Sean terhenyak melihat foto yang diunggah Leonard di media sosialnya. Foto Leonard yang tengah bersama seorang wanita membuat Sean merasa terusik. Siapa wanita ini? Kenapa dia terlihat sangat dekat dengan Leonard? Jika Leonard bersama wanita ini, bagaimana dengan Kania?"Sayang, ada apa?"Leonard mengangkat wajahnya, ia mengulas senyuman tipisnya saat mendengar pertanyaan dari Sheline.Ia menggeleng kecil lalu berkata, "Tidak apa-apa. Sebaiknya kau segera tidur, Sheline."Sean segera menyelimuti Sheline, ia menyetel lampu ruangan agar menjadi temaram agar Sheline bisa segera beristirahat. Kejadian kemarin masih selalu teringat dalam benaknya, untuk sementara ia tidak akan membiarkan Sheline kembali merasa stress dengan perasaannya yang masih terikat pada Kania.Setelah memastikan Sheline tertidur, Sean segera pergi ke arah balkon rumah sakit. Ia kembali mengangkat alisnya lalu menatap media sosial milik Leonard.Entah kenapa perasaannya menjadi tidak enak melihatnya, pemikirannya lang
Kania terlihat melambaikan tangannya saat melihat sosok Leonard yang memasuki restoran. Ia tersenyum dengan tipis lalu menghela nafas. Jangan gugup Keina, ia hanya ingin bertanya tentang Jasmine pada Leonard. Jangan gugup dan jangan menunjukkan perasaannya yang sesungguhnya pada pria itu."Kau sudah menunggu lama?"Kania menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Leonard, "Tidak, aku juga baru kemari karena menyelesaikan pekerjaanku terlebih dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak pergi bekerja?""Ah, hari ini aku hanya memiliki jadwal meeting sore hari nanti.""Ah begitu? Baiklah, ngomong-ngomong bagaimana jika kita memesan sesuatu dulu?" ujar Kania mencoba mengatasi rasa gugupnya.Leonard terlihat mengangguk, "Kau benar,"Leonard melambaikan tangannya meminta salah satu pelayan menghampiri mereka. Setelah masing-masing memberikan pesanannya, Leonard dan Kania kembali saling berpandangan.Leonard terlihat berdeham kecil, "Sepertinya sudah lama kita tidak bertemu seperti ini,""Kau
Saat melihat Kania yang bergerak meninggalkan area restoran, Leonard tidak berpikir panjang lagi. Ia segera menghampiri kasir lalu membayar tagihannya. Ia hampir menggapai Kania, namun tidak disangka Jasmine datang lalu menarik tangannya."Kau mau kemana?"Leonard melepaskan tangan Jasmine lalu menghela nafas, "Aku harus pergi.""Tapi kita sedang sarapan.""Kau bisa menghabiskan sarapannya Jes, aku harus mengejar Kania. Tidak usah khawatir, aku sudah membayarnya."Tanpa menghiraukan panggilan Jasmine, Leonard kembali berlari. Ia berdecak kuat saat melihat Kania sudah bergerak ke arah mobilnya. Sial, ia tidak bisa membiarkan Kania pergi begitu saja.Maka tanpa berpikir panjang, Leonard menghampiri mobil Kania yang tengah berjalan. Kania terlihat terkejut, namun Leonard merasa lega karena akhirnya ia bisa menghentikan Kania tepat pada waktunya. Leon segera menghampiri mobil itu, ia mengetuk jendela mobil memberi isyarat pada Kania untuk membuka pintu mobil.Namun, alih-alih membuka pint
