Share

Bab 66

Penulis: Su Yenni
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-16 13:32:39

"Begini saja. Aku punya rencana bagus untukmu. Kamu tarik semua uangnya ke rekeningmu. Kuras semua hartanya. Baru, tinggalkan dia. Sayanglah, udah sekian lama kamu sama dia, gak dapat hasil apa-apa. Gimana?" Aldo memainkan alis matanya yang tebal seraya tersemyum genit.

Aku terdiam sejenak, merenung kata-kata Aldo.

"Tapi, gimana caranya?" tanyaku bingung.

"Ya, pintar-pintar kamulah merayunya. Ngomong kek, kalau kamu mau nanam modal buka usaha sama temanmu, atau apalah itu," ujar Aldo lagi.

"Trus, uangnya di masukkan rekeningku? Bang Ridwan itu orangnya curigaan, Do. Dia akan selalu memeriksa isi rekeningku," sahutku lagi.

"Gampang, kamu masukkan saja uangnya ke rekeningku. Dengan begitu, dia tidak akan tau. Nanti kalau sudah terkumpul banyak. Kamu tinggalkan dia. Lalu kita menikah dan pergi jauh dari sini. Gimana, oke, kan remcanaky?" Aldo tersenyum puas. Aku mengangguk.

"Oke, aku setuju. Tapi, janji ya, setelah semua tercapai, kita menikah," ujarku lagi dengan manja. Aldo menjawil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 67

    Enam bulan sudah berlalu, hubunganku dengan Aldo sudah semakin dekat. Walaupun dia harus bolak balik dari tempat tinggalnya ke sini hanya untuk menemuiku, hal itu tak menjadi penghalang untuk hubungan kami. Malah membuat rasa rindu semakin menggunung dan akan terasa sangat indah bila sudah bertemu. Pundi-pundi rupiah kami semakin hari juga semakin bertambah, walau belum semua harta Bang Ridwan jatuh ke tanganku, aku harus tetap bersabar untuk mendapatkannya. Kalau semua uang Bang Ridwan berhasil kumiliki, aku dan Aldo akan segera kabur jauh dari kota ini. Kami akan menikah di sana dan bersama sampai tua. Aku sering mengeluh, kalau aku sudah lelah dengan kehidupanku sekarang, kepada Aldo. Aku ingin secepatnya pergi dan menikah dengannya. Tapi, Aldo selalu berhasil membuat aku bersabar. Kalau ingin mendapatkan sesuatu yang besar, pengorbanannya juga harus besar. Begitu yang selalu Aldo katakan untuk menyemangatiku. Baru saja hape kuaktifkan, sudah ada puluhan panggilan tak terjawab

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 68

    "Kok gara-gara aku sih, Bang? Mayra seharian kan sama Ibu. Ibu tuh yang gak becus jaga Mayra!" sahutku membela diri.Plak!Sebuah tamparan mendarat panas di pipi ini. Bang Ridwan membelalakkan matanya dengan tajam tepat ke arahku.Aku memegangi pipi yang kena tampar oleh Bang Ridwan. Sakit dan panas rasanya. Tak mau kalah, aku juga mengerling kepada Bang Ridwan dengan tajam."Kamu pikir ibuku itu pembantumu? Seenaknya kamu suruh-suruh jaga anak. Ibu sudah tua, beliau butuh istirahat!" seru Bang Ridwan dengan penuh emosi."Cari orang dong untuk jaga Mayra!" sahutku lagi. Bagaimanapun aku tak akan mau disalahkan. Walaupun sudah jadi seorang ibu, aku tak mau aktifitasku di luar rumah dibatasi hanya gara-gara mengurus anak. Kalau saja bukan karena Bang Ridwan, mungkin sudah kucegah dari awal agar aku tak melahirkan anak itu. Bikin susah saja. "Enak saja, kamu mau lepas tangan dan enak-enakan seharian kelayapan ke luar rumah. Oh, aku jadi curiga, jangan-jangan kamu selingkuh di luar, ya?

