Share

Bab 3

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-26 18:34:03

 

Tiga kali Fatma menghirup napas dan  mengembuskannya, lalu kaki jenjang yang terbalut rok panjang itu melangkah menuju meja makan menghampiri mereka yang sedang tertawa ria.

 

Lebih tepatnya tertawa di atas derita Fatma, menyadari jika mantan kakak madunya menghampiri, seketika Wirda diam membisu mengakhiri tawanya.

 

Tatapan matanya tak henti menyorot Fatma yang sedang mengambil piring lalu mengisi nasi juga lauk pauknya ke piring tersebut dengan wajah tenang walau terlihat sembab.

 

"Buka puasa, Bund, eh Fatma."

 

Ahza mulai membiasakan diri untuk tidak memanggilnya 'Bunda' panggilan spesial yang selalu di ucapnya saat pertama kali memiliki Uwais.

 

Fatma diam tak sepatah katapun mengucap kata, wanita itu sibuk memilih makanan Yang akan disuguhkan kepada kedua anak tercintanya.

 

"Mau di bawa kemana, Bund, eh Fatma? di sini saja makannya," tutur Ahza.

 

Namun, wanita berhijab merah marun itu tetap diam tak bergeming, tangannya masih sibuk mengisi air ke dalam teko untuk stok minuman di dalam kamarnya.

 

Setelah di rasa cukup, wanita itu membawa nampan yang berisi makanan juga minuman ke dalam kamarnya. Akan tetapi, suara panggilan Ahza kembali membuatnya terhenyak dan menghentikan langkah.

 

Kenapa lelaki itu begitu sok peduli? bukankah dia sudah membuangku! Fatma geram.

 

Tak dihiraukan dua pasang mata yang sedang memperhatikannya, lantas ia segera beranjak karena merasa muak.

 

"Fatma! Di mana Uwais? kenapa dia ga buka puasa?" 

 

Wanita itu hanya tersenyum masam, lalu mempercepat langkah karena di dalam kamar sana ada dua buah hatinya yang sedang menunggu.

 

Melihat Fatma yang melengos begitu saja Ahza merasa jengah, ia tak terbiasa diacuhkan oleh Fatma, selama ini mantan istri pertamanya itu selalu bersikap manis dan lembut walau beratus-ratus kali dirinya menorehkan luka.

 

Ahza mulai kesal lalu ia bangkit untuk menyusul Fatma. Namun, Wirda sigap mencekal tangannya.

 

"Mau kemana, Mas?" 

 

"Mau lihat Uwais." sebelah tangannya berhasil melepaskan cengkraman Wirda, lalu lelaki itu segera melangkah menyusul Fatma ke kamarnya.

 

"Kenapa kita makan di kamar sih, Bund?"

 

"Mulai sekarang kita harus terbiasa hidup tanpa Ayah."

 

Langkah kaki Ahza terhenti di depan pintu karena mendengar percakapan anak sulung bersama ibundanya yang cukup membuat hatinya sedikit teriris.

 

Ahza berdiri mematung di depan pintu yang terbuka sedikit untuk mendengar percakapan mereka.

 

"Kenapa?" bocah kecil itu bertanya dengan mulut penuh, telaten Fatma menyuapi kedua anaknya tanpa sesuap pun makanan itu di masukkan ke dalam mulutnya, ia hanya fokus pada perut Uwais yang seharian belajar berpuasa juga Fatimah si bungsu.

 

"Karena Ayah sudah menceraikan Bunda, sekarang Ayah sudah seutuhnya milik Bunda Wirda."

 

Mendengar itu Uwais langsung menghentikan aktivitas mengunyahnya, walau masih belia tetapi ia faham tentang kata cerai, yang berarti harus berpisah dan tak bisa bersama lagi.

 

"Jangan sedih, walau kami bercerai tapi, Ayah dan Bunda tetep orang tua kamu kok," ujar Fatma seraya tersenyum meyakinkan.

 

Namun, ungkapan itu tak dapat mengobati goresan luka di hati Uwais, bocah itu mendadak kehilangan selera makannya dalam sekejap.

 

"Bunda sama Ayah Pisah gara-gara Bunda Wirda ya?" 

