Share

Bagian 1

Penulis: Puziyuuri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-02 11:03:48

Musik nan indah mengalun merdu. Aroma mawar yang menghiasi aula utama Kerajaan Varyans menyegarkan penciuman. Sementara itu, semua mata tertuju ke satu titik, dua sejoli yang berdansa di tengah-tengah aula.

"Lady Esbuach cantik sekali, seperti peri!"

"Selain cantik, sikapnya juga anggun dan penuh etika. Sepertinya, Dewi Asteriella menurunkan seluruh karunianya untuk Lady Esbuach."

"Bukankah sudah seharusnya seperti itu? Tunangan putra mahkota harus sesempurna Lady Esbuach."

Gadis berambut perak dengan mata emerald itu bernama Lady Neenash Esbuach. Tak ada gadis bangsawan yang tak mengenalnya. Dia adalah putri kesayangan Marquess Arbeil Esbuach sang pahlawan perang, ratu pergaulan kelas atas, juga tunangan putra mahkota.

"Putra Mahkota Seandock juga sangat tampan. Lihatlah tatapan penuh cinta beliau kepada Lady Esbuach."

"Mereka benar-benar serasi."

Seperti yang digosipkan para gadis bangsawan, pemuda tampan yang tengah berdansa dengan Lady Neenash adalah putra mahkota. Mata keemasannya terlihat begitu menawan saat menatap dalam sang tunangan. Pangeran Seandock diketahui telah jatuh cinta kepada Lady Neenash sejak mereka remaja.

Musik dansa sesi pertama berakhir. Pangeran Seandock dan Lady Neenash mengakhiri dansa mereka diiringi decak kagum. Keduanya saling melempar senyuman formal sebelum berpisah.

Pangeran Seandock menemui para bangsawan muda untuk membicarakan beberapa kebijakan politik. Sementara itu, Lady Neenash memilih beristirahat di salah satu kursi.

"Count Pines Searaby, Lady Hazell Searaby memasuki aula!" seru penjaga pintu tiba-tiba.

Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya memasuki aula bersama dua gadis cantik. Gadis berambut cokelat tampak tersenyum dipaksakan. Dia beberapa kali melirik sinis kepada gadis berambut keemasan dengan wajah polos di sebelahnya.

Para tamu undangan mengalihkan pandangan. Sebagian besar dari mereka terpana dalam pesona gadis berambut keemasan. Kecantikannya tampak polos dan murni, terasa menembus hati. Namun, ada pula yang melirik sinis dan bergosip.

"Cantik sekali, siapa gadis berambut emas itu?"

"Kau tak tahu? Dia anak haram Count Searaby yang selama ini disembunyikan di wilayah timur."

"Apa Count sudah tidak waras membawa anak haram ke pesta raja?"

"Tidak, kukira justru si rubah itu punya rencana licik dengan memanfaatkan kecantikan putrinya."

Count Searaby tak memerdulikan omongan buruk tentangnya. Dia melangkah ke hadapan raja dengan wajah tampak merasa bersalah.

"Saya memberi salam kepada matahari kerajaan," salam Count Searaby sembari membungkukkan badan diikuti kedua putrinya.

Raja Garrpou tampak menunjukkan raut wajah tak suka. "Aku tak menyangka ternyata Count Searaby masih punya muka datang di waktu selarut ini," sindirnya.

"Maafkan saya, Paduka. Bukan maksud kami tiba dengan terlambat, tetapi kereta kuda kami diserang orang-orang tak dikenal di perjalanan menuju istana."

Raja mengernyitkan dahi. "Bagaimana bisa penyerangan terjadi di jalan utama negeri dengan keamanan terbaik ini?"

"Mohon maaf, Paduka. Sebenarnya, kami tidak melalui jalan utama. Saya menjemput dulu putri saya yang selama ini berada di wilayah timur karena sakit. Sekarang, dia sudah sehat sehingga saya mengajaknya ke ibukota," sahut Count Searaby cepat. "Dia putri kedua saya, Cherrie Searaby," ucapnya lagi sambil mengarahkan pandangan kepada gadis berambut keemasan.

