Share

Satu kebohongan

Penulis: Alfiyah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-19 15:31:17

Saat itu perasaan curigaku mulai muncul. Ingin sekali rasanya aku menghampiri mereka dan menanyakan tentang semua ini. Namun baru saja aku hendak melangkahkan kaki ini ke sana, tiba-tiba saja kulihat  mas Riko sudah keluar dari rumah itu lalu masuk ke dalam mobilnya kembali dan kemudian pergi. Niatku untuk menanyakan semua ini pun akhirnya kuurungkan.

Walaupun ada rasa curiga, namun aku tetap tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan. Aku tidak ingin menuduh yang bukan-bukan pada suamiku. Pasti dia akan menjelaskan semua ini padaku nanti. Atau jika tidak aku akan menanyakannya langsung padanya. 

"Lebih baik kutanyakan langsung saja padanya nanti di rumah," gumamku.

Karena harus mengikuti mas Riko, akhirnya hari pun semakin siang. Moodku juga sudah tidak begitu baik sekarang. Aku memutuskan untuk pulang dan membatalkan pergi ke salon. 

Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya akupun sampai di rumah. Sembari menunggu suamiku pulang, ku rebahkan tubuhku ke atas ranjang. Memainkan ponselku, membuka sosial media milik mas Riko. Siapa tahu aku menemukan informasi tentang  perempuan berbadan dua tadi dalam aku sosial medianya. 

"Jangan berburuk sangka dulu pada mas Riko, dia tidak mungkin melakukan hal yang tidak-tidak," batinku. 

Jam menunjukkan pukul tiga lebih lima belas menit, terdengar suara mobil mas Riko memasuki garasi. Aku yang masih berada di kamar semenjak tadi pun segera bangkit untuk menyambut kedatangannya. Ingin langsung menanyakan juga soal perempuan hamil tadi. 

Baru akan membuka pintu kamar, tiba-tiba niatku untuk menyambut mas Riko pun kuurungkan. Aku tidak ingin bertanya padanya soal perempuan hamil itu. Lebih baik kutunggu sampai mas Riko menceritakannya sendiri padaku sekalian menguji kejujurannya.

Kurebahkan kembali tubuhku ke ranjang dan pura-pura tertidur. Mas Riko naik dan menemuiku yang masih terbaring di ranjang. Dia mendekatiku dan memegang keningku dengan punggung tangannya. 

Aku yang pura pura tidur pun langsung membuka mata. Mas Riko tersenyum tepat di depan wajahku.

 “Sudah pulang, Mas? Tumben awal??" tanyaku sembari mengucek kedua mataku yang sebenarnya tidak mengantuk sama sekali.

"Iya nih nggak ada lembur, Sayang. Kok tumben tidur jam segini? Kamu nggak sakit kan?" tanya mas Riko.

"Enggak kok, nggak tau nih mata tiba-tiba saja ngantuk banget tadi. Oh ya, mau minum apa biar aku buatin, Mas?” tanyaku yang langsung bangkit dari tempat tidur.

"Nggak usah, Sayang. Aku mau langsung mandi aja. Setelah mandi aku mau ke rumah Ibu nih, udah lama kan aku nggak ke sana," tambah mas Riko.

Perkataan mas Riko barusan membuatku melongo. Bagaimana tidak? Saat ini dia sedang berbohong padaku. Bukankah dia dari rumah Ibu tadi siang? Kenapa dia bilang  sudah lama tidak ke sana? Satu kebohongan mas Riko terdeteksi olehku.

"Aku ikut ya, Mas. Aku kan juga udah lama nggak kesana," ucapku sengaja  ingin tahu reaksi mas Riko. Ternyata keputusanku untuk tidak menanyakan langsung pada mas Riko soal perempuan itu membuahkan hasil. Seandainya aku bertanya langsung pada mas Riko, dia pasti akan mencari alasan dan akan lebih waspada padaku. 

Mendengar ucapanku mas Riko langsung membatalkan niatnya untuk pergi ke rumah Ibu. Dia beralasan jika lupa akan tugas dari kantor yang belum diselesaikannya. Mas Riko kemudian berkata jika lebih baik kita ke sana saat hari libur saja agar bisa menginap.

