PERTEMUAN KOLEGA DAN BISNIS PERTAMA CLARISSA
"Entahlah. Aku taka tahu, sudah jangan di pikirkan," ucap Justin mengatakannya kepada Clarissa agar tak khawatir."Tuan Jastin, semua sudah siap," kata pelayan menyapa Justin."Apa sudah disiapkan semua termasuk semua yang aku catatkan susulan tadi?" tanya Justin memastikan. Pelayan itu menganggukkan kepalanya."Sudah semua, Tuan Jastin. Semua sudah siap, Nyonya Clarissa bisa melihatnya sekarang," katanya."Baik. Ayo kita naik," ajak Justin ingin mengalihkan pembicaraan."Apalagi yang kau siapkan, Tuan Jastin. Kau sungguh hobi membuatku bertanya-tanya dan penasaran," jawab Clarissa."Aku sudah menyiapkan ruangan lemari khusus, wadrobe untukmu. Semua yang di sana khusus baju-baju mu, sepatu, tas, dan semua aksesoris yang bisa kau pilih. Kau bebas memilihnya di sana, sehingga bajumu tak itu-itu saja. Aku lupa mengatakannya semalam," jelas Justin. Clarissa pun menganggukkan kepalanya. Mereka naik ke tangga."BERTEMU DENGAN DEVAN DAN NARA LAGI?"Kenapa? Apa kau malu dan berubah pikiran?" ucap Justin. Clarissa menggelengkan kepalanya."Kita belum menggelar resepsi pernikahan kan, Tuan?" kata Clarisssa lirih sambil melirik ke arah Justin. "Lalu?""Bukankah tidak terlalu baik jika aku datang kemari bersamamu, Tuan. Bagaimana pandangan orang nanti? Bukankah selama ini aku hanya menjadi istri rahasiamu, Tuan? Bagaimana jika semua orang tahu aku istrimu?" tanya Clarissa. "Kau tidak perlu takut pergaulan para konglomerat ini jauh berbeda dibandingkan dengan pergaulan keluargamu. Ya, meski rumor itu akan selalu ada, tapi uang bisa mengalihkan semuanya. Lagi pula kami hidup privat sekali," jawab Justin."Kebetulan juga kita bisa menggunakan kesempatan ini untuk mengumumkan hubungan kita. Aku tidak akan mengatakan kau istriku, tapi aku sudah mengatur semuanya agar menguntungkan bagi kita. Tenang saja, jadi kau tak usah berpikir aneh-aneh," sambung Justin."Bolehkah se
RAHASIA JUSTIN LEONARD DAN PERUSAHAANNYA! "Ternyata aku harus bertemu dengan mereka lagi," batin Clarissa menghela nafas panjang. "Selamat malam Nona Clarissa," sapa seseorang mendatangi Clarissa. Clarissa pun menoleh dan mengernyitkan keningnya dengan heran. Dia tak pernah merasa kenal dengan wanita itu namun sebisa mungkin dia berusaha ramah. "Apa kabar? Sebelumnya perkenalkan namaku adalah Sandra. Aku istri dari Tuan Leo yang sekarang sedang mengobrol dengan suamimu," katanya menyapa. Clarissa menganggukkan kepalanya. "Halo Nona Sandra, salam kenal juga," sapa Clarissa. Dia senang mendapatkan wanita yang menyapanya terlebih dahulu karena Clarissa ini bukanlah tipikal orang yang mudah menyapa orang duluan. Sandra menghampiri Clarisa sambil membawa wine. Dia nampak ramah sekali. "Sepertinya mereka akan membicarakan urusan diantara lelaki. Apakah Nona Clarissa tidak keberatan untuk berbincang denganku?" tanya S
RAHASIA DI BALIK ASAL USUL CLARISSA? SIAPA TOKOH BESARNYA? "Bukankah kamu yang sengaja mengajakku keluar? Bukankah itu kau lakukan karena ada sesuatu yang ingin kamu katakan?" tebak Clarissa. "Ah, ternyata kamu tidak sebodoh itu," ucap Nara. "Katakanlah," perintah Clarissa dengan berani. "Aku punya rahasia yang ingin aku katakan padamu," kata Nara. Clarissa diam menyimak ucapan sang kakak. "Ah tapi nampaknya sepatuku sedikit kotor. Lihatlah," perintah Nara menyingsingkan roknya. "Jika kamu membersihkannya maka aku aku mengatakannya padamu," ujarnya sambil menyingsingkan gaun malamnya, dia memperlihatkan sepatu berwarna merah menyala. "Apakah dia pikir aku masih seperti dulu! Sepertinya dia melupakan bahwa aku sudah menjadi istri Tuan Justin, bahkan rasanya ancaman Tuan Justin sudah tak di hiraukannya lagi. Bahkan aku bisa mendapatkan semuanya tanpa dia perlu menjelaskan. Dia hanya ingin membuatku penasaran saja,"
