Bab 16 Balas DendamIlusi KarinaAlvis tersenyum lebar, dengan mulut yang terbuka. Lalu berjalan mendekat, memegang dagu lancip milik istrinya itu. Sekejap, ia kembali menempelkan kedua bibir mereka. Karina sepertinya telah meracuni pria dingin nan tampan itu. Memberikan candu akan nikmat tubuhnya bagi si pria yang Karina anggap, penjahat. Tatapan mereka beradu dengan deru nafas yang hangat menyentuh kulit wajah mereka. "Sabarlah, kau akan mendapatkannya kembali, nanti. Aku ingin kau sehat terlebih dahulu. Dan menjadi nyaman di tempat yang seharusnya kau sukai. Kau mengerti?" bisik Alvis, seraya mengusap bibir sensual istrinya menggunakan jempol tangannya. "Tapi aku aku memintanya sekarang, Tuan," paksanya sekali lagi. Alvis memejamkan matanya rapat. Dengan satu helaan nafasnya yang panjang dan terdengar berat. Ia sontak melepaskan tangannya dan berdiri tegak di hadapan Karina. Kedua tangannya ia simpan di saku celana chinosnya. Karina terus menatap pria yang memang harus ia akui
Bab 17 Balas Dendam Yang SalahPermohonan Karina Karina masih tercengang dengan sosok yang menciumi tubuhnya. Dengan nafas yang menderu di dadanya, ia mencoba mengerjapkan kedua matanya. Menyadarkan dirinya yang seakan bersama kekasih hatinya itu. "RI-Richard?" gumamnya lagi. Rambut basah dengan mata yang terpejam, pria itu terus melancarkan serangannya mencium leher Karina dengan buasnya. Bahkan ia masih mengenakan pakaiannya meski kini telah basah kuyup akibat tersiram kucuran air shower. Tubuh Karina gemetaran, ia tidak yakin dengan yang ia lihat. Dan, saat pria itu menarik kepalanya lalu menatap Karina lekat. Karina membuka bibirnya dengan wajah yang sangat terkejut. "Kamu!" sentaknya seraya mendorong tubuh itu kuat. "Jangan menolakku, sayang," balas Alvis yang sudah menarik tangan Karina kuat. Tubuh polos Karina kembali berada dalam dekapan suaminya—Alvis. Dan, wanita itu tak bisa lagi menolak cumbuan mesra dari lelaki yang memang suaminya itu. Bahkan kini ia mengerang, s
Bab 18 Balas Dendam Yang SalahTerjebakAlvis berdiri dari hadapan Karina dan membuka lemarinya. Lalu menukar pakaiannya dengan piyama. Kemudian kembali mendekati Karina, dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Tidurlah, aku akan mengatur waktu yang tepat untuk kau bertemu dengan mantan kekasihmu itu," ujar Alvis yang sudah menggunakan kedua tangannya sebagai tambahan bantal untuk kepalanya. "Sungguh?" pekik Karina dengan kedua bola mata yang bersinar. Wanita itu sangat terlihat bahagia. Ia sontak merangkak dengan cepat dan memeluk suaminya itu dengan sangat erat. Alvis tercengang, tapi membiarkan Karina melakukannya. "Terima kasih, aku tak akan menuntut apapun padamu, Tuan. Asal kau biarkan aku pergi dari hidupmu," ujar Karina. "Hmm, menyingkirlah dari tubuhku. Jika kau tak ingin hidup bersamaku," ucap Alvis dingin. Karina tersentak, dan sontak menarik tubuhnya agar menjauh. Lalu ia beringsut dari kasur. Lalu turun dan duduk di atas sofa. Susah payah ia ingin merebahkan tubuhny
