Begitu duduk, Nathan tidak bertele-tele lagi dan langsung mengungkapkan tujuan kedatangannya.Tiara mendengus dingin. "Begitu datang, langsung bahas itu? Kamu benar-benar pria yang nggak punya selera. Nathan, apa kamu selalu bersikap dingin seperti ini?"Meski tidak senang, Tiara masih mendorong sebuah kotak yang indah pada Nathan.Nathan membuka kotak itu. Di dalamnya ada ginseng yang diletakkan di atas kain sutra. Setelah memastikan kebenarannya, pria itu bangkit dan bersiap pergi.Tiara langsung menghentikannya. "Tunggu sebentar. Barang sudah ada di tanganmu sekarang. Kapan kamu akan mengobati penyakitku?"Nathan juga langsung menjawab dengan lugas, "Kamu tentukan saja waktunya. Tapi sebelum pengobatan, aku harus mengingatkanmu dulu.""Saat itu, aku harus melepas rokmu."Tiara tercengang. "Melepas rokku? Apa maksudmu?"Nathan berkata dengan tenang, "Penyakit atresia rahimmu bukanlah penyakit pada umumnya. Aku rasa kamu sudah tahu hal ini sebelumnya."Tiara tiba-tiba teringat dengan
Putra sulung Keluarga Halim berseru sambil tersenyum, "Semuanya, minumlah sepuasnya dan bersenang-senanglah. Aku akan traktir kalian semuanya malam ini.""Tuan Edward murah hati!""Tuan Edward masih sama seperti sebelumnya. Senyumnya masih begitu cerah!""Hanya CEO cantik dari Grup Sebastian-lah yang pantas mendapatkan pria tampan dan kaya seperti Tuan Edward!"Para pria dan wanita di klub mengangkat gelas mereka dan terus-terusan bersorak.Biaya klub Balavan masih termasuk yang paling tinggi di Beluno.Hanya orang seperti putra sulung Keluarga Halim-lah yang berani mengatakan akan mentraktir semua tamu malam ini.Tiara memperhatikan Edward dan Emilia yang menghilang ke ruang VIP di lantai dua. Gadis itu sama sekali tidak menyembunyikan kekagumannya."Sebelum Tuan Edward pergi ke luar negeri, dia dikenal sebagai pemuda yang romantis dan tampan di Beluno. Selain itu, dia juga termasuk lelaki idaman banyak gadis cantik.""Sekarang setelah kembali dari luar negeri, kepribadiannya makin de
Nathan berkata dengan nada acuh tak acuh, "Suasana hatiku nggak baik hari ini, jadi aku sarankan, sebaiknya jangan mencari masalah."Mata Rendra memperlihatkan ekspresi menyeramkan. "Apa yang kamu katakan? Katakan sekali lagi?"Nathan tersenyum sambil berkata, "Aku bilang, menyingkirlah sejauh yang kamu bisa. Suasana hatiku buruk hari ini. Aku khawatir akan melukaimu."Tiara beranggapan bahwa Nathan sudah gila."Nathan, diamlah. Tahukah kamu Rendra itu anak buah Kak Arjun yang paling tangguh? Kalau kamu terus bersikap seperti ini, aku juga nggak bisa melindungimu lagi."Setelah itu, Tiara menoleh ke arah Rendra dan berkata dengan nada serius, "Rendra, pria ini temanku dan Regina. Kalau ada kesalahpahaman, kita bisa cari waktu untuk membicarakannya baik-baik. Bisakah kamu melepaskannya hari ini?"Meski dia tidak suka dengan Nathan, nyawa manusia menjadi taruhannya.Andai Nathan tewas di hadapannya begitu saja, Tiara akan kesulitan untuk menjelaskannya pada Regina.Rendra tersenyum dan b