KEVIN DAN IVANDRA LEONARD? SIAPA DIA SEBENARNYA?MALAM HARINYA DI KEDIAMAN KEVIN"Tuan Ini dokumen yang Tuan minta untuk aku selidiki," sapa seorang lelaki, dia berjalan masuk ke ruang pribadi kamar pria. Nampak seorang pria gemulai duduk di sana dengan handuk kimononya, dia sedang menikmati spa pribadi dengan pelayan perempuan."Aku sudah menyiapkannya semua di sini," sambungnya. Dia pun menyerahkan kertas itu kepada Kevin Leonard."Mana," perintah Kevin."Baik, namanya adalah Clarissa Janson nama aslinya tidak ada. Dia lulus dari Universitas Management Universitas Nasional dengan gelar akademik memuaskan. Dia juga menggemari teater dan baru berusia dua puluh tiga tahun. Dia memiliki saudara tiri bernama Nara Janson yang menikah dengan mantan pacar Clarissa sendiri bernama Devan," kata Kevin. Lelaki di hadapan Kevin menganggukkan kepalanya."Ayahnya Bernama Janson pemilik perusahaan yang ingin melakukan kerjasama dengan perusahan Leonard pimpinan Kak Justin. Dan ibunya tidak bisa dis
KEMANA PERGINYA LELAKI YANG BERSAMA DENGAN CLARISSA?"Tidak mau," sahut Justin terus berjalan.Dia pun menggendong Clarissa sampai ke dalam kamar utama, kemudian menurunkannya di ranjang. Tanpa banyak bicara Justin langsung membuka bajunya di hadapan Clarissa. Otomatis hal itu membuat pikiran Clarissa langsung ke mana-mana pikirannya, tak salah memang apalagi status mereka sekarang sudah sebagai suami istri tapi Clarissa masih takut."Tu...Tuan Justin, apa yang akan kau lakukan?" tanya Clarissa sambil melindungi bagian dadanya takut di unboxing juga."Aku akan pergi mandi. Kau pikir aku akan berbuat apa?" kata Justin sambil melempar jas itu ke wajah Clarissa. Dengan santainya dia berbalik arah dan berjalan ke kamar mandi dalam kamar."Jangan mengintipku," sambung Justin lagi."kenapa aku harus mengintip, Tuan Jutsin. Kau berpikir aku wanita seperti apa? Aku bukan orang mesum," teriak Clarissa.Dia pun segera berganti baju menggunakan baju tidur, kemudia
BERITA BARU DAN IVANDRA?"Sejak kalian pergi bersama waktu itu dia tak pernah datang lagi. Aku tahu dan pahma sekali kalian memang sudah menghabiskan malam yang indah bersama, tapi setidaknya kamu bisa memberitahukan keberadaannya kepadaku kan? Kenapa kau serakah sekali? Kami semuanya sangat mengkhawatirkannya," kata Rara dengan mengeraskna suaranya,"Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan," jawab Clarissa. Rara pun mendekatinya, dia mengernyitkan keningnya."Loh bukankah kamu yang bersama Brandon terakhir kalinya? Kalian tak kembali lagi ke Villa setelah terlihat bersama di pelataran belakang," sanggah Rara."Kau salah paham sepertinya. Aku tidak ada hubungan apapun dengannya, bahkan aku lupa kejadian itu dan nama lelaki yang menggodaku. Bukannya dia temanmu? Kenapa kau menanyakan padaku? Toh waktu itu aku pulang sendirian setelah mendapatkan telpon dari kekasihku," debat Clarissa."Jadi jika dia hilang maka kau bisa lapor polisi saja. Kenapa malah mencariku?
