Share

Bab 125

Author: Levin Sergio
Daren menelan ludah dan berteriak dalam hatinya, "Ini nggak lucu. Sama sekali nggak lucu."

Sayangnya, Waldi telah mengakhiri panggilan telepon itu.

"Jangan bunuh aku. Kumohon jangan bunuh aku. Tolong biarkan aku pergi. Aku akan menyetujui apa pun yang kamu inginkan."

Dalam keputusasaan, Daren berlutut di tanah dan memohon pada Nathan.

Nathan berjalan mendekatinya selangkah demi selangkah. Senyum di wajahnya perlahan berubah dingin.

Sementara itu, di Hessen.

Waldi, penguasa bawah tanah Hessen, duduk dengan tenang di kursi sambil memasang senyum santai di wajahnya.

"Kalian bertiga, jangan harap aku melepaskannya begitu saja."

"Bocah ini benar-benar nggak tahu diri. Beraninya dia memukul putraku. Seperti yang kalian tahu, aku hanya punya Daren satu-satunya putra kesayanganku. Mereka yang berani menyentuhnya sama saja dengan memprovokasiku. Dia pasti akan mati!"

Regina, Dokter Bayu, dan Arjun semuanya duduk sambil memasang ekspresi muram.

"Tuan Waldi, sebenarnya kesalahpahaman ini berawal
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 126

    Regina, Dokter Bayu, dan Arjun juga terkejut.Di bawah tatapan tidak percaya ketiga orang itu, seorang pria perlahan masuk dan langsung mendekati Waldi yang sedang duduk di kursi utama."Kamu Waldi Antonius, penguasa bawah tanah Hessen, 'kan?""Akulah yang memukul putramu dan juga membunuh anak buahmu ....""Sekarang aku sudah datang ke sini, kamu mau bagaimana?"Kamu mau bagaimana?Kata-kata itu begitu singkat.Namun, terdengar begitu sombong dan arogan!Regina, Dokter Bayu, dan Arjun yang mendengar perkataan itu terkejut bukan main.Nathan yang datang ke Hessen sendirian bukan hanya membunuh anak buahnya Waldi, tetapi dia juga memukul putra satu-satunya Waldi hingga wajahnya bengkak dan sulit untuk dikenali lagi.Namun, ini semua masih dalam kisaran yang bisa diterima.Yang membuat mereka bergidik adalah Nathan justru mendatangi Waldi dan menanyakan pria itu apa yang diinginkannya.Bahkan, Arjun, yang hidupnya bagai di ujung tanduk pun merasa cemas, terutama saat melihat punggung Nat

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 127

    Waldi tertawa muram. "Kenapa? Kamu takut?""Nak, bukankah kamu barusan berlagak keren? Kamu masih berani menantangku dan bertanya memangnya apa yang bisa aku lakukan?"Nathan tersenyum. "Aku nggak takut, tapi hanya merasa kita bisa menyelesaikan konflik secara damai. Bagaimana menurutmu?"Waldi tertawa marah. "Menyelesaikan secara damai? Masalah ini nggak mungkin berakhir, kecuali aku membuatmu mati mengenaskan.""Berlututlah sekarang juga, lalu patahkan kaki dan tanganmu. Bersujudlah pada putraku sebanyak 100 kali. Setelah itu, kamu baru bisa negosiasi denganku."Saat ini, Waldi tidak lagi panik.Dia menyilangkan kakinya, kemudian menyalakan cerutu dan mulai mengembuskan asap berbentuk cincin dengan santai.Regina mengerutkan kening dan berkata, "Tuan Waldi, permintaanmu sudah kelewat batas. Kami bisa mengobati luka Daren. Demi menjaga martabatmu, kita bisa menegosiasikan masalah ini."Arjun berkata dengan nada serius, "Tuan Waldi, lebih baik selesaikan masalah daripada memperburuk ma

