Bocah kecil itu terlihat lemah ketika Mita sampai di kediaman rumah Amar. Rumah yang sangat besar yang sempat membuatnya menatap takjub dan terpana. 'Mereka keluarga kaya raya, tetapi tidak memperlihatkan jati diri mereka yang sebenarnya. Terlihat dari sikap dan penampilan mereka yang begitu sederhana. Tapi, siapa yang menduga jika di balik kesederhanaan itu ternyata ada pundi-pundi kekayaan yang tidak mereka pamerkan,' batin Mita ketika dirinya memasuki pagar rumah mewah tersebut. Kini dirinya sudah berdiri di ambang pintu salah satu kamar. Kamar yang ditempati oleh seorang anak kecil yang terbaring lemah di atas ranjangnya yang lucu dengan nuansa pink mendominasi. "Tante Mita," gumam Nina dengan suara lemah. Tapi, keceriaan segera tampak ketika ia melihat sosok wanita yang rupanya sudah ia tunggu kehadirannya. "Hai, Nina."Mita segera mendekat. Ia berjalan menghampiri tempat tidur bersama Amar. Di sana, di sebelah Nina ada sosok Yola yang begitu setia menemani sang keponakan. G
Usia kandungan Selena sudah berjalan enam minggu. Hasil yang dokter sampaikan dan sekarang Danu ceritakan pada Mita, membuat wanita di depannya itu diam dan murung. Bukan hanya Selena yang melihat perubahan muka istri tua suaminya, tetapi ada Amar dan Yola yang sudah memeriksakan kondisi Nina, bisa melihat dengan jelas ekspresi yang tampak di wajah Mita. "Itu semua sudah cukup untuk membuat kamu menjauh dari kehidupan kami bukan?" ucap Selena pada Mita, pelan dan sinis. Mita tak bisa membalas ucapan sang madu, ia masih terlalu syok mendapat kabar yang sama sekali tidak ia harapkan. 'Aku yang ingin memiliki anak, tetapi wanita ini yang malah Tuhan berikan anugerah istimewa itu. Rasanya sangat tidak adil buatku,' batin Mita antara kesal dan sedih. Danu tidak mendengar ucapan Selena, tetapi Yola dan Amar bisa sebab posisi mereka yang berada tepat di sebelah Mita. "Mbak Mita, ayo kita pulang! Kita hanya tinggal menunggu obat Nina. Bisa kita ambil ke ruang obat di depan!" ajak Yola s
"Bagaimana pun itu tidak wajar!" seru Ranti. Wanita itu meminta bertemu dengan Mita di sore hari setelah pulang dari butik. Setelah mengantar Nina, Mita mohon pamit untuk kembali ke butik. Dalam keadaan Nina yang sedang tertidur, memudahkannya untuk pergi tanpa harus mendengar rewelan bocah itu. Sekarang sudah berada di dalam kafe yang tak jauh dari butik tempat Ranti fitting baju akad, dua sahabat itu terlihat serius membahas kehamilan Selena setelah sebelumnya Ranti selesai bercerita tentang kebayanya yang tiba-tiba longgar, yang Mita duga karena sang sahabat mengalami stress akibat pernikahan yang semakin dekat. "Enam minggu dan kita tahu baru dua pekan kemarin suami kamu pergi ke Bali yang katanya bulan madu, tetapi anehnya cuma dua hari."Mita tampak diam sambil menyesap kopi latte yang ia pesan dalam keadaan panas. Di depannya Ranti begitu semangat berbicara. Sungguh aneh, saat pertama kali ia mendengar berita kehamilan Selena, dirinya merasa begitu marah dan kesal. Jangan