Tidak ingin membuat suamiku curiga jika aku sudah mengetahui sesuatu, kusetujui saja apa yang dia katakan. Aku harus pura-pura tidak mengetahui apapun untuk menemukan informasi lain.

"Ya sudah kalau begitu aku mandi dulu, Sayang," katanya kemudian pergi meninggalkanku begitu saja. Terlihat jelas dari raut wajahnya jika dia merasa kecewa.

Aku tidak menjawab perkataannya. Perasaan benci dan kesal bercampur menjadi satu setelah mengetahui satu kebohongannya. Aku tidak akan mau percaya ucapannya lagi mulai sekarang. 

Usai mandi mas Riko kembali menghampiriku yang sedang asik menonton televisi. Dia kemudian duduk di sebelahku dan memegang tanganku.

"Mas, kayaknya aku besok mau ke rumah Mama deh, udah lama aku nggak kesana, boleh?" tanyaku memulai obrolan.

"Tentu boleh dong, Sayang. Tapi maaf ya aku nggak bisa nganter, soalnya besok aku kan harus kerja," jawab mas Riko.

"Iya nggak papa, Mas. Tapi sepertinya aku mau nginep deh semalam di sana, nggak papa kan?" tanyaku sengaja memancingnya. Selama ini dia selalu keberatan jika aku menginap di rumah mamaku sendiri.

"Iya tentu nggak papa dong, Sayang.  Mau menginap semalam atau dua malam terserah kok, biar ilang dulu kangennya," jawab mas Riko dengan wajah sumringah. Tidak biasanya dia seperti ini. Aku semakin yakin jika ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku.

Aku meminta ijin untuk mengjnap di rumah mama sebenarnya hanyalah alasan saja. Aku melakukan ini untuk melihat seberapa jauh hubungan mas Riko dengan perempuan itu jika memang benar mas Riko berbuat serong di belakangku. 

Sebenarnya aku tidak akan pergi ke rumah mama. Aku hanya mau melihat apakah mas Riko akan pulang ke rumah atau tidak malam ini jika dia tahu aku tidak  berada dirumah. 

"Makasih ya, Sayang," ucapku pada mas Riko seraya mencium pipinya. Aku harus bersikap biasa padanya seolah-olah tidak terjadi sesuatu.

Mas Riko menganggukkan kepalanya. Dalam hatinya pasti merasa sangat senang karena bisa bebas bertemu dengan perempuan itu  tanpa harus mencari alasan dariku.

***

Keesokan harinya mas Riko berpamitan untuk berangkat kerja seperti biasa. Hari ini dia sarapan masakan buatanku dahulu. Dia pasti berpikir jika nanti malam bisa sepuasnya bertemu dengan perempuan itu tanpa khawatir aku mengetahuinya. 

"Aku berangkat ke rumah mama setelah kamu berangkat ke kantor ya, Mas," ucapku. 

"Iya, Sayang. Tapi kamu hati-hati ya, salam juga buat papa sama mama. Bilangin jika aku nggak bisa ikut karena ada pekerjaan.  Besok kalau kamu mau pulang bilang aja ya, nanti aku jemput," ujarnya.

"Iya, Mas," jawabku seraya menyunggingkan senyum palsuku. Gampang sekali menjebakmu Mas!

Usai sarapan mas Riko langsung berpamitan. Setelah mencium keningku dia lalu masuk ke dalam mobil sebelum akhirnya pergi bersama dengan mobilnya.

Tidak kehabisan akal, aku menyuruh mama untuk mengirim pesan kepada mas Riko sekitar jam sepuluhan melalui sambungan telepon. Aku meminta mama untuk mengatakan  jika aku sudah sampai di rumah mama.

"Ma, tolong kirim pesan pada mas Riko dan bilang jika aku sudah sampai di sana ya," ujarku yang membuat mama bingung.

"Maksudnya bagaimana, Sayang?" tanya mama.

Awalnya mama bingung mendengar permintaan anehku, namun setelah mendengar penjelasanku mama pun akhirnya mau melakukannya. Mama melakukan itu juga supaya tidak terjadi kesalahpahaman antara aku dan mas Riko serta semuanya jelas.