"Saya memberi salam kepada matahari kerajaan," tutur Lady Cherrie.

Suaranya begitu merdu dan lembut. Raja merasa hati yang tadi penuh amarah menjadi terasa damai. Namun, demi menjaga wibawa, dia tetap memasang wajah tegas dan kaku.

Pangeran Seandock merasa iba saat dilihatnya Lady Cherrie tampak gemetaran dan menunduk dalam. Dia memang mudah tersentuh. Pangeran Seandock pun mendekat.

"Ayahanda janganlah terlalu kaku. Kasihan Lady Searaby menjadi ketakutan. Lady, angkatlah wajahmu. Sudah tidak apa-apa," hibur Pangeran Seandock.

Lady Cherrie mengangkat wajah secara perlahan. Matanya bertemu dengan mata elang Pangeran Seandock. Mereka terjebak hening beberapa saat seperti terhanyut dalam melodi paling indah sedunia.

"Ekhem, beri salam kepada putra mahkota," tegur Lady Hazell dengan berbisik.

Lady Cherrie membungkuk dan berkata dengan suara bergetar, "Sa-saya memberi salam kepada bintang kerajaan."

"Tidak perlu terlalu kaku." Pangeran Seandock terkekeh, lalu tiba-tiba mengulurkan tangan. "Maukah Anda berdansa dengan saya, Lady?" ajaknya.

Lady Cherrie mengangguk pelan. Dia menyambut uluran tangan Pangeran Seandock dengan malu-malu. Tak lama kemudian, keduanya mulai berdansa dengan indah, membuat berpuluh pasang mata terpana.

"Dansa yang sangat indah. Mereka sangat serasi."

"Tapi, bukankah tindakan Yang Mulia Putra Mahkota akan menyakitkan bagi Lady Esbuach?"

Bisik-bisik mendengung. Namun, Pangeran Seandock seolah-olah menjadi tuli. Dia terus berdansa bersama Lady Cherrie dengan tatapan saling bertaut.

Lady Neenash menyaksikan kemesraan tersebut dengan rasa kecewa menyelimuti hati. Namun, sikapnya tetap santun penuh etika. Dia duduk dengan anggun sembari menyesap anggur dari gelas kaca.

"Kenapa Anda diam saja, Lady Eusbach? Kalau saya, pasti sudah menjambak lady murahan itu," bisik Lady Lily yang duduk di sebelah kiri Lady Neenash.

Putri kedua Count Calliant Blossom ini memang terkenal dengan julukan lady kuda liar karena sering betingkah kasar.

"Kau tidak bisa menyamakan dirimu yang tidak beretika dengan Lady Eusbach, Lily!" sergah Lady Rosie yang duduk di sebelah kanan Lady Neenash. "Lagipula, perempuan seperti Lady Searaby tidak bisa dihadapi dengan kasar. Akan lebih baik langsung dibunuh diam-diam dengan bantuan pembunuh bayaran," tambahnya.

Dia menutupi senyum liciknya di balik kipas kesayangan. Kakak beradik dari Keluarga Blossom itu terus memanas-manasi. Lady Lily menyumbangkan ide-ide kasarnya sementara Lady Rosie memberikan kiat-kiat membunuh tanpa menyentuh.

Lady Neenash tampak risih. Dia sama sekali tak masalah walaupun putra mahkota mencintai wanita lain. Baginya, cinta bukanlah hal penting dalam pernikahan politik. Dia hanya kecewa karena Pangeran Seandock melukai harga dirinya dengan melakukan perselingkuhan terang-terangan.

"Ideku sangat bagus bukan, Lady?" cecar Lady Lily.

"Idemu bisa membahayakan Lady Esbuach," sergah Lady Rosie.

Lady Neenash benar-benar ingin menjauh dari dua bersaudara Blossom. Namun, Lady Lily dan Lady Rosie terus saja mencerocos. Beruntung, Count Blossom memanggil kedua putrinya itu untuk dikenalkan kepada putra dari keluarga bangsawan lain.