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 128

    Nathan tersenyum sinis, "Bukankah Tuan Waldi ingin bertarung sampai mati?"Waldi sudah mengamuk. "Diam dan lepaskan putraku. Aku akan membiarkan kalian pergi. Enyah, enyah kalian semua!""Nona Regina, Kak Arjun, Dokter Bayu, ayo kita pergi," ucap Nathan dengan datar.Arjun tidak bergerak. "Tuan Nathan, jangan percaya sama Waldi. Begitu kita melangkah keluar, dia pasti akan memerintahkan anak buahnya untuk menyerang."Nathan menatap Waldi dan berkata sambil tersenyum, "Tuan Waldi, sebaiknya kamu nggak mengingkari kata-katamu. Lagi pula, aku sudah menekan titik fatal di tubuh putramu.""Kalau kami nggak bisa meninggalkan tempat ini dengan selamat, percayalah, putramu ini akan menjadi orang pertama yang mati."Ekspresi Waldi berubah lagi.Dia memang berencana demikian. Begitu Nathan melepaskan Daren, dia akan memerintahkan anak buahnya untuk membunuh mereka.Siapa sangka bocah ini akan begitu teliti dan sudah meninggalkan taktik pada tubuh putranya."Tuan Waldi, apa kita akan membiarkan b

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 129

    "Terakhir saat berada di arena pacuan kuda, bajingan inilah yang menghasut Daren untuk datang dan membuat masalah."Regina berkata dengan nada jijik, "Bagaimanapun juga, Keluarga Halim merupakan keluarga besar di Beluno dan juga termasuk keluarga terkemuka, tapi Edward ini memang pria jahat."Arjun mendengus dingin, "Tuan Nathan, apa kamu ingin aku memberi pelajaran pada Edward, pria berengsek itu?""Untuk sementara nggak perlu. Kalau Tuan Edward ini benar-benar punya niat jahat, suatu hari nanti, aku akan membuatnya merasakan apa itu namanya penyesalan," kata Nathan dengan tenang.Saat menatap Nathan, sepasang mata indah Regina berbinar dan bibirnya tanpa sadar menyunggingkan sebuah senyuman.Lelakinya ini makin lama makin mendominasi.Tanpa perlu mengungkapkan apa pun, Dokter Bayu dari Keluarga Wijaya dan Arjun dari Gluton kini telah bersekutu dengan Nathan.Hanya berdasarkan kemampuan ini, entah kenapa Emilia dulu begitu tega melepaskan Nathan.Malam harinya.Waldi, si penguasa Hess

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 130

    Waldi bergumam, "Nathan, Nathan ...."Kemudian, diikuti dengan bunyi keras, dia langsung menampar Andre dan membuatnya terpental."Kamu cari mati, ya? Beraninya kamu mempermainkanku?"Melihat Waldi emosi, Andre tertegun dan berteriak, "Tuan Waldi, aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Mengapa kamu memukulku?"Padahal, Andre telah memberikan saran dan nasihat, tetapi siapa sangka Waldi bukan hanya tidak menghargainya, tetapi dia juga memukulnya. Andre benar-benar ingin berbalik dan pergi. Dia tidak peduli dengan Daren lagi dan biarlah anak itu mati begitu saja.Waldi berkata dengan kejam, "Apa salahnya aku memukulmu? Kamu bodoh. Tahukah kamu titik fatal yang dialami Daren itu disebabkan oleh Nathan?""Apa? Titik fatal Tuan Daren disebabkan bocah itu?"Andre tercengang. Dia baru mengerti mengapa Waldi menamparnya.Bukankah ini namanya mengangkat isu yang tidak relevan dan menyingkap kepedihan Tuan Waldi?Tamparan barusan sungguh tidak adil."Tuan Waldi, kalau titik fatal Tuan Daren benar

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 131

    Namun, mereka yang mengetahui kisah di dalamnya tahu bahwa Nathan bisa dengan mudah mengambil posisi wakil kepala rumah sakit.Jangankan wakil kepala rumah sakit, berdasarkan keterampilan medis Nathan, pria itu bahkan memenuhi syarat untuk menjadi kepala rumah sakit.Menatap ruangan kantor baru yang didekorasi khusus untuknya, Nathan berkata dengan tak berdaya, "Nona Regina, Bu Tiara, sebenarnya aku nggak tertarik dengan posisi wakil kepala rumah sakit."Regina sangat gembira. "Dokter Nathan, kami tahu kamu nggak tertarik dengan jabatan.""Tapi Rumah Sakit Perdana merupakan rumah sakit swasta yang kami kelola. Jabatan kepemimpinan dipegang oleh orang-orang yang berkemampuan, tanpa memandang kualifikasi. Aku rasa jabatan wakil kepala rumah sakit sangat cocok untukmu."Tiara juga tersenyum dan berkata, "Nathan, kalau kamu mau, aku bisa menyerahkan posisi kepala rumah sakit kepadamu. Biarlah aku menjadi wakil kepala rumah sakit dan membantumu."Nathan tersenyum pahit dan berkata, "Lupakan