(Riko percaya jika kamu sudah sampai di sini, Sayang.)  Pesan yang dikirim mama padaku. Syukurlah jika mas Riko percaya.

Setelah semua rencana berjalan dengan baik, kini saatnya aku menunggu  kepulangan suamiku. Walaupun lama menunggu, aku akan menantikannya, menantikan saat dia tiba di rumah. Sampai saat ini aku masih berharap jika dia pulang untuk malam ini.

"Semoga kecurigaanku ini tidak benar, Mas. Semoga kamu pulang ke rumah malam ini," gumamku.

Detik demi detik, menit demi menit dan jam demi jam pun berjalan hingga akhirnya tiba juga pukul tujuh malam. Tidak ada tanda-tanda juga jika mas Riko pulang. Tidak terdengar suara mobil atau apapun dari luar. Sepertinya dia memang  benar-benar tidak akan pulang malam ini.  

"Mungkin dia masih ada urusan dahulu sehingga belum pulang," gumamku yang masih berpikir positif. Hingga akhirnya pukul sembilan malam pun tiba dan dia masih belum pulang juga.

Aku sengaja mengirim pesan untuknya, bertanya apakah dia sudah tidur atau belum. Hanya untuk memastikan jika dia sudah tidak  berada di kantor atau tidak ada urusan apapun lagi di luar.  

(Mas udah tidur?) Isi pesan yang sengaja kukirimkan padanya.

Tidak menunggu lama, pesanku pun langsung dibalas oleh mas Riko.

(Baru mau merem ini, Sayang. Kamu sendiri belum tidur?)  Jawaban yang  membuatku langsung mengernyitkan keningku.

(Belum nih Mas, belum ngantuk. Oh ya kamu tidur di mana? Di kamar apa di sofa?) Isi pesan yang sengaja kutulis untuk memancing jawabannya lagi.

(Di kamar kok, Sayang. Di Sofa kan nggak ada AC nya, aku nggak bisa tidur kalau panas. Kamu tahu sendiri kan jika aku tidak bisa tidur tanpa AC?) 

Balasannya kali ini membuktikan satu kebohongan lagi darinya. Rasanya ingin sekali ku jambak rambutnya dan kupukul wajahnya saat ini juga, namun aku masih harus bersabar.  Aku harus membuat dia malu dan bertanggung jawab dengan apa yang telah dia lakukan terlebih dahulu.

(Iya aku tahu jika kamu tidak bisa tidur jika tanpa Ac. Ya sudah kalau begitu tiba-tiba mataku ngantuk nih, tidur dulu ya. Selamat malam, Sayang.)  Aku sengaja masih berpura-pura tidak mengetahui jika dia tidak berada di rumah sekarang agar dia tidak merasa curiga denganku.

Balasan selanjutnya dari mas Riko, dia mengirim emoticon love banyak sekali. Ada kali sampai dua puluh emoticon yang langsung memenuhi layar ponselku. Namun aku malas untuk membalasnya. Rasa kepercayaanku pun sudah tidak ada lagi untuknya.

Aku segera memejamkan mataku. Rasanya tidak sabar menunggu pagi untuk pergi ke rumah Ibu mertua dan memberikan kejutan pada semua serta membuat mereka mengakui semua yang telah mereka lakukan di belakangku.

"Kita lihat saja kejutan apa yang akan kuberikan pada kalian besok. Kalian pasti akan sangat kaget!" gumamku

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kuatkan aja hati mu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Alasan yang menyakitkan

    Malam itu menjadi malam terpanjang yang pernah kulalui. Aku tidak sabar untuk menantikan hari esok di mana semua keluarganya akan ku buat malu dengan apa yang telah mereka lakukan. Bagaimana tidak, keluarga merekalah yang dulu sangat ingin berbesanan dengan keluargaku. Sedikit cerita, sejujurnya mas Riko lah yang mengejarku saat itu. Aku hanya sebatas kenal dengannya karena memang bapaknya mas Riko adalah pegawai papa. Setelah pertemuan pertama dengan mas Riko, dia lalu sering datang ke rumah hanya untuk sekedar main. Dari situ lah kita mulai akrab dan sering jalan bareng. Hingga akhirnya aku bisa membalas perasaan mas Riko padaku. Awalnya Papa kurang setuju dengan hubunganku dan mas Riko. Namun setelah melihat kesungguhan dan tanggung jawab darinya papa akhirnya merestui hubungan kami. "Melihat kesungguhan dan juga kerja keras dari Riko, maka Papa merestui hubungan kalian," ujar papa kala itu. Setelah kami menikah papa kemudian memberi jabatan yang lebih baik di kantor untu

