Share

Rencana Mengusir

Author: Ummu Amay
last update Last Updated: 2024-11-26 22:17:48

Mita akan membuat kopi dan sarapan paginya ketika tiba-tiba muncul Selena dari anak tangga. Wanita yang kini menjadi madunya itu terlihat angkuh berjalan dan sinis menatap padanya.

"Aku mau buat sarapan buat Mas Danu. Apa kamu sudah selesai?" tanyanya dengan gaya congkak.

Mita yang sudah menuang air panas ke dalam cangkir berisi bubuk kopi, hanya diam tak menanggapi. Ia lebih memilih untuk segera pergi meninggalkan meja dapur setelah mengaduk seduhan kopinya itu.

"Hei! Apa kau tuli?" hardik Selena kesal.

"Kalau mau pakai dapur, pakai saja. Kenapa kamu harus bertanya apakah aku sudah selesai atau belum. Kaya yang baru tinggal satu dua hari saja." Mita membalas dengan santai.

"Kau! Apakah sekarang kau sudah berani bicara ketus padaku seperti itu?"

"Siapa yang ketus? Bukankah kamu yang sejak muncul di tempat ini berdiri dan menatapku angkuh?"

Mita menatap Selena yang terkejut dengan balasannya.

Ya, Mita memang tidak membalas sikap Selena dengan sikap yang sama. Ia justru terlihat s
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bahagia Setelah Dimadu   Suasana yang Berbeda

    Ruang makan di mana Danu dan Selena menikmati sarapan pagi terlihat sepi sebab keduanya yang sama-sama saling berdiam diri. Baik Danu atau Selena, tak ada dari mereka yang mulai berbicara. Hingga sosok Mita muncul dari kamar tamu, menyempatkan diri menengok ke arah ruang makan. Namun, sudah sejak beberapa hari yang lalu Mita tak pernah lagi bicara pada Danu semenjak suaminya itu selalu bersikap ketus padanya. Kecuali kalau lelaki itu yang bertanya lebih dulu, Mita akan menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan, dan sepertinya saat ini terlihat bahwa Danu hendak bicara padanya. "Kamu mau ke mana?" tanya Danu sedikit berteriak. Mita menatap heran, bahkan Selena juga menengok suaminya tak percaya. Tumben sekali lelaki itu bertanya padahal tahu jika jam pagi seperti saat ini adalah waktunya bagi Mita pergi ke butik. "Seperti biasa, Mas, ke butik.""Kamu tidak makan?""Sudah. Maaf karena aku sarapan duluan."Di tengah percakapan yang terjadi antara Mita dan Danu, tiba-tiba Selena tertaw

    Last Updated : 2024-11-28
  • Bahagia Setelah Dimadu   Periksa Kehamilan

    Bocah kecil itu terlihat lemah ketika Mita sampai di kediaman rumah Amar. Rumah yang sangat besar yang sempat membuatnya menatap takjub dan terpana. 'Mereka keluarga kaya raya, tetapi tidak memperlihatkan jati diri mereka yang sebenarnya. Terlihat dari sikap dan penampilan mereka yang begitu sederhana. Tapi, siapa yang menduga jika di balik kesederhanaan itu ternyata ada pundi-pundi kekayaan yang tidak mereka pamerkan,' batin Mita ketika dirinya memasuki pagar rumah mewah tersebut. Kini dirinya sudah berdiri di ambang pintu salah satu kamar. Kamar yang ditempati oleh seorang anak kecil yang terbaring lemah di atas ranjangnya yang lucu dengan nuansa pink mendominasi. "Tante Mita," gumam Nina dengan suara lemah. Tapi, keceriaan segera tampak ketika ia melihat sosok wanita yang rupanya sudah ia tunggu kehadirannya. "Hai, Nina."Mita segera mendekat. Ia berjalan menghampiri tempat tidur bersama Amar. Di sana, di sebelah Nina ada sosok Yola yang begitu setia menemani sang keponakan. G

