Share

PESTA DADAKAN

Author: Haras
last update Last Updated: 2021-12-01 06:04:47

Kubawa nampan berisi minuman ini ke studio rekaman sambil menggerutu. Sial, apa maksudnya Jamilla memberiku alat kontrasepsi? Atau malah jangan-jagan malam itu aku sudah tidur dengannya dengan tanpa kusadari?

“Ah, biarlah, kamu tidak perlu memikirkan segala hal yang tidak berada di jangkauanm. Hidup harus terus berlanjut. Sekarang fokuslah kepada masa depan grup musik dangdutmu!” kataku menyengamati diri sendiri.

Hari yang panas. Pasti mereka semua sekarang sedang kehausan. Tapi ternyata dugaanku salah besar. Sebab sesampainya aku di studio rekaman, ternyata mereka semua sedang menggila.

“Goyaangg mantaapp!!!”

“Serrr!! Aseekk!! Aseekk!!”

Studio rekaman yang harusnya tenang berubah seketika menjadi pesta dadakan!

Lagu baru kami disetel keras-keras. Dan semua orang sedang bergoyang menikmatinya.

Dewik mengucir rambutnya, lalu memegang microphone dan bernyanyi dengan semangat menggelora. Ahmad Deddy te

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   PANGGUNG PERDANA

    THE NIGHT CLUB PARADISE“Selamat malam penoton semuanya.”Suara Dewik langsung disambut riuh penonton di lantai dansa.“Siap goyang bersama Dewik semuanya?”Tungg… Tak!Tungg… Tak!Tungg… Tak!JOSSS!!!!Pecah sudah malam ini. Aku tidak menyangka, rupanya lobi Inces berhasil. Kami langsung ditawari manggung di THE NIGHT CLUB PARADISE, sebuah club malam yang cukup besar di bilangan Jalan Merdeka, Ibu Kota. Khusus hari rabu, di sini akan menyajikan musik-musik dari berbagai genre. Dan malam ini, Tak Usah Kau Risau Rumput Tetangga Masih Hijau mendapat panggung perdananya di Ibu Kota.“Para Penontooonn… Muda-muda Mudi-mudi semua yang ada di siniii… Hoi!!”Seperti biasa, lagu pertama yang kami bawa masih sama seperti ketika manggung di desa, yaitu lagu hits milik Mbak Inul Daratista. Kenapa harus lagu ini? Tentu saja, karena lagu ini memang membawa g

    Last Updated : 2021-12-01
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   VIRAL

    Plok! Plok! Plok!“Luar biasa penampilan kalian. Bangga sekali aku ini bisa jadi manajer sebuah grup musik hebat kayak kalian.” Inces segera menyambut dengan tepuk tangan begitu kami turun dari panggung. Di belakang panggung kami berkumpul. Sambil berganti pakaian, kami juga butuh waktu untuk mengistirahatkan otot-otot.“Kalau performa kalian bisa begini terus, Eike jamin deh, nggak pakai waktu lama kalian bakal cepat terkenal, Cin. Suwiir samber gledek!” lanjtunya memuji.“Ya, ya, ya. Tapi harus kita akui bahwa yang membuat luar biasa penampilan kita malam ini itu performanya Dewik, kan?” sahutku kemudian.Dewik menatapku. “Kenapa aku, Mas?”“Ya, kamu itu selalu berhasil bikin panggung bergetar-getar. Dari panggung kampung sampai di Ibu Kota kamu tetap jadi ratu panggung.”“Setuju!” Kang Bambang melempar bungkus rokok padaku. “Jangankan yang nonton, aku aja yang b

    Last Updated : 2021-12-01
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   UNDANGAN MAKAN MALAM

    Sudah beberapa hari kami tinggal di Ibu Kota, tidak terasa. Meski begitu lelah, kami semua sangat senang. Pasalnya seketika ini di media sosial nama grup musik dangdut Tak Usah Kau Risau Rumput Tetangga Masih Hijau segara menjadi perbincangan hangat.Orang-orang menonton video amatir yang sedang merekam kami manggung kemarin malam. Tentu saja kebanyakan penonton yang menyukai video kami adalah kaum Adam. Sebab, yang membuat mereka tertarik adalah Dewik, seorang biduan dangdut dengan suara bagus dan badan seksi yang sedang bergoyang mujahir.Rupanya pesona goyang mujahir tak hanya digandrungi masyarakat desa, tapi orang-orang kota juga menyambutnya dengan mata membelalak. Mereka kagum. Mungkin juga berahi. Yang pasti, saat ini aku jadi merasa sangat beruntung bisa menjadi kekasih seorang biduan viral tersebut.Malam ini, jam dinding menunjukkan pukul 20.00. Malam ini kami harus pergi dinner memenuhi undangan dari boss pemilik THE NIGT CLUB PARADISE.&ldquo