"Akhirnya, aku bisa lepas dari mereka. Lebih baik ke Istana Rubi," gumam Lady Neenash dalam hati.

Gerakannya begitu luwes saat menyelinap keluar dari aula istana. Lady Neenash tak perlu khawatir akan dipergoki orang lain jika ke Istana Rubi. Tempat itu dihindari karena merupakan kediaman pangeran pertama yang dianggap terkutuk.

Begitu tiba di taman Istana Rubi. Lady Neenash duduk di bangku kayu. Dia melepaskan sepatu, lalu memejamkan mata. Aroma lavender menyegarkan penciuman dan menenangkan pikiran.

"Taman ini selalu membuatku nyaman. Aku tak perlu menjadi lady terhormat yang kaku di sini," gumamnya lirih.

Lady Neenash membuka mata perlahan. Dia terkekeh saat melihat puluhan kunang-kunang berterbangan. Gadis itu bangkit dari bangku dan menari di antara kunang-kunang tanpa alas kaki.

Sementara itu, pemuda tampan berambut hitam dengan mata merah mengamati dari jauh. Si pemuda menyeringai dan mengangkat tangan. Panah api berlesatan dari tangannya, meluncur ke arah Lady Neenash.

***

Bab terkait

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 2

    Duar!Tepat lima langkah sebelum panah api mengenai tubuhnya, Lady Neenash membuat perisai es. Ledakan besar pun tak terelakkan. Beruntung, kawasan Istana Rubi dilapisi pelindung tak kasat mata yang kedap suara.Pemuda tampan yang tadi melemparkan panah api mendekat. Tawa menyebalkannya membuat Lady Neenash mendelik tajam."Sudah lama kita tidak bercanda dan bermain bersama, Neenash," celetuk si pemuda."Candaan yang tidak lucu, Sallac." Lady Neenash menyeringai, lalu membungkuk."Saya memberi salam kepada Pangeran Sallac," ucapnya dengan suara dibuat-buat hormat.Pangeran Sallac mendecakkan lidah. Dia duduk dengan kasar di bangku kayu. Lady Neenash terkekeh, lalu duduk di sebelah sahabat masa kecilnya yang dikucilkan karena dianggap terkutuk itu."Kau suka mencandaiku, tetapi tidak suka jika kucandai," gerutu Lady Neenash."Aku tak suka kauperlakukan seperti orang asing. Bukankah aku yang paling dekat denganmu?" sahut Pangeran Sallac."Ya, ya, ya, tentu saja. " Lady Neenash menatap

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-03
  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 3

    Belum sempat Lady Neenash menyahut, terdengar suara menggelegar diiiringi pancaran cahaya kuat dari jendela. Dia menghela napas berat, lalu bangkit dari tempat tidur. Pheriana membantu sang nona mengenakan jubah untuk menutupi pakaian tidur. Kemudian, Pheriana membukakan pintu. Seorang kesatria tampak berlutut di depan pintu kamar nonanya. Namun, Lady Neenash malah membuka jendela, membuat Pheriana dan kesatria muda mengerutkan kening. Beberapa saat kemudian Lady Neenash melompat dari jendela."Nonaaa!" seru Pheriana dan kesatria kompak. Pheriana berlari cemas menuju jendela. Dia melongok ke bawah dan seketika menghela napas lega. Lady Neenash tak terluka sedikit pun, malah berdiri anggun di bongkahan es. Selanjutnya, Lady Neenash turun dari bongkahan es, lalu mendekati Marquess Arbeil yang tengah menghancurkan taman dengan sambaran petir. Langkahnya tenang. Tak ada rasa gentar tampak di wajahnya. Begitu cukup dekat, Lady Neenash merapalkan mantra. Sambaran petir yang tadi berham