Bab 19 Balas Dendam Yang SalahKamu IstrikuAlvis terbahak dalam hati. Ia kemudian turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Karina menatap punggung pria yang membawanya dalam lelap tidur penuh kehangatan. "Bodoh! Seharusnya aku tak perlu tidur. Aku harus terjaga sepanjang malam. Astaga, apa aku menggodanya semalam?" rutuknya dalam hati. Ia masih meremas-remas selimut yang menutupi tubuh polosnya. Ia melirik lingerie yang semalam ia kenakan. Tergeletak serampangan di bawah lantai. Gemericik air dari dalam kamar mandi membuatnya ingin sekali membasahi tubuhnya yang tiba-tiba menjadi panas dan gerah. Tapi, ia menunggu suaminya keluar dari tempat itu. Dan, saat pria itu keluar dengan bertelanjang dada. "Damn it! Astaga! Kenapa denganku?" batin Karina meracau. Melihat tubuh basah Alvis, dengan sisa-sisa air dan aroma sabun yang begitu menggoda. Libidonya terusik dan meronta. Karina mencebik, lalu menggulung tubuhnya menggunakan selimut. Dan turun dari ranjang untuk segera b
Bab 20 Balas Dendam Yang SalahRasaAlvis memindai seluruh bagian tubuhnya yang bisa dijangkau dengan tatapannya. Namun, ia tak mendapati ada yang aneh pada dirinya. Ia Pun kembali menatap istrinya yang masih terkikik dengan bibir yang terbungkam."Ka!" panggil Alvis sedikit memekik. "Iya, Mas… eh, Abang Alvis. Oh salah, kurang pantas. Bagaimana kalau Kak Alvis. Ya ampun… semua itu tidak pantas untuk menyematkan dalam panggilan untukmu, Tuan." Karina dengan senyum polosnya kembali terkikik seraya membungkam mulutnya. Alvis mencebik, dan melanjutkan melepaskan pakaiannya. Sementara Karina membanting tubuhnya ke kasur sebab, masih terbahak. Alvis tak menghiraukannya. Ia menatap istrinya dari cermin dilemarinya. Bahkan ia mengagumi wanita yang kini sedang menampakkan wajah cantiknya dengan tertawa lepas. Tidak seperti beberapa hari yang berlalu. Dia selalu tampak murung dan terus saja marah-marah. Alvis hanya tersenyum menatap istrinya melalui cermin di hadapannya. "Berapa usiamu, Tu
Bab 21 Balas Dendam Yang SalahNafsuKarina mendengus, saat yang ia lihat adalah Antini. Perempuan yang selalu mengulas senyuman di bibirnya tapi, sorot matanya begitu dingin. "Maaf, Nyonya. Tuan Alvis meminta dompetnya. Katanya tertinggal di kasur, ada bersama Nyonya," ucapnya. Karina sontak mencarinya, ia mengedarkan tatapannya ke hamparan kasur yang ia tindih. Dan sudut matanya melihat benda itu di samping pahanya. Ia gegas mengambil dan menyerahkan kepada Antini. "Ini," ucapnya. "Baik, terima kasih Nyonya. Permisi," ujar Antini berpamitan seraya mengangguk hormat. "Bu, sebentar," sergah Karina seraya menarik lengan Antini. Wanita itu sontak menoleh dan menatap Karina lekat. Dengan wajah yang sedikit seram. Sebab lengkungan di wajahnya kini terlihat datar. "Iya, ada apa Nyonya? Apa yang anda butuhkan?" jawabnya. "Em, katakan pada suamiku. Aku ingin sekali menghirup udara luar. Aku sangat bosan di dalam kamar. Bolehkah aku keluar, sekedar melihat sekitar rumah besarnya ini?"
