Raja Iblis melangkah maju diikuti Ling yang mundur teratur. Wanita itu mengayunkan pedang yang dia genggam ke arah pria manik mata merah. Sedikit pun pria itu tidak ketakutan, dia menghentikan langkahnya dan menepis pedang itu dengan tangan kosong. Tetesan darah mulai menetes dan membasahi lantai."Aku tidak percaya kau bisa berbuat seperti ini demi pria yang bahkan tidak pernah menganggap mu ada," ucap Raja Iblis memulai hasutannya.Ling menarik pedang dengan kembali menebas sosok pria berjubah hitam di hadapannya. Tetap sama, pria itu tidak bergeser sedikit pun."Akan lebih menarik jika kau menikah denganku, kita akan memimpin tiga dunia bersama. Tidak akan ada orang yang bisa menghentikan kita," Raja Iblis menatap tajam mata lebar yang menunjukkan kepedihan itu."Aku lebih baik mati dari pada harus menikah denganmu!" Ling mulai menyerang. Wanita itu menghunuskan pedang ke arah Raja Iblis.Karena kehilanghan kesabaran pria berjubah hitam itu mengeluarkan tenaga dalam dan membalas s
Raja Iblis membalikkan tubuhnya, dia menyerang Ling dengan kekuatan dalam. Karena kondisi yang melemah tubuh Ling kembali terhempas. Darah segar kembali keluar dari bibir tipis wanita itu. Longwei melangkah perlahan ke luar kamar, aura kekuatan begitu besar dan semua itu keluar dari tubuh Longwei."Malam ini kau harus membayarnya Iblis terkutuk!" ucap Longwei geram.Tubuh mengeluarkan energi yang cukup dahsyat. Angin yang sudah tenang berhembus lembut diiringi rintiknya air hujan. Sang naga terbang berputar-putar di langit.Raja Iblis mengerang kesakitan saat rintikan air hujan membasahi tubuhnya. Jantungnya berdenyut nyeri seolah di cengkram kuat."Sudah selesai," ucap Longwei tanpa ekspresi.Tangan Longwei di angkat ke atas. Cahaya biru mulai keluar dari tubuh Raja Iblis. Terdengar erangan yang begitu menyakitkan keluar dari mulut pria berjubah hitam itu.Di saat bersamaan, Jiali dan Wencheng tiba. Keduanya tercengang saat melihat Sang pemimpi kegelapan tak berdaya. Keduanya hendak
Ling baru terbangun, pandangannya tertuju pada cahaya mentari pagi yang menerobos lewat jendela. Dia segera bangkit dari ranjang setelah mengingat sesuatu."Ratu, kondisi Anda belum pulih, mohon istirahat," ucap salah satu pelayan istana."Dimana Baginda raja?" tanya Ling khawatir."Baginda meditasi di ruang pengasingan, untuk saat ini tidak ada satupun orang yang bisa masuk," "Baiklah kau bisa pergi!" Ling melempar pandangan ke arah lain.Kepalanya masih terasa sakit, begitupun tubuhnya. Dia berusaha bangkit dan melangkah mendekati jendela. Hembusan angin membawa kesejukan menentramkan hatinya.Sudah lama dia tidak menghirup udara segar seperti ini, terakhir kali saat dia berada di negara Qing. Itupun hanya sebentar.Sepertinya peristiwa semalam telah mengubah hawa negatif di negri Xuang. Saat dia pertama kali datang. Dia bisa merasakan energi negatif yang lebih dominan.Terdengar suara pintu terbuka, seorang wanita paruh baya berhamburan memeluk Ling. Tetesan air mata membasahi bahu