Pertanyaan Leonard sukses membuat Kania tertegun. Ia terdiam sejenak mencoba menelaah kembali perasaannya."Kau sudah memutuskan, bukan?"Kania mengangguk dengan malu-malu, "Ya, aku sudah memutuskan."Leonard terlihat menelan ludah, ia menatap Kania dengan gugup lalu bertanya, "Jadi bagaimana?""Aku menerimamu Leon, hubungan kita sudah resmi sekarang."Mata Leonard seketika melebar mendengar jawaban Kania, "Benarkah? Kau benar-benar menerimaku?" Tanyanya tidak percaya.Kania seketika terkekeh lalu mengangguk kecil, "Ya benar,"Mendengar hal itu, Leonard langsung bersorak dengan riang lalu berdiri, "Yee! Aku berhasil! Kania menerimaku."Kania yang melihat tindakan Leonard memancing perhatian semua orang segera menarik tangan pria itu untuk kembali duduk, "Astaga, duduklah, mereka semua melihat kita."Leonard hanya terkekeh kecil, ia kembali berdiri, tanpa memperdulikan orang-orang di sekitarnya Leonard kembali bersorak.Kania hanya bisa tertawa melihat tingkah Leonard. Sesenang itukah
Mata Jasmine terbelalak lebar mendengar ucapan Leon, "Kamu mengusirku?" Tanyanya dengan nada tidak percaya. Bisa-bisanya Leonard memperlakukan dirinya seperti ini."Bukan, aku tidak mengusirmu, aku akan mencari penginapan lain untukmu menginap.""Tapi, aku ingin disini!" teriak Jasmine dengan geram. Tujuannya kemari adalah untuk terus berdekatan dengan Leonard, tapi jika Leon malah memilih menghindarinya, bagaimana caranya ia memisahkan dirinya dengan Kania?"Jes, aku melakukan ini untuk menghargai Kania sebagai kekasihku. Aku tidak mau hubungan kami memburuk hanya karena masalah seperti ini. Tolong jangan mempersulit ini." ujar Leon dengan lelah."Kamu lebih memilih Kania daripada aku yang sudah bertahun-tahun bersamamu Leon? Semua persahabatan kita selama ini, kamu anggap apa sebenarnya?""Justru karena kau sahabatku, kau harusnya mengerti."Jasmine terhenyak melihat kekeraskepalaan dari Leon, ia tidak menyangka Kania menanam pengaruh yang cukup kuat kepadanya. Jasmine menghela nafa
Kania mengerjapkan matanya, "Aku tidak berniat menggoda. Siapa yang menggodamu?"Alih-alih memberikan penjelasan Leonard hanya tersenyum menyeringai, ia kembali menyambar bibir Kania lalu melumatnya dengan lembut. Kania membalas ciuman itu, membiarkan Leonard menjelajah lebih dalam ke area mulutnya. Ia mengalungkan tangannya ke leher Leonard, membuat Leonard semakin leluasa menjelajah di sana.Gairah yang mereka rasakan mulai memanas. Tidak puas dengan ciuman mereka, Leonard mengangkat tubuh Kania ke atas pantry. Mata Kania seketika terbelalak dengan lebar. Apa yang akan dilakukan pria di hadapannya ini?Melihat Kania yang mengerjap dengan bingung, Leonard mengecupi leher Kania dengan gemas membuat Kania mendesah seketika. Sadar bahwa mereka memiliki tujuan lain di sini, Kania mendorong tubuh Leonard perlahan."Ahh Lheon... Bu-bukankah kita harus memasak?" ucap Kania dengan terbata merasakan Leonard yang terus menerus menghujani tubuhnya dengan kecupan.Sejenak Leonard menghentikan ke
Kenia terlihat menelan ludahnya saat mendengar ucapan Devan. Perlahan Kania mendekati Devan, "Sayang, darimana kamu bisa menyimpulkan hal seperti itu? Ada yang memberitahu Devan?""Devan lihat sendiri Mama tadi berpelukan dengan Uncle Leon!"Kania memejamkan matanya sejenak, tidak menduga bahwa pelukan mereka tadi akan dilihat oleh Devan."Sayang, dengarkan Mama dulu, Mama dan Uncle Leon memang menjalin hubungan, Uncle Leon memang memiliki rencana untuk menikah dengan Mama, tapi perlu persiapan yang matang untuk itu. Mama–""Pokoknya Devan tidak mau punya Papa baru! Devan maunya Papa Sean!"Brakk!Kania terhenyak saat Devan berlari lalu membanting pintu kamarnya dengan kuat.Kania segera mengikuti Devan lalu mengetuk pintu dengan kuat."Devan, dengerin Mama Sayang... Devan, Sayang... Uncle Leon orang yang baik, bukankah Devan juga sayang pada Uncle Leon?""Mama jahat! Devan tidak mau bicara pada Mama. Devan tidak mau mengganti Papa Devan!"Kania meremas kepalanya dengan kuat melihat t