ALEXANDRIA DI CULIK!"Kakak sayang," pekik Ivandra dengan manjanya."Oh," kata Justin sambil terus tetap melihat ke arah laptopnya. Sambutan dingin, hal itu membuat ivandra langsung berpura-pura menangis. Dia tahu Justin memang sangat dingin kepadanya, namun dia tak akan pernah tega membuatnya menangis. Dia langsung memelaskan mukanya."Aku datang untuk memberitahumu sesuatu, Kak. Ini hal yang sangat penting, kenapa kau sedingin itu padaku?" tanya Ivandra dengen memelaskan mukanya."Apakah kamu ingin aku hajar lagi? Hentikan semua sikapku gemulaimu itu," perintah Justin."Baiklah kalau bagitu," kata Ivandra langsung duduk di hadapan Justin."Langsung saja ke intinya. Ayah angkat berkata Jika dia menyukai industri hiburan di negara kita, jadi dia memintaku untuk datang kemari. Pas sekali aku ingat mantan pacarmu yang seorang model itu, bukankah dia bernama Alexandria?" tanya Ivandra. Justin terus menyimak sambil memainkan tabletnya."Perusahaan baru
WANITA YANG MELUKAI DIRINYA SENDIRI ITU ADALAH ALEXANDRIA! "Hari ini hanya latihan saja," kata Justin sambil mengecup bibir Clarissa. Mereka berciuman di dalam ruangan, saling melumat. Clarissa mulai terbiasa dengan ciuman bibir hangat milik Justin. "Mphhhhh...." lenguh Clarissa, Justin melepaskan ciumannya. "Mari kita pergi," ajaknya. Dia pun mengajak Clarissa makan di restoran. Dan lagi-lagi Justin membuat Clarissa syok, bagaimana tidak lelaki itu melayani Clarissa. Mengambikan lauk untuknya, buah, memotongkan daging steak juga. Membuat Clarissa merinding seketika menatap ke arah Justin tak percaya. "Tuhan, apakah aku yang gila apa dia yang gila? Bukankah Tuan Justin tak suka di sentuh barangnya, dia tak suka di layani, dia seorang pimpinan Justin Leonard. Dia juga sangat gila kebersihan, lalu mengapa dia mengambil makanan untukku dengan garpu milikny?" tanya Clarissa dalam hati sambil meneguk ludahnya dengan kasar. "Ap
RARA SEKARANG BERSAMA IVANDRA? RENCANA GILA APALAGI KALI INI!"Benar mungkin seperti yang Nyonya Clarissa duga. Ini adalah salinan surat kuasa sahamnya Tuan Justin. Tuan memang memiliki dan memegang 50% saham dan aku memiliki satu persen. Itu artinya jika kita berdua bekerja sama maka 51% dari saham perusahaan Leonard adalah milik kita. Jadi nasib perusahaan Leonard tidak akan bisa diubah oleh siapapun sesuka hatinya," ujar Andrea.Bagi seorang pengawal setia dan sahabat Justin Andrea memang tak segan-segan menolong apa yang bisa dia perbuat saat ini apalagi untuk keberlangsungan perusahaan yang sudah dia besarkan bersama Justin bersama-sama. Dia tak rela perusahaan Leonard hancur bagi situ saja karena keserakahan Tuan Leonard untuk mengeruk keuntungan yang begitu besar dan menjadikan sumire sebagai alatnya. Dia tak mau Tuan Justin akan terkena imbasnya apalagi saat ini Tuan Justin menghilang."Saat ini aku sebagai istri Tuan Justin akan mempertahankan harga dirinya saat sang suami t