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 69

    "Baringkan Mayra di kamarnya! Setelah itu, kamu kembali ke sini!" tukas Bang Ridwan setelah kami sampai di rumah. "Iya, Bang," sahutku pelan.Aku menggendong Mayra ke kamar dan membaringkannya di atas ranjang. Apa kira-kira yang ingin dikatakan Bang Ridwan padaku. Wajahnya tegang begitu. Apa dia sudah mengetahui kalau kemarin aku terlambat datang ke rumah sakit karena aku sedang bersama laki-laki lain? Waduh, gawat kalau sampai Bang Ridwan tau. "Mayra tidur ya! Mama ke depan dulu," ucapku pada Mayra yang memang terlihat masih sangat lemah. Mayra mengangguk dan tersenyum. Aku segera kembali ke ruang tamu untuk menemui Bang Ridwan. Dengan ragu aku melangkah menghampiri Bang Ridwan yang sedang duduk di ruang tamu, menungguku. Jantungku berdegup kencang. Perasaanku juga jadi tak enak. Aku jadi was-was. Semoga bukan apa-apa. "Ada apa, Bang? Kelihatannya serius sekali," tanyaku pada Bang Ridwan. Dia mengerling tajam ke arahku, semakin membuat darahku berdesir hebat."Duduklah di sini."

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 70

    Aku menangis tersedu sembari duduk bersimpuh di kaki Bang Ridwan. Aku harus bisa merayunya. Bang Ridwan masih diam terpaku. "Ada apa, Wan? Kenapa ribut-ribut? Gita ngapain bersimpuh begitu?"Ibu baru saja keluar dari kamarnya, sepertinya dia tak mendengar apa-apa dari tadi. Tapi, keadaan akan semakin tak aman dengan kehadirannya. Ibu pasti akan menghasut Bang Ridwan agar menceraikan aku. "Ke sinilah, Bu! Ada sesuatu yang harus Ibu ketahui," ujar Bang Ridwan tegas. Aku masih pada posisiku semula, bersimpuh di kaki suamiku."Ada apa, Wan?" Ibu bertanya dengan raut wajah penasaran."Ini, Bu. Hasil tes DNA-ku dengan Mayra dan ternyata Mayra bukanlah anak kandungku," ujar Bang Ridwan lirih."Apa? May—Mayra bukan anak kandungmu? Itu artinya, Mayra juga bukan cucu kandungku? Ya, Tuhan cobaan apalagi ini? Ternyata kau sudah membohongi kami, Gita. Dasar pen*pu!" Ibu menarik rambutku sangat keras, sampai-sampai aku terjengkang ke belakang."Aduh...sakit, Bu! Lepaskan rambut Gita, Bu!" Aku mem

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 71

    Aku menghentikan langkah, lalu berbalik, menatap ke arah Bang Ridwan. Jantungku berdegup kencang, menunggu kata-kata keluar dari mulut lelaki yang masih berstatus suamiku itu.Apakah dia akan mengucapkan kata-kata cerai sekarang? Jangan...jangan sampai Bang Ridwan menceraikan aku saat ini juga. Bisa runyam urusannya.Kutatap manik mata Bang Ridwan dengan sendu. Jejak basah di pipi masih ada. Sengaja aku tak menghapusnya. Tingkah Mayra yang terus menangis minta digendong oleh Bang Ridwan, menambah haru suasana hari ini. Semoga dengan begini, Bang Ridwan akan berubah pikiran dan mau menerima aku lagi sebagai istrinya.Bang Ridwan berjalan mendekatiku dan Mayra. Sejurus kemudian, dia mengambil alih Mayra dari gendonganku. Aku terdiam, begitu juga dengan Mayra, tangisnya langsung berhenti ketika sudah berada di gendongan lelaki yang selama ini dianggap ayah kandungnya. Mayra memang sudah sangat dekat dengan Bang Ridwan. Dia hanya tahu, kalau Bang Ridwanlah ayah kandungnya. Selama ini, Ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 72