"Sudah, om menyerah. Kita sudahi saja!"Devan seketika tertawa mendengar ucapan Leonard saat mereka menyelesaikan beberapa permainan. Ia tersenyum dengan senyum kemenangan karena Leonard akhirnya mengatakan menyerah padanya."Yey Om kalah! Devan menang!"Leonard terlihat mengibaskan tangannya, ia sungguh tidak sanggup lagi jika harus meladeni Devan."Iya iya kamu menang, Om kalah! Sekarang om haus, mau beli minum.""Ayok, Devan mau eskrim!""Siap!"Leonard kembali menggenggam tangan Devan lalu membawanya ke arah booth es krim. Leonard lebih memilih es capucino yang diatasnya diberi eskrim vanilla sedangkan Devan memilih eskrim dengan banyak taburan biskuit.Setelah memilih tempat, Leonard dan Devan mulai menyantap pesanan mereka. Melihat Devan yang tersenyum dan memakan eskrimnya dengan lahap, Leonard merasa sangat senang. Bagaimanapun Devan sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.Leonard terlihat melirik ke arah arloji miliknya, hari sudah menjelang sore. Mungkin sebaiknya ia membaw
Saat mengetahui bahwa yang berada di hadapannya adalah Leonard, Kania segera mengambil langkah. Ia mundur untuk kemudian berlari menghindar dari pria itu.Leonard yang melihat Kania melarikan diri darinya segera menyusulnya. Dengan cepat ia kembali menahan Kania lalu bertanya dengan nafas tersengal saat berhasil mendapatkan tangannya, "Kenapa kau lari?""Lepaskan aku.""Baik, tapi bagaimana kalau kita bicara? Aku sudah menyewa seluruh tempat ini khusus untukmu, apa kau tidak sayang jika aku membuang-buang uang karena kau tidak mau menemuiku?""Aku tidak menyuruhmu menyewa tempat untukku,""Ayolah Kania, aku mohon."Kania terlihat menghela nafasnya panjang, "Baik, tapi lepaskan tanganku dulu."Dengan cepat Leonard melepaskan genggaman tangannya. Kania segera memilih kursi yang berada tepat di hadapannya lalu duduk di sana. Musik romantis segera mengalun saat mereka duduk berdampingan. Kania memberikan tatapan jengahnya, sebenarnya apa maksud pria ini?"Kenapa kau lari?""Tidak apa-apa,
Leonard pulang ke rumahnya dengan langkah gontai. Setelah berkeliling selama hampir satu jam di dalam bandara, Leonard sama sekali tidak bisa menemukan Kania dimanapun. Kania sudah pergi dari kehidupannya, ia terlambat, sangat terlambat."Jadi bagaimana? Kamu menemukan wanita itu?"Leonard mendengus kuat mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Lauren tepat saat ia tiba di kediaman mereka."Mama pasti senang sekarang, Kania tidak bisa aku temukan. Dia sudah pergi dari hidupku selamanya. Apa sekarang Mama puas?" Tukas Leonard dengan penuh emosional.Alih-alih merasa simpati Lauren yang malah menuang alkohol ke gelasnya membuat Leonard merasa geram. Lauren memang sudah tidak perduli kepadanya lagi."Sepertinya Mama cukup senang karena sudah menghancurkan hidupku." ucap Leonard dingin. Ia menghela nafasnya panjang lalu mulai beranjak meninggalkan Lauren.Namun, baru saja ia hendak melangkah, Lauren tiba-tiba memanggilnya kembali, "Kau akan menyerah begitu saja padanya?"Leonard seketika m