 

Manik mata bocah itu mulai mengembun seraya menatap nanar wajah ibundanya, tak kuasa Fatma melihat itu. Namun, apa boleh buat sedini mungkin ia harus memberitahu putra sulungnya agar kelak ketika ia benar-benar pergi, tak lagi merasa heran dan banyak melontarkan pertanyaan.

 

"Ini takdir Allah, Sayang, kita harus khusnudzon jika apapun yang di takdirkannya adalah yang terbaik, kita harus beriman pada qodo dan qodar ya."

 

Fatma berusaha membingkai senyum di bibir merahnya, walau dalam hati terasa perih menyayat-nyayat.

 

"Emang Bunda ga sedih pisah sama Ayah?"

 

Pertanyaan itu sontak membuat aktivitas Fatma terhenti dan terdiam beberapa saat.

 

Tentu saja sangat sakit, bahkan aku ingin menangis dan menjerit sekencang mungkin, lirih Fatma dalam hati, tentu ia takkan berani mengatakan hal itu, cukup dirinya sendiri yang menelan setiap kepahitan.

 

"Engga, Sayang, 'kan Bunda sudah bilang kita harus menerima dengan ikhlas setiap takdir Allah, insya Allah ada hikmah yang baik dibalik ini semua."

 

Mendengar percakapan itu hati Ahza mulai berdesir perih, tak menyangka jika istri yang baru saja ia talak memiliki hati setegar karang.

 

Ia kira Fatma akan murung dan abai terhadap kedua anaknya, tapi ternyata ia masih tetap sama, mengurus kedua anaknya seperti sedia kala, hanya satu yang berbeda yaitu sikapnya berubah dingin dan acuh terhadap dirinya.

 

Ada sedikit sesal yang terbesit dalam hati Ahza, ia faham betul yang dibuang itu adalah berlian. Namun, hasratnya terhadap dunia menjadi tembok penghalang, ia ingin jaya kembali seperti tahun-tahun lalu.

 

Dan yang bisa membuatnya bangkit ialah Wirda. Namun, wanita licik itu memberi syarat harus membuang Fatma terlebih dulu baru ia akan membantu.

 

Aarghh! Ahza mendengkur pelan karena merasa pening atas keputusan yang ia buat, ia berandai-andai jika saja yang mampu membantunya itu ialah Fatma. Namun, bisa apa ia selain mengurus rumah dan kedua anaknya.

 

Ahza juga Wirda belum mengetahui jika Fatma memiliki sepupu kaya raya, ia hanya tahu jika sepupunya Fatma itu seseorang yang sedang merintis usaha.

 

Fatma pernah memberi usul untuk meminjam uang pada Fatan sepupunya. Namun, Ahza menolak tentu saja ia merasa gengsi, pasalnya ia selalu memamerkan keberhasilannya pada semua orang, berhasil dalam bisnis juga berhasil beristri dua.

 

Lelaki egois itu tak ingin Fatan ataupun orang lain tahu jika dirinya sedang dilanda kesulitan, ia hanya ingin semua orang memandangnya kagum penuh hormat.

 

 

*

 

Gimana, Dek, kapan uangnya di transfer? tanya dong sama Papa kamu." 

 

Ahza mulai risau pasalnya sang mertua tak kunjung memberinya uang untuk modal untuk menyambung usaha, padahal ini sudah satu minggu lebih dirinya menjanjikan.

 

"Emmm ... nanti katanya, pengajuan pinjamannya belum di ACC sama bos-nya." Dengan hati-hati Wirda katakan itu.

 

"Kok lama sih? Mas malu kalau restoran kita terlalu lama tutup, apa kata mereka, Mas ga mau mereka tahu kalau sekarang Mas sudah bangkrut, mana sebentar lagi waktunya bayar sewa tempat lagi." Ahza semakin gelisah memikirkan nasib usahanya yang belum memiliki solusi.

 

Sementara di depan pintu kamar Fatma sedang berdiri menguping setiap pembicaraan mereka, ia tersenyum masam dan puas, karena Fatan sudah diberitahu agar tak menyetujui permohonan pinjaman uang ayahnya Wirda yang cukup arogan itu.

 

Untungnya Fatan percaya dan merasa iba setelah ia mengetahui jika sang kakak sepupu diperlakukan sedemikian rupa.

 

Terus saja kamu berharap pada manusia, Mas. Gumam Fatma dalam hati.