"Rendra, jangan begitu. Beri muka padaku. Letakkan pisau itu!"Tepat di saat Rendra bersiap mengambil tindakan, sebuah suara samar terdengar.Rendra mencibir, berbalik dan bersiap mengatakan, siapa kamu sebenarnya? Kenapa aku harus memberimu muka?Namun, saat melihat orang yang berjalan mendekat adalah putra sulung Keluarga Halim yang berpakaian rapi, terhormat dan berkelas.Rendra segera menundukkan tubuhnya dan berkata sambil memperlihatkan senyum palsu, "Tuan Edward, kenapa kamu ada di sini?"Edward ditemani oleh Emilia, perlahan berjalan turun di bawah tatapan semua orang.Pria tampan dan wanita cantik, bagaikan pangeran dan putri dalam dongeng!"Rendra, Kak Arjun-mu denganku adalah saudara. Pokoknya, aku akan melindungi pria ini. Setelah itu, aku akan menelepon Kak Arjun."Edward tersenyum, seolah sedang membicarakan masalah sepele.Dia melirik Nathan sekilas. Ada sebuah cahaya yang melintas di matanya.Rendra tampak bingung. "Tapi Tuan Edward, orang ini telah melukai belasan anak
"Tuan Edward telah menyelamatkan nyawamu, bukankah seharusnya kamu berterima kasih padanya?""Aku tahu. Bocah ini mungkin nggak senang. Apalagi, melihat Tuan Edward mendapat begitu banyak perhatian, dia cemburu dan iri!"Seketika, orang-orang di sekitar memandang Nathan dengan jijik.Bahkan, ada beberapa yang ingin memamerkan kehebatan di depan Edward dengan menyingkirkan Nathan.Emilia mengerutkan kening dan berkata, "Berkat Edward, masalah kita dengan Kak Arjun juga terselesaikan. Nathan, apa pun yang terjadi, Edward telah membantu kita. Apa begitu sulit bagimu mengucapkan terima kasih?"Tanpa menunggu Nathan berbicara, Edward telah melambaikan tangannya, seakan-akan tampak khawatir."Emilia, kenapa memaksanya? Kamu juga tahu, berbuat kebaikan dengan harapan mendapatkan imbalan bukanlah gayaku!"Dia menatap Nathan dan berkata sambil tersenyum, "Saudara Nathan, 'kan? Aku pernah dengar Emilia menyebutmu sebelumnya. Kamulah yang menjaga Emilia selama tiga tahun terakhir ini, jadi aku ma
Edward menatap Nathan sejenak, lalu menggelengkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum, "Maaf, kalau perkataanku tadi menyakiti harga dirimu, aku minta maaf.""Aku hanya merasa, gadis seperti Tiara yang berasal dari keluarga besar seharusnya punya pria sejati di sisinya. Dengan begitu, bukankah lebih sesuai dengan status Tiara?"Edward tidak menghinanya secara langsung ataupun menyerangnya, tetapi baik itu kata-kata maupun tingkah lakunya mengungkapkan rasa superioritas dan keunggulannya sebagai orang yang lahir dalam keluarga besar. Selain itu, juga ketidakpedulian dan pengabaiannya terhadap Nathan.Nathan tersenyum dan berkata, "Tuan Edward memang hebat. Bahkan, aku mulai mengagumimu.""Aku dengar Tuan Edward akan mentraktir semua pengeluaran tamu di Klub Balavan hari ini?"Edward tercengang. Dia tidak menyangka Nathan akan menanyakan pertanyaan itu. Dia segera mengangguk. "Benar, jarang-jarang Tuan Nathan datang ke sini. Kamu bisa minum apa pun yang kamu inginkan, bermain dan bers
Nathan maju ke depan dan mengangkatnya. "Sudah kubilang, kamu akan mengompol, tapi kamu masih nggak percaya!"Rendra meraung dan mendorong lututnya ke depan untuk menghantam dada Nathan.Dengan suara teredam, Nathan tidak bergerak sama sekali. Bahkan, dia masih sempat memperlihatkan senyum menawan.Rendra terkejut. Pukulan barusan sudah cukup untuk mematahkan tulang dada orang biasa.Namun, bocah ini masih bisa tertawa!Plak, plak, plak!Nathan mencengkeram kepala Rendra, lalu menahannya di atas meja sambil menyeretnya dengan kasar.Piring-piring, gelas anggur, dan botol yang dia lewati semuanya langsung pecah hingga berkeping-keping.Kepala Rendra berlumuran darah. Dia meraung. "Aku akan menghabisi seluruh keluargamu!"Gerakannya secepat kilat. Dia mengeluarkan sebuah pisau dan berniat menusukkannya ke pinggang Nathan."Kak Rendra memang hebat dan berkemampuan tinggi!"Nathan tersenyum dan memujinya, lalu menyambar pisau Rendra dengan kecepatan yang menakjubkan.Jleb!Pisau itu berbal