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-19
  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Kinan dan Lidia

    Pertanyaan demi pertanyaan muncul di kepalaku. Entah apa yang harus ku lakukan setelah ini, aku bahkan belum bisa memikirkannya. Walaupun hari masih pagi, namun hatiku sudah sangat panas, terbakar. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan membalas perbuatan mereka. Akan ku balas penghianatan serta penghinaan ini. Baru saja aku sampai di rumah ponselku terus saja berdering. Panggilan masuk dari mas Riko. Beberapa kali panggilan masuk darinya ku tolak, akhirnya mas Riko menyusulku pulang juga. "Sayang, dengarkan penjelasanku dahulu," ujarnya. Lagi-lagi dia memintaku untuk mendengarkan penjelasan yang sebenarnya tidak perlu dia sampaikan itu. Karena semuanya sudah jelas. "Penjelasan apa, Mas? Penjelasan jika kamu akan segera punya anak????!!! Selamat ya!!!!" seruku lalu mengambil tas dan langsung pergi meninggalkan mas Riko. "Kamu mau kemana? Jangan bertingkah bodoh. Kita bicarakan masalah ini dulu dengan kepala dingin. Saat ini kamu masih sangat emosi, jangan pergi kemana-m

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-19
  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Apa yang kamu mau, Mas?

    Sekali lagi perawat memanggil nama Riana Dewi Utami namun tidak ada siapapun yang datang. "Riana Dewi Utami? Kaya pernah dengar," gumam Lidia lirih. "Apa, Lid?" tanyaku. "Em, enggak papa, Lis," jawabnya. Karena tidak ada pasien lagi, Kinan pun kemudian keluar dan menghampiri kami. Kita bertiga segera beranjak dari rumah sakit. Entah mau pergi kemana selanjutnya kita belum menentukan tujuannya. "Kita ke taman aja kali ya, cari udara segar," kata Kinan dalam perjalanan. "Memangnya Dokter Kinan Yulia Wardani sudah makan?" tanyaku menggodanya. "Apa sih Lis, jangan gitu ah. Nggak enak nih dengarnya," jawab Kinan. "Lah memang benar kan, Dokter Kinan Yulia Wardani," godaku lagi. Jika sudah bertemu dengan teman-teman dan kumpul bertiga seperti ini kita bisa melupakan semua masalah yang ada. Lidia hanya tertawa mendengarku menggoda Kinan sembari menyetir mobil. Sesampainya di taman kita segera mencari tempat yang nyaman untuk mengobrol. Untungnya ada beberapa gazebo di sana.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Sebuah Harapan

    "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu tiba-tiba ingin bercerai dari Riko?" tanya papa. "Seperti yang kukatakan tadi, Pa. Lisa hanya merasa bersalah karena tidak bisa memberiku keturunan. Bukan begitu, Sayang?" sahut mas Riko dengan tenang. "Benar begitu, Lisa?" tanya papa lagi. "Katakan saja apa yang sebenarnya terjadi, Lisa! Apakah yang kamu curigai dari Riko itu terbukti?" Kali ini mama ikut menimpali. Dia tahu jika aku mencurigai mas Riko bertindak tidak beres di belakangku. "Curiga? Kamu mencurigaiku soal apa, Sayang?" tanya mas Riko dengan nada terkejut. Mama memandangku tajam. Kemarin aku memang sempat meminta bantuan mama untuk membohongi mas Riko. Namun mama juga belum tahu kelanjutannya karena aku belum bercerita lagi padanya. "Apa yang Lisa katakan pada Mama? Dia mencurigaiku soal apa, Ma? Tolong katakan padaku," ucap mas Riko lagi. Entah kenapa tiba-tiba saja mulutku serasa terkunci. Sulit sekali mengatakan soal pernikahan siri mas Riko di belakangku. Apakah mu

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08
  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Anak mas Riko meninggal