Ling masih terpaku. Dia berharap apa yang di dengarnya hanyalah sebuah mimpi buruk. Setelah semua yang terjadi, dia malah mendapat kabar kalau pria itu memilih pergi.Wanita itu bisa terima kalau dia dan Longwei tidak bisa bersatu. Dia juga menerima bagaimanapun kondisi pria itu, tapi semua terasa sia-sia.Senyum dan wajah cerah yang terpancar hilang sudah. Hatinya saat ini benar-benar hancur saat ini. Dia tidak bisa bertemu dengan pria yang di cintai itu."Dia ingin kau menjalani hidup dengan normal dan tidak terbebani dengan kehadirannya," Mingyu mulai menjelaskan.Mendengar itu Ling tersenyum kecut, dia menghapus buliran air mata yang perlahan menetes di pipi lembutnya."Dulu aku tidak percaya kalau cinta memang benar ada di dunia ini. Kalau memang ada cinta, kenapa ibuku dulu tega menyiksaku. Lalu Ayah, dia memilih banyak wanita dan bisa bebas memilih ingin bersama siapa." Air mata Ling terus rembes."Aku memutuskan untuk pergi ke hutan siluman, bukan tanpa maksud. Aku menghindar i
Mata Qing terbelalak saat melihat kondisi Longwei. Kobaran api membakar tubuhnya. Qing mencoba membantu temannya dengan tenaga dalam. Butuh waktu cukup lama baginya memadamkan api."Longwei, kau baik-baik saja?" Qing segera mebantu Longwei untuk bangkit.Perlahan Longwei membuka matanya. Tubuhnya di penuhi banyak luka bakar. Pria itu merintih kesakitan. Melihat ini Qing iba, dia tidak menyangka temannya akan melakukan hal demikian."Ling dan Qixuang adalah orang yang berbeda, kenapa kau melakukan hal seperti ini?" Qing memapah Longwei menuju tempat tidur yang terbuat dfari bambu dan tanpa alas kasur.Raja Iblis adalah takdir Ling. Setelah kepergiannya, Longwei tidak mau wanita yang dia cintai kesepian. Mungkin saat ini takdirnya adalah orang jahat, tapi masih ada cara untuk merubahnya bukan?Tidak ada salahnya sedikit berjuang untuk menebus kesalahannya pada Ling. Wanita itu sudah banyak berkorban untuknya."Kalau kau seperti ini bagaimana inti jiwa Iblis, jiwa terkutuk itu akan mendom
Dari kejauhan kabut putih yang menyelimuti permukaan laut perlahan memudar. Air yang tadinya tenang mendadak bergelombang. Terdengar suara kapan yang di perkirakan cukup besar. Mingyu sudah memberi aba-aba untuk bersiap. Naluri rubahnya sudah memberi insting kalau musuh mereka bukan sembarang.Mingyu melihat jauh ke arah laut, tampak seorang pria dengan tubuh tegap memakai topeng dan jubah yang berkibar di tabrak angin.Mata Mingyu menyipit, berusaha melihat dengan jelas keadaan kapal dan mencari tau seberapa banyak musuh yang akan mereka lawan. Kembali dia tercengang.'Tidak ada satu prajurit pun!?'"Ada apa?" tanya Jieun yang melihat ekspresi terkejut Mingyu."Apa kau merasakan hal yang sama?""Ya ... sepertinya akan ada mayat hidup lagi," jawab Jieun enteng."Tali di kapal tidak ada prajurit sedikit pun," jawab Mingyu kebingungan."Atau jangan-jangan ..." Jieun menoleh kebelakang, tepat seperti dugaannya. Mereka sudah di kepung. Di belakang mereka sudah berbaris banyak orang denga
Ling berusaha meronta, tali tali mantra yang melilit tubuhnya cukup kuat. Wanita ini lebih memilih mati terjatuh dari ketinggian seribu kaki dari pada harus menikah dengan pria jahat seperti Raja Iblis itu.Rakyatnya sudah menderita puluhan tahun, banyak wanita yang tak bersalah merenggang nyawa demi ritual gila. Itu semua karena rencana keji orang tersebut.Ling menatap kebawah, dia bisa melihat hutan yang cukup lebat. Sepertinya hutan ini tidak pernah di jamah melihat tidak ada sama sekali jalanan setapak.Dasar pegunungan ini adalah hutan Kematian, konon katanya saat seorang masuk ke dalam hutan ini tidak akan keluar selamanya. Hutan yang lebih menyeramkan dari hutan Iblis yang pernah ling jamah.Otaknya berpikir keras, kenapa orang seperti Raja Iblis masih di beri hidup. Meskipun hutan ini cukup mengerikan, wanita itu merasa kalau hukumannya kurang adil.Ujung mata Ling mulai melihat sebuah rumah kecil yang minim penerangan. Rumah itu terbuat dari kayu dan di hiasi oleh beberapa ta