 

Sementara Ahza bingung setengah mati memikirkan usaha yang selama ini di banggakan di hadapan orang banyak. 

 

Dia tak ingin kehilangan segalanya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Arumni Arumni
lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 4

    "Sudah hampir dua Minggu lho, Dek ini, mana katanya Papamu mau tansfer." Ahza semakin gusar seraya terus memandang aplikasi M-Bangking di ponselnya.Begitu pula dengan Wirda, ia pun tak kalah risau kala sang papa masih menjawab dengan jawaban yang sama ketika ia bertanya perihal uang itu. "Masih belum disetujui oleh bos."Wirda bosan mendengar jawaban itu kerap kali menelpon papanya, ia kecewa karena kali ini papa tak menuruti keinginnya."Dek! Kok kamu diem sih?!" Ahza mulai jengah karena akhir-akhir ini istri satu-satunya itu banyak bertele-tele."Ya gimana dong, Mas, uangnya belum cair, emang kamu ga punya tabungan?" "Tabungan dari Hongkong! Uangku itu sudah habis di pake kamu belanja dan foya-foya," jawab Ahza kesal.Bagaimana tidak kesal saat ingat begitu tidak adilnya ia terhadap Fatma, ia memanjakan Wirda dengan kemewahan tetapi tidak dengan Fatma, wanita itu terlalu banyak sabar dan mengalah, ia tak begitu tertarik pada perhiasan juga gamis-gamis mahal.Baginya pakaian yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-26
  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 5

    "Terus sekarang gimana? uang kita sudah menipis!""Engga tahu, Mas, kita pikirin nanti aku lapar ini." Wirda melenggang masuk menuju dapur, berharap jika Fatma akan menyajikan sedikit makanan untuk mengganjal perutnya.Sedangkan Ahza mendengus kesal saat melihat istrinya begitu saja mengingkari janji, tak dapat dipungkiri ia pun merasa lapar, karena semenjak berbuka puasa hanya satu lembar roti tawar berisi selai coklat yang Wirda hidangkan dan air putih dingin sebagai pelepas dahaga.Tanpa ada sop buah, takjil buatan Fatma dan masakkannya yang sudah terkenal lezat di lidah, Ahza memang merasakan ramadhan kali ini berbeda dengan sebelumnya.Wirda melangkah menuju dapur sembari memegangi ulu hatinya, perut mulai terasa melilit kala menghirup aroma kuah rawon yang menguar di sekitar dapur.Beberapa kali wanita itu menelan air liur saat aroma rawon begitu menusuk indra penciumannya. Namun, nahas rawon itu milik Fatma, dan sepertinya mantan kakak madunya itu enggan untuk berbagi.Wirda me

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-26
  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 6

    "Wirda!" Teriak Ahza menggema, bahkan Fatma yang sedang khusyuk membaca Alquran pun sampai terperanjat mendengar teriakkan itu."Wirda!" Ia berteriak kedua kalinya karena Wirda tak kunjung menghampiri.Ahza mulai kesal, ditendangnya ember yang teronggok di pojok toilet hingga benda itu retak, tak sampai disitu ia juga menendang bak mandi dengan kerasnya."Awww!" Suara erangannya menunjukan jika kakinya merasa kesakitan akibat benturan keras."Ada apa, Mas teriak-teriak?" Wirda menghampiri dengan raut wajah yang kesal."Cepat cuci toiletnya, bau kaya begini.""Engga ah, Mas, aku lagi lapar mana tahan, sudah biarkan nanti dicuci sama Mbak Fatma saja, sekarang kita keluar cari makan."Ia telah lupa siapa Fatma di rumah itu, posisinya bukan lagi seorang istri hingga semuanya dibebankan pada Kaka madunya seperti tempo hari."Fatma terus! Sampai kapan kamu bergantung sama orang lain hah?! Lupa kalau dia itu bukan lagi istriku, kamu sendiri yang minta aku supaya menceraikannya, tanpa sadar