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 132

    Melihat Andre yang datang dan pergi dengan marah, Tiara mengerutkan kening dan berkata, "Regina, sepertinya Andre masih nggak bisa melepaskan prasangka buruknya terhadap Nathan."Regina mengerutkan bibirnya dan berkata, "Buat apa repot-repot berhadapan dengannya? Kalau dia berani melawan Dokter Nathan, cepat atau lambat dia akan tamat."Tiara berkata dengan sungguh-sungguh, "Regina, jangan lupa di belakang Andre, masih ada Harel. Apalagi, Harel selalu berselisih dengan keluarga kita."Regina mendengus dingin. "Kalau Harel pintar, dia nggak akan melawan kita hanya demi Andre."Nathan tidak melakukan apa pun sepanjang pagi itu.Setelah menjadi wakil kepala rumah sakit, dia tidak lagi sibuk seperti saat menjadi dokter jaga.Regina dan Tiara memberinya kebebasan.Kecuali rumah sakit menghadapi kasus besar yang bahkan Tiara pun kesulitan untuk menanganinya.Meski Nathan termasuk salah satu dokter yang punya kemampuan tinggi di Rumah Sakit Perdana, dia hanya perlu mengambil tindakan dalam si

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 133

    Mendadak keheningan melanda keduanya.Setelah hening beberapa lama, Emilia tak kuasa menahan diri untuk bertanya, "Nathan, apa kamu masih benci sama aku sampai sekarang?"Nathan tertawa dan berkata, "Bu Emilia, kamu sudah terlalu banyak berpikir. Mengapa aku harus benci padamu? Aku senang kamu bisa menikah dengan putra keluarga kaya."Emilia tampak bingung dan bergumam, "Tapi entah apa yang terjadi pada diriku. Edward sudah kembali dan dia juga melamarku, tapi aku sama sekali nggak merasa senang."Emilia berkata dengan cuek, "Itu masalah Bu Emilia sendiri dan nggak ada hubungannya denganku.""Apa kamu sekarang bahkan nggak bisa dengar aku bicara?" kata Emilia dengan kesal.Nathan menatap Emilia dengan dingin hingga wanita itu menghindari tatapannya karena takut. Kemudian, Nathan pun berkata dengan nada datar, "Emilia, aku yang dulu sudah terlalu banyak mendengarkanmu, baik di saat kamu senang ataupun nggak senang. Aku selalu menemanimu dalam diam.""Tapi pada akhirnya kamu lebih memili

Latest chapter

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 332

    "Nathan, Tetua Surya adalah ahli dalam dunia barang antik. Mana mungkin dia mempersulit junior kecil sepertimu? Bukankah kamu sudah terlalu memandang tinggi dirimu sendiri?""Permintaan Tetua Surya sangat masuk akal. Kamu bisa terus mengidentifikasi mangkuk giok yang satu lagi, atau kalau nggak, kamu harus mengakui kekalahanmu.""Nathan, kita nggak perlu bermain dengan bajingan nggak tahu malu seperti ini lagi. Ayo pergi," seru Tiara.Nathan menepuk bahu gadis itu dan berkata sambil tersenyum, "Jangan khawatir, Tiara. Aku mau dia memanggilku kakek hari ini."Tiara khawatir Nathan dirugikan. "Nathan, kamu nggak perlu seperti itu.""Tenang saja. Aku punya batasan," ucap Nathan.Nathan menghadap semua orang, lalu mengangkat mangkuk batu giok yang tersisa, sambil berkata dengan suara keras, "Sekarang, semua orang harus bersaksi untukku.""Hasil dari taruhan antara Tetua Surya dan aku akan ditentukan dari penilaian terakhir ini.""Kalau aku bisa mengenali keaslian mangkuk giok ini, lelaki t

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 331

    Orang-orang di sekitar saling berpandangan. Semuanya tampak kebingungan dan tidak mengerti dengan kelakuan Nathan."Apa yang dilakukan bocah ini? Setelah menghabiskan waktu begitu lama, dia hanya omong kosong dengan bos?""Dia malah bertanya apa bos akan menghargai mangkuk giok senilai puluhan miliar itu? Haha. Dia memang bertanya, tapi kenapa rasanya seperti nggak menanyakan hal penting apa pun?"Bahkan Monika, Tiara, dan juga Dokter Bayu pun dibuat bingung oleh Nathan.Entah apa yang sedang direncanakan Nathan.Tetua Surya berkata dengan tidak sabar, "Nathan, kamu sudah mengulur waktu begitu lama. Sekarang sudah saatnya kamu memberikan jawabanmu, 'kan?"Nathan hanya tertawa dan tidak menghiraukannya.Sebaliknya, dia dengan santai melempar mangkuk giok di tangan kirinya ke atas, seolah sedang bermain-main.Alice berkata dengan marah, "Nathan, apa yang kamu lakukan? Bagaimana kalau rusak? Apa kamu sanggup membayarnya?"Begitu dia selesai bicara, langsung terdengar suara 'prang'. Mangku