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 4

    Sosok yang menabrak Lady Neenash adalah Lady Cherrie. Gadis bermata biru itu tampak gemetaran. Raut wajahnya persis seperti terpidana hukuman mati, padahal Lady Neenash tidak menunjukkan ekspresi marah sama sekali."Ada apa Lady Searaby?" tanya Lady Neenash dengan nada datar. Lady Cherrie mendadak berlutut. Air mata berlomba menuruni pipinya. Dia mulai terisak dengan suara teramat menyayat. "Saya bersalah sudah mengotori gaun Anda! Mohon ampuni saya, Lady!" jeritnya histeris. "Tenanglah, Lady Searaby. Saya tidak marah," bisik Lady Neenash. "Kenapa Anda ketakutan dan berteriak? Kita akan jadi pusat perhatian–"Ucapan Lady Neenash terhenti. Dia menyadari tatapan sinis beberapa gadis bangsawan di toko kue. Bisikan-bisikan tak sedap mendengung samar. Namun, telinga sensitif Lady Neenash bisa mendengarnya dengan jelas. "Ya ampun, bukankah hanya kotor sedikit? Kenapa Lady Esbuach harus semarah itu?""Tidakkah Lady Esbuach terlalu angkuh?""Mungkinkah Lady Esbuach masih kesal karena putr

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 5

    "Anda tidak boleh berlaku kejam seperti ini, Yang Mulia!" seru Lady Cherrie tiba-tiba. Dia mengenggam tangan Pangeran Seandock. Sorot matanya tampak memelas. Sementara Lady Neenash yang ucapannya terpotong hanya menghela napas, sudah muak dengan sandiwara dramatis itu. "Yang Mulia ... Anda dan Lady Neenash sudah bersama sejak lama. Saya tak ingin menjadi penyebab hancurnya hubungan kalian," gumam Lady Cherrie dengan mata berkaca-kaca.Ucapanya itu mengundang banyak pujian dari para tamu. Lady yang berhati amat lembut begitulah pandangan para bangsawan. Sebaliknya, mereka menatap sinis dan mengecam Lady Neenash. Pangeran Seandock tiba-tiba menatap tajam Lady Neenash. "Bersama sejak lama pun tidak menjamin kita benar-benar mengenal seseorang," sindirnya. Lady Cherrie menggeleng dengan dramatis. "Jangan begitu, Yang Mulia. Anda akan melukai perasaan Lady Neenash–"Lady Neenash berdeham. Suara manja Lady Cherrie yang membuatnya mual juga terhenti. Tamu undangan semakin melirik penuh k

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 6

    Pangeran Seandock menggeram. Dia mengepalkan tangan dan menggemeletukkan gigi. Mata elangnya menyorot tajam, seperti akan menerkam Lady Neenash. "Penjaga, tangkap seluruh anggota Keluarga Esbuach dan jebloskan ke penjara bawah tanah! Duke Reinnerd, siapkan pengadilan!" titah Pangeran Seandock. Duke Thalennant membungkukkan badan. "Siap dilaksanakan, Yang Mulia."Aula kuil suci menjadi riuh. Para tamu saling berbisik mencemooh Keluarga Esbuach. Sementara itu, beberapa kesatria bergerak maju dengan pedang terhunus. Marquess Arbeil dan Sir Durio tentu tak tinggal diam. Mereka melakukan perlawanan. Pertarungan pun tak terelakkan. Bunyi besi beradu memekakkan telinga. Wanita dan anak-anak menjerit panik. Kemampuan berpedang sang pahlawan perang tentu tak sebanding dengan kesatrian biasa. Para kesatria semakin kewalahan dan babak belur. Namun, Pangeran Seandock tiba-tiba mengangkat tangan kanan dan berseru, "Atas janji setia kepada keluarga kerajaan, Keluarga Esbuach tunduklah!"Cincin

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17
  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 7