Bab 22 Balas Dendam Yang SalahAlvis Untuk Karina Beruntung Antini saat itu kembali sebab, membawakan camilan untuk Nyonya Mudanya. Ketika dia baru saja membuka pintu kamar. Antini mendengar suara Karina yang sedang memuntahkan isi perutnya. "Nyonya!" pekiknya, saat ia melongok ke kamar mandi. Tubuh Karina sudah tergeletak di atas ubin. Dia gegas merogoh kantongnya dan menghubungi keamanan rumah. Agar membantunya membopong tubuh Karina. Setelah itu, Antini gegas menghubungi Alvis juga dokter keluarga. Alvis akhirnya membatalkan kepergiannya. Ia kembali lagi ke rumah. Dan meminta asisten pribadinya menemui sang nenek. Alvis berlari dengan sangat cepat menuju kamarnya. "Apa yang terjadi!" tanyanya dengan nafas yang menderu dan terengah-engah. Antini menunduk seraya memundurkan langkahnya. Memberikan ruang pada Alvis agar bisa mendekati Karina, yang sedang dipasang jarum di punggung tangannya. "Aku sudah ambil sampel darahnya. Besok aku bawakan hasil labnya, ya. Ini, jika nanti di
Bab 23 Balas Dendam Yang SalahAndini Alvis gegas membaringkan kembali tubuh istrinya. Karina mendesis lirih, merasakan pusing di kepalanya yang terasa berdenyut nyeri. "Ka, kamu baik-baik saja?" bisik Alvis seraya mengusap kepala sang istri. "Kepalaku sakit sekali," keluhnya lirih. "Bawa tidur saja coba, Ka. Siapa tahu mendingan, sini biar aku kelonin," ujar Alvis seraya membaringkan tubuhnya di samping Karina. Wanita itu tak menghiraukannya. Dia hanya fokus dengan rasa nyeri yang menderanya. Alvis memijat lembut kening hingga kepala bagian belakang istrinya. Hingga wanita itu akhirnya terlelap dalam pelukannya. Alvis tersenyum. Ia mengusap lembut wajah pucat istrinya. Membingkai tatapannya ke seluruh wajah Karina. Dna berhenti tetap di bibir tipis yang sedikit terbuka. Wajahnya mendekat, terus mendekat dan menyatukan ujung bibir mereka. Melumatnya dengan sangat lembut. Meski tanpa balasan sebab Karina sepertinya sangat nyenyak sekali tertidur. Tapi, pria itu tersenyum puas. M
Bab 38 Balas Dendam Yang SalahSensitifAlvis menghela nafasnya panjang. Dia tak bisa membantah kata-kata dari sang nenek. Wanita yang telah membesarkannya seorang diri. Dia lantas berdiri dengan terus menggandeng erat tangan sang istri."Baiklah, perlahan akan aku buktikan sama Nenek. Kalau wanita ini bukanlah, Andini. Dan Nenek akan melihat, betapa wanita sangat luar biasa di banding Andini. Nenek akan jatuh cinta padanya jika Nenek sudah mengenalnya. Sepertiku yang kini sangat terikat olehnya. Dan enggan untuk jauh darinya. Walau sekejap waktu," jelas Alvis panjang.Stella mencebik kesal dengan wajah memerah menahan amarah. Dia benci sekali ucapan sang cucu yang sedang di mabuk cinta itu. Apalagi pikirnya Karina adalah wanita yang sama yang telah hampir membuatnya meninggal dunia."Halah, saat kamu sadar bahwa dia adalah wanita ular itu. Saat itu kamu akan menyesal sebab tak mendengar nasehat dariku." Nenek Stella dengan penuh keyakinan mengatakan itu. Membuat Alvis tersenyum menang
Bab 37 Balas Dendam Yang SalahKebencian Nenek StellaAlvis mendekati sang nenek dengan tangan yang masih menggenggam erat tangan Karina. "Usir dia sekarang juga! Aku muak melihatnya! Apa kamu lupa dengan yang dia lakukan padaku, Al!" amuk Nenek Stella dengan dada yang bergemuruh.Karina kian menunduk, tubuhnya menggigil dalam diam. Dia tidak berpikir sikap sang nenek akan semurka ini padanya. Iya, dia belum lupa saat Alvis memperlihatkan video saat Andini mendorong Nenek Stella hingga membuatnya koma. Tapi, dia pikir Alvis sudah menjelaskan tentangnya dan pernikahan mereka itu. Lalu, ingatannya kembali ke kata-kata Antini tadi sewaktu mereka sarapan pagi. Dia sedikit melirik suaminya, yang terlihat tenang dan santai."Nek, dia bukan Andini. Memang sangat mirip bahkan nyaris tak berbeda. Tapi, percayalah, dia bukan Andini." "Mana mungkin! Lihatlah, wajahnya, rambutnya, tinggi badannya. Tidak ada yang berbeda. Kamu jangan mau tertipu dengan wajah sok lugunya itu, Al. Dia itu ular! Pe
