Bab 22 Balas Dendam Yang SalahAlvis Untuk Karina Beruntung Antini saat itu kembali sebab, membawakan camilan untuk Nyonya Mudanya. Ketika dia baru saja membuka pintu kamar. Antini mendengar suara Karina yang sedang memuntahkan isi perutnya. "Nyonya!" pekiknya, saat ia melongok ke kamar mandi. Tubuh Karina sudah tergeletak di atas ubin. Dia gegas merogoh kantongnya dan menghubungi keamanan rumah. Agar membantunya membopong tubuh Karina. Setelah itu, Antini gegas menghubungi Alvis juga dokter keluarga. Alvis akhirnya membatalkan kepergiannya. Ia kembali lagi ke rumah. Dan meminta asisten pribadinya menemui sang nenek. Alvis berlari dengan sangat cepat menuju kamarnya. "Apa yang terjadi!" tanyanya dengan nafas yang menderu dan terengah-engah. Antini menunduk seraya memundurkan langkahnya. Memberikan ruang pada Alvis agar bisa mendekati Karina, yang sedang dipasang jarum di punggung tangannya. "Aku sudah ambil sampel darahnya. Besok aku bawakan hasil labnya, ya. Ini, jika nanti di
Bab 23 Balas Dendam Yang SalahAndini Alvis gegas membaringkan kembali tubuh istrinya. Karina mendesis lirih, merasakan pusing di kepalanya yang terasa berdenyut nyeri. "Ka, kamu baik-baik saja?" bisik Alvis seraya mengusap kepala sang istri. "Kepalaku sakit sekali," keluhnya lirih. "Bawa tidur saja coba, Ka. Siapa tahu mendingan, sini biar aku kelonin," ujar Alvis seraya membaringkan tubuhnya di samping Karina. Wanita itu tak menghiraukannya. Dia hanya fokus dengan rasa nyeri yang menderanya. Alvis memijat lembut kening hingga kepala bagian belakang istrinya. Hingga wanita itu akhirnya terlelap dalam pelukannya. Alvis tersenyum. Ia mengusap lembut wajah pucat istrinya. Membingkai tatapannya ke seluruh wajah Karina. Dna berhenti tetap di bibir tipis yang sedikit terbuka. Wajahnya mendekat, terus mendekat dan menyatukan ujung bibir mereka. Melumatnya dengan sangat lembut. Meski tanpa balasan sebab Karina sepertinya sangat nyenyak sekali tertidur. Tapi, pria itu tersenyum puas. M
Bab 24 Balas Dendam Yang SalahRayuan Maut AndiniAlvis tak mendengar kalimat yang terucap dari bibir Andini kala itu. Dia hanya tahu, telah menodai calon istrinya. Sebagai lelaki yang bertanggung jawab. Alvis harus segera menikahinya, sebelum wanita itu hamil pastinya. Sebab, dia menumpahkan tembakannya di dalam rahim hangat Andini."Baguslah, akad nikah akan kita laksanakan tiga hari lagi. Lalu, pesta akan diadakan bulan depan. Begitu Nak Alvis?" tanya Danu--orang tua Andini."Siap Om," jawab Alvis pasti. Andini berada di sampingnya. Dengan manja dia bergelayut di lengan Alvis. Membuat Alvis merasa sangat tersanjung kala itu. Akhirnya dia bisa mendapatkan wanita yang sangat dia cintai itu."Oke, kesepakatan telah kita setujui ya. Jadi, mahar apa yang kau inginkan Andini?" tanya Danu sekali lagi pada putri sulungnya itu.Andini menatap lekat Alvis yang menatapnya dengan senyuman manis. Andini mengerjapkan matanya, seolah ingin menghipnotis pria itu melalui tatapannya. Alvis meremas l
Bab 25 Balas Dendam Yang SalahAndini Dan Bryan Terselubung Setelah menulis sendiri angka yang ia inginkan. Andini gegas mempercantik diri. Sebab dia akan bertemu dengan kekasihnya. Dia merasa umpan tubuhnya harus mendapatkan harga yang fantastis dari mangsanya."Kau tampak tak bersemangat sekali hari ini, An?" protes Bryan, saat mereka usai make love di apartemen milik Bryan."Ah, maaf sayang. Kau tahu, demi lima ratus juta itu, aku harus membuatnya menikmati tubuhku sampai dua kali pagi tadi," sahut Andini seraya merekatkan dekapannya ke tubuh Bryan."Astaga! Kau bahkan hanya sanggup sekali melayaniku selama ini. Sampai aku harus keluar demi mencukupi hasratku tapi, kau bisa melayaninya sampai dua kali. Itu pagi ini, lantas semalam, berapa kali kalian bercinta, ha!" amuk Bryan seraya mendorong kasar tubuh Andini."Ah sial!" pikir Andini. Dia sangat kesal rasanya. "Kau 'kan yang memojokkanku untuk menerima lamarannya! Ya konsekuensinya menikah pasti harus berhubungan badan, bukan!"