    Hari sudah sore akupun kembali ke rumah. Membawa selembar kertas berisikan alamat rumah Ria yang tadi diberikan Kinan padaku. Selembar kertas itu ku taruh di dalam laci meja kamar. Aku akan mendatangi alamat itu besok untuk mencari bukti Bagaimanapun juga, Mas Riko masih untuk kutunjukkan pada papa. Tiba-tiba kudengar Mas Riko pulang ke rumah. Entah untuk tujuan apa dia pulang. Dia mendekatiku, matanya seakan mengatakan bahwa dia merasa sangat bersalah. Aku yang masih enggan untuk berbicara dengannya pun segera memalingkan muka. "Lis, aku datang untuk..." ucapnya. "Maaf, Mas. Aku belum ingin bicara sama kamu untuk saat ini. Mungkin lebih baik kamu kembali ke rumah istrimu yang lain," terangku. "Sejujurnya aku mau bilang jika sikapku kemarin keterlaluan. Aku bahkan berani berbohong pada mama dan papa. Membuatnya seolah-olah kamu yang berbohong. Aku melakukan itu semua semata-mata hanya karena tidak ingin rumah tangga kita berantakan," jelasnya. "Memangnya kamu pikir keluarg

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08
  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Lidia?

    Semalaman aku hanya memikirkan apa yang sebenarnya ingin Ria sampaikan. Jujur, aku bisa melihat dengan jelas dari matanya jika dia tidak bahagia. Mungkin kalian akan menganggapku bodoh karena peduli dengan istri siri suamiku. Namun mungkin saja dari sinilah aku akan menemukan bukti kuat untuk menjatuhkan mas Riko dan keluarganya.Pagi itu aku menghubungi Kinan untuk memata-matai mas Riko dan Ibu. Mungkin saja ada kesempatan untukku menemui Ria tanpa adanya mereka."Ria sudah dibawa pulang Riko dan Ibunya tadi malam, Lis," ungkap Kinan."Hah??? Bukannya Ria masih harus mendapatkan perawatan medis ya, Nan?" "Benar, Lis. Tapi entah kenapa Riko dan Ibunya meminta untuk membawa Ria pulang tadi malam," sambung Kinan.Pertanyaan demi pertanyaan pun muncul di benakku. Sepertinya firasatku benar. Ria memang tidak bahagia menikah dengan mas Riko, pasti ada sesuatu."Oh ya udah, Nan. Thanks ya," ucapku.Selesai menelepon Kinan aku langsung mencari kertas berisikan alamat rumah Ria yang kemarin

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08
  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Lidia datang

    Ponselku berdering ketika aku masih bersama dengan Kinan. Sebuah panggilan masuk dari Lidia. Aku tahu jika saat ini dia sedang merasa sangat bersalah padaku. Namun walaupun begitu, aku tetap merasa kesal dan kecewa padanya. "Siapa, Lis?" tanya Kinan setelah kulihat ponselku."Lidia," jawabku.Kinan hanya menatapku. Dia pasti bingung dengan keadaan saat ini. Harus bersikap bagaimana. Tidak mungkin dia akan membuatku tambah membenci Lidia."Mungkin Lidia punya alasan menyembunyikan ini semua darimu, Lis," ujar Kinan."Apapun itu alasannya dia tetap sudah menghianatiku, Nan. Sebagai sahabat dia seharusnya memberitahuku saat dia tahu kebrengsekan mas Riko. Tapi ini? Dia malah ikut merahasiakannya dariku," jawabku yang masih merasa kecewa dengan Lidia.Kinan akhirnya diam. Dia pasti juga berpikiran sama denganku.Telepon dari Lidia kuhiraukan membuatnya kemudian mengirim pesan untukku.(Maafkan aku, Lis. Aku punya alasan soal ini semua. Aku bisa menjelaskannya padamu.) Entah apapun itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08
  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Pov Lidia (Bagian satu)