Bab 36 Balas Dendam Yang SalahNenek StellaKarina dan Alvis kini sudah berada di dalam hotel. Karina tiada henti memandangi wajah suaminya yang terlelap memeluknya. "Kenapa sekarang aku sangat mengagumimu, Milo. Aah, lucu sekali aku memanggilmu dengan nama itu. Padahal namamu itu panjang dan bagus. Tapi, kenapa aku menyapa dengan sebutan itu. Hmmm, aku ingin mengganti dengan sebutan sayang saja. I love you sayang," biaknya lirih.Alvis mengeratkan pelukannya, dan berbisik. "I love you too, sayang.""Hai, kau belum tidur?""Mana bisa aku tidur kalau kamu terus mengganggu, hmm," sahut Alvis. Yang gegas menggelitik pinggang sang istri. Karina tergelak, menerima serangan yang membuat tubuhnya gelinjangan sebab merasa geli. Sampai dia memohon ampun, dan Alvis menghentikan tangannya. Dia memeluk Karina yang nafasnya terengah-engah sebab lelah menahan geli."Kita akan pulang besok, atau kamu masih ingin disini, sayang?" tanya Alvis."Bolehkan tinggal beberapa hari lagi, disini. Aku ingin b
Bab 35 Balas Dendam Yang SalahDibalik Sikap Manis Welly Karina tergelak, dan mencubit pinggang Welly. Lantas meraih tangan suaminya dan ia genggam dengan sangat erat."She's all yours, Welly. Be happy, you deserve it." Karina mencium lembut pipi Welly, lantas beranjak pergi dari tempat itu. Sejenak, saat langkahnya sampai di ambang pintu. Dia menoleh dan menatap kedua pasangan pengantin baru itu. Lantas mengerling sekejap dan berlalu. Meninggalkan Richard yang seakan pilu melepaskan kepergiannya."Are you oke, honey?" tanya Welly, seraya menyentuh bahu Richard.Pria itu menggeleng dan lantas membawa istrinya keluar dari tempat itu. Apapun yang terjadi, kini Welly--lah istrinya. Jadi, dia membawa wanita itu ke hotel malam ini. Meninggalkan kamar pengantin mereka, yang sudah dihias sedemikian rupa.Sementara itu, Karina menyandarkan kepalanya ke bahu sang suami. Entah mengapa, dia merasa sangat lega. Meski kecewa mendera, tapi lebih pada rasa nyaman dan seolah beban yang selama beber
Bab 34 Balas Dendam Yang SalahRindu Yang MenggebuRichard, memeluk erat tubuh Karina. Wanita itu menengadahkan wajahnya. Tatapannya pilu. Membuat Richard merasa sangat bersalah. Ingin sekali dia menceritakan semua kejadian yang menimpanya. Tapi, apa yang akan terjadi dengan Alvis.Bisa-bisa suaminya itu akan mati terbunuh oleh orang-orang suruhan Richard. Dia tahu siapa kekasihnya itu. Sebab itu, semua ia tutupi sedemikian tapi."Maafkan aku Ric, aku sungguh ceroboh," sahutnya penuh sesal."Kau sangat cantik sekarang. Bisa kita berkencan malam ini?" bisiknya Richard, seraya mencium leher jenjang Karina.Karina menoleh dan merenggut bibir tebal itu. Memagutnya dengan buas. Dia sungguh merindukan lelaki ini. Lelaki yang telah menyelamatkan hidupnya dulu. Saat pertama kali dia kabur ke negara ini. Karina melepaskan ciumannya. Senyum merekah di wajahnya. "Kau masih milikku, sayang," bisik Karina. "Tapi, kau pria terhormat. Kau istimewa bagiku. Aku bangga telah mencintai dan mendapatkan
Bab 33 Balas Dendam Yang SalahMelepas RinduAlvis merengkuh tubuh Karina. Wanita itu gemetaran hebat dalam pelukan sang suami. Pria di ujung sana, yang baru saja menyematkan cincin perkawinan pada jari manis si wanita. Berdiri terpaku menatap Karina."Karina," lirihnya.Pria itu berlari, mendekati Karina. Tapi, Alvis memasang badan. Menghalanginya dengan tegap. "What are you doing here!" ucap Richard dengan dada naik turun. Dengan kuat dia menyingkirkan tubuh Alvis. Lantas menarik tubuh Karina, dan mendekapnya erat. Dan Karina pun memeluk tubuh pria itu erat. "Karina, why? Why have you come now. Where have you been for the past 3 months? Where to?" cecar pria tampan dengan setelan jas putih yang tampak tampan dan berwibawa.Karina tergugu, mencengkram kuat tubuh pria itu. Alvis mengatupkan bibir dan menutup rapat matanya. Membiarkan istrinya meluapkan emosinya. "I'm sorry, Richard. I'm sorry it took so long. I, I can't go back. Because my bag is lost. And I can't reach you at all.