    Last Updated : 2024-11-28
  • Bahagia Setelah Dimadu   Hamil

    Usia kandungan Selena sudah berjalan enam minggu. Hasil yang dokter sampaikan dan sekarang Danu ceritakan pada Mita, membuat wanita di depannya itu diam dan murung. Bukan hanya Selena yang melihat perubahan muka istri tua suaminya, tetapi ada Amar dan Yola yang sudah memeriksakan kondisi Nina, bisa melihat dengan jelas ekspresi yang tampak di wajah Mita. "Itu semua sudah cukup untuk membuat kamu menjauh dari kehidupan kami bukan?" ucap Selena pada Mita, pelan dan sinis. Mita tak bisa membalas ucapan sang madu, ia masih terlalu syok mendapat kabar yang sama sekali tidak ia harapkan. 'Aku yang ingin memiliki anak, tetapi wanita ini yang malah Tuhan berikan anugerah istimewa itu. Rasanya sangat tidak adil buatku,' batin Mita antara kesal dan sedih. Danu tidak mendengar ucapan Selena, tetapi Yola dan Amar bisa sebab posisi mereka yang berada tepat di sebelah Mita. "Mbak Mita, ayo kita pulang! Kita hanya tinggal menunggu obat Nina. Bisa kita ambil ke ruang obat di depan!" ajak Yola s

    Last Updated : 2024-12-03
  • Bahagia Setelah Dimadu   Perbuatan Dosa

    "Bagaimana pun itu tidak wajar!" seru Ranti. Wanita itu meminta bertemu dengan Mita di sore hari setelah pulang dari butik. Setelah mengantar Nina, Mita mohon pamit untuk kembali ke butik. Dalam keadaan Nina yang sedang tertidur, memudahkannya untuk pergi tanpa harus mendengar rewelan bocah itu. Sekarang sudah berada di dalam kafe yang tak jauh dari butik tempat Ranti fitting baju akad, dua sahabat itu terlihat serius membahas kehamilan Selena setelah sebelumnya Ranti selesai bercerita tentang kebayanya yang tiba-tiba longgar, yang Mita duga karena sang sahabat mengalami stress akibat pernikahan yang semakin dekat. "Enam minggu dan kita tahu baru dua pekan kemarin suami kamu pergi ke Bali yang katanya bulan madu, tetapi anehnya cuma dua hari."Mita tampak diam sambil menyesap kopi latte yang ia pesan dalam keadaan panas. Di depannya Ranti begitu semangat berbicara. Sungguh aneh, saat pertama kali ia mendengar berita kehamilan Selena, dirinya merasa begitu marah dan kesal. Jangan

    Last Updated : 2024-12-03
  • Bahagia Setelah Dimadu   Selena Mengungsi

    Sesuai kabar yang Danu dapat, di akhir pekan kedua orang tuanya benar-benar datang berkunjung. Tak tanggung-tanggung, mereka bahkan berencana menginap sampai tiga hari atau sepekan ke depan. Hal itu jelas membuat Selena BT sebab ia akhirnya harus rela diungsikan ke penginapan karena Danu yang rupanya belum siap memberi tahu perihal pernikahan keduanya tersebut. Melihat kondisi sang ayah yang baru kontrol ke rumah sakit dan ingin healing dengan menginap ke rumah, membuatnya harus ekstra sabar menunggu demi menyampaikan berita yang pasti akan membuat kedua orang tuanya —mungkin, shock. "Berapa lama, Mas?" tanya Selena sesaat ia sudah sampai di hotel tempatnya diungsikan. "Aku belum tahu. Ibu bilang sih cuma tiga hari. Tapi, Mita bilang katanya ayah mau sepekan di sini.""Apa! Aku harus menginap di sini selama seminggu? Sendirian?" protes Selena kesal. "Tidak sendiri, Sayang. Aku akan tetap temani kamu kalau malam.""Heh! Apa kamu yakin? Dengan sembunyi-sembunyi meninggalkan rumah di