SIAPAKAH PRESIDEN UTAMA YANG AKAN DITUNJUK?"Aku menyelamatkanmu dari genggaman Tuan Justin bukan karena melihatmu yang mencari mati! Sia-sia juga kalau aku membunuhmu sekarang. Kalau bukan karena masih ada hal lain yang harus kamu lakukan, apa kamu kira kamu masih bisa hidup sampai sekarang! Hah!" Bentak Ivandra. 'Plakkk' satu tamparan menghantam wajah Rara lagi. Ivandra tersenyum senang. "Permainan ini benar-benar semakin menyenangkan. Aku selalu berpikir di dunia ini bahwa hanya ada Kak Justin yang akan menjadi lawan sepadanku, tidak aku sangka di kota kecil ini masih ada orang yang bisa menyapu sebagian orang dari jaringan hitam. Wanita pula," batin Ivandra."Apakah orang ini juga maju demi wanita yang bernama Clarissa. Clarissa, kamu benar-benar adalah hantu pembawa sial bagi jaringan hitam. Karenamu jaringan hitam seakan berlomba untuk mendapatkan uang," ujar Ivandra.Sedangkan di sisi lain Andrea menghampiri Clarisa.
RARA DAN IVANDRA!"Apa? William? Mengapa dia? Apakah itu artinya semalam aku bukan mimpi?" Batin Clarissa mencoba mengingat kembali mimpinya semalam. Clarissa mencoba mengingat lagi apa yang terjadi diantara mimpi dan nyatanya. Dia masih ambigu saat pagi hari saat berada di batas alam mimpi dan nyata, ada sosok William di sana. William terus menggenggam tangannya.[Siapa yang menjagaku selain Tuan Steven? Apakah Tuan William juga menemaniku?][Ya, Nyonya. Beberapa malam setelah kau koma dia selalu menjagamu juga. Bahkan dia terus menggenggam tanganmu, tak membiarkan kau sendiri. Apakah kau mulai mengingatnya?]"Kenapa berbeda, justru aku kemarin merasa bermimpi bahwa Tuan Justin lah yang di sisiku. Bahkan aku masih merasakan genggaman tangannya, ternyata aku sudah menggenggam tangan orang yang salah. Apakah artinya lelaki yang ku lihat pagi hari itu Tuan William? Kalau begitu aku harus bagaimana untuk menghadapi Tuan William," kata Clarissa dalam hati.*****"Clarissa," panggil Tuan
TUAN STEVEN KEADAANNYA TAK BAIK, NYONYA!"Tuan kalau kamu seperti ini, setelah Nona Clarissa bangun dia akan menyalahkan dirinya sendiri atas penyakitmu. Oh iya ada surat lain yang dikirim dari kampung halaman mengatakan kalau si gadis dari keluarga Ling Ling, sudah keluar untuk uji coba," kata pengawal."Si cantik Ling-Ling? Gadis itu?" tanya Tuan Steven."Ya, benar. Dia gadis yang ingin Tuan menjadi guru pembimbing saat masih pendaftaran. Namun tak jadi karena Nyonya Clarissa yang akhirnya diterima oleh Tuan Hanung," jelas pengawal."Apakah dia sudah menjadi murid magang?" tanya Tuan Steven."Sudah tapi karena waktu belajarnya tidak cukup jadi dia tidak mendaftar di sekolah. Ternyata dia adalah murid dari Kak Yuki. Semua informasi ini valid, Tuan," terang pengawal."Kalau dia datang maka dia akan diterima dengan baik. Katakan pada asistenku yang baru nanti. semua ini masih berhubungan tetapi aku masih tidak bisa menemukan keberadaan di mana Yuki. Kemana kah dia? Kenapa dia menghinda
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj