Aliando menghembuskan nafas kasar. "Bukan begitu ...aku mengakui ...kalau Nona memiliki kemampuan bela diri yang bagus...aku tahu betul sejak kecil pasti Nona sudah berlatih bagimana caranya menjadi wanita tangguh."Bukannya senang mendapat pujian dari Aliando, Raisa malah jadi tambah kesal. Karena Raisa sudah terlanjur benci dengan Aliando.Itu sebabnya, apa pun yang dikatakan oleh lelaki itu, akan selalu salah di matanya. Mungkin sampai dirinya berhasil membalaskan perbuatan Aliando yang dilakukan kepada Ayahnya dulu, baru, dia akan melunak. "Cih. Aku enggak butuh pujian darimu!" Aliando mengedikan bahunya. Juga tidak peduli melihat respon Raisa. Yang penting, dia sudah bicara apa adanya. Jujur. "Seharusnya kita itu udah impas bukan, Nona? Bahkan, Ayah Nona yang lebih duluan memukuli Ayahku sampai masuk rumah sakit." "Itu karna Ayahmu berhutang sama Ayahku! Kalau enggak, mana mungkin Ayahku menyuruh anak buahnya untuk mengajar Ayahmu!" Sela Raisa. "Tapi, aku tidak terima
Disaat Raisa tengah dilanda kegelisahan dikarenakan sehabis menerima panggilan dari Ayahnya, Aliando memutuskan balik badan dan berjalan menghampiri Nadine. "Kamu...beneran enggak apa-apa, sayang?" Aliando mengamati Nadine dari atas sampai bawah. "Sebelum aku datang ke sini, mereka enggak ngapa-ngapain kamu, kan?" Tanya Aliando lagi. Hendak memastikan.Nadine menggeleng. Tersenyum. "Aku enggak apa-apa kok. Mereka cuma nyekap aku, terus mereka membawa aku ke sini, terus tubuhku diikat dan mulutku ditempelin lakban. Udah. Hanya itu aja. Mereka enggak sampai ngapa-ngapain aku yang gimana-gimana sih." Jelas Nadine. Aliando boleh merasa lega sebab Nadine tidak sampai diapakan-apakan oleh mereka. Ternyata ucapan Raisa memang benar adanya jika dia hanya menggunakan Nadine sebagai pancingan agar dirinya datang ke sini. Kalau seandainya sampai ada luka atau pun terjadi sesuatu pada Nadine, maka, Aliando tidak akan segan-segan membereskan orang-orang yang terlibat dalam penculikan Nadin
Raisa menatap Nadine. Dahinya langsung berkerut. Tertarik setelah mendengar ucapannya barusan."Maaf. Kamu belum tahu kalau suami kamu itu punya black card? Bagimana mungkin? Kamu kan ...istrinya..." Tanya Raisa. Heran. Tapi lagi-lagi intonasi suara di ujung kalimatnya jadi lirih. Tentu saja karena dia sudah agak mulai takut jika Aliando ternyata beneran bukan orang sembarangan. Nadine terdiam sebentar. Mendengus. Tak kunjung langsung menjawab.Dia agak merasa kurang nyaman mendapat pertanyaan seperti itu dari perempuan asing yang berani sekali mencari gara-gara dengan suaminya.Sebenarnya Nadine juga masih shock karena perempuan itu main menyerang Aliando begitu saja tadi."Iya. Aku belum tahu." Jawab Nadine setelah terdiam untuk beberapa saat dengan nada agak ogah-ogah an. Aliando memilin keningnya, berfikir dengan keras, tapi sepertinya dia harus berkata jujur kepada Nadine.Dia tidak bisa menyembunyikan identitasnya lagi kepada Nadine. Sudah saatnya Nadine tahu. Ya. Dia harus s
"Tuan Aliando...tolong jangan pergi dulu ya...saya mohon...karena Ayah saya meminta saya untuk menahan Tuan Aliando supaya tidak pergi dulu...Ayah saya sedang dalam perjalanan menuju ke mari dan sebentar lagi akan sampai...mohon ditunggu sebentar..." Kata Raisa. Raisa boleh merasa lega sekarang sebab ternyata Aliando belum pergi dari sini. Dia kira, Aliando beserta istrinya sudah pergi tadi. Aliando mengerutkan kening. Terdiam sejenak. Mau apa Pak Harry ke sini? Ada perlu apa dia dengan dirinya? "Ada perlu apa Ayahmu itu datang ke sini? Dan mau bertemu denganku?" Tanya Aliando. Raisa menggeleng. "Saya juga kurang tahu, Tuan. Ayah saya hanya berpesan seperti itu kepada saya." Aliando mengeraskan rahangnya, lantas mangguk-mangguk. "Baik lah. Aku akan menunggunya.""Terima kasih, Tuan."Aliando mendadak teringat sesuatu. Dia kembali menatap Raisa. Dia sampai melupakan soal ucapannya di atas tadi. "Nona mengenal Pak Irawan, bukan?" Tanya Aliando sambil menuding muka Raisa. R