    Hari ini aku melihat suamiku berselingkuh dengan temanku sendiri. Rasa kecewa, marah, sedih bercampur jadi satu. Marah dengan mas Radit dan juga sangat kecewa dengan Intan, temanku. Aku bingung harus bagaimana saat ini? Di satu sisi aku masih membutuhkan mas Radit sebagai ayah dari Lalita, anakku. Namun di isisi lain, kemarahan dan kekecewaan ini menyuruhku untuk berpisah darinya.Sedih memang, namun aku harus terus meneruskan hidup. Bagaimanapun jiga dunia tetaplah berputar. Aku menghubungi dua sahabat baikku untuk bercerita serta untuk mengeluarkan unek-unek di dalam hati. Aku akan merasa sedikit lega jika berbagi cerita dengan sahabat-sahabatku. Pasti mereka punya solusi untuk masalahku ini.Pertama aku menelepon Lisa untuk ku ajak bertemu. Namun saat itu dia bilang tidak bisa datang karena salonnya sangat ramai dan tidak bisa ditinggal. Aku sedikit kecewa dengan jawaban yang diberikan Lisa. Memang aku belum menceritakan duduk permasalahannya. Namun kenapa dia tidak mau bertemu

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08

Bab terbaru

  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Kepergian Mila tanpa pamit

    Hari ini sepulang dari salon, aku pergi ke rumah Mila. Aku merasa khawatir dengan salah satu karyawan salonku itu. Tidak bisanya dia begini. Dia selalu menghubungiku jika ada urusan ataupun saat dia sakit. Tapi kenapa kali ini tidak? Hari ini aku akan menyelesaikan dulu soal Mila. Lebih baik aku menghubungi bapaknya mas Riko dan mengatakan apa yang sedang anaknya itu perbuat pada istri sirinya. Ku ambil ponselku kemudian menghubungi nomer pak Beni. Nomer yang sengaja tidak kuhapus sampai saat ini. Tut...tut...tut... Panggilanku segera terhubung ke ponsel mantan bapak mertuaku itu. Tak perlu menunggu waktu lama, bapak segera menjawab panggilan dariku. "Halo, Lisa. Ada apa? Tumben sekali kamu menghubungi bapak. Pasti ada hal yang penting kan?" tanya bapak. "Iya, Pak. Ada sesuatu yang harus bapak tahu," balasku. "Apa, Lisa? Apa ini ada hubungannya dengan Riko?" "Iya, Pak. Mas Riko menyekap tante Laras, istri siri bapak," lanjutku. "Kamu serius, Lisa? Bukankah Laras bilang akan

  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Mas Riko berulah lagi

    Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih seperempat. Kubuka pintu gerbang rumah kemudian mengeluarkan motor butut kesayanganku. Hari ini aku akan pergi ke salon. Sudah lama aku tidak ke salon semenjak proses perceraianku dengan mas Riko. Kunyalakan motor butut itu kemudian langsung berangkat menuju salon. Tiga puluh menit perjalanan akhirnya aku sampai juga di salon. Kulihat salon sudah ramai pelanggan. "Selamat pagi, Bu," sapa Eni. "Pagi, En." Aku melihat karyawan salonku satu persatu. Namun aku tidak melihat Mila sama sekali. "Di mana Mila, En?" tanyaku pada Eni. "Mila nggak datang, Bu." "Loh sejak kapan?" "Dua hari yang lalu," jawab Eni. "Loh kok nggak ada yang kasih tahu saya? Apa dia sakit?" tanyaku. "Saya nggak tahu, Bu. Dia nggak menghubungi saya juga soalnya," balas Eni. "Oh begitu, makasih ya, En." "Iya, Bu. Kalau begitu saya lanjut kerja lagi ya," kata Eni. Aku segera masuk ke dalam ruanganku untuk menghubungi Mila. Gara-gara banyak masalah yang terjadi

  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Bertemu tante Laras

    "Hai, Tante," sapaku pada tante Laras. "Halo, Sayang," balas tante Laras. "Maaf ya udah bikin tante menunggu," lanjutku. "Nggak papa, Sayang. Tante juga baru saja datang kok. Justru tante yang minta maaf karena sudah menganggu waktumu," ujar tante Laras kemudian."Aku nggak merasa terganggu sama sekali, Tante. Aku justru senang jika tante berkenan menceritakan masalah tante padaku," jawabku. Tante Laras kemudian mulai menceritakan hubungannya dengan pak Beni. "Apa menurutmu hubungan tante dengan mas Beni harus diakhiri saja ya, Lis?" tanya tante Laras padaku."Kenapa diakhiri, Tante? Bukankah kalian sama-sama saling menyayangi?" "Itu benar. Tapi tetap saja pernikahan kita hanyalah pernikahan siri yang tidak diakui oleh negara. Tidak lebih dari itu," ungkap tante laras."Memangnya apa salahnya menikah siri jika kalian sama-sama merasa nyaman?" kataku berusaha membuat tante Laras tetap semangat. Bukan membenarkan pernikahan siri ini, namun aku hanya tidak ingin membuatnya sedih. A