Malam harinya.Di sebuah rumah sakit swasta di Beluno.Arjun, penguasa Gluton, bergegas masuk bersama ratusan anak buahnya yang berpakaian hitam.Baik staf rumah sakit maupun orang-orang yang lewat di rumah sakit tampak panik. Mereka mulai bertanya-tanya, entah siapa lagi yang akan direnggut nyawanya oleh penjahat keji di Gluton ini.Bahkan, Arjun yang biasanya memiliki wajah tersenyum pun tidak lagi memperlihatkan senyuman.Pintu bangsal terbuka. Ada seorang dokter yang keluarArjun mematikan rokoknya dan bertanya dengan datar, "Bagaimana kondisi Rendra?"Dokter itu tampak serius dan menggelengkan kepalanya. "Kondisi pasien nggak terlalu baik!""Kondisinya nggak terlalu baik? Jelaskan yang benar padaku!""Uh .... Tuan Rendra sudah cacat!"Selesai berbicara, dokter menatap Arjun dengan hati-hati.Namun yang mengejutkannya, wajah penguasa Gluton ini tidak menunjukkan kemarahan ataupun niat membunuh."Kak Arjun, kita harus balas dendam untuk Kak Rendra!""Beraninya dia menyentuh orang-o
"Siapa yang berani pergi? Aku akan membunuhnya."Melihat tiga anggota Keluarga Sebastian hendak pergi, Edward menjadi gila.Dia langsung memerintahkan dua puluh pengawal Keluarga Halim masuk ke dalam dan mengepung tiga anggota Keluarga Sebastian itu.Tamara ketakutan hingga hampir kehilangan keseimbangan. Dia gemetar dan berkata, "Edward, apa yang ingin kamu lakukan? Dasar bajingan! Apa kamu ingin Emilia membencimu?"Ken mengangkat tangannya dan berkata dengan arogan, "Kita lihat saja siapa yang berani bertindak? Sialan! Keluarga Halim kalian hebat, tapi memangnya kamu bisa memaksa orang menikah denganmu?"Mata Edward memerah. Dia maju ke depan dan menampar wajah Ken.Plak! Plak! Plak!Tamparan demi tamparan itu membuat mulut dan hidung Ken menyemburkan darah. Dia menjerit dan bersiap untuk balik melawan Edward.Salah seorang pengawal Keluarga Halim mendengus dingin dan langsung menendang pinggang Ken.Sembari berteriak histeris, Ken langsung berguling-guling di tanah sambil memegangi
"Edward, aku sungguh nggak bisa menikah denganmu."Ekspresi putra sulung Keluarga Halim tiba-tiba berubah.Tanpa disadari, tangannya yang memegang mahkota juga bergetar.Tamara dan Ken juga panik."Emilia, omong kosong apa yang kamu bicarakan? Itu mahkota senilai 200 miliar. Apa kamu pikir hadiah lamaran yang mahal itu nggak berharga? Cepat ambil dulu!""Benar, Kak. Setidaknya kamu terima lamarannya dulu dan ambil mahkota itu. Kalau kamu memang nggak menyukainya, kamu masih bisa menolaknya nanti!"Emilia mengabaikan keserakahan dan rasa tidak tahu malu ibu dan adiknya.Sambil menatap Edward, dia berkata dengan nada serius, "Edward, aku rasa kita benar-benar nggak cocok untuk menikah sekarang."Jadi, aku minta maaf. Aku benar-benar nggak bisa menerima mahkota ini!"Putra sulung Keluarga Halim akhirnya sadar bahwa dirinya telah ditolak."Emilia, aku akan beri kamu satu kesempatan lagi. Pilih kata-kata yang tepat dan jawab aku dengan benar."Penghinaan, kemarahan, kegilaan, semua itu memb