    Last Updated : 2021-12-01
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   DINNER PECEL

    “Maaf, Tuan?” Pelayan mengernyitkan dahi.“Pecel ada?” ulangku kembali.Guntur Alam terbahak mendengarnya. Laki-laki bertubuh gempal itu menepuk-nepuk punggungku.“Apa yang kau pesan? Pecel?”Aku mengangguk dengan polosnya. Dewik, Kang Bambang, dan Inces, semuanya menggeleng kepala menahan malu atas tindakanku.“Maaf, Tuan. Makanan yang seperti itu tidak ada di sini.” Pelayan coba menahan tawa.“Apa!” Guntur Alam kelihatannya tidak suka dengan jawaban tersebut. “Aku tahu memang tidak ada pecel di daftar menu. Tapi apa kalian tidak ada yang bisa membuatkannya?”Si Pelayan mendadak gugup. “T-tapi maaf, Tuan. Yang seperti itu kami memang tidak menyediakan.”“Panggil chef-mu kemari, cepat! Bilang kalau Guntur Alam yang memanggilnya.”“Baik, Tuan.” Si Pelayan menunduk, lalu pergi ke dalam dapur.Tak lama kemudian

    Last Updated : 2021-12-01
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   HALLO MAK?

    “Hallo, Mak, aku kangen banget! Apa kabar Emak?”Akhirnya setelah beberapa hari aku mendengar suara Emak. Padahal dulu suara ini yang selalu kuhindari. Tapi sekarang di perantauan suara Emak sangat kurindukan, seolah jika tak ada suaranya, dunia serasa sepi.“Mak? Hallo hallo?”Aneh. Barusan Aisyah bilang akan menyerahkan ponselnya kepada Emak, tapi kenapa sekarang tidak ada suaranya?“Huhuhuu, Cah Baguss, kemana aja kamu?” Astaga, rupanya Emak menangis?“Lho, Mak, jangan nangis gitu dong. Aku jadi merasa bersalah, nih.”“Kamu pulang kapan, Cah Bagus? Katanya cuma beberapa hari aja di sana? Tapi sekarang udah seminggu lebih kamu kok belum pulang-plulang? Lupa ya sama jalan pulang? Atau kamu nggak punya ongkos? Emak jemput aja ya ke sana sekarang.”“Bukan begitu, Mak. Mmm, Cukir di sini baik-baik aja. Sehat-sehat kok. Tapi maaf, Mak, untuk sekarang ini aku belum bisa pul

    Last Updated : 2021-12-02
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   ADEGAN RANJANG 18+

    BAB INI KHUSUS UNTUK 18++BAB INI HANYA AKAN BERISI ADEGAN RANJANG!!TANPA MENGURANGI PEMAHAMAN PADA JALAN CERITA, BAB INI BOLEH UNTUK TIDAK DIBACA!!****Aku terbangun setelah alarm menjerit karena sudah menunjukkan pukul 11.00 siang. Kulirik ke samping ranjang, dan kosong. Oh, rupanya Dewik sedang mandi.Hari ini merupakan yang terpenting sebab kami akan menjalani serangkain test demi bisa masuk ke jajaran manajemen musik kepunyaan Ahmad Deddy. Sambil mengucek mata, aku mengingat kembali tiga tahapan test yang pernah Ahmad Deddy sampaikan.“Pertama, tes skil kemampuan personal. Kedua adalah tes wawasan musik. Dan ketiga adalah tahap wawancara personal antara si pemusik dengan Ahmad Deddy sendiri. Wawancara itu harus dilakukan private di ruang tertutup. Entah untuk apa.”Tapi, okelah! Sebab syarat adalah syarat, maka kami harus menjalaninya.Dewik keluar dari kamar mandi. Dia hanya