Bab 26 Balas Dendam Yang SalahRasa Yang AdaAndini mencebik kesal. Lantas mematikan sambungan ponselnya. Tapi, baru saja dia meletakkannya. Benda pipih itu kembali berderit memanggilnya."Kalau kau hanya hendak marah-marah. Tak perlu menghubungiku, Ian. Kau yang menyuruhku menikah, bukan. Jadi kau tanggung akibatnya!" ocehnya lirih."Ssst! Diam, bawel. Ingat, besok pagi kau harus bawa uangnya. Jangan hanya mau di tiduri saja, mengerti!" pekik Bryan, membentak Andini.Astaga, lucu sekali terdengarnya. Dia bahkan istri Alvis. Mau alvis kelonin sepanjang hari. Mereka adalah pasangan halal. Dasar tolol memang Bryan. Bisa-bisanya membodohi Andini. Tapi, begitulah Andini. Yang cintanya setengah mati dengan Bryan Louis. Dia meng-iya-kan ucapan sang kekasih. Dan terjadilah adegan sarapan pagi Alvis yang begitu hangat baginya.Meski dalam hati Andini mengakui. Bahwa memang Alvis sangat mempesonanya. Tapi, cintanya untuk Bryan lebih merajai dalam hatinya. Sehingga, apapun yang Bryan katakan mer
Bab 27 Balas Dendam Yang SalahPermohonan KarinaAlvis mengulum senyum, seusai mendapatkan perlakuan manis dari istrinya itu. Ia membelai lembut pipi Karina yang merona. Wanita itu menatap lekat kedua bola mata Alvis yang bersinar."Apa kamu mau makan sekarang?" tanya Alvis, meyakinkan sang istri "Aku tak tahu harus makan apa. Aku tak mau mual dan muntah lagi," Sahut Karina dengan wajah pucatnya."Coba pikirkan, apa yang ingin sekali kau makan saat ini. Mungkin jika makanan tersebut sangat kau inginkan, kau akan makan dengan lahap, bukan?" asumsinya."Tadi juga aku makan dengan sangat lahap. Tapi, aku tetap saja muntah. Emm, tapi aku ingin sekali makan masakan ibuku. Bisakah kau ajak aku ke rumah ibuku, Milo?" Alvis menautkan alisnya, saat Karina meminta hak tersebut. Tapi, ia lalu menghela nafasnya panjang. Lantas, dia meraih kedua tangan istrinya. Dan mengangguk pasti.Karina sontak memeluknya dengan sangat erat. Sungguh, ia tak menyangka jika pria aneh yang merupakan suaminya itu
Bab 28 Balas Dendam Yang SalahTespek Karina menatap lurus wajah sang suami yang menatapnya tak berkedip. Glek! Getir sekali rasanya ludah yang ia gelontorkan di tenggorokannya. Tatapan mereka bertemu sangat lama, tanpa bicara. "Ayo, kita makan dulu sekarang," ucap Cassandra dari ruang makan.Alvis gegas kembali membopong tubuh istrinya. karina tertegun, ada rasa bersalah yang menjalar dalam hatinya. Pria yang bergelar suaminya ini sangat lembut kepadanya. Bahkan dia sangat baik kepada ibunya. Lantas, kenapa dia masih juga memikirkan tentang Richard. Sungguh, Karina merasa sangat egois sekali.Alvis membiarkan Karina dengan perasaannya. Dia juga sedang berpikir, bagaimana agar wanita yang kini mulai ia cintai itu. Jangan sampai pergi dari kehidupannya. Dia menyuapi Karina dengan penuh sayang. Tak peduli dengan wajah Karina yang terlihat bingung dengan sikapnya."Kau sangat beruntung Karin, mendapatkan suami yang begitu baik padamu. Dia juga sangat perhatian pada Ibu," ujar Cassandr