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 330

    Anak buah Tetua Surya mencibir, "Bocah ini sama sekali nggak punya pengetahuan profesional, apalagi pengalaman dalam mengidentifikasi barang antik, tapi masih berani membual di sini.""Anak Muda, jangan buang-buang waktu untuk menebak secara asal lagi. Berlututlah di hadapan Tetua Surya dan akui kekalahanmu. Ini baru sikap yang seharusnya dimiliki oleh anak muda sepertimu."Tiara berkata dengan marah, "Mereka keterlaluan sekali."Nathan mengangkat dua mangkuk giok itu, lalu tersenyum sambil bertanya, "Nona Monika, dua mangkuk giok ini barang dari konferensi penilaian barang antik, 'kan?"Monika tertegun sejenak, kemudian mengangguk dan berkata, "Benar, Tuan Nathan. Kami sudah menetapkan bahwa semua barang antik dan segala sesuatu yang dibawa datang harus berasal dari pedagang di konvensi tersebut."Wanita itu sedikit bingung. Di saat seperti ini, mengapa Tuan Nathan menanyakan hal ini?Nathan berkata dengan suara keras, "Kalau begitu, minta pemilik dari sepasang mangkuk giok ini maju s

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 329

    Di bawah tatapan semua orang, pengikut Surya pun membawa keluar dua buah porselen yang identik.Dua buah mangkuk giok putih yang dihiasi pola biru dan putih.Wajah Monika tampak serius. Dia langsung mengingatkan, "Tuan Nathan, yang paling sulit dalam penilaian barang antik adalah yang punya sifat saling berlawanan, tapi juga saling melengkapi seperti ini.""Yang punya sifat saling berlawanan, tapi juga saling melengkapi?" tanya Nathan.Monika tampak tidak berdaya. Mengapa Tuan Nathan kelihatannya tidak mengerti apa pun?Namun, matanya yang begitu tajam bahkan bisa menemukan relik guru agung di dalam patung perunggu."Yang dimaksud punya sifat saling berlawanan, tapi juga saling melengkapi dalam penilaian barang antik secara khusus merujuk pada dua barang antik yang berbeda, yang satunya asli dan satunya palsu telah mencapai titik di mana mata telanjang nggak akan bisa membedakan keduanya lagi.""Lihatlah dua mangkuk giok ini, apa kamu menemukan perbedaannya? Inilah yang dikatakan punya

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 328

    Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Masih nggak pantas disebut sebagai ahli. Aku hanya tahu sedikit saja."Monika tidak berani memercayai kata-kata Nathan lagi.Karena dia memercayai perkataan Nathan sebelumnya, dia baru berani mengajak Nathan dan Tiara pergi memilih koleksi dan memamerkan pengetahuannya tentang barang antik.Setelah dipikir lagi sekarang, Monika merasa canggung.Bukankah itu seperti memamerkan kemampuan di hadapan seorang ahli?Di mana ada kegembiraan, di situ juga ada kesedihan.Wajah Tetua Surya langsung berubah gelap. Dia mengulurkan tangannya dan berkata, "Aku nggak percaya dengan ahli dari Beluno. Bawa kemari. Aku harus memeriksanya sendiri."Dokter Bayu menepis tangannya dan berkata, "Surya, apa yang kamu inginkan sebenarnya?""Dokter Nathan, biarlah dia memeriksanya. Dengan begitu, dia baru bisa menerima kekalahannya."Barulah Dokter Bayu menyerahkan relik tersebut. Tetua Surya menaruh relik itu di telapak tangannya, lalu memeriksanya berulang kali. Ra

