Halah, Kala. Gengis digedein.
“Ada yang ingin Papa bicarakan kepada kamu, Bi.” Malam ini, orang tua Kala kembali datang ke rumah Binar. Selain ingin melihat keadaan Binar dan Kala, mereka juga ingin berbicara dengan serius kepada sang menantu. Binar tampak mengangguk saat ayah mertuanya mengatakan tujuannya. “Iya, Pa. Ingin bicara apa?” Kala juga ada di sana bersama dengan mereka. Tapi seperti sebelumnya, keberadaan Kala seperti tidak penting sama sekali. “Kamu masih punya keinginan untuk bekerja di kantor nggak?” Binar tidak segera menjawab. Dia menatap kedua mertuanya itu dengang lekat seolah tampak berpikir. Padahal, dia hanya menahan kebingungannya. Karena Binar tak kunjung bersuara, maka ibu Kala yang mengambil alih.“Begini, Bi. Papa beberapa hari ini berpikir dan membicarakan kepada Mama tentang ini. Posisi manajer keuangan di kantor kamu masih kosong. Jadi Papa pikir kamu bisa menempati posisi tersebut. Karena kamu jelas sangat kompeten dalam bidang itu.” “Apa?” Kala bersuara dengan terkejut. Tentu s
Seberapa besar cinta yang Kala miliki untuk Widi? Se-istemewa apa Widi bagi Kala? Pertanyaan itu segala muncul dan memenuhi hati Binar. Sesak itu terasa menyakitkan, tapi dia berusaha untuk mengabaikan. Binar tidak tahu bagaimana sekarang hubungan Kala dengan Widi, karena setelah perempuan itu datang ke rumahnya, tidak ada huru-hara yang terjadi. Dia tak mendapati Widi menelpon Kala, atau bahkan Kala keluar secara diam-diam di malam hari seperti yang pernah dilakukan. Kala sudah berjanji kepadanya jika lelaki itu akan berubah dan memperbaiki hubungannya dengan Binar. Tapi sejauh ini, mereka masih jalan di tempat. Binar masih memerlakukan Kala seperti orang asing. “Ternyata memang Mbak Binar.” Binar tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan Widi di kafe. Niat awal Binar adalah untuk bertemu dengan Ramon dan Saka, tapi mereka telat datang sehingga Binar harus menunggu. Melihat sosok pengganggu di depannya, tentu saja membuat Binar sangat kesal, namun dia tetap mengangguk dengan s
Binar tidak pernah sekalipun merundingkan apa pun dengan Kala. Entah itu untuk bisnisnya, atau bahkan tentang kehamilannya. Namun dia justru mengatakan apa pun kepada Ramon. Berdalih kalau Ramon selalu ada untuk dia sejak dulu. Hal itu membuat Kala merasa tersingkirkan. Setelah kepulangan Ramon dengan Saka, Kala segera berbicara dengan Binar. Membicarakan banyak hal. Kala bisa mengingat bagaimana Ramon bereaksi ketika dia mendengar jika Binar menggantikannya sebagai manajer di perusahaannya. Kala kalah, dia mengaku itu. “Sampai kapan kamu akan menjadikan Ramon sebagai poros dalam hidupmu?” Kala mengawali. “Aku yang berada di sini bersama denganmu, tidak pernah sekalipun kamu ajak bicara tentang rencana, keputusan, atau apa pun yang telah kamu ambil. Tapi kamu mengatakan semuanya kepada Ramon. Akan sampai kapan kamu menganggap aku nggak ada di dalam kehidupan kamu?” Binar terdiam. Mencerna semua hal yang dikatakan oleh Kala. Ada muncul pertanyaan di dalam kepala Binar. Selama mereka
Kala menyadari satu hal. Dulu dia pernah kehilangan Widi karena kurangnya dia memberikan perhatian kepada mantan istrinya tersebut. Sehingga perempuan itu mencari perhatian dan kasih sayang kepada orang lain. Sekarang, Kala bertekad untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dan membuat dirinya kehilangan Binar. Kasih sayang sangat dibutuhkan untuk seorang perempuan, maka dia akan memberikannya kepada Binar. “Kamu aku antar ke kantor ya.” Setelah sarapan, Kala segera mengajukan penawaran kepada sang istri. Dimulai dari hal yang kecil lebih dulu, baru akan melakukan hal yang besar. Ngomong-ngomong, semalam Kala tidur dengan nyenyak karena Binar sepanjang malam ada di dalam pelukannya. Perasaannya menghangat dan dia bangun dengan senyum bahagia. “Mas nggak ada kerjaan?” tanya Binar sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas. “Kamu lupa aku pengangguran?” Kala mengedikkan bahunya tak acuh. “Aku rencananya akan bertemu dengan pemilik ruko. Dan memersiapkan beberapa hal yang diperluk