    Last Updated : 2024-12-04
  • Bahagia Setelah Dimadu   Kedatangan Mertua

    Danu benar-benar membuat Mita kelelahan di sepanjang sore itu. Andai ia diberi tugas sejak pagi, mungkin ia akan selesai sejak siang hari dan bahkan bisa sedikit meluruskan kaki dan tangan sebelum kedatangan kedua mertuanya. Tapi yang ada, Danu seperti sengaja memberi tahu semua istrinya itu di waktu yang sudah mepet. "Aku harap kamu tidak mengatakan apapun kalau belum aku perintahkan!" ancam Danu ketika ia tiba di rumah bersama kedua orang tuanya. Berbisik lelaki itulah berkata yang Mita tanggapi dengan tatapan tajam seolah tak peduli. Mita jelas tak mau lagi Danu setir setelah lelaki itu —menurutnya, bersikap plin plan. Waktu kemarin sudah ada yang berkoar akan berkata jujur dan mengatakan semuanya mengenai pernikahan kedua dengan mantan kekasih yang tidak sempat dikenali, tetapi faktanya hal itu hanya sebuah rencana pengecut dari seorang lelaki yang namanya —sialnya, masih ada di hati Mita. "Jelas istri tercintamu marah-marah karena sikapmu yang tidak mencerminkan lelaki sejati,

    Last Updated : 2024-12-04
  • Bahagia Setelah Dimadu   Sikap Mita

    "Benar dugaan ku, lelaki itu ternyata pacar barumu. Wah! Rupanya kamu bukanlah perempuan baik-baik juga. Belum lama aku menikah dengan Selena, sudah ada lelaki pengganti ku di hidupmu," ucap Danu menyindir. "Aku tak perlu menjelaskan siapa lelaki itu padamu. Aku juga tidak akan menyangkal atau mengiyakan setiap kalimat yang kamu lontarkan tentang laki-laki yang pernah kamu lihat di tempat-tempat yang kamu sebutkan tadi. Sesuai permintaanmu, setelah kamu menikah dengan Selena kita tak akan pernah mencampuri kehidupan masing-masing."Danu hanya menatap Mita kesal. Alih-alih istrinya itu akan gugup saat ia bahas tentang sosok laki-laki yang adalah Amar, tapi pada kenyataannya justru dirinya yang keki sebab mendapat serangan balik yang tidak disangka. "Ok, sepertinya kali ini aku tetap harus mematuhi perintah mu sebagai seorang suami. Aku akan mengikuti alur yang kamu buat, kita akan tetap menjadi pasangan harmonis di depan ayah dan ibu. Tapi, satu yang aku minta darimu, Mas."Danu mena

    Last Updated : 2024-12-05
  • Bahagia Setelah Dimadu   Perdebatan Tak Penting

    Amar rupanya tak tahan memendam apa yang tengah ia rasakan setelah mendengar mimpi Nina. Bahkan, pertanyaan mengenai apakah perempuan itu akan pergi seperti yang istrinya lakukan, membuat Amar nekat mengirim pesan pada Mita di jam yang seharusnya tidak pantas ia lakukan. 'Apakah Anda baik-baik saja sepanjang hari ini atau kemarin?'Entah mengapa Amar ingin memastikan kondisi Mita yang sebetulnya bukan siapa-siapanya. Hanya setelah ia mengetahui hubungan pernikahan antara Mita dan suaminya, ia seperti terpanggil untuk membantu meski hanya sebuah rasa peduli semata. Pesan yang Amar kirim di jam sebelas malam, sejatinya tak berharap akan mendapatkan respon atau balasan. Ia menyadari jika apa yang dilakukan adalah sebuah tindakan yang tak baik. Tapi, ia sungguh tidak bisa tidur setelah mimpi yang putrinya alami. Tak disangka ketika Amar sudah bersiap untuk memaksakan matanya tertutup, sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Buru-buru ia melihat, berharap jika Mita yang membalas. N

