Share

Bab 2

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

 

Tangisan Fatma mulai mereda, beberapa kali melafalkan istighfar seraya menghela napas, ia berkeyakinan harus kuat, hidup akan masih berlanjut terlebih ada dua orang anak yang harus dididik agamanya.

 

"Bunda, Kakak pulang," ucap si sulung Uwais.

 

Dengan sigap Fatma menghapus buliran-buliran bening yang membekas di pipinya, selepas itu ia tersenyum pada putra pertamanya, menyembunyikan segala duka nestapa.

 

"Ucap salam dong, Nak," jawabnya dengan suara yang masih serak.

 

Uwais terkekeh. "Assalamualaikum, Bunda."

 

"W*'alaikumus'salam, sudah selesai ngajinya, Nak?" tanya Fatma ramah.

 

"Bunda habis nangis?" bukan menjawab Uwais malah sibuk menelisik wajah ibundanya.

 

Anak berumur enam tahun itu berubah murung, ia sudah faham jika wajah ibundanya sembab maka, ayahnya dan Wirda lah penyebab kesedihan itu.

 

"Iya." 

 

Fatma tak memiliki kata lagi untuk menjawab, ia ingin berbohong dengan mengatakan sedang kelilipan. Namun, ia takut dosa terlebih ini adalah bulan suci ramadhan.

 

 

"Bunda, emang lelaki itu harus ya punya istri dua?"

 

Pertanyaan yang membuat Fatma tercekat, matanya mulai mengembun lagi. Namun, ia mendongak menahan agar cairan itu tak luruh di hadapan anak sulungnya.

 

"Engga kok, emang kenapa?" jawab Fatma dengan suara parau karena menahan tangisan.

 

"Oh kirain harus. Kalau Bunda sedih terus di sini mendingan kita pergi aja, semenjak ada Bunda Wirda Ayah jadi beda sama Kakak,"ungkap bocah itu seraya tertunduk.

 

Hati Fatma semakin merana, ternyata bukan hanya dirinya saja yang merasakan hal itu. Ia bisa saja bersabar. Namun, bagaimana dengan Uwais yang selalu mengemis perhatian ayahnya setiap saat.

 

***

 

Seperti beberapa hari ke belakang saat Uwais meminta sang ayah untuk menemani murojaah hafalan Alquran-nya, ia harus menelan pil pahit saat menerima penolakan dari sang ayah karena lebih memilih menemani Bunda kedua yang katanya sedang sakit.

 

"Murojaah sama Bunda saja ya," ucap Ahza lalu melenggang memasuki kamar istri keduanya.

 

"Kakak maunya sama Ayah." 

 

Bocah itu merengek seraya mencegah langkah ayahnya, saat itu ada raut kesal yang terpancar di wajah Ahza, lantas ia menoleh Fatma dan memberi kode lewat tatapan mata agar segera menjauhkan Uwais dari hadapannya.

 

"Sebentar saja, Mas, temani Uwais murojaah," tutur Fatma lembut.

 

Namun, suara dari dalam kamar kembali mengalihkan perhatian Ahza.

 

"Mas, kepalaku sakit ... pijitin," rengek Wirda memelas, secepat kilat Ahza masuk ke kamarnya meninggalkan sang anak dan istri pertamanya yang sedang kecewa karena ketidak adilannya.

 

***

 

Menetes lagi air mata Fatma kala mengingat kejadian itu, ia membatin karena semenjak Uwais kecil mereka berdua pernah bermimpi untuk memiliki anak seorang penghafal Alquran, sekarang semua sudah terwujud. Namun, Ahza justru menyia-nyiakannya.

 

Tidak bersyukur!

 

Tega!

 

Fatma merutuk sendiri dalam hati, juga berusaha menyembunyikan setiap tetesan bening yang siap meluncur, dengan sigap ia tahan dengan ujung jemarinya.

 

"Bun, sudah adzan."