    Duar! Ledakan besar meninggalkan sisa-sisa jelaga, Panggung eksekusi kini tinggal puing-puing kehitaman berbau sangit. Para penonton berlarian tunggang langgang menyelamatkan diri dan berteriak panik.Adapun Duke Thalennant terlempar sejauh 100 langkah, menubruk dinding bangunan sebuah bar. Lengan kanannya menderita luka bakar yang cukup parah. Dia menggeram, bersusah payah menggenggam kembali gagang padang dengan tangan kiri."Sial*n! Siapa yang lancang menganggu jalannya eksekusi?" teriaknya lantang."Aku! Aku yang melakukannya!" balas suara lantang dari balik asap akibat ledakan.Duke Thalennant memicingkan mata. Asap hitam perlahan tersapu angin. Tak lama kemudian, tampaklah Pangeran Sallac. Dia tengah melayang di udara sembari menggendong Lady Neenash yang tak sadarkan diri.Rakyat yang tadi berlarian semakin panik. Reputasi buruk Pangeran Sallac tentu sudah menjadi rahasia umum. Orang-orang bahkan percaya rumor kutukan bahwa seseorang yang berani bertatapan dengan Pangeran Sall

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-26
  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 8

    Lady Neenash menghela napas. Meskipun berat, dia telah mengambil keputusan. Bayangan kepala ayah dan kakaknya yang menggelinding di genangan darah menggoreskan luka dan mengobarkan api dendam."Ya, Sallac. Aku setuju," ucapnya penuh keyakinan.Persetan dengan harga diri. Terakhir kali, Lady Neenash menjunjung tinggi harga diri, dia malah menerima penghinaan yang semakin menjadi-jadi. Lagi pula, Pangeran Sallac adalah cinta pertama dan terakhirnya, seseorang yang selalu dimimpikannya menjadi suami."Berbaringlah lagi di ranjang dan pejamkan matamu. Ini tidak akan lama," perintah Pangeran Sallac.Lady Neenash mengangguk pelan. Dia mengatur napas sejenak, sebelum melangkah ke tempat tidur. Setelah membaringkan badan, Lady Neenash memejamkan mata dengan jantung berdetak kencang.Lady Neenash mengepalkan tangan saat mendengar langkah kaki Pangeran Sallac mendekat. Dia mencengkeram sprei ketika merasa lelaki itu telah naik ke tempat tidur. Detik-detik berlalu bagaikan belenggu yang menjerat

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-11
  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 9

    "Aha! Itu dia!" seru Pangeran Sallac girang.Dia menatap tabung kaca di tangannya. Senyuman semringah tersungging di bibir seksi yang kemerahan. Lady Neenash memalingkan wajah karena tak kuat menahan pesona lelaki pujaan hati."Bisa-bisanya kau memikirkan cinta-cintaan setelah melewati berbagai hal buruk, Neenash! Ayah dan kakakmu bahkan mati dengan keji dan kau bertingkah tak tahu malu, sial*n!" umpat Lady Neenash dalam hati.Setelah perasaannya lebih terkontrol, dia kembali menatap Pangeran Sallac. "Kau menemukan celah untuk kabur?" tanyanya.Pangeran Sallac mengedipkan mata. "Tentu saja, Neenash. Ini akan seru!"Dia menjentikkan jari dengan wajah riang. Bibirnya komat-kamit merapal mantra. Tabung kaca berisi air mata berpendar kemerahan, lalu menjadi menyilaukan. Lady Neenash refleks memejamkan mata. "Buka matamu, Neenash! Lihatlah apa yang bisa dilakukan pemilik menara sihir yang jenius ini," celetuk Pangeran Sallac.Lady Neenash membuka mata dengan perasaan sedikit dongkol. Saat