    Last Updated : 2024-12-05

Latest chapter

  • Bahagia Setelah Dimadu   Setuju

    "Aku tidak peduli kamu mau percaya aku atau tidak. Tapi yang pasti, kamu itu bukan seleraku.""Ap-apa?" Nisa menatap Danu emosi. "Kamu bilang aku bukan seleramu? Lantas, perempuan seperti apa yang jadi seleramu? Apakah lebih cantik, lebih kaya, atau lebih pintar dari aku?"Danu tertawa mendengar pertanyaan Nisa. "Kenapa kamu marah? Selera seseorang enggak melulu tentang cantik, kaya, atau pintar bukan?""Y-Ya. Tapi, apa yang para lelaki lihat kalau bukan tiga poin yang aku sebutkan tadi?"Sekali lagi Danu tertawa sembari meminum kopinya yang tinggal setengah. "Aku sudah pernah mendapatkan perempuan dengan tiga poin yang kamu sebutkan tadi. Jadi, bukan itu yang membuatku berselera ketika ingin kembali menikahi seorang perempuan untuk aku jadikan istri."Nisa menaikkan sebelah alisnya tak mengerti. Bagaimana mungkin ada perempuan yang memiliki poin istimewa seperti yang ia sebutkan tadi selain dirinya. "Apa ayahmu sudah memberitahu padamu tentang kehidupanku sebelumnya?""Tentang kamu

  • Bahagia Setelah Dimadu   Mengajak Kerja Sama

    Sepekan yang lalu saat Danu baru pulang dari kantor, ia sudah dibuat kesal oleh ayahnya. Hal itu karena ucapan lelaki yang ia sayangi itu mengenai perjodohan yang tetap harus dilaksanakan. "Ibumu sakit. Dokter bilang waktunya tidak lama lagi.""Jangan bercanda, Yah. Ini bukan waktunya main-main." Danu mulai emosi ketika sang ayah membawa-bawa penyakit ibunya. "Bu, apa betul dokter bilang begitu? Memang Ibu itu sakit apa, kok tiba-tiba jadi parah? Kalian ke luar negeri 'kan cuma cek rutin, bukan mau konsultasi penyakit serius." Danu menatap ibunya bertanya. Perasaannya mendadak tak enak. "Enggak, dokter enggak bilang gitu.""Nah, terus? Barusan ayah ngomong gitu!" seru Danu kesal menatap ayahnya. Namun, lelaki di depannya itu terlihat cuek dan santai. Membuat Danu kembali menatap ibunya. "Kenapa Ibu mau aja diajak kongkalikong sama ayah meminta aku buat nikah sama perempuan itu? Sampai bawa-bawa penyakit segala.""Enggak ada yang salah kok, Nu. Apa yang ayahmu katakan itu ada bena

  • Bahagia Setelah Dimadu   Ajakan Danu

    Terdengar suara gedebuk orang jatuh dari ketinggian. Danu yang masih kebingungan menjawab pertanyaannya sang ayah, seketika membuka mata dan menyadari jika ia baru saja bermimpi. "Ah, sial! Ternyata cuma mimpi," gerutunya kesal. Danu kemudian kembali ke atas ranjang. Membaringkan tubuhnya kembali yang terasa sakit sebab terjatuh tadi. "Kenapa aku jadi bermimpi seperti itu? Jelas-jelas aku ingin melupakannya. Tapi, kenapa sosoknya malah muncul. Lalu, kenapa juga ayah enggan membatalkan perjodohan ini?" ucapnya semakin kesal. Danu melihat jam di atas nakas. Jam digital di sana menunjukkan angka dua dini hari. "Aku baru tidur satu jam dan sudah bermimpi? Ini benar-benar gila!" gerutu Danu lagi. Ia mencoba untuk kembali tertidur, tapi mengalami kesulitan. Kantuknya seketika hilang setelah insiden terjatuh tadi. Ia pun kemudian memutuskan untuk ke toilet untuk membuang hajat. Setelahnya ia mencuci muka, menatap wajahnya di depan cermin wastafel. 'Hei! Apa kamu masih belum puas membu

  • Bahagia Setelah Dimadu   Nisa Naura Setiawan

    "Nisa Naura Setiawan. Dia adalah putri tinggal alias putri semata wayang dari Rendy Setiawan, seorang pengusaha, pebisnis yang lumayan disegani." Danu mendengarkan cerita Amar tentang sosok Nisa, gadis yang dijodohkan dengannya. "Nisa adalah gadis baik-baik. Aku kenal dengannya sejak kami kuliah di fakultas yang sama.""Mas Amar satu angkatan sama Nisa? Kok bisa?" Mita bertanya bingung. Ia berpikir jika usia keduanya jauh berbeda. "Oh, enggak. Nisa di bawahku. Aku kenal dia karena orang tua kami yang adalah rekan bisnis," jelas Amar. Baik Mita atau pun Danu sama-sama menyimak dengan serius. Entah apa yang terjadi, keduanya seperti menemukan sebuah kisah seru yang ingin mereka dengarkan sampai tuntas. "Kalian enggak dijodohkan?" tanya Mita iseng. "Enggak. Aku sudah punya pacar waktu Nisa masuk kuliah. Selain itu usia kami juga lumayan jauh." Amar mencoba membayangkan hal yang membuat kedua orang tua mereka tidak menjodohkannya dengan Nisa. "Lagian, orang tua kamu cuma rekan bisni

  • Bahagia Setelah Dimadu   Curhat

    "Apa? Jadi, ibu sama ayah mau jodohin Mas Danu lagi?" Mita tampak terkejut saat mendengar cerita Danu mengenai perjodohannya dengan Nisa. "Ehm, menurut sahabat ayah begitu." Danu menjawab sambil mengangguk. "Tapi, sebelumnya ayah dan ibu enggak bilang. Aku baru tahu pas hubungi mereka tadi."Mita melempar pandangannya pada Amar. Amar hanya diam dengan senyum tipis. Ekspresinya menunjukkan rasa ingin tahu. Pertemuan malam itu antara Danu, Mita, dan Amar, membuat Danu bercerita tentang rencana perjodohan yang kedua orang tuanya lakukan. Ia yang saat ini sedang menenangkan hati, hanya bisa bercerita pada sosok yang sekiranya bisa dipercaya. "Eh, maafkan aku. Aku enggak bermaksud mengganggu kehidupan baru kalian dengan menceritakan kisahku. Aku cuma butuh tempat bercerita," ucap Danu sembari menyesap kopi panas yang ia pesan. "Setidaknya hal tersebut membuatku lega. Tak perlu ada saran atau pendapat." Danu menatap Mita, terlebih Amar dengan raut muka tak enak hati. "Enggak apa-apa kok

  • Bahagia Setelah Dimadu   Makan Malam

    Danu berjalan pelan menuju meja, tempat di mana keluarga Setiawan alias Nisa berada. Makanan sudah terhidang, dan mau tak mau Danu harus melanjutkan makan malamnya dengan keluarga Setiawan. Ia tak mau membuat dua orang tua di depannya kecewa atau pun tak nyaman. "Maafkan saya, Pak Rendy. Maaf karena sudah membuat Anda dan keluarga menunggu," ucap Danu sembari duduk. Di dekatnya Nisa seolah enggan menatapnya. Ekspresinya masih sama, jutek dan kesal. "Tidak apa-apa, Nak Danu. Kami maklum. Kami juga minta maaf karena kecerobohan Nisa membuat kamu terkejut.""Kok aku, Yah?" Nisa menyela, tapi cubitan sang ibu seketika membuatnya bungkam. "Kalau saja Nisa tidak bicara tadi, mungkin suasananya tidak akan se-canggung ini. Kita masih bisa makan dengan santai dan akrab.""Oh, tidak, Pak Rendy. Dengan Nisa bicara tadi, bukankah saya jadi tahu mengenai rencana perjodohan kalian terhadap kami berdua. Saya jadi bisa bertanya pada ayah dan ibu mengenai kebenaran berita tersebut.""Ya, tapi mung