 

Tak terasa waktu cepat berputar, kini waktunya setiap insan berbuka puasa dengan bahagia. Namun, tidak dengan Fatma, ia kehilangan selera makannya seketika.

 

"Kamu tunggu di sini ya, Bunda ambilkan makanan ke dapur." 

 

Dahi Uwais mengkerut, ia heran karena biasanya mereka bersantap makanan di ruang makan bukan di ruang tidur.

 

"Kok di kamar, Bun?" 

 

Langkah kaki Fatma terhenti lalu ia menoleh ke belakang seraya menyunggingkan senyum.

 

"Mulai sekarang kita akan makan di kamar ya tanpa Ayah dan Wirda," ucapnya lalu mengenakan hijab yang menggantung di depan pintu.

 

Dahi Uwais kembali mengkerut keheranan kala sang bunda Memakai hijabnya walau di dalam rumah. Namun, rasa penasarannya lenyap kala Fatma berlalu dan di waktu bersamaan Fatimah--adik bungsunya--terbangun dari tidur.

 

*

 

Langkah kaki Fatma terhenti di pintu dapur saat melihat dua insan sedang asyik menyantap menu buka puasa seraya bercengkrama ria, siapa lagi jika bukan Ahza dengan istri keduanya, mereka lahap menyantap makanan yang di masak Fatma sore tadi.

 

Ia tersenyum getir seraya berdiri mematung walau lututnya hampir goyah dan limbung.

 

Mereka bisa makan dengan lahapnya, sementara aku bergulung dengan rasa sakit dan hati yang hancur berkeping-keping, gumamnya dalam hati.

 

Langkah kakinya berat untuk melanjutkan langkah untuk mengambil satu piring nasi juga lauk pauknya.

 

"Jadi kapan, Dek, uangnya akan di kasih? sebentar lagi kita harus bayar sewa tempat, terus sudah dua Minggu ini restoran kita tutup, lama-lama kita bisa ga makan," ucap Ahza risau, sedangkan dahi Fatma mengkerut mendengar hal itu.

 

Fatma mundur satu langkah dengan maksud menguping pembicaraan mereka, ia mulai mencium gelagat yang tidak beres.

 

"Tenang, Mas, aku sudah minta sama Papa, dan katanya sebentar lagi akan di kirim," jawab Wirda ceria, karena sang ayah selalu membantu menuruti setiap keinginannya, termasuk menikah dengan Ahza satu tahun yang lalu.

 

Seorang Wirda sudah terbiasa dimanja sejak kecil sampai sebesar sekarang, sehingga kedua orang tuanya tak tega menolak setiap keinginan anaknya termasuk menikahkan Wirda dengan Ahza walau harus jadi istri kedua.

 

Uang 200 Juta juga paras Wirda yang cantik jelita sukses membuatnya terpana, dan langsung meminangnya tanpa berpikir panjang.

 

Lelaki itu eg*is, memaksa Fatma berlapang dada agar menerima Wirda sebagai adik madunya, tanpa pernah memikirkan rasa sakit yang diderita Fatma, seorang istri yang menemaninya dari nol hingga sukses mendirikan sebuah restoran mewah kelas atas.

 

Jiwa penasaran Fatma meronta, ia tak sabar menanti ucapan mereka berikutnya agar rasa penasaran itu terpecahkan.

 

"Jangan bohong ya, Dek, aku sudah turuti mau kamu untuk menceraikan Fatma, jadi jangan sia-siakan pengorbananku," ungkap Ahza yang sukses membuat tubuh Fatma hampir limbung dengan mata yang membelalak, nyaris luruh lagi cairan yang sudah mengembun itu.

 

Dipegangnya ujung tembok dengan erat sebagai sandaran agar tubuhnya tak terjatuh ke lantai.

 

Tega kamu, Mas! Menukarku dengan sejumlah uang, gumam Fatma dalam hati.

 

Sakit? tentu iya. Namun, kini Fatma belajar menata hati agar kuat sekuat baja.