    Last Updated : 2021-12-02
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   TELAT

    Sehabis lelah bercinta aku dan Dewik segera mandi dan berdandan. Sebenarnya aku sangat lelah, Dewik pun juga begitu, namun karena siang ini kami harus manjalani test dari Ahmad Deddy, maka mau tidak mau kami harus lekas bersiap.Sambil merias wajahnya wanita itu terus melihat ke arah jam tangan. “Bahaya kalau sampai terlambat,” ujar Dewik tergesa, yang barangkali perkataan itu sudah kudengar sepuluh kali dari mulutnya.“Sudahlah, hal-hal semacam itu nggak usah terlalu dipikirkan. Sekarang kamu yang penting dandan dulu. Biar aku turun ke lobi buat nemuin yang lainnya.”“Oke.”“Aku tunggu tunggu di bawah, ya.”“Sip.” Dia menimpali dengan mata yang menghadap ke cermin.****Lobi Hotel Rich selalu ramai terutama di musim liburan seperti ini. Karena hotel ini memiliki bintang lima, sehingga ada pegawai hotel yang bersiaga di meja reservasi 24 jam.

    Last Updated : 2021-12-02
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   ARTIS-ARTIS LASKAR CINTA

    Kediaman Ahmad Deddy.Pria itu sedang duduk bersama istrinya di samping rumah ketika kami datang. Seperti kebiasaan orang-orang kota lainnya, pasangan itu tampak dingin, duduk dan saling menatap layar ponsel masing-masing.“Waah waah, akhirnya datang juga,” sambut Ahmad Deddy begitu melihat kami.Inces langsung menjelaskan masalahnya. Bencong itu mengarang cerita, bahwa tadi supir taksi sangat susah dihubungi dan ditambah jalanan Ibu Kota sedang macet-macetnya.“Jadi maaf, ye, kalau kami terlambat,” ujarnya dengan nada melambai.“Ya, ya, sudah, mau gimana lagi? Udah terlanjur juga kok. Yang terpenting sekarang kalian udah sampai di sini dengan selamat.” Jamilla menanggapi ramah.“Begitulah, Ciin. Terima kasih ya.”“Yawes yawes, kita langsung test aja deh sekarang. Semua kru sudah nunggu di studio rekaman. Kalian ke sana dulu, ya.”“Siap!” Serentak kami menj

    Last Updated : 2021-12-02

Latest chapter

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   TAMAT + EKSTRA BAB

    Dua Tahun Kemudian.Kupandangi foto-foto pernikahan di dalam album. Lembar demi lembar kubuka perlahan, sesekali senyumku terbit. Hingga seketika ingatanku terseret kembali di hari pernikahan itu.Pagi itu, acara cukup meriah digelar di pelataran pondok. Tenda-tenda besar warna biru diberdirikan, lengkap dengan kursi dan meja dan tentunya pelaminan serba putih.Saat itu aku masih ingat, tamu udangan kebanyakan dihadiri oleh tamu dari Abah Yai, dan hanya sedikit sekali kawan-kawanku yang datang, paling-paling dari kawan-kawan Emak atau teman dari tetangga desa sebelah.Kang Bambang tentu saja tidak bisa pulang. Inces juga tidak hadir. Dan Dewik tentu saja tidak mungkin mendatangi acara tersebut. Meskipun ketiganya saat itu sudah kuberi undangan dan kabar, namun aku tahu jika mereka sedang sangat sibuk, mempersiapkan konser tour keliling Indonesia bersama Mbak Inul Daratista.Dan sekarang, 2 tahun sudah berlalu, tidak terasa.Pagi ini seperti

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   MELAMARMU

    Seminggu Berlalu...Langit pagi yang cerah, sebagaimana cerah hati dan perasaanku. Hari ini adalah momentum bersejarah, sebab pada akhirnya, aku akan melamar seorang gadis anak Kiai, Aisyah.Sejak habis subuh, aku sudah sibuk mandi dan berdandan sangat rapi. Meskipun jarak rumah kami hanyalah selemparan batu, tapi aku tidak mau menyepelekan, apalagi kalau nanti sampai telat!Emak pun sudah ikut berdandan seraya mempersiapkan semua keperluan. Kotak-kotak yang berisi barang-barang seserahan, seperti jajanan pasar, baju-baju gamis, alat-alat mandi, roti, seperangkat alat rias, semua sudah tertata rapi di teras rumah, dibungkus kotak mika transparan serta diberi ikatan pita berwarna biru.Dan di antara kotak-kota besar itu, ada sebuah kotak kecil yang berisi cincin bbermata berlian biru. Mengilap terkena cahaya matahari pagi.Duh... cantiknya.Orang-orang mulai berdatangan di pagi yang masih ranum itu. Mereka adalah Pak Erte, Pak Erwe, serta beb

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   BERLIAN BIRU

    “Cincin siapa ini, Kir? Atau ini jangan-jangan mau diberikan ke Aisyah?” Emak berkata dengan masih menerawang cincin tersebut di bawah sinar matahari.Tampak berkilau dan terang, perhiasan itu jika ditilik sekilas memang sangat mahal.“Mmm, cincin itu sebenarnya punya Raline, Mak. Wanita itu yang memberikannya padaku. Dia bilang, suatau hari pasti akan berguna.”“Raline artis itu?”Aku mengangguk.Emak lanjut bicara dengan tertawa-tawa, “Woalah, ada-ada aja. Masak barang sebagus ini dikasihkan ke kamu?”“Memangnya itu bagus, Mak?”Emak mengendikkan kedua bahu. “Kalau pastinya ya Emak kurang tahu. Soalnya ini berlian. Tapi, Emak yakin harganya sangat mahal.”Tiba-tiba terbesit ide brilian. “Mak, pagi ini mau ke pasar nggak?”“Iya. Emak mau beli sayur buat masak.”“Yuk aku anterin, hehehehee. Sekalian manasin Vespa,

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   PENGAKUAN DOSA

    Awalnya aku tak ingin mengangkat. Lama telepon kubiarkan berdering. Tapi pada akhirya kuangkat juga panggilan tersebut.“Hallo?”“Mas...” suara Dewik serak, seperti baru saja menangis. “Kamu pulang tanpa pamit sama aku?”“Aku pikir kemarin kamu sedang sibuk.”“Tapi kalau sampai tidak pamit itu keterlaluan, Mas. Kita pergi ke Ibu Kota bersama, lalu sekarang kamu memutuskan untuk pulang dan menikai seorang gadis lain, aku terima! Tapi apakah berat mengucapkan pamit?”Sebentar aku diam. Suara seraknya semakin kentara.“Mas? Hallo?”“Aku tahu kamu sedang sibuk dengan seorang laki-laki muda pengusaha kaya raya. Sebab itulah aku sengaja tidak pamit. Aku taku ganggu.”“Astaga, Mas! Mas?”Telepon kututup. Singkat tapi padat, aku tak ingin bicara lagi dengan dia. Malam ini tidak tepat. Sebab aku ingin segera tidur, dan berharap m

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   KESEPAKATAN

    Selepas shalat magrib aku langsung diajak Abah Yai menuju ke Ndalem. Memang benar ternyata, setelah shalat hatiku terasa lebih adem.Abah Yai mempersilakan aku duduk dan berkata, “Gimana? Sudah adem kan hatinya sekarang?”“Betul, Yai. Sudah enakan.”“Nah, makanya jangan pernah tinggalkan sholat, ya.”Aku hanya mengangguk.“Jadi gimana tadi, soal mau melamar Aisyah? Nak Cukir sudah janji sama Aisyah?”“Betul, Yai. Bahkan saya sekarang ini sudah tidak ikut ke grup dangdut lagi. Saya sudah keluar karena saya ingin melamar Aisyah.”Mendengarku bicara, Abah Yai membuang napas berat. Seperti ada penyesalan dalam dadanya.“Mmm, maaf, Nak Cukir. Aisyah sekarang sudah dilamar sama orang. Lebih tepatnya kemarin siang, rombongan teman Abah datang ke sini buat melamarkan putranya. Yah, sayang sekali. Padahal kalau Nak Cukir yang melamar duluan tentu saja Abah mau.”