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-11

Bab terbaru

  • Balas Dendam Lady Neenash   Epilog

    Seorang wanita muda terbangun dari tidur dengan tubuh banjir keringat. Piamanya sampai basah kuyup. Ya, dia baru saja bermimpi tentang kehidupan masa lalunya sebagai putri seorang marquess. Mimpi panjang tentang sebuah fitnah, bersatunya cinta, tetapi berakhir dengan pengorbanan yang memilukan.Wanita itu memijat kening. "Mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata. Dan suamiku di mimpi itu ...."Dia tersentak saat melihat jam weker di nakas."Si*l! Aku terlambat bangun! Kenapa weker tidak berbunyi?"Wanita itu melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Dia mandi dengan jurus kecepatan bayangan, hanya dalam 10 menit sudah selesai. Setelah berpakaian dan berdandan minimalis, si wanita muda pun meninggalkan apartemennya dan pergi ke kantor."Huh, berhasil tepat waktu!" seru wanita muda begitu berhasil melakukan presensi digital di kantornya.Oleh karena rambut yang berantakan akibat terburu-buru, wanita itu memutuskan untuk ke toilet. Dia terlebih dulu buang air kecil. Namun, sebel

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 144

    Lady Neenash telah sampai di kuil suci. Rakyat sudah banyak berkumpul di sana. Sementara itu, kepala kuil menggendong Salnash, lalu meletakkannya di altar. Dia mengangkat tangan, siap melepaskan kekuatan suci bentuk penyerangan.Wushh! Angin dingin berembus. Tubuh kepala kuil seketika membeku. Halaman kuil suci menjadi riuh. Orang-orang kompak mengalihkan pandangan. Mereka menjerit panik saat melihat Lady Neenash dengan sorot mata penuh kebencian."Apa yang terjadi?""Saintess menyerang kepala kuil?""Kenapa Saintess melakukannya?Ucapan-ucapan penuh tanya menggema. Semua orang kebingungan. Tak lama kemudian, Grand Duke Erbish dan Lady Hazel juga tiba di kuil. Lady Hazel menggunakan alat ciptaannya untuk mengeraskan suara."Saintess marah karena kepala kuil telah membuat fitnah yang kejam kepada Pangeran Salnash!" seru Lady Hazel.Rakyat saling pandang. Mereka mulia terbagi menjadi dua kubu dan saling berdebat. Grand Duke Erbish tak ingin membuang waktu, langsung menghajar para pende

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 143

    "Saya tak punya pilihan selain memaafkan bukan?" sindir Lady Neenash.Matanya melirik sinis. Duke Thalennant menelan ludah, merasa tertampar keras oleh ucapan pedas Lady Neenash. Sementara itu, Pangeran Seandock malah menatap Lady Neenash penuh perhatian."Neenash, aku tahu kamu berhati besar.""Saya orang yang pendendam, Yang Mulia. Jika saja suami saya tidak mati, posisi Anda saat ini pasti bisa direbutnya demi saya.""Neenash, kau tahu Kak Sallac terkutuk–""Jaga bicara Anda, Yang Mulia. Suami saya memiliki mata merah dan manna yang berlimpah karena dia titisan naga dalam legenda." Lady Neenash tertawa sinis. "Sayang sekali fitnah ibunda Anda tercinta membuatnya menjadi pangeran yang terbuang."Pangeran Seandock mengepalkan tangan. Wajahnya jelas tak terima Lady Neenash telah bicara buruk tentang Ratu Olive. Lady Neenash tak peduli. Sang ratu telah banyak membuat mendiang suaminya menderita.Hening tiba-tiba menyergap. Lady Neenash menenangkan Salnash yang tampak gelisah. Dia men

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 142

    Lady Neenash tersentak. Dia mengedarkan pandangan. Pangeran Sallac sudah tak ada. Namun, kehadirannya sebelumnya terasa begitu nyata. Tanpa sadar, Lady Neenash mengelus perut.Lady Neenash pun segera memanggil Grand Duke Erbish dengan alat komunikasi sihir. Sang kakak angkat datang dengan tergesa bersama Lady Hazel. Tak lupa dia masuk dengan membanting pintu seperti biasa saat sedang panik."Neenash, apa yang terjadi? Kau terluka? Ada yang sakit?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Tak ayal, dia terkena cubit Lady Hazel."Kau ini kejam sekali pada suami sendiri, Hazel," protesnya."Itu karena kau selalu saja membuat onar, Erbish. Sudah berapa kali pintu kamar ini harus diganti dan untung saja Lady Neenash tidak terkena serangan jantung karena kaget," omel Lady Hazel.Setelah suami istri itu berhenti bertengkar, Lady Neenash pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Pangeran Sallac. Tak ketinggalan, dia juga menceritakan tentang kehamilannya. Grand Duke Erbish sangat baha