Sesuai kabar yang Danu dapat, di akhir pekan kedua orang tuanya benar-benar datang berkunjung. Tak tanggung-tanggung, mereka bahkan berencana menginap sampai tiga hari atau sepekan ke depan. Hal itu jelas membuat Selena BT sebab ia akhirnya harus rela diungsikan ke penginapan karena Danu yang rupanya belum siap memberi tahu perihal pernikahan keduanya tersebut. Melihat kondisi sang ayah yang baru kontrol ke rumah sakit dan ingin healing dengan menginap ke rumah, membuatnya harus ekstra sabar menunggu demi menyampaikan berita yang pasti akan membuat kedua orang tuanya —mungkin, shock. "Berapa lama, Mas?" tanya Selena sesaat ia sudah sampai di hotel tempatnya diungsikan. "Aku belum tahu. Ibu bilang sih cuma tiga hari. Tapi, Mita bilang katanya ayah mau sepekan di sini.""Apa! Aku harus menginap di sini selama seminggu? Sendirian?" protes Selena kesal. "Tidak sendiri, Sayang. Aku akan tetap temani kamu kalau malam.""Heh! Apa kamu yakin? Dengan sembunyi-sembunyi meninggalkan rumah di
Danu benar-benar membuat Mita kelelahan di sepanjang sore itu. Andai ia diberi tugas sejak pagi, mungkin ia akan selesai sejak siang hari dan bahkan bisa sedikit meluruskan kaki dan tangan sebelum kedatangan kedua mertuanya. Tapi yang ada, Danu seperti sengaja memberi tahu semua istrinya itu di waktu yang sudah mepet. "Aku harap kamu tidak mengatakan apapun kalau belum aku perintahkan!" ancam Danu ketika ia tiba di rumah bersama kedua orang tuanya. Berbisik lelaki itulah berkata yang Mita tanggapi dengan tatapan tajam seolah tak peduli. Mita jelas tak mau lagi Danu setir setelah lelaki itu —menurutnya, bersikap plin plan. Waktu kemarin sudah ada yang berkoar akan berkata jujur dan mengatakan semuanya mengenai pernikahan kedua dengan mantan kekasih yang tidak sempat dikenali, tetapi faktanya hal itu hanya sebuah rencana pengecut dari seorang lelaki yang namanya —sialnya, masih ada di hati Mita. "Jelas istri tercintamu marah-marah karena sikapmu yang tidak mencerminkan lelaki sejati,
"Benar dugaan ku, lelaki itu ternyata pacar barumu. Wah! Rupanya kamu bukanlah perempuan baik-baik juga. Belum lama aku menikah dengan Selena, sudah ada lelaki pengganti ku di hidupmu," ucap Danu menyindir. "Aku tak perlu menjelaskan siapa lelaki itu padamu. Aku juga tidak akan menyangkal atau mengiyakan setiap kalimat yang kamu lontarkan tentang laki-laki yang pernah kamu lihat di tempat-tempat yang kamu sebutkan tadi. Sesuai permintaanmu, setelah kamu menikah dengan Selena kita tak akan pernah mencampuri kehidupan masing-masing."Danu hanya menatap Mita kesal. Alih-alih istrinya itu akan gugup saat ia bahas tentang sosok laki-laki yang adalah Amar, tapi pada kenyataannya justru dirinya yang keki sebab mendapat serangan balik yang tidak disangka. "Ok, sepertinya kali ini aku tetap harus mematuhi perintah mu sebagai seorang suami. Aku akan mengikuti alur yang kamu buat, kita akan tetap menjadi pasangan harmonis di depan ayah dan ibu. Tapi, satu yang aku minta darimu, Mas."Danu mena
Amar rupanya tak tahan memendam apa yang tengah ia rasakan setelah mendengar mimpi Nina. Bahkan, pertanyaan mengenai apakah perempuan itu akan pergi seperti yang istrinya lakukan, membuat Amar nekat mengirim pesan pada Mita di jam yang seharusnya tidak pantas ia lakukan. 'Apakah Anda baik-baik saja sepanjang hari ini atau kemarin?'Entah mengapa Amar ingin memastikan kondisi Mita yang sebetulnya bukan siapa-siapanya. Hanya setelah ia mengetahui hubungan pernikahan antara Mita dan suaminya, ia seperti terpanggil untuk membantu meski hanya sebuah rasa peduli semata. Pesan yang Amar kirim di jam sebelas malam, sejatinya tak berharap akan mendapatkan respon atau balasan. Ia menyadari jika apa yang dilakukan adalah sebuah tindakan yang tak baik. Tapi, ia sungguh tidak bisa tidur setelah mimpi yang putrinya alami. Tak disangka ketika Amar sudah bersiap untuk memaksakan matanya tertutup, sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Buru-buru ia melihat, berharap jika Mita yang membalas. N