Nathan tentunya tidak tahu tentang percakapan antara Roland dengan Monika.Sekalipun tahu, dia mungkin juga tidak akan peduli."Begitu cepat keluar? Dokter Nathan, apa Nona Monika nggak mengajakmu berkencan?"Regina memperlihatkan tatapan ambigu. Dia terus mengedipkan matanya pada Nathan.Nathan merasa kepalanya berdenyut. "Aku nggak punya waktu."Regina berkata dengan nada tidak senang, "Jadi, gadis bernama Monika itu benar-benar mengajakmu, Dokter Nathan? Huh! Dia masih terlalu muda untuk bersaing denganku dalam mendapatkan pria."Tiara bertanya dengan penuh minat, "Nathan, Monika itu primadona Grup Valentino dan kecantikannya cukup populer di kalangan sosial kelas atas Beluno. Bahkan, banyak kepala keluarga bangsawan yang ingin menikahinya.""Kenapa kamu menolaknya?"Nathan mengangkat bahu dan berkata, "Aku nggak tertarik dengannya. Apalagi, kami juga nggak kenal, jadi aku menolaknya.""Kamu menolaknya dengan tegas, tapi kalau hal ini sempat ketahuan sama Liam, Julian, dan para play
Lelang terus berlangsung hingga larut malam.Banyak tamu yang masih belum puas.Bahkan, setelah meninggalkan acara lelang, mereka masih mengenang dua pertarungan seru yang terjadi barusan.Apalagi, semua kejadian itu berhubungan dengan pria bernama Nathan itu.Liam menghibur Edward. "Tuan Edward, berpikirlah positif. Bagaimanapun juga, mahkota berlian sudah menjadi milikmu.""Meski Nathan itu menyebalkan, pada akhirnya dia tetap dikalahkan olehmu, 'kan? Dia bahkan nggak berani bersaing denganmu."Senyum Edward tampak canggung.Apa Nathan, si bajingan itu, benar-benar dikalahkan oleh dirinya?Edward tidak merasa begitu.Bajingan itu jelas-jelas mencelakainya. Dia benar-benar keji.Meski Edward sadar dengan semua itu, dia masih harus memaksakan senyuman saat menghadapi Liam dan yang lainnya. Dia harus bersikap seakan dirinya baik-baik saja.Nyatanya, hatinya sudah hancur berkeping-keping dan hampir berdarah.Julian mendengus dingin. "Bocah ini cukup sombong.""Dia bukan hanya menyinggung
Edward merasa dadanya sudah hampir meledak karena emosi.Dia tidak menyangka Nathan akan memberikan pembalasan yang begitu kejam.Edward berteriak sambil menunjuk ruang VIP nomor satu, "Nathan, kalau kamu hebat, keluarlah dan tantang aku. Kita duel satu lawan satu."Bajingan ini keterlaluan.Semua orang memberi hormat pada Keluarga Halim. Dia malah sengaja merusak rencananya.Apalagi, dia juga terus mengincarnya tanpa henti. Yang jelas menunjukkan bahwa dia menganggap Keluarga Halim bukanlah apa-apa.Nathan tidak tergerak dan hanya tersenyum sinis. "Tuan Edward nggak menginginkan mahkota berlian lagi?""Atau Tuan Edward bersedia mengakui kekalahan dan memilih menjadi seorang pengecut?"Nathan sedang memprovokasinya!Beraninya Nathan memprovokasinya!Ekspresi wajah Edward langsung berubah.Tuan Edward berteriak keras, "200 miliar. Aku pasti menemanimu bermain sampai akhir malam ini."Dia sekarang sudah berada dalam situasi sulit, tetapi masih terus menawar sampai akhir.Karena mahkota b
Terdengar nada bicara datar dari ruang VIP nomor satu."50,02 miliar. Maaf, aku barusan tertidur dan lupa menawar. Sudah membuat kalian menunggu begitu lama!"Begitu kata-kata itu dilontarkan.Semua tamu yang hadir mulanya tercengang, kemudian meledak dengan suara riuh dan tawa yang belum pernah terjadi sebelumnya."Dia hanya menambah dua ratus ribu? Hahaha. Tuan Nathan sepertinya sedang balas dendam karena kelakuan Edward barusan!""Siapa bilang tuan ini nggak berani menantang Keluarga Halim? Lihat, sekarang sudah terjadi, 'kan? Seperti kata pepatah, pembalasan mungkin terlambat, tapi pasti akan datang. Sialan! Edward kalah telak kali ini!""Seru, seru sekali! Keluarga Halim biasanya suka menindas orang lain dengan mengandalkan kekuatan mereka. Thomas juga sering bertindak semena-mena. Edward bahkan sengaja menaikkan harga untuk menimbulkan masalah sebelumnya. Kali ini, bisa dikatakan mereka menerima balasannya."Penambahan harga yang ditawarkan Nathan bukan hanya mengejutkan para pen