Kala menelungkupkan kepalanya di atas setir mobil ketika Binar tidak terlihat lagi dari pandangannya. Perasaannya seolah dijepit oleh benda berat dan membuatnya sakit luar biasa. Kenyataan yang didengar dari Binar tentang masa lalunya, membuat Kala merasa sangat bersalah. Itulah kenapa Ramon sangat membenci dirinya saat ini karena sudah membuat Binar sakit hati. “Sorry, Bi,” gumamnya pada keheningan. “Aku sungguh-sungguh akan memperbaiki semua kesalahan yang sudah pernah aku lakukan kepadamu.” Kala menatap sekali lagi kantor milik ayahnya sebelum dia pergi meninggalkan tempat itu. Dia harus segera bertemu dengan chef yang akan bekerja sama dengannya. Kala bersemangat untuk membuka bisnis baru demi istri dan anaknya. Sekarang dia tak bisa mengandalkan siapa pun kecuali dirinya sendiri. Kala bahkan hanya sekali komplain kepada sang ayah ketika dia dikeluarkan dari perusahaan. Yaitu saat dirinya digantikan oleh Binar. Tapis setelah dia berpikir lagi dan lagi, dia bisa memahaminya. Jad
“Gue pergi dulu.” Alih-alih menjawab pertanyaan Binar, Ramon justru memilih pergi dari restoran tersebut. Meninggalkan Binar yang dipenuhi rasa penasaran. Binar menatap punggung Ramon yang semakin menjauh sebelum menghilang tak terlihat. “Kapan Mas dan Ramon kelahi? Apa yang wajah Mas babak belur waktu itu?” Binar tidak bisa menahan dirinya yang sudah penasaran. Binar pikir saat itu adalah ayah mertuanya yang menghajar Kala, ternyata Ramon? Binar sungguh tidak menyangka. Bagaimanapun Kala adalah saudaranya, mereka memiliki ikatan darah yang sama. Ada rasa terharu yang muncul di dalam pikiran Binar. “Udah lama. Saat aku mau pergi ke luar negeri.” Kala menjawab dengan jujur. Ada raut sedih ketika Kala mengatakan itu. Binar mengingat hari itu adalah hari yang sangat menyedihkan buatnya. Dia bahkan mengingat saat itu dia tidak bisa menghentikan air matanya untuk keluar. Terlalu sakit bagi Binar. Apa pun alasan yang Kala berikan, benar-benar tidak bisa diterima. “Dia cari Mas ke
“Sebagai seorang suami, aku berhak melarang kamu berdekatan dengan lelaki lain.” Kala kali ini berujar lebih serius. “Jangan melanjutkan sesuatu yang membuat hubungan kita kembali merenggang.” “Kalau Mas lupa, selama ini yang merenggangkan hubungan kita adalah Mas sendiri. Aku berada di tempat yang semestinya. Tapi Mas menghindariku dan bimbang dengan perasaan Mas sendiri.” Binar bangkit dari sofa. “Kita sudah memulai hidup kita yang baru. Kita sudah berdamai dan aku sudah mencoba menyingkirkan rasa sakit yang Mas berikan ke aku. Jadi stop. Kita tidak perlu membahas sesuatu yang tidak seharusnya.” Binar mengimbuhkan. “Jangan menyamaratakan sifat orang Mas. Aku, nggak akan selingkuh karena aku tahu bagaimana rasa sakitnya diselingkuhi. Dan jangan berpikir Saka seperti Mas yang akan melakukan perbuatan yang tidak seharusnya. Sekali lagi aku tekankan, aku dan dia hanya sebatas teman dan rekan kerja. Jangan buat aku membuat dia sebagai opsi kedua dan menerimanya.” Apa yang diharapkan
Ada sebuah sentilah menyakitkan di dalam hati Kala ketika Ramon mengatakan kalimat tersebut. Segera, banyak pertanyaan yang muncul di dalam kepalanya yang ingin dia utarakan. Tapi belum juga dia mengeluarkan pertanyaan itu satu per satu, Ramon sudah lebih dulu bersuara. “Kalau ingin mendengarkan secara detail, maka lo tanya aja dengan yang bersangkutan. Gue hanya bisa kasih lo spoiler-nya aja. Full bab ceritanya lo bisa tanya Binar atau Saka. Karena itu adalah kisah mereka.” Puas! Itulah yang dirasakan oleh Ramon sekarang. Terlebih lagi ketika dia melihat betapa gelapnya ratu wajah Kala, dia semakin merasakan betapa permainan ini sangat menyenangkan untuk dimainkan. Bukannya Ramon bahagia di atas kesedihan orang lain, hanya saja Kala memang harus mendapatkan hukuman atas kesalahan yang pernah diperbuat. “Sekarang lo pulang deh. Udah malam dan gue udah ngantuk,” usirnya kepada Kala yang sejak tadi tidak juga berkata-kata. “Gue tahu lo tahu semuanya tentang mereka. Jadi, cerita