 

"Iya, Mas sabar ya, Papaku bilang katanya dia lagi mengajukan pinjaman ke atasannya sebesar 500 Juta untuk modal usaha kita," jawab Wirda seraya memasukkan makanan ke dalam mulut lalu mengunyahnya dengan lahap.

 

Keterlaluan kalian! Rutuk Fatma.

 

Madunya itu tak sadar jika bos ayahnya adalah sepupunya Fatma yang baru dua tahun ini merintis usaha di bidang properti.

 

Tuan Adiguna yang tak lain ayahnya Wirda hanyalah kaki tangan dari Fatan--sepupunya--walau pemuda itu telah sukses di usia yang masih muda, tetapi dirinya sama sekali tak suka pamer atas keberhasilan yang di dapat, sehingga hanya orang-orang tertentu yang mengetahui jika dirinya pemilik perusahaan Angkasa Properti.

 

Fatma menyunggingkan bibir, terbesit sebuah rencana dalam benaknya.

 

Yah, mereka semua harus merasakan kehancuran ini, angan-angan yang mereka impikan akan terputus hanya dengan satu tepukan saja.

 

Fatan, ia adalah sepupu yang selalu mendukung juga membantu Fatma.

 

Siap-siap saja, Mas! Kamu akan mati kutu saat istri mudamu tak mampu menolongmu, gumam Fatma dengan dada bergemuruh.

 

Rasa simpati dan kasih sayang yang dulu melimpah hanya untuk Ahza seorang, kini semua berganti dengan rasa benci yang menggebu-gebu.

 

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Lucky Dorkas
jgn mau ksh makan sm mereka biar tahulah bedanya sdh talak ya jgn nikmati masakannya
goodnovel comment avatar
Lucky Dorkas
fatma masakan jgn diletakan diatas meja tp bw kekamar jd mereka tdk dpt menikmati masakanmu khan udh ditalak
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kamu aja yg du gu dan banyak drama fatma. mana ada dlm agama 2 istri tinggal seatap. kamu yg memperlakukan diri mu seperti sampah yg ketika udah g berguna dicampakkan. pantasnya kamu memang jadi babu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 3

    Tiga kali Fatma menghirup napas dan mengembuskannya, lalu kaki jenjang yang terbalut rok panjang itu melangkah menuju meja makan menghampiri mereka yang sedang tertawa ria.Lebih tepatnya tertawa di atas derita Fatma, menyadari jika mantan kakak madunya menghampiri, seketika Wirda diam membisu mengakhiri tawanya.Tatapan matanya tak henti menyorot Fatma yang sedang mengambil piring lalu mengisi nasi juga lauk pauknya ke piring tersebut dengan wajah tenang walau terlihat sembab."Buka puasa, Bund, eh Fatma."Ahza mulai membiasakan diri untuk tidak memanggilnya 'Bunda' panggilan spesial yang selalu di ucapnya saat pertama kali memiliki Uwais.Fatma diam tak sepatah katapun mengucap kata, wanita itu sibuk memilih makanan Yang akan disuguhkan kepada kedua anak tercintanya."Mau di bawa kemana, Bund, eh Fatma? di sini saja makannya," tutur Ahza.Namun, wanita berhijab merah marun itu tetap diam tak bergeming, tangannya masih sibuk mengisi air ke dalam teko untuk stok minuman di dalam kama