Bab 32 Balas Dendam Yang SalahBertemu KekasihKarina harap-harap cemas. Sebab tak begitu yakin akan ucapan suaminya malam tadi. Pagi ini, mereka masih bergulung dengan selimut. Sebab lelah semalam masih tersisa di tubuh mereka. Hingga sebuah ketukan dari arah pintu terdengar. Alvis membuka matanya dan mencebik kesal. Sebab ia tahu, itu pasti Antini. "Tuan, sarapan pagi sudah siap!" serunya dari balik pintu. "Iya, kami datang setengah jam lagi!" sahut Alvis seraya menyingkap selimut dan beranjak ke kamar mandi. Tapi, tangannya tertahan oleh genggaman tangan sang istri. Pria itu kembali menghambur memeluk tubuh Karina. "Apa kamu masih ingin memelukku sayang?" ujarnya lirih. Karina tersenyum, saat prianya itu menciumi lehernya. Dia hanya mendesah menikmati cumbuan yang kini menjadi kebutuhannya. "Bisakah kau bawa aku ke kamar mandi, sayang," bisik Karina lirih. Tubuh Alvis meremang, mendengar kata 'sayang' dari bibir manis sang istri. Tanpa menjawabnya dia meraup tubuh Karina. La
Bab 31 Balas Dendam Yang SalahPermohonanWaktu terus bergulir. Karina kini lebih menikmati hidupnya menjadi seorang istri dan calon ibu. Dia sedikit mengenal ruangan-ruangan yang ada di dalam kastil milik Alvis—suaminya. Sebab pria itu telah mengizinkan istrinya itu keluar kamar. "Mbak, aku ada di ruang baca ya. Kalau-kalau nanti suamiku pulang, dan mencariku. Katakan, aku ada di sana," ujar Karina berkata kepada Antini. "Siap Nyonya," sahut Antini yang mulai ramah padanya. Tanpa terlihat lagi sorot dingin dari kedua bola Matanya. Karina memilih-milih buku yang tersusun rapi dan bersih di ruangan yang berdekatan dengan ruang kerja Alvis di rumah. Setelah menemukan buku yang tepat dan ingin ia baca. Karina segera duduk di tempat yang tersedia. Hingga berjam-jam Karina berada di dalam perpustakaan. Beberapa buku dia habiskan untuk dibaca. Dan, tanpa sadar dia tertidur di sana. Saat Alvis datang mencarinya, ia kaget sebab Karina terlelap dalam keadaan duduk dan memeluk buku. "Hmmm,
Bab 30 Balas Dendam Yang SalahI Love YouHari telah berganti. Karina keukeuh tak mau dipanggil dengan sebutan Nyonya. Hanya mau dengan sapaan nama saja. Alvis membiarkan, yang terpenting istrinya senang."Boleh aku ke kantor hari ini sayang?" tanya Alvis, pada sang istri yang baru membuka matanya pagi ini. Sudah tiga hari, Alvis tak diizinkan oleh Karina pergi kemanapun. Dia meminta lelaki itu membawanya keluar rumah. Alvis menuruti, dan mengajaknya ke Mall. Tapi, sesampainya di sana. Karina justru pingsan. Sebab merasa lelah dan pusing.Sebab itu, Alvis sedikit ragu saat akan pergi meninggalkan istrinya itu. Tapi, pagi ini Karina mengangguk pasti. Lantas memeluk sang suami. Dia turun dari ranjang dan mendekatinya. Lantas berjinjit dan melumati bibir tebal sang suami. Alvis tak mungkin bisa menolak itu."Sayang, bolehkah aku meminta tasku." Karina, masih merangkulkan kedua tangannya di leher Alvis. Setelah puas menciumi bibir tebal yang kini selalu ingin dia cium."Buat apa sayang. B