"Siapa Aliando sebenarnya, Vid? Seperti apa yang tadi kamu bilang sama Raisa itu, kamu mengancam Raisa dengan bilang gini, kalau kamu tahu Al yang sebenarnya, maka, habis lah kamu." Nadine memperagakan apa yang dikatakan David kepada Raisa tadi. Yang jelas, Nadine telah menduga sekarang, kalau Aliando bukan lah orang sembarangan.Bukti Aliando mempunyai black card, sikap hormat dan sopan yang ditunjukan Raisa dan Ayahnya tadi, mengenai identitas Aliando yang ternyata bukan putra kandungnya Pak Damar, semakin menambah keyakinan Nadine. Ditambah Aliando yang berubah drastis sejak dua tahun yang lalu, dia tambah berani sekarang, jadi tidak takut menghadapi kedua orang tuanya, keluarganya, kerabatanya, serta beberapa orang penting dan kaya raya. Belakangan ini Aliando juga mampu melakukan hal-hal yang luar biasa, tidak bisa dipercaya, terkesan aneh, ganjil dan tidak masuk akal. Nadine menghentikan kalimatnya sejenak. Menarik nafas dalam lebih dulu sebelum kemudian melanjutkan kali
Aliando lalu menceritakan alasan lainnya yang membuatnya menunda memberitahu soal identitas dirinya yang sebenarnya kepada Nadine karena dia ingin membuat mertua, keluarga dan kerabatnya Nadine kaget, terkejut, bertanya-tanya, tidak menyangka kalau ternyata menantu yang selama ini mereka anggap sampah itu ternyata bisa melakukan hal-hal yang menurut mereka tidak bisa dirinya lakukan. Aliando ingin membalaskan rasa sakitnya yang dia terima selama dua tahun belakangan ini. Dia akan mulai membalas perbuatan mereka secara perlahan, tapi pasti. Aliando juga menjelaskan jika dia tidak bekerja di rumah makan milik David karena ya...dia sudah jadi orang kaya sekarang...dia adalah pewaris harta kekayaan keluarga Aryaprasaja yang merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia...yang tentu saja tidak perlu bekerja dengan mengandalkan tenaga keras bagai kuda lagi...karena dia telah dipersiapkan untuk memimpin perusahaan kedua orang tuanya dimasa mendatang. Bahkan, Aliando juga sudah diberi u
Arjuna dan Kinanti yang melihat mereka berdua terlihat cantik dan tampan malam ini tentu saja jadi kepo. Bertanya. Hendak pergi ke mana mereka?Pandangan mereka lalu jatuh pada tangan Aliando dan Nadine yang kini tengah menyatu. Terlihat erat dan mesra sekali.Hal itu membuat Arjuna dan Kinanti langsung mendengus kesal, tapi mereka tidak bisa berkata apa-apa. Aliando dan Nadine bilang jika mereka akan menghadiri sebuah acara. Kedua orang tua itu manggut-manggut begitu mendengarnya, namun tidak bertanya lebih. Seakan tidak punya pilihan, kalau pun melarang, pun pasti hasilnya akan sia-sia. Maka, mereka memilih membiarkan mereka pergi.Sejak mereka mengetahui jika ternyata Nadine sudah mencintai Aliando dan tidak mau bercerai dengannya, membuat sikap mereka berdua jadi acuh tak acuh. Karna sudah capek pula. Lelah menasehati Nadine.Mereka juga telah membuat kesepakatan dengan Nadine sebelumnya mengenai hal itu. Tapi Arjuna sempat mengeluh dan marah soal masalah pemutusan kerja sam
Kemudian, tatapannya beralih kepada kedua orang penting dan berkuasa di negara ini, bergantian. Aliando hanya mengulas senyum. Lantas mengangguk pelan sebagai balasan. "Ah, aku belum bilang sama kamu ya kalau kedua orang tua kandungku itu adalah Nyonya Kartika dan Tuan Aryaprasaja."Astaga. Nadine menghembuskan nafas dengan kasar. Dadanya terasa begitu sesak. Dia mendadak teringat dengan kejadian beberapa saat yang lalu. Soal sikapnya Pak Irawan terhadap Aliando. Pantas saja David dan Pak Irawan sangat menghormati Aliando. Seperti dengan atasannya saja. Pak Irawan dan David adalah orang kepercayaannya Tuan Aryaprasaja. Jadi, secara otomatis, Aliando menjadi atasanya mereka. Oh...oleh sebab itu, mereka bersikap sopan dan menghormati Tuan Mudanya. Ternyata mereka tidak hanya sebatas saling kenal saja, berteman, tapi lebih dari itu!Seketika bulu kuduk Nadine meremang saat mengetahui fakta mencengangkan itu. Nyonya Kartika dan Tuan Arya beralih menatap seorang perempuan yang ber