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 4

    "Sudah hampir dua Minggu lho, Dek ini, mana katanya Papamu mau tansfer." Ahza semakin gusar seraya terus memandang aplikasi M-Bangking di ponselnya.Begitu pula dengan Wirda, ia pun tak kalah risau kala sang papa masih menjawab dengan jawaban yang sama ketika ia bertanya perihal uang itu. "Masih belum disetujui oleh bos."Wirda bosan mendengar jawaban itu kerap kali menelpon papanya, ia kecewa karena kali ini papa tak menuruti keinginnya."Dek! Kok kamu diem sih?!" Ahza mulai jengah karena akhir-akhir ini istri satu-satunya itu banyak bertele-tele."Ya gimana dong, Mas, uangnya belum cair, emang kamu ga punya tabungan?" "Tabungan dari Hongkong! Uangku itu sudah habis di pake kamu belanja dan foya-foya," jawab Ahza kesal.Bagaimana tidak kesal saat ingat begitu tidak adilnya ia terhadap Fatma, ia memanjakan Wirda dengan kemewahan tetapi tidak dengan Fatma, wanita itu terlalu banyak sabar dan mengalah, ia tak begitu tertarik pada perhiasan juga gamis-gamis mahal.Baginya pakaian yang

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 5

    "Terus sekarang gimana? uang kita sudah menipis!""Engga tahu, Mas, kita pikirin nanti aku lapar ini." Wirda melenggang masuk menuju dapur, berharap jika Fatma akan menyajikan sedikit makanan untuk mengganjal perutnya.Sedangkan Ahza mendengus kesal saat melihat istrinya begitu saja mengingkari janji, tak dapat dipungkiri ia pun merasa lapar, karena semenjak berbuka puasa hanya satu lembar roti tawar berisi selai coklat yang Wirda hidangkan dan air putih dingin sebagai pelepas dahaga.Tanpa ada sop buah, takjil buatan Fatma dan masakkannya yang sudah terkenal lezat di lidah, Ahza memang merasakan ramadhan kali ini berbeda dengan sebelumnya.Wirda melangkah menuju dapur sembari memegangi ulu hatinya, perut mulai terasa melilit kala menghirup aroma kuah rawon yang menguar di sekitar dapur.Beberapa kali wanita itu menelan air liur saat aroma rawon begitu menusuk indra penciumannya. Namun, nahas rawon itu milik Fatma, dan sepertinya mantan kakak madunya itu enggan untuk berbagi.Wirda me

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 6

    "Wirda!" Teriak Ahza menggema, bahkan Fatma yang sedang khusyuk membaca Alquran pun sampai terperanjat mendengar teriakkan itu."Wirda!" Ia berteriak kedua kalinya karena Wirda tak kunjung menghampiri.Ahza mulai kesal, ditendangnya ember yang teronggok di pojok toilet hingga benda itu retak, tak sampai disitu ia juga menendang bak mandi dengan kerasnya."Awww!" Suara erangannya menunjukan jika kakinya merasa kesakitan akibat benturan keras."Ada apa, Mas teriak-teriak?" Wirda menghampiri dengan raut wajah yang kesal."Cepat cuci toiletnya, bau kaya begini.""Engga ah, Mas, aku lagi lapar mana tahan, sudah biarkan nanti dicuci sama Mbak Fatma saja, sekarang kita keluar cari makan."Ia telah lupa siapa Fatma di rumah itu, posisinya bukan lagi seorang istri hingga semuanya dibebankan pada Kaka madunya seperti tempo hari."Fatma terus! Sampai kapan kamu bergantung sama orang lain hah?! Lupa kalau dia itu bukan lagi istriku, kamu sendiri yang minta aku supaya menceraikannya, tanpa sadar

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 7

    Senja mulai muncul, sudah menjadi rutinitas Fatma di jam seperti ini ia keluar membeli makanan di warung makan atau restoran terdekat.Lelah memang. Namun, ia tak mengeluh dijalaninya rutinitas baru itu dengan penuh kesabaran. Uangnya telah menipis terbesit rasa bingung di hati, bagaimana makan untuk esok hari?Akan tetapi keyakinan terhadap Tuhannya begitu kuat, ia yakin Allah Maha Kaya, Maha Pemberi Rizki, takkan mungkin membiarkan hambanya kelaparan, terlebih seorang hamba itu beriman padanya.Dipandangi dompet berwarna soft pink berukuran kurang lebih satu jengkal itu, tinggal satu lembar warna biru, ia menghela napas lalu melangitkan doa dalam hatinya agar Allah senantiasa memberi kecukupan pada dirinya dan kedua anaknya.Ingin meminta pada Ahza ia segan, terlebih mengetahui jika keadaannya pun sedang tak memungkinkan, usahanya berada diambang kebangkrutan."Kak Fatma." Suara seorang lelaki membuyarkan lamunan, ia menengok ke asal suara, Fatan, sedang apa dia di rumah makan seder