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   KABAR MENGEJUTKAN

    Aku tiba di gang ujung desa saat hari hampir surup. Langit senja menguning keemasan, sebentar lagi pasti akan padam.Aku berjalan pelan dengan tangan membawa koper dan barang-barang serta sedikit oleh-oleh yang sengaja aku beli di stasiun tadi. Meski uangku telah habis, tapi membawa buah tangan adalah hal yang lumrah dan harus kulakukan.“Emak lagi apa, ya?” batinku girang merasa sudah rindu sekali dengan perempuan tua itu. Maka segera kakiku melangkah lebih melalui jalan desa yang becek, barangkali hujan baru saja reda.Begitu sampai di depan rumah, betapa aku kaget karena merasa asing dengan bangunan tersebut. Aku sampai mengucek-ngucek mata guna memastikan jika penglihatanku tidak keliru.“Apa benar ini rumahku?”Sebab rumah yang tadinya kurang layak pakai kini telah menjadi lantai dua. Emak pasti sudah memanggil tukang dan juga merehapnya. Semuanya di cat serba warna putih dan bahkan kami sekarang memiliki pagar da

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   KEPERGIAN

    Pagi yang cerah.Aku terbangun dengan mata masih berat, dan ternyata Kang Bambang tidur di sebelahku.Semalam dia ikut bantu-bantu mengemasi barang-barangku, dan sekarang, waktunya aku pulang ke desa untuk menemui Emak dan Aisyah.Ada perasaan sedih sebenarnya, mengingat bila selama ini perjalanan di Ibu Kota tidaklah mudah. Tapi, keputusanku sudah bulat sempurna, sehingga aku beranjak dari kasur kemudian mandi.Selesai mandi, aku menyisir rambutku agar rapi.“Kang, oi, bangun, Kang!” Badan Kang Bambang kugoyang-goyangkan, dan seketika matanya mengerjap.“Eh?”“Anterin aku ke stasiun, yuk!”“Kamu yakin mau pulang sekarang?” tanyanya sambil menguap.“Yakin lah.”“Nggak nunggu yang lainnya?”“Lainnya siapa?”“Dewik, Inces, atau Yudi Keling mungkin?”Kulihat di sekitar Markas. Sepi. Manusia-manusia yan

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   SEMUANYA HARTA RAIB

    “Tolong berhenti di minimarket depan itu, Pak.”“Baik.”Setelah taksi merapat di bahu jalan, segera aku keluar dan mengambil 2 botol minuman. Satu untuk aku, satunya lagi untuk si supir.Namun ketika sampai kasir dan kuberikan kartu ATM, lagi-lagi ini eror.“Maaf, Pak, kartunya nggak bisa dipakai.”“Apa? Kenapa bisa begitu?”“Saya kurang tahu. Sepertinya ada yang memblokir kartu bapak.”“Mana mungkin, Mbak? Aku nggak pernah merasa memblokirnya.”Si kasir menyerahkan kartu tersebut dan berkata, “Kalau ada orang lain yang punya semua identitas bapak, mungkin saja dia yang melaukannya.”“Pasti ini ulah Inces!”“Maaf, Pak?”“Oh, nggak apa-apa. Mmm, kalau begitu saya bayar pakai uang tunai saja.”“Baik, Pak.”Dengan perasaan kesal aku menuju ke taksi dan langsung pulan

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   MATA-MATA

    “Kenapa? Ada apa di meja VIP nomor tujuh?” tanyaku penasaran.Lita dengan wajah yang serius berkata, “Ada Mbak Dewik, Mas.”“Dewik?”“Iya. Sepertinya dia sedang mabuk berat. Barusan aku menyapa, tapi Mbak Dewik hanya ketawa-tawa seperti tidak mengenalku. Dan yang jelas, dia sedang bersama laki-laki muda yang mesum itu, berduaan saja,” pungkas Lita kemudian dia mengelap meja bar.Sial. Apa yang mesti kulakukan sekarang? Apakah aku harus pergi ke meja VIP nomor tujuh kemudian membawanya pulang? Atau aku biarkan saja dia, toh sekarang kami punya kehidupan sendiri-sendiri? Bingung. Aku benar-benar bingung.Malam semakin ramai. Pengunjung makin banyak memadati club, dan satu per satu mereka memesan minuman. Ada yang datang berdua membawa pasangan. Namun kebanyakan mereka atang sendirian, dan nanti berharap sepulang dari sini mereka akan membawa pasangan dalam keadaan mabuk kemudian melakukan kencan satu ma

DMCA.com Protection Status