Pagi itu ruang makan tampak berbeda dari biasanya. Setelah satu tahun sunyi sebab Danu yang kembali menjalin cinta dengan Selena bahkan sampai menikah, kini kesunyian yang Mita rasakan tampak berbeda dengan kehadiran kedua mertuanya yang terlihat ceria sembari menikmati menu sarapan pagi yang ia hidangkan. Ayah Danu yang belakangan ini harus menjaga pola makan akibat penyakit yang dideritanya, terlihat lebih bugar dengan menu makan yang sangat dimengerti oleh sang menantu. Begitu pun ibu mertua Mita yang tampaknya bangga karena tanpa perlu ia beri tahu, sang menantu dengan sangat apik bisa menyiapkan semua hal yang diperlukan olehnya selama tinggal di kediaman mereka. "Sungguh Ayah dan Ibu sangat berterima kasih sama kamu, Mita. Kamu sangat memahami apa yang kami butuhkan. Tanpa perlu kami ingatkan, kamu hafal semuanya. Termasuk makanan yang harus Ayah konsumsi ini," ujar ayah Danu tersenyum menatap sang menantu. "Itu sangat mudah, Yah, bukan hal yang sulit untuk diingat," sahut Mi
Proses ijab kabul berjalan dengan lancar. Meski sudah dua kali menikah, Danu tetap merasa gugup ketika acara hendak dimulai. Tapi, sang penghulu membuat suasana hatinya jauh lebih baik sebab kepandaiannya mencairkan suasana. Nisa dihadirkan setelah Danu mengucap ijab kabul. Gadis itu muncul bersama Mita mengenakan kebaya berwarna pink yang cantik, secantik wajahnya. Beberapa orang yang belum mengenal Nisa, tampak terpesona dengan kecantikan gadis itu yang tampak alami. Ya, Nisa meminta pada penata riaknya untuk tidak mendadaninya dengan riasan yang tebal. "Natural saja, tapi bagus."Alhasil, beginilah penampakan Nisa sekarang. Mampu membuat semua orang terpana dengan kecantikannya yang khas dan alami. "Orang kaya yang enggak banyak tingkah. Danu beruntung." Amar berkata pelan kepada istrinya. Mita tersenyum mendengar ucapan Amar. Ia setuju dengan pujian suaminya itu. "Aku pikir keduanya beruntung," balas Mita memilih tak memihak. "Setuju.""Kamu tidak cemburu atau iri 'kan, Mas
Sebelum saya melanjutkan bab terakhir kisah Danu dan Nisa, izinkan saya mempromosikan cerita terbaru yang berjudul PENGANTIN YANG TAK DIINGINKAN. Saya berharap kalian suka dan membaca cerita tersebut yang akan saya update di bulan Februari besok. Cerita ini masih ber-genre romantis. Mengisahkan dua insan manusia yaitu Shania dan Alex yang menikah bukan atas dasar cinta.Bagaimana kisah keduanya? Tentu kalian harus membacanya dari awal sampai akhir supaya tidak penasaran. Untuk itu, saya beri kalian spoiler di bab awal, ya. Untuk bab selanjutnya kalian bisa buka cerita PENGANTIN YANG TAK DIINGINKAN di baris paling bawah. Selamat membaca. Happy reading! BAB 1.Malam itu Shania berdiri di depan cermin, memandang wajahnya yang lesu. Ia merasa terjebak dalam kehidupan yang tidak diinginkannya. Pernikahan dengan Alex, putra keluarga kaya, terasa seperti sebuah kesepakatan bisnis, bukan persatuan cinta.Shania masih ingat jika teman kuliahnya itu adalah kekasih Maura, primadona kampus yang