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 8.A

    "Mbak, please tolong Mas Ahza." Wirda mengiba dengan cara menangkupkan kedua telapak tangannya.Fatma masih tak bergeming ia malah melengos dari hadapannya. Namun, Wirda tak putus asa ia membuntuti Fatma hingga ke depan pintu kamar."Tunggu di sini!" tegas Fatma lalu menutup pintu itu sedikit keras.Ada kesal yang menyeruak dalam dadanya. Disaat sakit mereka mencari, lalu dimana mereka ketika saat itu sedang bersenang-senang? ternyata kedua orang itu hanya ingin berbagi duka, gumamnya, lalu Fatma tersenyum getir.Di dalam kamar ia lekas mencari selembar kertas dan pulpen lalu tangannya mulai menulis resep."Ini resep ramuan obat sakit lambungnya suamimu, buat saja sendiri aku malas."Fatma segera menutup pintu rapat-rapat, tanpa memberi kesempatan pada mantan adik madunya untuk bertanya, ia sudah malas jangankan untuk bicara, untuk bertatap muka saja ia risih.*Sementara di luar sana Wirda mencebik lalu mendengkus kesal.Bagaimana ia bisa membuat ramuan yang terbuat dari rempah-rempa

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 8.B

    Tak dihiraukan bau tubuh Ahza yang menyengat, lantas Wirda mendekap tubuh suaminya seraya terisak."Mas, kita ke rumah sakit ya," ucapnya di telinga Ahza.Lelaki yang sudah tak berdaya itu hanya mengangguk lemah, lalu Wirda beringsut bangkit."Sebentar ya, Mas."Ia melangkah untuk menemui Fatma di kamarnya.Dua kali pintu diketuk akhirnya muncullah sosok Fatma yang mengenakan mukena, kedua wanita itu saling memandang."Mbak, Mas Ahza makin parah BAB dan muntah terus, bantu aku ya kita bawa dia ke rumah sakit," pinta Wirda memelas, rasa gengsi dan malu sudah terkubur berganti dengan rasa cemas."Sudah dikasih belum ramuannya?"Wirda menggeleng pelan."Kenapa ga dibuatin? takut tanganmu jadi kotor?" Fatma mendecap."A-aku ga tahu, Mbak bahan-bahannya kaya gimana, aku mohon bantu Mas Ahza sekarang ia akan di bawa ke rumah sakit aku sudah pesen taxi online," mohon Wirda memelas.Namun, dalam hatinya ia muak melakukan hal itu."Kalau sudah pesen taxi online ya sudah pergi saja, dia itu sua

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Bab 9

    Fatma merasa geram mendengar permohonan mantan madunya."Aku ga bisa bantu, maaf!" tegasnya yang membuat Wirda semakin dilanda rasa bimbang.Bagaimana tak panik seorang perawat menyuruhnya untuk membayar biaya administrasi secepatnya, karena Ahza harus segera di pindahkan ke ruang rawat inap dengan segera.Sementara dirinya tak membawa uang lebih, bisa saja menjual kalung atau perhiasan lainnya. Namun, ia enggan lakukan itu, sayang jika perhiasan itu harus terjual."Mbak ini kenapa sih sekarang berubah? inget! Mas Ahza itu masih ada hak terhadap Mbak, kalian masih masa Iddah belum bercerai resmi, Mbak mau berdosa karena ga mau ngurus suami sendiri?!"Wirda pun mulai meluapkan emosi, lebih tepatnya ia tak ingin menghadapi kesulitan ini seorang diri, Fatma juga harus ikut andil dalam mengurus Ahza. Fikiranya.Fatma terkekeh, ia faham betul apa yang di maksud Wirda, sebenarnya ia tak ingin melalui kesulitan ini seorang diri.Curang!Licik!Disaat sulit mereka mencari sedangkan disaat sen