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 7

    Senja mulai muncul, sudah menjadi rutinitas Fatma di jam seperti ini ia keluar membeli makanan di warung makan atau restoran terdekat.Lelah memang. Namun, ia tak mengeluh dijalaninya rutinitas baru itu dengan penuh kesabaran. Uangnya telah menipis terbesit rasa bingung di hati, bagaimana makan untuk esok hari?Akan tetapi keyakinan terhadap Tuhannya begitu kuat, ia yakin Allah Maha Kaya, Maha Pemberi Rizki, takkan mungkin membiarkan hambanya kelaparan, terlebih seorang hamba itu beriman padanya.Dipandangi dompet berwarna soft pink berukuran kurang lebih satu jengkal itu, tinggal satu lembar warna biru, ia menghela napas lalu melangitkan doa dalam hatinya agar Allah senantiasa memberi kecukupan pada dirinya dan kedua anaknya.Ingin meminta pada Ahza ia segan, terlebih mengetahui jika keadaannya pun sedang tak memungkinkan, usahanya berada diambang kebangkrutan."Kak Fatma." Suara seorang lelaki membuyarkan lamunan, ia menengok ke asal suara, Fatan, sedang apa dia di rumah makan seder

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 8.A

    "Mbak, please tolong Mas Ahza." Wirda mengiba dengan cara menangkupkan kedua telapak tangannya.Fatma masih tak bergeming ia malah melengos dari hadapannya. Namun, Wirda tak putus asa ia membuntuti Fatma hingga ke depan pintu kamar."Tunggu di sini!" tegas Fatma lalu menutup pintu itu sedikit keras.Ada kesal yang menyeruak dalam dadanya. Disaat sakit mereka mencari, lalu dimana mereka ketika saat itu sedang bersenang-senang? ternyata kedua orang itu hanya ingin berbagi duka, gumamnya, lalu Fatma tersenyum getir.Di dalam kamar ia lekas mencari selembar kertas dan pulpen lalu tangannya mulai menulis resep."Ini resep ramuan obat sakit lambungnya suamimu, buat saja sendiri aku malas."Fatma segera menutup pintu rapat-rapat, tanpa memberi kesempatan pada mantan adik madunya untuk bertanya, ia sudah malas jangankan untuk bicara, untuk bertatap muka saja ia risih.*Sementara di luar sana Wirda mencebik lalu mendengkus kesal.Bagaimana ia bisa membuat ramuan yang terbuat dari rempah-rempa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 8.B

    Tak dihiraukan bau tubuh Ahza yang menyengat, lantas Wirda mendekap tubuh suaminya seraya terisak."Mas, kita ke rumah sakit ya," ucapnya di telinga Ahza.Lelaki yang sudah tak berdaya itu hanya mengangguk lemah, lalu Wirda beringsut bangkit."Sebentar ya, Mas."Ia melangkah untuk menemui Fatma di kamarnya.Dua kali pintu diketuk akhirnya muncullah sosok Fatma yang mengenakan mukena, kedua wanita itu saling memandang."Mbak, Mas Ahza makin parah BAB dan muntah terus, bantu aku ya kita bawa dia ke rumah sakit," pinta Wirda memelas, rasa gengsi dan malu sudah terkubur berganti dengan rasa cemas."Sudah dikasih belum ramuannya?"Wirda menggeleng pelan."Kenapa ga dibuatin? takut tanganmu jadi kotor?" Fatma mendecap."A-aku ga tahu, Mbak bahan-bahannya kaya gimana, aku mohon bantu Mas Ahza sekarang ia akan di bawa ke rumah sakit aku sudah pesen taxi online," mohon Wirda memelas.Namun, dalam hatinya ia muak melakukan hal itu."Kalau sudah pesen taxi online ya sudah pergi saja, dia itu sua

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 9

    Fatma merasa geram mendengar permohonan mantan madunya."Aku ga bisa bantu, maaf!" tegasnya yang membuat Wirda semakin dilanda rasa bimbang.Bagaimana tak panik seorang perawat menyuruhnya untuk membayar biaya administrasi secepatnya, karena Ahza harus segera di pindahkan ke ruang rawat inap dengan segera.Sementara dirinya tak membawa uang lebih, bisa saja menjual kalung atau perhiasan lainnya. Namun, ia enggan lakukan itu, sayang jika perhiasan itu harus terjual."Mbak ini kenapa sih sekarang berubah? inget! Mas Ahza itu masih ada hak terhadap Mbak, kalian masih masa Iddah belum bercerai resmi, Mbak mau berdosa karena ga mau ngurus suami sendiri?!"Wirda pun mulai meluapkan emosi, lebih tepatnya ia tak ingin menghadapi kesulitan ini seorang diri, Fatma juga harus ikut andil dalam mengurus Ahza. Fikiranya.Fatma terkekeh, ia faham betul apa yang di maksud Wirda, sebenarnya ia tak ingin melalui kesulitan ini seorang diri.Curang!Licik!Disaat sulit mereka mencari sedangkan disaat sen