Jieun mengayunkan pedangnya, beberapa mayat hidup yang berjajar di depannya seketika tumbang. Kepala mereka menggelinding, terpisah dari tubuhnya.Tubuh Wanita dengan pedang yang di cengkramnya di penuhi cairan hitam lekat dan berbau amis. Ujung matanya menatap jauh ke arah pria yang juga sibuk dengan musuhnya.Sudah dua jam mereka bergelut dengan musuh yang tak kunjung habis. Mingyu melempar pandangan ke arah Jieun. Wanita itu mulai melemah karena di gempur habis-habisan.Bahkan inti jiwa mereka tak mampu menahan sekitar seratus mayat hidup yang menyerang. Karena khawatir, Mingyu segera mendekati Jieun."Kau baik-baik saja?" tanya Mingyu dengan tatapan penuh kasih."Sepertinya Ling dalam keadaan tidak baik-baik saja," jawab Jieun menatap Mingyu penuh arti.Pria itu berpikir keras. Dia tau apa maksud wanita tersebut, tapi keadaan ini tidak bisa membuat mereka untuk pergi. Semua musuhnya seolah ingin membunuh mereka perlahan.Orang yang berdiri di atas kapal dengan kekuatan iblis menyel
Peperangan antara pasukan langit dan iblis sudah berakhir. Donghae di beri gelar Dewa perang karena berhasil mengalahkan pemberontakan iblis.Saat ini dia melangkah menuju aula kerajaan langit. Raja langit menyambutnya dengan sennag hati, bukan sebagai musuh yang dulu pernah dia rasaan.Bahkan para dewa juga memberi hormat. Dia merasa tersanjung. Akan tetapi tetap saja hatnya mersa sedih. Iblis kalah, hal itu membuat Klannya kehilangan kesempatan untuk hidup.Inti jiwa naga hitam dan rubah menyatu pada dirinya. Meski darah iblis masih mengalir dalam tubuhnya. Itu tidak membuatnya tersisih."Sebagai dewa perang, kau layak mendapatkan penghormatan," ucap Raja langit.Donghae menekuk kedua lututnya dan memberi hormat. Semua ini erlalu berlebihan dalam menyambut kedatangannya."Maaf Raja, hamba tidak bisa menerima semua tanggung jawab ini," ucap Donghae.Semua dewa terbelalak saat mendengar jawaban pria tersebut. Padahal anyak orang yang menginginkanposisi ini. Di tambah dengan posisi kh
Donghae terkapar di tanah dan bersimbah darah. Sementara Ling masihmeratapi nasibnya yang begitu tragis.Rasa cintanya pada Longwei begitu besar, bahkan dia tidak pernah menerima cinta tulus dari pria lain. Tapi apa yang dia dapatkan? Longwei sangat peduli dengan dunia kahyangan dan semua aturannya Dia tida mau melaan takdir padahal dia bisa melakukannya dengan mudah. Tapi Langi tidak pernah mendengarkannya.Ling menatap sekitar. Semua masih sama. Sepuluh pilar yang berdiri tinggi melambangkan betapa jayanya kerajaan ini pada masanya.Kini semua berbeda, kerajaan ini sudah seperti pemakaman masal. Tidak ada rakyata, bahkan orang pun enggan untuk datang ke negari ini.Semua usaha Ayahnya berakhir sia-sia. Ling melempar pandangan ke arah Donghae yang tidak sadarkan diri. Wanita itu melangkah mendekati pria yang terkapar tak berdaya tersebut."Kau harus membaya semuanya" "Aku tidak peduli bagaimanapun caranya. Kau harus bertanggung jawab dengan semua kerusakan yang kau uat,""kau mengh