Latest chapter

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 30)

    "Oke kalau gitu, saya nggak akan ambil uangnya lagi, Bapak ambil aja.""Baiklah, Pak."Saat itu juga Uwais langsung pergi ke kos-kosan tempat Anisa, dia menemui pemilik rumah kos kosan untuk bertanya perihal gadis yang membuat perasaannya tidak tenang "Saya nggak tahu soal itu, lagi pula Anisa juga nggak ada bilang apa apa sama saya, kirain dia masih di dalam kamarnya.""Ya ampun." Uwais mengusap wajahnya, dia benar benar merasa khawatir."Memangnya ada apa gitu?""Saya curiga Anisa diculik seseorang, Bu.""Hah, masa sih?""Saya pergi dulu, Bu.""Nak, kau telpon saja polisi."Uwais hanya menoleh sekilas.Ribet banget harus telepon polisi segala, belum harus nunggu 24 jam Setelah Anisa pergi lalu harus ada bukti kuat, lebih baik kucari sendiri.Naik ojek online, Uwais pergi ke rumah salah satu temannya yang paham IT, dia memberikan nomor ponsel Anisa untuk melacak keberadaan saat ini, tentunya sebelum itu Uwais melakukan basa basi."Di sini nih tempatnya."Akhirnya nomor ponsel gadis

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 29)

    Ayah dan anak yang selama ini nampak akrab itu kini mulai saling memandang dengan tajam, Uwais kecewa karena ternyata semua ayah di dunia ini sama, baik itu ayah kandung yang dulu sudah menelantarkannya, juga ayah tiri yang kini boleh mengungkit ngungkit pemberiannya.Kalau tahu akan begini lebih baik dahulu Aku tidak pernah mengizinkan ibuku menikah dengan siapapun, lagi pula kau sanggup menghidupinya sebagai balas jasa karena ia sudah membesarkan seorang diri, begitu pikir Uwais."Nak, tenangkan dirimu ya." Fatma berdiri lalu mengelus bahu Uwais.Amarah yang akan meledak itu seketika pudar mendengar suara lembut yang keluar dari bibir Fatma, sejak dulu Jika ada masalah apapun dia memang tidak pernah mengeluarkan suara tinggi ataupun bicara kasar."Baiklah, Bi, aku akan pergi nggak bawa apa-apa, termasuk supermarket yang selama ini disokong oleh Abi, ambil aja, aku masih bisa cari uang dengan cara lain yang penting itu halal dan tidak menzalimi orang lain." Uwais tersenyum tipis.Sej

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 28)

    "Gimana Zhafran? Apa penyesalanmu itu ada gunanya?"Lelaki itu mengalihkan pandangannya, dia juga seorang lelaki normal, satu tahun yang lalu ketika bisnis mereka untung besar, kantor mengadakan pesta yang dihadiri oleh karyawan penting saja, Zhafran sempat mabuk berat dan dibawa ke sebuah kamar hotel lalu dengan lancangnya Selly masuk ke kamar pria itu, menggodanya mati Matian hingga dia mau mengga gahi Selly untuk pertama kali.Perempuan itu tidak bo doh, dia mengabadikan momen itu dengan ponselnya lalu menyimpan rapi dalam sebuah folder untuk dijadikan senjata, Selly yang ambisius sangat ingin menjadi Nyonya Zhafran yang kaya raya, tidak peduli walaupun dia sudah beristri, toh dia tidak pernah melihat wajah istrinya seperti apa karena selalu tertutup cadar, Selly berpikir jika Fatma adalah perempuan tua seperti kebanyakan ibu ibu lainnya karena sudah memiliki anak gadis dan bujang yang beranjak dewasa.Namun, ternyata Zhafran tidak sebodoh itu, sedikit pun dia tidak tertarik menjad