Bab 29 Balas Dendam Yang SalahEtika"Selamat, kalian akan segera memiliki bayi."Mata Karina membola dengan bibir menganga lebar. Tatapannya lurus menatap dokter Obgyn yang alvis panggil rumahnya untuk memeriksa keadaannya. Perlahan, tatapannya beralih ke suaminya. Yang tersenyum sangat manis menatapnya hangat."Ha-hami!" pekik Karina tak percaya. Dan reflek, tangannya mengusap perutnya yang datar.Tubuhnya gemetaran, air mata tak terbendung kini. Kosong, tatapannya kosong sudah. Seakan semua harapan dan impiannya untuk bersama sang kekasih. Lenyap sudah. "Aku akan memberikan resep vitamin dan susu terbaik untuk dikonsumsi. Sepertinya hormon kehamilannya sangat mengganggu nafsu makannya," ujar dokter. Karina tak menanggapinya. Dia masih tergugu dengan rasa perih yang menghimpit di dalam dadanya. Tak percaya, kenapa dia tak memikirkan ini semua. Membiarkan pria itu terus menanam benihnya di dalam rahimnya. Bahkan, dia ingat. Dia juga sangat menikmati, bahkan pernah menggoda sang suam
Bab 38 Balas Dendam Yang SalahSensitifAlvis menghela nafasnya panjang. Dia tak bisa membantah kata-kata dari sang nenek. Wanita yang telah membesarkannya seorang diri. Dia lantas berdiri dengan terus menggandeng erat tangan sang istri."Baiklah, perlahan akan aku buktikan sama Nenek. Kalau wanita ini bukanlah, Andini. Dan Nenek akan melihat, betapa wanita sangat luar biasa di banding Andini. Nenek akan jatuh cinta padanya jika Nenek sudah mengenalnya. Sepertiku yang kini sangat terikat olehnya. Dan enggan untuk jauh darinya. Walau sekejap waktu," jelas Alvis panjang.Stella mencebik kesal dengan wajah memerah menahan amarah. Dia benci sekali ucapan sang cucu yang sedang di mabuk cinta itu. Apalagi pikirnya Karina adalah wanita yang sama yang telah hampir membuatnya meninggal dunia."Halah, saat kamu sadar bahwa dia adalah wanita ular itu. Saat itu kamu akan menyesal sebab tak mendengar nasehat dariku." Nenek Stella dengan penuh keyakinan mengatakan itu. Membuat Alvis tersenyum menang
Bab 37 Balas Dendam Yang SalahKebencian Nenek StellaAlvis mendekati sang nenek dengan tangan yang masih menggenggam erat tangan Karina. "Usir dia sekarang juga! Aku muak melihatnya! Apa kamu lupa dengan yang dia lakukan padaku, Al!" amuk Nenek Stella dengan dada yang bergemuruh.Karina kian menunduk, tubuhnya menggigil dalam diam. Dia tidak berpikir sikap sang nenek akan semurka ini padanya. Iya, dia belum lupa saat Alvis memperlihatkan video saat Andini mendorong Nenek Stella hingga membuatnya koma. Tapi, dia pikir Alvis sudah menjelaskan tentangnya dan pernikahan mereka itu. Lalu, ingatannya kembali ke kata-kata Antini tadi sewaktu mereka sarapan pagi. Dia sedikit melirik suaminya, yang terlihat tenang dan santai."Nek, dia bukan Andini. Memang sangat mirip bahkan nyaris tak berbeda. Tapi, percayalah, dia bukan Andini." "Mana mungkin! Lihatlah, wajahnya, rambutnya, tinggi badannya. Tidak ada yang berbeda. Kamu jangan mau tertipu dengan wajah sok lugunya itu, Al. Dia itu ular! Pe
Bab 36 Balas Dendam Yang SalahNenek StellaKarina dan Alvis kini sudah berada di dalam hotel. Karina tiada henti memandangi wajah suaminya yang terlelap memeluknya. "Kenapa sekarang aku sangat mengagumimu, Milo. Aah, lucu sekali aku memanggilmu dengan nama itu. Padahal namamu itu panjang dan bagus. Tapi, kenapa aku menyapa dengan sebutan itu. Hmmm, aku ingin mengganti dengan sebutan sayang saja. I love you sayang," biaknya lirih.Alvis mengeratkan pelukannya, dan berbisik. "I love you too, sayang.""Hai, kau belum tidur?""Mana bisa aku tidur kalau kamu terus mengganggu, hmm," sahut Alvis. Yang gegas menggelitik pinggang sang istri. Karina tergelak, menerima serangan yang membuat tubuhnya gelinjangan sebab merasa geli. Sampai dia memohon ampun, dan Alvis menghentikan tangannya. Dia memeluk Karina yang nafasnya terengah-engah sebab lelah menahan geli."Kita akan pulang besok, atau kamu masih ingin disini, sayang?" tanya Alvis."Bolehkan tinggal beberapa hari lagi, disini. Aku ingin b