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 10 A

    "Gimana, Ahza? apapun akan Mbak lakukan agar kamu dan Fatma bisa bersama lagi, Mbak yakin dia itu jodoh terbaik yang akan menemani masa tuamu kelak."Ahza dan Wirda terdiam, jika Wirda sedang dalam puncak emosi berbeda dengan Ahza, pria itu nampak menghela napas lalu menatap sang kakak dan menunduk lagi.Pilihan konyol!Untuk kedua kalinya ia terjebak dalam pilihan itu, tak dapat dipungkiri Ahza pun teramat menyayangi Wirda. Namun, ternyata berpisah dengan Fatma adalah sebuah musibah besar.Jika bisa ia ingin bersama dengan keduanya, tanpa harus ada yang ditinggalkan.Wirda menepuk pelan paha suaminya, sebagai tanda jika ia tak nyaman dengan hadirnya Mbak Hafsa, penghalang kebahagiaannya selain Fatma."Ahza, Mbak rela, ridho kalau semua warisan dari ayah di berikan ke kamu, asal kamu dan Fatma kembali, dan duri yang menempel diantara kalian harus enyah dan lenyap."Degh!Ada sesuatu yang menghantam dada Wirda, benarkah dirinya duri di kehidupan Ahza?Keterlaluan kamu, Mbak!.Aku bukan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05

Bab terbaru

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 30)

    "Oke kalau gitu, saya nggak akan ambil uangnya lagi, Bapak ambil aja.""Baiklah, Pak."Saat itu juga Uwais langsung pergi ke kos-kosan tempat Anisa, dia menemui pemilik rumah kos kosan untuk bertanya perihal gadis yang membuat perasaannya tidak tenang "Saya nggak tahu soal itu, lagi pula Anisa juga nggak ada bilang apa apa sama saya, kirain dia masih di dalam kamarnya.""Ya ampun." Uwais mengusap wajahnya, dia benar benar merasa khawatir."Memangnya ada apa gitu?""Saya curiga Anisa diculik seseorang, Bu.""Hah, masa sih?""Saya pergi dulu, Bu.""Nak, kau telpon saja polisi."Uwais hanya menoleh sekilas.Ribet banget harus telepon polisi segala, belum harus nunggu 24 jam Setelah Anisa pergi lalu harus ada bukti kuat, lebih baik kucari sendiri.Naik ojek online, Uwais pergi ke rumah salah satu temannya yang paham IT, dia memberikan nomor ponsel Anisa untuk melacak keberadaan saat ini, tentunya sebelum itu Uwais melakukan basa basi."Di sini nih tempatnya."Akhirnya nomor ponsel gadis

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 29)

    Ayah dan anak yang selama ini nampak akrab itu kini mulai saling memandang dengan tajam, Uwais kecewa karena ternyata semua ayah di dunia ini sama, baik itu ayah kandung yang dulu sudah menelantarkannya, juga ayah tiri yang kini boleh mengungkit ngungkit pemberiannya.Kalau tahu akan begini lebih baik dahulu Aku tidak pernah mengizinkan ibuku menikah dengan siapapun, lagi pula kau sanggup menghidupinya sebagai balas jasa karena ia sudah membesarkan seorang diri, begitu pikir Uwais."Nak, tenangkan dirimu ya." Fatma berdiri lalu mengelus bahu Uwais.Amarah yang akan meledak itu seketika pudar mendengar suara lembut yang keluar dari bibir Fatma, sejak dulu Jika ada masalah apapun dia memang tidak pernah mengeluarkan suara tinggi ataupun bicara kasar."Baiklah, Bi, aku akan pergi nggak bawa apa-apa, termasuk supermarket yang selama ini disokong oleh Abi, ambil aja, aku masih bisa cari uang dengan cara lain yang penting itu halal dan tidak menzalimi orang lain." Uwais tersenyum tipis.Sej

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 28)