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 141

    Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 140

    Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 139

    "Jantung naga ...." Wajah Pangeran Alesca tampak sangat muram. Matanya beberapa kali bergerak dengan gelisah. Dia seperti ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi meragukannya, seolah-olah hal itu adalah sebuah kabar yang sangat buruk."Hei, katakan dengan jelas! Jantung naga? Apa itu sebuah artefak? Di mana kami akan mendapatkannya? Di kuil naga selatan?" cecar Grand Duke Erbish tak sabaran.Pangeran Alesca menghela napas berat. "Bukan artefak, tetapi jantung dari naga yang hidup."Para prajurit utara yang mendengarnya menjadi gentar. Meskipun sudah dikatakan punah, mereka sering kali mendengar legenda tentang naga. Kematian konyol yang akan dihadapi jika berani bertarung dengan makhluk mitologi tersebut.Grand Duke Erbish mengepalkan tangan. "Di mana naganya? Meskipun harus bertarung mati-matian, aku pasti akan mendapatkan jantungnya!" Wajah Pangeran Alesca semakin sendu. Dia bahkan menghela napas berat berkali-kali. Grand Duke Erbish menjadi tidak sabaran dan hampir saja mencengkeram

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 138

    Flash! Cahaya benderang memancar dari tubuh Lady Cherrie. Ratu iblis Artica yang sebelumnya menguasai tubuh tersebut mendadak tak bisa bergerak. Tak lama kemudian, sebilah pedang terbentuk dari cahaya. Tangan halus Lady Cherrie meraih pedang cahaya."Kau berhasil, Cherrie!" seru Lady Hazel. Badannya yang lemas kembali bertenaga. Dia mendadak berdiri. Grand Duke Erbish hampir saja terseruduk. "Terima kasih, Lady Cherrie," tutur Lady Neenash seraya mengalirkan kekuatan suci ke arah Lady Cherrie.Sayangnya, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Lady Cherrie yang telah mengenggam pedang cahaya dengan sempurna malah menusuk dirinya sendiri. Kabut hitam seketika merembes keluar, semakin lama semakin deras. "Sial*n! Dasa bodoh! Kau akan mati bodoh!" Umpatan Ratu Artica terdengar mengiringi jatuhnya tubuh Lady Cherrie ke tanah.Kepalanya membentur bebatuan. Darah segar mengalir bersamaan deru napas yang semakin melemah. Namun, senyuman semanis madu terukir di sudut bibir kemerahan."Ch

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 137

    "Hazel! Hazel!" Grand Duke Erbish semakin berteriak emosional. Dia hendak berlari ke depan. Namun, Lady Neenash malah memegangi tangannya sembari menggeleng pelan. Grand Duke Erbish mendelik protes, tetapi tetap tak berani memberontak dari perintah sang adik angkat kesayangan. "Lihatlah baik-baik, Kak! Aku juga sebenarnya tak ingin mengizinkan seperti ini, tapi istrimu memang nekat," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish mengerutkan kening. " Maksudmu?""Lihat saja, Kak. Jika kubilang sekarang, tolong tarik Lady Hazel ke sini. Sebenarnya, aku ingin Sallac yang melakukannya karena dia bisa terbang, tetapi dia malah diculik," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish bahkan belum mampu memahami situasi. Lady Neenash tiba-tiba mengalirkan kekuatan suci ke arah Ratu Artica. Iblis itu tentu menepisnya, tetapi kekuatan suci malah berbelok ke satu titik dan beresonansi dengan kekuatan cahaya asli di tubuh Lady Cherrie. "Sekarang, Kak! Bawa lagi Lady Hazel ke sini!" seru Lady Neenash. Grand

DMCA.com Protection Status