Namun, ide dan saran Danu justru diterima dengan sangat baik oleh Rendy dan istrinya. Kedua orang tua Nisa dengan serta merta setuju dan langsung mem-booking aula hotel miliknya di tanggal yang Danu minta. "Kalian ini kenapa sih? Kok bisa-bisanya kompak untuk urusan beginian," ucap Nisa saat Danu menyampaikan keinginannya tersebut. Nisa mungkin hanya protes di mulut, karena pada kenyataannya, ia pun merasa bahagia karena akan segera melepas masa lajangnya. Ia dan Danu akan menikah dengan acara yang ayahnya buat begitu mewah. "Kamu anak Ayah dan ibu satu-satunya. Tidak mungkin kalau kami membuat pesta sederhana dengan keluarga dan kolega kita yang begitu banyak.""Lagipula, Ayah ingin semua orang tahu bahwa putri Ayah yang cantik ini sudah ada pemiliknya. Seorang laki-laki pemberani yang bisa menaklukan hati putri Ayah yang sangat terjaga ini. Danu bukan seorang lelaki pengecut yang tidak mampu menghadapi aral dan masalah."Ucapan sang ayah membuat Nisa terdiam. 'Apakah ayah sudah t
"Jadi, Mas Danu yakin kalau dia tidak akan mengganggu kita lagi?" tanya Nisa setelah mendengar penuturan Danu tentang pertemuannya dengan Selena. "Semoga saja begitu. Aku tidak mau berkata yakin sebab wanita itu bisa saja melakukan hal di luar nalarnya. Tapi, aku cukup memberinya penjelasan tentang sesuatu.""Penjelasan apa?""Bukan penjelasan. Tapi, lebih ke ancaman mungkin." Danu terkekeh. "Mas Danu ngancam apa?""Aku cuma bilang, jangan macam-macam dengan hubunganku sekarang. Karena calon mertuaku bukanlah keluarga sembarangan. Mereka bisa melakukan apa saja jika ada yang berani mengusik anaknya.""Kamu bilang begitu?" Nisa menatap tak percaya. "Ya." Danu terkekeh. Dipandangnya Nisa yang malah menggeleng karena ceritanya. "Kamu ini ada-ada saja.""Memanfaatkan kekayaan keluargamu aku pikir akan berhasil. Setidaknya, ia langsung bungkam ketika aku bicara begitu.""Haha. Kamu percaya diri sekali.""Aku kenal Selena. Dia memang bukan perempuan lemah lembut seperti Mita. Tapi, aku
Danu sudah parkir di depan gerbang rumah Nisa setelah pertemuannya dengan Selena berakhir dengan keributan. Perempuan itu jelas tidak terima dengan keputusan yang diambilnya. "Dia bukan anakku. Seharusnya kamu meminta pertanggung jawaban lelaki itu, dan bukan malah mengganggu bahkan menemui aku seperti ini.""Dia pergi meninggalkan aku, Danu.""Apa bedanya dengan kamu yang pergi meninggalkan aku dengan dalih balas dendam. Padahal saat itu aku tidak tahu menahu tentang hubungan gelapmu dengan lelaki itu. Bahkan, aku juga menyangka bahwa anak yang ada di dalam kandunganmu adalah anakku.""Aku minta maaf, Danu.""Aku sudah memaafkan kamu, Selena. Tapi, aku tidak bisa kembali denganmu. Apalagi setelah semua yang kamu lakukan.""Kamu yang lebih dulu menyakiti aku!" teriak Selena di tengah taman yang sepi. Tak banyak orang yang ada di sana, kecuali ia dan Danu juga beberapa pasangan muda mudi lain yang menempati titik berbeda. "Ya, kalau begitu kita impas bukan?""Benar. Kita impas. Jadi,
Nisa sudah akan beranjak meninggalkan Danu dan Noah, tapi tiba-tiba Danu bersuara. "Aku pikir bukan kamu yang seharusnya pergi. Tapi, aku."Nisa menoleh. "Bukannya tadi kamu mau bertanya sama dia? Kenapa jadi berubah pikiran?" tanya Nisa ketus. "Awalnya, iya. Tapi, buat apa aku bicara pada laki-laki pecundang yang bahkan kisah masa lalunya sudah tidak memiliki harapan lagi," ucap Danu yang kemudian berbalik untuk menuju ke mobilnya. Nisa tidak menghentikan langkah lelaki itu. Ia memilih diam sampai mobil milik Danu berlalu meninggalkannya dan Noah. Sekarang hanya tinggal ia dan Noah. Laki-laki itu tampak senang karena bisa berbicara berdua saja dengan sang mantan kekasih. "Apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Nisa masih tidak bergeming di posisinya. Di tempat lain Danu yang sudah meninggalkan area gedung, melajukan kendaraannya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Meninggalkan Nisa yang saat ini tengah berbicara dengan Noah, membuat dadanya sesak menahan kesal. Saat dirinya masih