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 27)

    27Hiruk pikuk orang orang di pelabuhan ini membuat Uwais bisa melangkah perlahan tanpa takut dilihat oleh Zhafran dan yang lainnya, bagaimana pun juga Uwais ingin tahu sebenarnya untuk apa Anisa berada di tempat ini? Dirangkul lelaki pula? Apakah memang wanita itu tidak baik seperti kata ayahnya?Dia terus mengendap ngendap bahkan sekarang sudah mulai memakai masker walau wajahnya berkeringat banyak karena terkena teriknya sinar matahari di siang hari.Setelah hampir mendekat Uwais hampir mendengar jelas percakapan mereka, diabtidka terima seorang pria yang berada di hadapan Anisa menyentuh pipi gadis itu, entah kenapa ada rasa cemburu menyelusup ke dalam hatinya, dia pun melangkah lebih dekat lagi "Beneran dia masih pe ra wan ini?""Masih lah segelan, kalau ternyata udah jebol nanti duit kembali lima puluh persen.""Beneran nih ya duit kembali.""Kapan sih gua bohong."Uwais tercekat saat mendengar percakapan Zhafran dan lelaki itu, ternyata Anisa memang benar akan dijual dan mungk

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 26)

    "Tunggu!" Orang orang yang menyeret Anisa langsung menoleh, sementara gadis itu masih meronta ronta sambil menatap Uwais, untuk beberap detik mereka saling berpandangan."Ngapain kalian kasar sama perempuan? Dia itu temanku!"Lalu salah satu lelaki menyorotkan senter ke wajah Uwais hingga lelaki itu merasa silau."Kau kan anaknya Tuan, ngapain di sini?""Mau nyusul temenku, lepaskan dia."Beberapa orang lelaki itu saling berpandangan nampak bingung karena bagaimanapun juga perintah Zhafran pantang dilanggar."Bicarakan saja sama Tuan, urusanku cuma menangkap perempuan ini, dia masuk ke dalam ingin mencuri.""Hah?"Uwais langsung menatap Anisa, rasanya tidak mungkin gadis selembut dia harus mencuri, begitu pikir Uwais."Aku nggak mencuri! Aku mau menyelamatkan ….""Diam! Masuk ke dalam sekarang juga! Silakan Anda bicara dengan Tuan Zhafran, saya nggak mau disalahkan."Melihat Anisa kembali diseret Uwais langsung masuk ke dalam berlarian entah ke mana, beberapa kali dia menghadang para

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 25)

    Pagi itu Wirda sudah tak sabar menanti kedatangan Uwais, pasalnya malam tadi dia langsung pulang ke rumah karena sudah kemalaman dan kelelahan."Mbak, aku sudah agak enakan kalau mau pulang silakan, aku bisa sendiri kok."Fatma menatap Wirda dengan getir, pagi ini Wirda memang terlihat lebih bugar, baru satu malam saja sudah ada perubahan pada tubuhnya lain lagi ketika dirawat di rumah sakit kemarin Wirda lebih banyak tidur dan susah bergerak."Besok deh aku pulang ya, biar yang jaga gantian sama Uwais, hari ini dia ngajar dulu nanti siang baru kemari katanya.""Ngajar di mana, Mbak?" "DI sebuah universitas, Wir, ini hari pertamanya setelah kembali dari Madina, kamu sabar ya.""Oh hebat banget ya anak Mbak, punya bisnis jadi dosen lagi, iya deh aku sabar, tapi gimana suami Mbak?""Tidak hebat tapi Allah yang karuniakan kelebihan itu padanya." Dia tersenyum.Sejak dulu Fatma memang tidak pernah membanggakan dirinya ataupun prestasi anak anaknya pada orang lain, itu semua untuk menjaga