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 327

    Monika berkata dengan suara lirih, "Tuan Nathan, yang di tanganmu itu relik guru agung?"Nathan dengan santai menyerahkannya pada Monika dan berkata, "Minta ahli dari Grup Valentino kalian untuk memverifikasinya. Dengan begitu, semuanya akan jelas, 'kan?"Monika bergegas mengambil manik itu dan pergi untuk memverifikasinya.Tetua Surya tampak sedikit gugup, tetapi dia tetap mencibir dan berkata, "Relik guru agung? Nak, kamu berani sekali.""Apa kamu betapa berharganya relik guru agung?"Nathan berkata dengan tenang, "Mana mungkin aku nggak tahu? Relik seperti itu biasanya ditemukan di antara abu kremasi para guru agung.""Terus terang saja, benda ini merupakan sisa-sisa tubuh para guru agung yang diawetkan.""Tapi di dunia barang antik, koleksi peninggalan lainnya bahkan nggak bisa menandingi nilainya.""Aku rasa, yang paham pasti akan memahaminya."Perkataan Nathan membuat banyak orang mengangguk diam-diam.Memang benar, relik apa pun, selama berasal dari guru agung, maka merupakan se

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 326

    Tiara berkata dengan cemas, "Nathan, kamu nggak tahu apa-apa tentang barang antik, apalagi penilaian barang antik.""Bagaimana kalau kita kabur saja? Lagi pula, ini Beluno. Memangnya Tetua Surya dan Alice bisa menangkap kita?"Nathan mengangkat alisnya dan berkata, "Siapa bilang aku nggak tahu apa-apa tentang barang antik?"Sembari berbicara, dia mengambil patung guru agung perunggu dari tangan Dokter Bayu, lalu berkata pada Tetua Surya, "Cucuku sayang, karena kamu membiarkan aku memilih duluan, aku juga nggak segan lagi.""Kemarilah dan identifikasi barang ini sekarang."Tetua Surya mulanya tertegun, lalu tertawa dan berkata, "Dasar bodoh. Bukankah ini hanya barang palsu? Beraninya kamu menggunakannya untuk mengujiku? Kamu benar-benar nggak tahu diri.""Dengarkan baik-baik. Benda ini disebut patung perunggu guru agung dan juga replika patung terkenal di Gunung Woru di Paviliun Tosa.""Sayangnya, replika hanyalah replika. Patung perunggu guru agung asli ini sudah hancur di masa peperan

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 325

    Beberapa pengikut Tetua Surya langsung berteriak, "Bocah kecil, Tetua Surya sudah berinisiatif mengajukan pertandingan dalam menilai barang antik. Jangan-jangan kamu nggak punya nyali untuk menerima tantangan ini?""Kamu berani menyebut kami sebagai anjing? Benar-benar nggak tahu diri. Hanya bisa omong besar saja. Kalau kamu bisa keluar dari pertemuan penilaian barang antik hidup-hidup hari ini, aku rela mengikuti nama keluargamu.""Bahkan orang-orang dari industri barang antik Beluno pun nggak berani bilang apa-apa. Sebaliknya kamu, orang bodoh yang datang ke sini untuk bersenang-senang, malah menjadi orang pertama yang begitu ingin mati. Haha. Kamu tahu nggak, mereka yang berani menjadi orang pertama yang maju ke depan bukanlah pahlawan, tapi orang yang keras kepala. Apalagi, mereka biasanya akan mati dengan menyedihkan!"Tidak ada seorang pun yang menyangka Nathan, yang bukan berasal dari industri barang antik ini, akan berani menantang Tetua Surya.Emilia berteriak dengan marah, "N

  • Bangkit dari Abu: Kembalinya Nathan   Bab 324

    Nathan, kamu yang sudah nggak tahu apa-apa, tapi masih berani maju terang-terangan seperti ini. Bukankah hanya akan menarik perhatian dan membuat orang lain makin membencimu?'"Kak Alice, sudahlah, jangan bicara lagi. Ayo kita keliling dulu. Aku juga ingin beli barang bagus untuk dibawa pulang," seru Emilia sambil menarik tangan Alice.Bisa dikatakan, Emilia sudah membantu Nathan. Dengan begitu, Alice dan Tetua Surya juga tidak akan mempermalukan Nathan lebih jauh lagi dan membuat pria itu kehilangan muka.Emilia tersenyum dan berkata, "Emilia, ayo kita keliling.""Kebetulan, sejak kecil aku sudah pernah belajar tentang barang antik dari para ahli terkenal di Naroa. Dari dulu sampai sekarang, aku nggak pernah salah membedakan mana yang asli dan mana yang palsu."Emilia makin mengagumi Alice. Kakak sepupunya, Alice, hanya satu tahun lebih tua darinya.Namun sejak bertemu dengan Alice, Emilia menyadari bahwa kakak sepupunya sangat hebat, baik gayanya dalam melakukan sesuatu maupun metode

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status