Leonard seketika tertegun mendengar ucapan Jasmine. Jasmine terlihat sangat serius di hadapannya membuat Leonard seketika mengangkat alis."Apa maksudmu?""Hari ini adalah keberangkatan Kania, apa kau akan terus berdiam diri di tempat ini dan membiarkan Kania pergi begitu saja?"Mata Leonard seketika melebar mendengar ucapan Jasmine, cekalannya di tangan Jasmine seketika terlepas, "Kania pergi hari ini?" tanyanya dengan nada tidak percaya. Sepengatahuannya projek mereka belum selesai dengan sempurna, masih ada beberapa tahapan pendistribusian dan promosi produk yang harus dilakukan."Pekerjaannya untuk membuat pakaian sudah selesai, jadi dia tidak akan ikut andil dalam promosi produk, semuanya hanya akan dilakukan oleh pihak Valerine."Leonard terlihat terhenyak mendengar penuturan Jasmine. Jadi Kania benar-benar akan pergi hari ini?"Tunggu apa lagi? Pergi!"Mendengar ucapan Jasmine, Leonard segera beranjak dari sana. Ia berlari keluar dari restoran itu tanpa menghiraukan panggilan d
"Yak selesai! Hasilnya bagus sekali."Semua bertepuk tangan ketika foto terakhir yang diambil dari Jasmine selesai. Beberapa orang menyalami Kania dan juga Jasmine karena projek itu berhasil dilakukan. Kania tersenyum, merasa cukup lega karena ia bisa melakukan projek itu tepat pada waktunya. Meski hatinya teramat berantakan dan juga banyak drama yang terjadi, akhirnya semuanya selesai. Ia menatap kursi tempat Leonard berada yang diduduki oleh Hannah. Masih sama, Leonard masih tidak ingin menemuinya sama sekali."Nanti malam akan ada perayaan kecil karena pekerjaan kita sudah selesai dilakukan, apa Ibu mau ikut?"Kania menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Dewi, "Kalian saja yang ikut, saya akan mempersiapkan semua persiapan kita untuk terbang besok?""Apa tidak apa-apa, Bu?" Tanya Dewi merasa tidak enak."Tidak apa-apa, kalian sudah banyak bekerja keras selama dua Minggu ini. Bersenang-senanglah di sana. Ah, jangan lupa bawa instal aplikasi bahasa di ponsel kalian masing-
Setelah kejadian di rumah sakit tempo hari, Leonard tidak pernah datang lagi ke pertemuan mereka. Hanya ada asistennya yang mengikuti pertemuan mereka beberapa kali.Penasaran dengan keadaan Leonard, Kania menahan langkah asisten pribadinya setelah rapat selesai."Hannah, bisa bicara sebentar?"Hannah terlihat mengangkat alisnya lalu kemudian mengangguk mendengar pertanyaan Kania, "Ya, ada apa Bu Kania?""Apa Leonard baik-baik saja? Ah maksud saya sudah beberapa kali dia mangkir dari pertemuan kami.""Ah, Pak Leon baik-baik saja, dia sangat sibuk akhir-akhir ini karena projek yang lain. Apa ada masalah jika saya yang menggantikan Beliau?"Kania segera mengibaskan tangannya mendengar ucapan Hannah, "Ah tidak, kamu adalah orang yang kompeten juga, saya rasa Leonard tepat memilih kamu untuk mengurusi projek ini. Kalau begitu terimakasih,"Kania terlihat membalikkan tubuhnya untuk beranjak, namun Hannah kembali memanggilnya."Emm... Bu Kania? Apa Anda memiliki pesan untuk atasan saya?"Ka
Delon seketika terdiam mendengar ucapan Leonard. Keningnya berkerut dengan bingung, jadi mereka sudah saling mengenal sebelumnya? Tapi kenapa mereka berpura-pura tidak saling mengenal seolah baru berkenalan? Sebenarnya sedalam apa hubungan mereka hingga Leonard bersikap sangat posesif kepada Kania?Delon menghela nafasnya panjang, tidak ingin membuat keributan karena hal sepele akhirnya ia menyerah."Baiklah, saya serahkan Bu Kania kepada Anda."Delon menatap ke arah Kania yang masih tidak sadarkan diri lalu beranjak meninggalkannya. Untuk terakhir kalinya ia membalikkan tubuhnya lalu tertegun saat melihat pemandangan Leonard yang tengah memegang tangan Kania dengan erat. Delon terlihat mengangkat alis, sebenarnya apa hubungan mereka hingga Leonard bisa bersikap sedekat itu pada Kania?****Kania mengerjapkan matany saat mendapati atap putih di hadapannya, bau alkohol dan obat-obatan yang menyeruak membuat Kania seketika terhenyak. Dimana ia? Apa dia ada di rumah sakit?Kania mengangk