  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Rencana Lidia dan Imran

    Ponselku berdering saat aku hendak memejamkan mata. Saat kulihat ternyata sebuah panggilan masuk dari tante Laras. "Ada apa dia menghubungiku malam-malam begini?" gumamku.Merasa penasaran kenapa dia menghubungiku malam-malam begini, aku pun langsung menjawab panggilan dari tante Laras."Halo, Tante," kataku memulai obrolan."Hai, Lis. Lagi ngapain?" tanya tante Laras."Lagi mau tidur nih, Tante. Ada apa Tante menghubungiku malam-malam begini?" tanyaku kemudian."Tante ganggu ya?" tanya tante Laras."Nggak kok, Tante. Tenang saja," sambungku."Sebenarnya Tante mau cerita sama kamu. Apa kamu nggak keberatan dengerin cerita Tante?" tanya tante Laras setelah itu."Cerita soal apa, Tante?" tanyaku."Soal hubungan tante dengan mas Beni," jawab tante Laras setelah itu."Kenapa memangnya dengan hubungan kalian?""Tante mau kita ketemu saja ya besok. Bisa nggak kira-kira, Lis?" tanya tante Laras."Em sebenarnya aku mau ke salon sih, Tante. Tapi nggak papa deh. Ke salonnya bisa lusa saja," j

  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Aku VS Ibu mas Riko

    "Kamu seharusnya bersyukur bisa menjadi istri Riko. Dia sudah banyak membantumu dan keluargamu kan selama ini?!" terdengar suara Ibu membentak Ria."Beruntung bagaimana ya? Dia diperkosa oleh mas Riko, itu apa sebuah keberuntungan?!" sahutku yang tiba-tiba masuk ke ruang rawat Ria dan membuat ibu mas Riko kaget."Lisa! Ngapain kamu di sini. Jangan ikut campur kamu?! Urusanmu dengan Riko sudah selesai kan? Jangan malah menambah masalah baru!!" gertak ibu mas Riko."Memang benar urusanku dengan mas Riko sudah selesai. Tapi urusan mas Riko dengan Ria belum selesai. Di sini aku hanya berusaha membela Ria. Perempuan yang sangat menderita setelah menjadi istri siri mas Riko!" gertakku balik.Ayah Ria dan Ria hanya diam saja mendengarku dan ibu mas Riko saling beradu mulut."Menderita kamu bilang?! Ria sangat bahagia hidup dengan Riko selama ini, bukan begitu, Ria?" tanya Ibu mas Riko seraya menatap ke arah Ria.Ria tidak menjawab pertanyaan ibu mas Riko. Dia hanya diam saja tanpa mengatakan

  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Mas Riko bebas

    "Halo, Lis," kata Lidia melalui sambungan telepon."Hai, Lid. Ada apa?" tanyaku."Bagaimana Ria? Dia jadi dioperasi kan?""Jadi kok. Ini sudah selesai dan dia sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa," jelasku. "Syukurlah jika begitu. Berarti Kinan bisa meyakinkan dokter Indra dong kalau begitu?" tanya Lidia."Iya. Jika kuperhatikan sepertinya Kinan dan dokter Indra ada sesuatu deh," ucapku membuat Lidia kaget."Masa sih? Nggak mungkin lah. Kamu kaya nggak kenal Kinan aja. Dia kan susah sekali di dekati," kata Lidia kemudian."Kali ini beda, Lid. Sepertinya Kinan yang menaruh hati pada dokter Indra deh," tebakku."Ah masa sih?" kata Lidia masih belum percaya."Iya sepertinya. Nanti jika kita bertemu Kinan kita tanya saja langsung padanya," sambungku. "Sip deh. Oh iya, ada berita penting nih, Lid" lanjut Lidia membuatku penasaran. "Berita apa?" tanyaku penasaran."Riko di bebaskan dari tuntutannya. Polisi bilang tidak ada bukti kuat yang bisa memenjarakan Riko," kata Lidia."What???