Tubh Longwei terkapar takberdaya. Darah yang mengalir dari tubuhnya semaki deras. Semua pertolongan tidak mempengaruhi apapun.Sementara itu Donghae dan Qiang masih bertarung.Suara gesekan pedang masih terdengar begitu nyaring. Hati Ling semakin hancu saat pria yang dia peluk memejamkan mata untuk selamanya. Tangis Ling pech sudah."Longwei, aku tidak peduli takdir tidak akan pernah menyatukan kita. Tapi tidak akan rela bila takdir memisahkan kita secepat ini. Aku mohon buka matamu ..." Tedenar isak tangis yang menyayat hati.Teriakan Ling membuat konsentrasi Donghae terpecah. Melihat Donghae yang melempar pandanganya ke arah Ling, Qiang segera menghunuskan pedangnya.Crass ...Lengan Donghae mendapatkan luka dalam saat pedang Qiang berhasil merobeknya. Aliran darah mengalir deras."Sudah aku bilang padamu. Jangan pernah percaya pada wanita. Gunakan otakmu saat memilih keputsan. Kenapa kau masih saja bodoh," ucap Qiang meremehkan."Kau tidak akan pernah tau bagaiaman rasanya karena
Butiran abu milik Jiali beterbangan di udara. Abu tersebut membentuk sebuah layar yang menggambarkan sebuah kejadian.Bagai vidio berputar, detik demi detik Longwei di buat terharu saat melihat kehidupannya dulu. Dirinya, Geming, dan Qixuang hidup bahagia. Sampai pada slide terakhir.Di sana dia melihat dengan jelas bagaimana Qiang mencoba membujuk Geming untuk meresap kekuatan iblis.Saat itu Qixuang datang dan berusaha untuk mencegah sahabatnya itu. Tapi ... Geming seakan tuli dan tidak menggubris ucapan wanita tersebut.Bayangan itu hilang saat memperlihatkan Geming yang sudah menjadi iblis dan menyerang kerajaan langit. Di saat itu juga mata Longwei berkaca.Tangan pria itu mengepal kuat. Dia tidak membayangkan orang yang selama ini dia kenal ternyata dalang di balik kehancurannya."Aku tidak percaya kau melakukan ini!" Longwei menahan amarahnya."Memang aku melakukan apa? Aku hanya berbuat apa yang harus aku perbuat," Qiang membalik badan dan menatap tajam Longwei."Aku pastikan
Waktu yang ditentukan tiba, setelah perjuangan keras longwei melatih para prajurit langit. Sudah saatnya mereka menujukkan hasil pelatihan tersebut. Ratusan prajurit terbaik kahyangan berjajar di hamparan awan putih. Mereka menunggu instruksi dari sang panglima perang untuk memulai penyerangan.Di kubu berbeda dapat di kerajaan Xuang dan ratusan prajurit sudah siaga menantikan penyerangan dari langit. Iblis Wencheng sudah percaya diri akan menang karena prajuritnya jauh lebih banyak dari pada musuh.Terdengar gemuruh petir. Langit yang tadinya biru bersih kini menghitam. Kilatan petir mulai menyambar. Namun itu tidak membuat prajurit iblis gentar. Mereka tetap berdiri tegak di halaman istana.Wencheng sudah siap dengan kedua pedang pusakanya.Dia tidak peduli seberapa kuat dan banyaknya prajurit langit yang akan menyerang. Yang jelas dia tidak mau rakyat iblis harus tunduk pada aturan langit. Longwei berteriak. Kuda yang yang dia tumpangi segera terbang turun ke bumi dan menuju keraj
Longwei terbang menuju istana langit. Pagi ini ada salah satu prajurit langit menyampaikan kabar kalau Raja Langit mengundangnya untuk datang.Beribu bayangan buruk memenuhi kepala Longwei. Pantas saja semalaman dia tidak bisa menutup mata dan tidur dengan nyenyak. Apakah ini ada hubungannya dengan Ling?Longwei mendarat di gerbang istana. Melihat kedatangan sang Panglima. Prajurit utusan Raja datang dan mengantarkannya ketempat Raja Langit berada.Alis Longwei mengkerut saat melihat prajurit melangkah ke arah yang berbeda. Tidak di aula istana kerajaan seperti biasanya. "Kita mau kemana?" Longwei menghadang langkah prajurit."Raja ada di tempat penyimpanan pusaka," jawab prajurit singkat.Tidak mau berdebat Longwei mengikuti langkah prajurit tersebut. Mata pria hanfu putih yang memiliki pedang naga yang menggantung di pinggang menatap ukiran dinding. Terukir senyum kecil pada wajah tampannya. Ingatan Longwei kembali pada masa di mana dia sering berada di tempat ini. Dia, Geming dan