    "Gimana Zhafran? Apa penyesalanmu itu ada gunanya?"Lelaki itu mengalihkan pandangannya, dia juga seorang lelaki normal, satu tahun yang lalu ketika bisnis mereka untung besar, kantor mengadakan pesta yang dihadiri oleh karyawan penting saja, Zhafran sempat mabuk berat dan dibawa ke sebuah kamar hotel lalu dengan lancangnya Selly masuk ke kamar pria itu, menggodanya mati Matian hingga dia mau mengga gahi Selly untuk pertama kali.Perempuan itu tidak bo doh, dia mengabadikan momen itu dengan ponselnya lalu menyimpan rapi dalam sebuah folder untuk dijadikan senjata, Selly yang ambisius sangat ingin menjadi Nyonya Zhafran yang kaya raya, tidak peduli walaupun dia sudah beristri, toh dia tidak pernah melihat wajah istrinya seperti apa karena selalu tertutup cadar, Selly berpikir jika Fatma adalah perempuan tua seperti kebanyakan ibu ibu lainnya karena sudah memiliki anak gadis dan bujang yang beranjak dewasa.Namun, ternyata Zhafran tidak sebodoh itu, sedikit pun dia tidak tertarik menjad

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 27)

    27Hiruk pikuk orang orang di pelabuhan ini membuat Uwais bisa melangkah perlahan tanpa takut dilihat oleh Zhafran dan yang lainnya, bagaimana pun juga Uwais ingin tahu sebenarnya untuk apa Anisa berada di tempat ini? Dirangkul lelaki pula? Apakah memang wanita itu tidak baik seperti kata ayahnya?Dia terus mengendap ngendap bahkan sekarang sudah mulai memakai masker walau wajahnya berkeringat banyak karena terkena teriknya sinar matahari di siang hari.Setelah hampir mendekat Uwais hampir mendengar jelas percakapan mereka, diabtidka terima seorang pria yang berada di hadapan Anisa menyentuh pipi gadis itu, entah kenapa ada rasa cemburu menyelusup ke dalam hatinya, dia pun melangkah lebih dekat lagi "Beneran dia masih pe ra wan ini?""Masih lah segelan, kalau ternyata udah jebol nanti duit kembali lima puluh persen.""Beneran nih ya duit kembali.""Kapan sih gua bohong."Uwais tercekat saat mendengar percakapan Zhafran dan lelaki itu, ternyata Anisa memang benar akan dijual dan mungk

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 26)

    "Tunggu!" Orang orang yang menyeret Anisa langsung menoleh, sementara gadis itu masih meronta ronta sambil menatap Uwais, untuk beberap detik mereka saling berpandangan."Ngapain kalian kasar sama perempuan? Dia itu temanku!"Lalu salah satu lelaki menyorotkan senter ke wajah Uwais hingga lelaki itu merasa silau."Kau kan anaknya Tuan, ngapain di sini?""Mau nyusul temenku, lepaskan dia."Beberapa orang lelaki itu saling berpandangan nampak bingung karena bagaimanapun juga perintah Zhafran pantang dilanggar."Bicarakan saja sama Tuan, urusanku cuma menangkap perempuan ini, dia masuk ke dalam ingin mencuri.""Hah?"Uwais langsung menatap Anisa, rasanya tidak mungkin gadis selembut dia harus mencuri, begitu pikir Uwais."Aku nggak mencuri! Aku mau menyelamatkan ….""Diam! Masuk ke dalam sekarang juga! Silakan Anda bicara dengan Tuan Zhafran, saya nggak mau disalahkan."Melihat Anisa kembali diseret Uwais langsung masuk ke dalam berlarian entah ke mana, beberapa kali dia menghadang para

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 25)

    Pagi itu Wirda sudah tak sabar menanti kedatangan Uwais, pasalnya malam tadi dia langsung pulang ke rumah karena sudah kemalaman dan kelelahan."Mbak, aku sudah agak enakan kalau mau pulang silakan, aku bisa sendiri kok."Fatma menatap Wirda dengan getir, pagi ini Wirda memang terlihat lebih bugar, baru satu malam saja sudah ada perubahan pada tubuhnya lain lagi ketika dirawat di rumah sakit kemarin Wirda lebih banyak tidur dan susah bergerak."Besok deh aku pulang ya, biar yang jaga gantian sama Uwais, hari ini dia ngajar dulu nanti siang baru kemari katanya.""Ngajar di mana, Mbak?" "DI sebuah universitas, Wir, ini hari pertamanya setelah kembali dari Madina, kamu sabar ya.""Oh hebat banget ya anak Mbak, punya bisnis jadi dosen lagi, iya deh aku sabar, tapi gimana suami Mbak?""Tidak hebat tapi Allah yang karuniakan kelebihan itu padanya." Dia tersenyum.Sejak dulu Fatma memang tidak pernah membanggakan dirinya ataupun prestasi anak anaknya pada orang lain, itu semua untuk menjaga