Julian tersenyum sinis. Dia sangat tidak puas dengan kepura-puraan Edward yang telah mencuri perhatian semua orang.Tepat di saat dia hendak membantah, terdengar suara batuk yang mendominasi lagi."Aku Thomas Halim, datang ke sini untuk mendukung putraku, Edward. Mohon semuanya meninggalkan sedikit harga diri untukku."Buam!Terjadi kehebohan di acara lelang itu. Siapa sangka, bahkan kepala Keluarga Halim, tokoh paling berpengaruh di Beluno, pun akan hadir di sana."Thomas, si lelaki tua itu, ternyata datang juga. Huh!"Julian mendengus dingin di ruang VIP itu. Dia kemudian memutuskan untuk diam.Dia berani memprovokasi Edward, tetapi sebagai kepala keluarga bangsawan, Thomas masih berada pada level yang sama dengan pemimpin Sekte Pirata.Sebagai seorang junior, Julian masih tidak berani bersikap lancang.Selain itu, Julian tahu bahwa Thomas, pria tua yang sakit-sakitan ini, bukanlah orang baik sewaktu masih muda.Thomas adalah seorang master tingkat Guru Besar junior. Dia bisa membunu
Rumah lelang setidaknya mengambil keuntungan sebanyak puluhan miliar dari 400 miliar itu.Keuntungan besar!Regina dan Tiara juga sulit menerima kenyataan itu. Dia memandang Nathan dengan tatapan tidak percaya."Dokter Nathan, 400 miliar. Kita sepertinya sudah terlalu ceroboh!"Nathan berkata dengan nada datar, "Aku nggak tertarik bermain dengan sekelompok orang bodoh ini. Alih-alih membuang waktu, lebih baik aku keluarkan harga yang membuat mereka nggak berkutik."Ekspresi acuh tak acuh pria itu membuat Regina dan Tiara kebingungan.Apa bagi Nathan, transaksi sebesar 400 miliar ini tidak berarti apa-apa?Sekalipun mereka punya uang, dia juga tidak boleh sembarangan menawar harga setinggi langit, 'kan?Julian tertawa terbahak-bahak, lalu tersenyum menyeringai. "Menghabiskan 400 miliar untuk mendapatkan obat seperti itu? Nathan, aku benar-benar penasaran, kamu itu bodoh sungguhan atau hanya pura-pura bodoh?""Aku sebenarnya ingin terus menemanimu bermain, tapi melihat kelakuanmu, aku be
Julian tertawa dan berkata, "Tuan Edward, aku kagum dengan penawaran hargamu. Dalam hal nggak tahu malu, memang nggak ada yang bisa menandingimu."Liam juga angkat bicara dan tertawa, "Tuan Edward, kamu memang mengerti lelang. Aku mengagumimu!"Begitu mendengar kata-kata yang dilontarkan Julian dan Liam, putra sulung Keluarga Halim yang berada di ruang VIP itu langsung memperlihatkan ekspresi kejam di wajahnya.Yang dia inginkan adalah membunuh Nathan, si gigolo ini.Karena alasan inilah, sekalipun harus sementara memihak kubu yang sama dengan Julian, Edward juga tidak peduli.Emilia menatapnya dengan matanya yang indah dan berkata dengan nada dingin, "Apa seru berbuat seperti itu?"Edward berkata dengan kejam, "Kenapa nggak seru? Nathan sudah mengacau berkali-kali. Sekarang sudah saatnya gilirannya. Apa aku nggak boleh beri pelajaran padanya?"Emilia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku nggak bahas tentang penawaranmu. Karena ini lelang, siapa saja bisa mengajukan penawaran. Ini