Wencheng duduk di singgasana kebesarannya. Mata tajamnya tertuju pada para panglima perang yang menekuk lututnya memberi salam kehormatan."Kita harus mempersiapkan diri untuk peperangan besar," ucap Wencheng tegas."Sebelumnya kita kalah melawan Dewa perang sampai Raja Iblis ....""Diam!!!" bentak Wencheng."Sekarang akulah Raja Iblis, Donghae hanya Iblis yang tidak berguna. Kaum kita harus menanggung malu pada dunia!" lanjut Wencheng mengepalkan tangannya kuat.Enam panglima perang iblis saling bertatapan. Sejujurnya mereka belum siap menghadapi tentara langit yang akan menyerang.Peperangan terakhir sudah menghabiskan setengah pasukan. Raja Iblis yang memiliki kekuatan besar saja bisa kalah dengan inti jiwa naga, apalagi Wencheng yang hanya memiliki sebagian kekuatan iblis."Maaf Raja, kami tidak bisa mengangkat senjata. Ini terlalu beresiko. Bisakah kita ke tempat Raja Iblis dan membawanya kembali?" ucap salah satu panglima dengan suara lirih.Crasss ...Kilatan petir keluar dari
Raja Iblis Donghae duduk di tepi ranjang. Matanya menatap lantai yang terbuat dari kayu. Pria itu memang duduk di kamar tapi tidak dengan isi kepalanya.Semua pertanyaan selama ini terungkap. Apa alasan mengapa Ling tidak pernah menerima apapun pemberitaannya.Dia memang suaminya, tapi kenyataannya jauh dari itu. Mereka hidup seperti orang asing. Jarang mengobrol, tidak pernah saling bercanda, bahkan tidur sekamar. Dulu Donghae pikir memang sikap Ling demikian, karena memang dia sadar kalau dia baru sadar dari tidur panjangnya.Rahasia sebesar ini ... Ling tidak pernah menceritakan hal menyesakkan tersebut. Andai dia tau sebelumnya, pasti Donghae akan memilih pergi.Suara pintu di ketuk, Ling datang. Sama seperti biasanya, wanita itu membawa senapan obat dan duduk di samping Donghae."Kenapa kau masih merawatku?" tanya Donghae pedih."Mau atau tidak terserah aku, ini hidupku dan aku yang akan mengambil keputusan.""Tidak semua keputusan bisa di terima orang lain,""Bahkan kita harus
Ling duduk di bebatuan tepi sungai. Tempat ini tidak jauh dari rumahnya di tengah hutan. Dia sering datang kemari saat hatinya terasa sepi. Dulu dia sering berdoa untuk bertemu dengan orang yang amat dicintainya. Sepuluh tahun terakhir sangat berat. Tinggal serumah dengan pembunuh sang Ayah, sangatlah menyesakkan.Namun saat itu tiba ... Entah mengapa perasaan rindu itu hambar. Terlebih saat dia mendengar kabar kalau sang Ibu juga tewas karena prajurit iblis. Semuanya terhempas entah kemana.Meskipun Raja iblis adalah orang yang berbeda sekarang, tetap dia dalang di baling semua ini."Bagaimana kabarmu?" tanya Ling datar."Seperti yang kau lihat," jawab Longwei tersenyum kecut.Terdengar helaan napas panjang. Ada banyak cerita yang ingin dia ceritakan pada Ling. Tapi saat ini dirinya lebih sibuk berdamai dengan kenyataan. Melihat Ling bersama orang lain membuat hatinya perih.Padahal dia telah mengetahui ini sebelumnya. Hanya saja, dia tidak menyangka akan sesakit ini."Setiap hari a