  • Bahagia Setelah Dimadu   Menolak

    "Mau ngapain kamu di sini?" Nisa bertanya kaget saat melihat Danu berdiri di depannya. "Nisa! Tolong yang sopan sama tamu Ayah."Nisa menengok kepada ayahnya. "Ja-jadi, ini tamu ... eh, maksudnya anak sahabat Ayah yang mau dijodohin sama aku?"Ayah Nisa mengangguk yakin. Tapi, di depannya Danu tercengang. "Maaf, Pak Rendy. Ini maksudnya apa, ya? Siapa yang dijodohkan dan dengan siapa?" Danu merasakan kengerian sebab perkataan Nisa tadi. "Kamu dan Nisa, anak saya.""Kok bisa? Ma-maksud saya, siapa yang bilang begitu?""Loh, apakah orang tua kamu enggak bilang apa-apa tentang perjodohan ini?" Rendy menatap Danu bingung. Danu menggeleng. Ia terlihat lemas dan tak bertenaga. 'Jadi, apakah ini yang ayah dan ibu sembunyikan sejak kemarin?' batin Danu mengingat ucapan-ucapan kedua orang tuanya di telepon beberapa hari belakangan. "Danu, apa udah ada kabar dari Pak Rendy?""Danu, kamu jadi 'kan datang ke undangannya teman Ayah?""Danu! Awas loh kalau kamu sampai enggak datang. Jangan bik

  • Bahagia Setelah Dimadu   Undangan Makan Malam

    Danu baru akan pulang dari kantor ketika ibunya menelepon. "Iya, Bu?" tanya Danu setelah menerima panggilan dari ibunya tersebut. "Sudah pulang, Nu?""Baru aja mau pulang. Kenapa?""Enggak kenapa-kenapa. Ibu cuma mau tanya, tadi siang apa Pak Rendy jadi datang?""Jadi, Bu. Kenapa memang?""Enggak, Ibu cuma mau mastiin aja.""Mastiin? Emang beliau siapa sih, Bu?""Loh, memangnya Pak Rendy enggak ngenalin dirinya ke kamu?"Danu sudah sampai parkiran. Ia masuk ke mobil, lalu menyalakan mesin mobil. "Ngenalin namanya sama hubungan beliau sama kalian. Itu aja.""Oh, gitu.""Memang kenapa sih, Bu?" tanya Danu penasaran. "Tapi, ngomong-ngomong kok tumben banget, ya, Ibu sama ayah bisa ketemuan sama teman lama. Di sana kalian enggak jadi pulang besok karena mau reunian sama teman juga. Sekarang, tiba-tiba aja muncul Pak Rendy yang katanya teman ayah.""Eh, memangnya enggak boleh?""Siapa yang bilang enggak boleh? Tapi, kok tumben-tumbenan banget. Bisa dua orang begini.""Enggak kenapa-kena

  • Bahagia Setelah Dimadu   Kecewa dan Marah

    Nisa berjalan gontai menuju parkiran. Ia yang memarkir mobilnya di basement terlihat kesal sekaligus malu. Beberapa saat lalu, Danu menjawab semua kekhawatirannya. Bahkan, lelaki itu mampu membuatnya diam membisu setelah semua pertanyaan dijawab dengan keseriusan yang tampak nyata. Nisa mungkin malu sebab tuduhannya tidak terbukti. Tapi, demi mendengar alasan dirinya tidak diterima bekerja, membuatnya kesal bukan main. "Apakah kamu pikir saya akan menerima seorang perempuan pemabuk untuk jadi sekretaris saya?""Saya bukan seorang pemabuk. Ada masalah yang sedang saya hadapi, yang membuat saya melakukan itu." Nisa mencoba memberikan pembelaan. Tapi, melawan Danu adalah hal yang sia-sia. Lelaki itu mempunyai sejuta alasan untuk menolaknya. "Saya tidak mau mempunyai sekretaris kekanak-kanakan. Seseorang yang rapuh hanya karena satu masalah. Bagaimana ia akan bekerja nanti di tengah masalah pribadi yang sedang dihadapi? Bisa-bisa semua pekerjaan yang sudah dirancang malah hancur beran

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status