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 24)

    Uwais yang baru datang ke rumahnya mendadak merasa lemas, Serapi itu sang ayah tiri menyembunyikan kebusukannya hingga dia dan ibunya tidak tahu apa apa, dia benci dibohongi sekaligus bingung harus bagaimana karena Uwais bukan tipe pemarah yang meledak ledak, dia cenderung seperti Fatma yang menghadapi segala masalah dengan kepala dingin, begitulah didikan ibunya.Tidak ada suara lagi di dalam sana entah sedang apa Zhafran di dalam, Uwais pun memilih masuk ke kamar, dia membuka laptop dan mulai melakukan pencarian tentang bisnis sang ayah.Malam harinya dia mendatangi Fatma di rumah sakit, untuk saat ini Uwais hanya bisa menghindar dari pada bertatap muka."Mau ke mana, Nak?""Nyusul Umi, aku mau nyuruh dia pulang dulu.""Nggak makan malam dulu?" "Aku makan di luar aja, pergi dulu ya, Bi." Seperti biasanya Uwais selalu mencium tangan orang tua jika hendak bepergian, Zhafran pun tidak curiga jika anaknya itu telah mengetahui kebusukannya"Iya hati hati, pakai mobil Abi aja ya.""Aku n

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 23)

    Mobil Uwais masuk ke jurang tetapi beruntung sekali mobil itu tersangkut di sebuah batu besar, para warga yang sedang di kebun dan pengendara mobil lain berbondong-bondong turun ke bawah "Sepertinya kita harus lapor polisi.""Iya lapor saja."Sementara yang lain berusaha menyelamatkan Faisal yang terjepit di dalam mobil, lelaki itu tidak sadarkan diri, beberapa orang membuka paksa pintu mobil mulai dari memecahkan kacanya, tetapi setelah pintu terbuka Faisal masih belum bisa dievakuasi karena tubuhnya terjepit body mobil."Susah ini, tunggu polisi saja."Orang orang saling bertanya bagaimana kejadian kecelakaan itu bisa terjadi pada saksi mata."Mobil itu bunyiin klakson keras banget, entah dia lagi mabok atau mengalami rem blong saya nggak tahu, yang jelas dia menghindar," ujar sopir mobil pick up yang tadi hampir saja bertabrakan dengan Faisal.Tidak lama kemudian polisi datang bersama tim evakuasi, mereka menyuruh warga untuk naik ke atas jurang agar tim evakuasi bisa menyelamatka

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (bab 22)

    Gadis muda itu membawa nampan berisi air putih dingin, dia tidak tersenyum hanya menganggukan kepalanya sedikit sebagai tanda hormat."Silakan diminum.""Terima kasih, Teh.""Iya.""Kalian ini abis ngapain di atas bukit sana?" Tanya perempuan itu."Oh itu, kita tersesat, oh ya apa kamu tahu tentang bangunan besar di atas bukit itu?' Uwias balik nanya "Bangunan?" Gadis itu nampak tak mengerti "Iya bangunan gede.""Aku nggak tahu, soalnya bukan asli orang sini, aku dan beberapa teman lagi melakukan penelitian buat skripsi.""Oh kirain kamu ustazah di sini." "Bukan lah, saya masuk dulu, nggak enak berduaan.""Eh tunggu." Gadis itu kembali menoleh, hingga mereka saling berpandangan beberapa detik"Iya?""Kita mau pergi sekarang, terima kasih ya.""Oh mau pergi lagi? Sama sama, kalau gitu hati hati.""Iya." Uwais tersenyum sungkan, dia menatap wanita itu, hatinya berontak ingin kenalan."Om, tanya dong nama dia siapa ya?" "Ah tanya aja sendiri, masa gitu aja nggak berani," ledek Faisal

DMCA.com Protection Status