Kania mendesah panjang, "Haruskah kita melakukan ini?""Aku harus meyakinkan segalanya berjalan dengan lancar."Dengan ragu Kania menyambut telunjuk itu. Entah apa yang sebenarnya terjadi, Jasmine Maureen adalah gadis yang teramat percaya diri, kenapa ia melihat Jasmine sangat berusaha keras agar hubungannya dengan Leonard berjalan dengan lancar?"Sekarang, apa aku boleh pergi?"Jasmine menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan Kania, Kania mengusap mulutnya dengan serbet lalu bangkit berdiri.Tepat sebelum ia melangkah, Jasmine kembali memanggilnya."Aku minta maaf atas segala sikap menyebalkan yang aku tunjukkan selama ini padamu, Kania."Kania mengulas senyumnya mendengar ucapan Jasmine, "Ternyata kau sudah banyak berubah. Tidak apa-apa aku mengerti semuanya. Kau memang lebih pantas untuk Leonard."Setelah berkata seperti itu, Kania meninggalkan meja mereka. Ia menghela nafasnya panjang lalu kembali ke ruangan bengkelnya.Dewi yang melihatnya hanya bisa terkejut saat tatapan Kan
"Anda menyukai seseorang?""Ya, saya harap Anda mengerti ucapan saya hari ini Pak Delon. Kalau begitu saya permisi."Kania segera bergerak meninggalkannya Delon dengan cepat. Ia menghela nafasnya panjang, sebelum semuanya semakin rumit dan memusingkan, ia harus bisa menyelesaikan seluruh tugas ini dengan cepat. Jika perlu, ia akan menyelesaikan semuanya kurang dari dua minggu.****Selama seharian penuh, Kania berada di bengkel kerjanya. Seperti tekadnya kemarin, ia akan menyelesaikan seluruh pekerjaan ini dengan cepat. Ia sudah tidak bisa terus berada di sini dan menyiksa seluruh hatinya.Pintu ruangannya seketika diketuk, Dewi menghampiri dirinya lalu terhenyak saat melihat Kania berada di sana pagi-pagi sekali."Ibu? Ibu semalaman berada di sini?" Tanya Dewi dengan raut wajah terkejut."Ya, saya harus menyelesaikan semuanya dengan cepat agar kita segera kembali.""Tapi Bu, kalau begitu terus ibu bisa sakit.""Saya baik-baik saja, Dewi."Tepat saat ia mengatakan hal itu, darah segar
"Anda memang cukup jeli, Bu Jasmine. Siapa yang tidak tertarik pada Bu Kania? Dia wanita yang mandiri dan cantik, bagaimana saya tidak terpesona olehnya?"Kania terperangah tidak percaya mendengar ucapan Delon yang terus terang. Delon tersenyum ke arahnya tanpa beban sama sekali membuat Kania merasa sangat gugup. Kania segera mengambil minumannya lalu menyeruputnya dengan perlahan, mengabaikan tatapan tajam dari Leonard yang sejak tadi tiba-tiba terdiam."Pak Delon benar-benar tipe pria yang romantis, Anda menyatakan ketertarikan Anda pada Bu Kania tepat disaat Bu Kania ada di hadapan Anda.""Bu Kania hanya sebentar di sini, jadi saya harus bergerak cepat, bukan?""Ah, Anda benar."Berbeda dengan dirinya yang merasa canggung, Delon dan juga Jasmine malah terlibat pembicaraan seru. Kania menghela nafasnya, sungguh ia ingin melarikan diri saja dari tempat ini.Tepat saat ketidaknyamanan yang ia rasakan semakin tidak terkendali, ponsel Kania berdering dengan nyaring. Tidak peduli siapa