Bab 35 Balas Dendam Yang SalahDibalik Sikap Manis Welly Karina tergelak, dan mencubit pinggang Welly. Lantas meraih tangan suaminya dan ia genggam dengan sangat erat."She's all yours, Welly. Be happy, you deserve it." Karina mencium lembut pipi Welly, lantas beranjak pergi dari tempat itu. Sejenak, saat langkahnya sampai di ambang pintu. Dia menoleh dan menatap kedua pasangan pengantin baru itu. Lantas mengerling sekejap dan berlalu. Meninggalkan Richard yang seakan pilu melepaskan kepergiannya."Are you oke, honey?" tanya Welly, seraya menyentuh bahu Richard.Pria itu menggeleng dan lantas membawa istrinya keluar dari tempat itu. Apapun yang terjadi, kini Welly--lah istrinya. Jadi, dia membawa wanita itu ke hotel malam ini. Meninggalkan kamar pengantin mereka, yang sudah dihias sedemikian rupa.Sementara itu, Karina menyandarkan kepalanya ke bahu sang suami. Entah mengapa, dia merasa sangat lega. Meski kecewa mendera, tapi lebih pada rasa nyaman dan seolah beban yang selama beber
Bab 34 Balas Dendam Yang SalahRindu Yang MenggebuRichard, memeluk erat tubuh Karina. Wanita itu menengadahkan wajahnya. Tatapannya pilu. Membuat Richard merasa sangat bersalah. Ingin sekali dia menceritakan semua kejadian yang menimpanya. Tapi, apa yang akan terjadi dengan Alvis.Bisa-bisa suaminya itu akan mati terbunuh oleh orang-orang suruhan Richard. Dia tahu siapa kekasihnya itu. Sebab itu, semua ia tutupi sedemikian tapi."Maafkan aku Ric, aku sungguh ceroboh," sahutnya penuh sesal."Kau sangat cantik sekarang. Bisa kita berkencan malam ini?" bisiknya Richard, seraya mencium leher jenjang Karina.Karina menoleh dan merenggut bibir tebal itu. Memagutnya dengan buas. Dia sungguh merindukan lelaki ini. Lelaki yang telah menyelamatkan hidupnya dulu. Saat pertama kali dia kabur ke negara ini. Karina melepaskan ciumannya. Senyum merekah di wajahnya. "Kau masih milikku, sayang," bisik Karina. "Tapi, kau pria terhormat. Kau istimewa bagiku. Aku bangga telah mencintai dan mendapatkan
Bab 33 Balas Dendam Yang SalahMelepas RinduAlvis merengkuh tubuh Karina. Wanita itu gemetaran hebat dalam pelukan sang suami. Pria di ujung sana, yang baru saja menyematkan cincin perkawinan pada jari manis si wanita. Berdiri terpaku menatap Karina."Karina," lirihnya.Pria itu berlari, mendekati Karina. Tapi, Alvis memasang badan. Menghalanginya dengan tegap. "What are you doing here!" ucap Richard dengan dada naik turun. Dengan kuat dia menyingkirkan tubuh Alvis. Lantas menarik tubuh Karina, dan mendekapnya erat. Dan Karina pun memeluk tubuh pria itu erat. "Karina, why? Why have you come now. Where have you been for the past 3 months? Where to?" cecar pria tampan dengan setelan jas putih yang tampak tampan dan berwibawa.Karina tergugu, mencengkram kuat tubuh pria itu. Alvis mengatupkan bibir dan menutup rapat matanya. Membiarkan istrinya meluapkan emosinya. "I'm sorry, Richard. I'm sorry it took so long. I, I can't go back. Because my bag is lost. And I can't reach you at all.