  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Kinan berhasil meyakinkan

    Dengan desakan yang dilakukan oleh Kinan akhirnya Ria berhasil juga di operasi. Dia sudah siuman dan juga sudah dipindahkan ke kamar rawat biasa satu jam yang lalu."Kenapa kamu nggak pernah cerita padaku jika perutmu sering sakit?" tanyaku pada Ria."Saya tidak ingin membuat bu Lisa ataupun yang lain khawatir," jawab Ria."Tapi pasti sakit banget kan?"Ria hanya menganggukkan kepalanya. "Untunglah kamu tinggal di rumah jadi mama tahu jika kamu demam dan segera membawamu ke rumah sakit. Coba kalau tidak, nyawamu jadi taruhannya, Ria," sambungku."Iya, Bu. Terimakasih sudah menolong saya. Saya sangat bersyukur bisa mengenal keluarga kalian. Orang-orang yang sangat baik dan tidak membeda-bedakan orang lain," kata Ria selanjutnya."Semua manusia itu sama, Ria. Jadi untuk apa di beda-bedakan. Hanya saja kami memang tidak menyukai orang jahat," jawabku seraya tertawa."Pokoknya terimakasih banyak ya bu Lisa atas pertolongannya selama ini. Saya sudah banyak merepotkan keluarga bu Lisa," s

  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Tanda tangan

    Ternyata masih ada plasenta yang masih tertinggal dalam rahim Ria. Sepertinya saat itu mas Riko dan Ibunya tidak begitu memperhatikan Ria setelah tahu jika bayi mereka meninggal dunia."Lalu apa yang harus kita lakukan, Dok?" tanyaku kemudian."Dia harus menjalani operasi dengan segera guna mengambil plasenta yang tertinggal," jawab dokter.Apakah selama ini Ria tidak merasakan ada keanehan atau rasa sakit dalam perutnya? Kenapa dia tidak mengatakannya??"Baik, Dok. Lakukan apapun itu asalkan dia bisa kembali sehat," ucapku pada akhirnya."Baiklah jika begitu. Saya harus mendapatkan tanda tangan dari suaminya terlebih dahulu," lanjut dokter."Suami, Dok? Suaminya nggak ada. Bolehkah jika ayahnya saja yang tanda tangan?" tanyaku."Boleh boleh saja. Tapi saya lebih menyarankan jika suaminya saja yang menandatanganinya," tambah dokter."Tapi suami dia sedang berada di kantor polisi saat ini, Dok. Bisakah diwakilkan saja?" tanyaku lagi."Aduh saya tidak berani memgambil tindakan jika buka

  • Balasan Untuk Suami Penghianat   Ria Sakit

    Aku menemui tante Laras seperti janjiku lewat telepon kemarin. Entah apa yang sebenarnya ingin dia katakan padaku."Hai, Lisa," sapa tante Laras yang baru saja datang."Hai, Tante," sapaku."Maaf ya udah bikin kamu nunggu," lanjut tante Laras. "Nggak kok, Tante. Aku juga baru saja datang," jawabku.Tante Laras kemudian memesan minuman dan makanan untuknya dan juga untukku."Mau makan apa, Lisa?" tanya tante Laras."Aku sudah makan, Tante. Aku pesan minum saja," jawabku.Setelah memesan makan dan minum tante Laras kemudian duduk dan berbicara serius denganku."Ini soal istri sahnya mas Beni. Dia nggak mau diceraikan, Lisa," kata tante Lisa."Hah???? Yang bener, Tante?" tanyaku kaget."Iya, Lisa. Padahal mas Beni sudah mengatakan jika dia lebih memilih Tante dari pada istri sahnya itu, namun dia tetap saja kekeh tidak mau diceraikan," lanjut tante Laras."Kok ada ya perempuan seperti itu. Sudah tahu kita disakiti sama pasangan, eh tetep saja mau mempertahankan rumah tangganya," ujarku

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status