Al. Tapi, apa Mama dan Papa enggak marah kalau tahu anaknya mau dilecehkan?!"Nadine menghentikan kalimatnya sejenak, kemudian menarik nafas, seakan ingin mengeluarkan sesuatu dari dalam dirinya."Aku...nyaris saja berakhir di tangan Pak Albert, Ma, Pa! Kalau saja Aliando enggak datang menyelamatkan aku!" Nadine berteriak dengan suara menggelegar. Arjuna dan Kinanti tercengang. Terdiam untuk beberapa saat. Kemudian menatap Albert.Sebenarnya Arjuna dan Kinanti percaya dengan Nadine. Tentu saja mereka akan percaya dengan anak sendiri. Tentu saja mereka juga marah besar jika mengetahui anaknya mau dilecehkan.Namun tidak dengan Aliando, mereka sama sekali tidak pernah percaya dengannya, mereka malah menganggap sikap Aliando yang mungkin sudah sangat keterlaluan kepada Albert dan membuatnya tersinggung.Sementara Albert semakin gusar karena takut jika perbuatannya akan dicurigai oleh Arjuna dan Kinanti. Takut jika mereka berdua akan berpih