Bab 32 Balas Dendam Yang SalahBertemu KekasihKarina harap-harap cemas. Sebab tak begitu yakin akan ucapan suaminya malam tadi. Pagi ini, mereka masih bergulung dengan selimut. Sebab lelah semalam masih tersisa di tubuh mereka. Hingga sebuah ketukan dari arah pintu terdengar. Alvis membuka matanya dan mencebik kesal. Sebab ia tahu, itu pasti Antini. "Tuan, sarapan pagi sudah siap!" serunya dari balik pintu. "Iya, kami datang setengah jam lagi!" sahut Alvis seraya menyingkap selimut dan beranjak ke kamar mandi. Tapi, tangannya tertahan oleh genggaman tangan sang istri. Pria itu kembali menghambur memeluk tubuh Karina. "Apa kamu masih ingin memelukku sayang?" ujarnya lirih. Karina tersenyum, saat prianya itu menciumi lehernya. Dia hanya mendesah menikmati cumbuan yang kini menjadi kebutuhannya. "Bisakah kau bawa aku ke kamar mandi, sayang," bisik Karina lirih. Tubuh Alvis meremang, mendengar kata 'sayang' dari bibir manis sang istri. Tanpa menjawabnya dia meraup tubuh Karina. La
Bab 31 Balas Dendam Yang SalahPermohonanWaktu terus bergulir. Karina kini lebih menikmati hidupnya menjadi seorang istri dan calon ibu. Dia sedikit mengenal ruangan-ruangan yang ada di dalam kastil milik Alvis—suaminya. Sebab pria itu telah mengizinkan istrinya itu keluar kamar. "Mbak, aku ada di ruang baca ya. Kalau-kalau nanti suamiku pulang, dan mencariku. Katakan, aku ada di sana," ujar Karina berkata kepada Antini. "Siap Nyonya," sahut Antini yang mulai ramah padanya. Tanpa terlihat lagi sorot dingin dari kedua bola Matanya. Karina memilih-milih buku yang tersusun rapi dan bersih di ruangan yang berdekatan dengan ruang kerja Alvis di rumah. Setelah menemukan buku yang tepat dan ingin ia baca. Karina segera duduk di tempat yang tersedia. Hingga berjam-jam Karina berada di dalam perpustakaan. Beberapa buku dia habiskan untuk dibaca. Dan, tanpa sadar dia tertidur di sana. Saat Alvis datang mencarinya, ia kaget sebab Karina terlelap dalam keadaan duduk dan memeluk buku. "Hmmm,
Bab 30 Balas Dendam Yang SalahI Love YouHari telah berganti. Karina keukeuh tak mau dipanggil dengan sebutan Nyonya. Hanya mau dengan sapaan nama saja. Alvis membiarkan, yang terpenting istrinya senang."Boleh aku ke kantor hari ini sayang?" tanya Alvis, pada sang istri yang baru membuka matanya pagi ini. Sudah tiga hari, Alvis tak diizinkan oleh Karina pergi kemanapun. Dia meminta lelaki itu membawanya keluar rumah. Alvis menuruti, dan mengajaknya ke Mall. Tapi, sesampainya di sana. Karina justru pingsan. Sebab merasa lelah dan pusing.Sebab itu, Alvis sedikit ragu saat akan pergi meninggalkan istrinya itu. Tapi, pagi ini Karina mengangguk pasti. Lantas memeluk sang suami. Dia turun dari ranjang dan mendekatinya. Lantas berjinjit dan melumati bibir tebal sang suami. Alvis tak mungkin bisa menolak itu."Sayang, bolehkah aku meminta tasku." Karina, masih merangkulkan kedua tangannya di leher Alvis. Setelah puas menciumi bibir tebal yang kini selalu ingin dia cium."Buat apa sayang. B