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 24)

    Uwais yang baru datang ke rumahnya mendadak merasa lemas, Serapi itu sang ayah tiri menyembunyikan kebusukannya hingga dia dan ibunya tidak tahu apa apa, dia benci dibohongi sekaligus bingung harus bagaimana karena Uwais bukan tipe pemarah yang meledak ledak, dia cenderung seperti Fatma yang menghadapi segala masalah dengan kepala dingin, begitulah didikan ibunya.Tidak ada suara lagi di dalam sana entah sedang apa Zhafran di dalam, Uwais pun memilih masuk ke kamar, dia membuka laptop dan mulai melakukan pencarian tentang bisnis sang ayah.Malam harinya dia mendatangi Fatma di rumah sakit, untuk saat ini Uwais hanya bisa menghindar dari pada bertatap muka."Mau ke mana, Nak?""Nyusul Umi, aku mau nyuruh dia pulang dulu.""Nggak makan malam dulu?" "Aku makan di luar aja, pergi dulu ya, Bi." Seperti biasanya Uwais selalu mencium tangan orang tua jika hendak bepergian, Zhafran pun tidak curiga jika anaknya itu telah mengetahui kebusukannya"Iya hati hati, pakai mobil Abi aja ya.""Aku n

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 23)

    Mobil Uwais masuk ke jurang tetapi beruntung sekali mobil itu tersangkut di sebuah batu besar, para warga yang sedang di kebun dan pengendara mobil lain berbondong-bondong turun ke bawah "Sepertinya kita harus lapor polisi.""Iya lapor saja."Sementara yang lain berusaha menyelamatkan Faisal yang terjepit di dalam mobil, lelaki itu tidak sadarkan diri, beberapa orang membuka paksa pintu mobil mulai dari memecahkan kacanya, tetapi setelah pintu terbuka Faisal masih belum bisa dievakuasi karena tubuhnya terjepit body mobil."Susah ini, tunggu polisi saja."Orang orang saling bertanya bagaimana kejadian kecelakaan itu bisa terjadi pada saksi mata."Mobil itu bunyiin klakson keras banget, entah dia lagi mabok atau mengalami rem blong saya nggak tahu, yang jelas dia menghindar," ujar sopir mobil pick up yang tadi hampir saja bertabrakan dengan Faisal.Tidak lama kemudian polisi datang bersama tim evakuasi, mereka menyuruh warga untuk naik ke atas jurang agar tim evakuasi bisa menyelamatka

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (bab 22)

    Gadis muda itu membawa nampan berisi air putih dingin, dia tidak tersenyum hanya menganggukan kepalanya sedikit sebagai tanda hormat."Silakan diminum.""Terima kasih, Teh.""Iya.""Kalian ini abis ngapain di atas bukit sana?" Tanya perempuan itu."Oh itu, kita tersesat, oh ya apa kamu tahu tentang bangunan besar di atas bukit itu?' Uwias balik nanya "Bangunan?" Gadis itu nampak tak mengerti "Iya bangunan gede.""Aku nggak tahu, soalnya bukan asli orang sini, aku dan beberapa teman lagi melakukan penelitian buat skripsi.""Oh kirain kamu ustazah di sini." "Bukan lah, saya masuk dulu, nggak enak berduaan.""Eh tunggu." Gadis itu kembali menoleh, hingga mereka saling berpandangan beberapa detik"Iya?""Kita mau pergi sekarang, terima kasih ya.""Oh mau pergi lagi? Sama sama, kalau gitu hati hati.""Iya." Uwais tersenyum sungkan, dia menatap wanita itu, hatinya berontak ingin kenalan."Om, tanya dong nama dia siapa ya?" "Ah tanya aja sendiri, masa gitu aja nggak berani," ledek Faisal

DMCA.com Protection Status