Danu mungkin tengah bahagia sekarang. Sebab hubungannya dengan Nisa yang akan melangkah lebih maju dari sebelumnya. Kekhawatiran yang Nisa tunjukkan, dengan sangat mudah ia tenangkan. Mereka akan membawa hubungan yang belum matang itu agar tetap terjaga hingga perasaan cinta benar-benar hadir di hati mereka. Namun, satu yang Danu lupa jika saat ini ada sosok lain yang tengah menunggu responnya. Sosok itu yang sudah Danu buang jauh dari hatinya, kini muncul kembali seolah meminta perhatiannya."Aku mau bicara sama kamu," ucap Danu pada Nisa yang siang itu baru saja selesai istirahat. "Sekarang?" tanya Nisa yang masih berbicara santai dengan karyawan lainnya di kantin. "Kalau kamu sudah selesai istirahat saja," jawab Danu yang memilih melakukan komunikasi dengan calon istrinya itu melalui aplikasi pesan. Danu masih menjaga hubungannya dengan Nisa dari orang-orang di kantor. Bukan karena tidak mau orang lain tahu, tapi ia memilih menyimpan rahasia itu sampai di waktu yang tepat. "Ka
Danu terdiam beberapa saat setelah Nisa menjawab pertanyaannya. "Aku pikir itu cuma alasan saja," gumamnya. "Awalnya aku pikir juga begitu, tapi ketika aku kembali bertemu Tia, dengan penuh keyakinan perempuan itu mengatakan bahwa Noah merasa tak percaya diri karena statusnya yang cuma staf biasa bisa berpacaran dengan aku yang adalah anak dari bosnya." Helaan napas terdengar kencang setelah Nisa menjelaskan. "Dan kamu percaya?" Danu kembali bertanya. Nisa mengangguk. "Aku percaya kalau Tia tidak berbohong. Terlebih lagi sikap Noah yang selama ini tidak berani menyentuhku, aku pikir alasannya berubah dan akhirnya berselingkuh adalah karena itu.""Lantas, apakah maksudmu dengan menceritakan ini semua adalah karena kamu sudah memaafkan dan mau kembali padanya?""Tidak. Aku enggak bilang begitu!" Nisa sontak menggeleng. "Kenapa kamu berpikir ke arah sana, Mas?""Bukan. Aku cuma menyimpulkan apa yang kamu katakan di akhir tadi. Dengan ia tidak pernah menyentuhmu, lain denganku yang su
Acara makan malam berlangsung penuh kehangatan. Kedua keluarga seperti sudah sangat akrab hingga membuat acara malam itu berlalu dengan penuh tawa dan kegembiraan. Baik Danu dan Nisa sama-sama bisa melupakan debaran di hati mereka karena kedua orang tua mereka yang berbicara tanpa henti, membicarakan apa saja yang bisa membuat semuanya tertawa. Kedua sejoli itu tentu saja bersyukur karena kegugupan yang tiba-tiba melanda, seketika sirna. Satu hal yang membuat keduanya sadar, bahwa tidak ada pembahasan apapun yang berhubungan dengan acara pertunangan mereka. Danu mengirim pesan ke ponsel Nisa secara sembunyi-sembunyi —khawatir aksinya akan membuat heboh jika ketahuan. 'Sepertinya makan malam hari ini memang murni hanya makan saja.'Bunyi pesan Danu pada Nisa yang langsung gadis itu sadari. Sebelum membalas, Nisa memandang Danu dan tersenyum. 'Iya. Sepertinya begitu.' Nisa mengirim balasannya singkat. Danu kembali memeriksa ponselnya, lalu mengetik balasan pesan dari Nisa. 'Maa