    "Git...bangun, Git! Bantuin Ibu gih, di dapur!" seru Bang Ridwan sembari menarik selimut yang menempel di tubuhku. Aku mencoba membuka mata dengan susah payah. Berat sekali rasanya. Kepalaku terasa pusing. Tiba-tiba aku ingin muntah.Aku bergegas bangkit dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi. Sudah beberapa hari ini aku merasakan seperti masuk angin, tapi pagi ini terasa sangat berat sekali."Maaf, Bang. Gita gak bisa bantu Ibu. Kepala Gita pusing sekali,"ucapku lemah setelah keluar dari kamar mandi."Dari kemarin kamu muntah-muntah, jangan-jangan kamu hamil," ujar Bang Ridwan seraya menatap mata ini."Hamil?" sahutku seperti tak percaya. "Iya, mungkin kamu hamil. Coba kamu beli test pack!" ujar Bang Ridwan lagi. "Iy—iya, Bang. Nanti Gita beli test packnya," sahutku ragu-ragu."Kalau begitu, Abang berangkat kerja dulu ya. Nanti, kabari Abang apa hasil test pack nya, oke?" Aku tersenyum seraya mencium punggung tangan suamiku dengan takzim.Bang Ridwan berangkat bekerja se

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 73

    "Anda ini siapa? Datang ke rumah orang, marah-marah. Kenapa mencari Gita?" tanya Bang Ridwan terlihat ikut emosi."Anda tau, istri anda yang murah*n ini telah merayu suami saya. Berani-beraninya dia main gila dengan suami saya."Perempuan paruh baya itu terlihat sangat emosi. Dia berbicara sembari menunjuk-nunjuk wajahku. Aku tak mau kalah, aku menatapnya tajam sembari membelalakkan bola mata."Fitnah, pasti dia berusaha memfitnah Gita, Bang. Jangan percaya omongannya!" ujarku berusaha membela diri. Pasti perempuan ini istri si tua bangka Bram. Gawat, jangan sampai Bang Ridwan percaya pada kata-katamya. Aku harus segera mengusirnya dari sini."Lihat video ini! Anda pasti kenal dengan perempuan yang ada di sana!" Wanita itu mengeluarkan hape dari tasnya. Lalu menunjukkan sebuah video di hape itu kepada Bang Ridwan. Aku merampas hape itu untuk melihat video apa yang sedang ditunjukkan oleh wanita itu. Aku terkejut, bagaimana wanita ini mendapatkan videoku dan Bram? Apa Bram masih menyi

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 74

    Dengan langkah gontai, aku melangkah menuju pintu keluar. Kali ini, Mayra tak menangis, seolah dia tahu kalau tak ada lagi kesempatan untuk tetap tinggal di rumah ini. Aku dan Mayra pasrah diusir dari rumah ini. Bang Ridwan dan Ibu berdiri di depan pintu kamar Ibu. Aku menatap sendu ke arah mereka, masih berharap ada sisa-sisa maaf untukku."Bang...maafkan Gita."Hanya kata itu saja yang mampu kuucapkan. Aku terisak, tak tau harus berkata apa lagi. "Pergilah, Git! Nikmati hari-harimu di luar sana. Kau bebas berbuat apa pun sekarang. Aku baru tau, ternyata kau perempuan serakah, tak pernah bersyukur. Aku memilihmu ketimbang Risa. Membiarkanmu dengan leluasa merusak kebahagiaan Risa agar dia secepatnya pergi dari sini. Aku memimpikan rumah tangga yang sangat bahagia bersamamu. Tapi ternyata semua itu salah. Kau bukanlah bidadari seperti yang kukhayalkan, kau tak lebih dari seekor binatang buas yang tak tau berterimakasih pada tuan yang sudah merawatnya bertahun-tahun. Sungguh, aku sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28

Bab terbaru

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 126

    Setelah menjalani kehidupan di panti, mereka diajarkan tentang kesopanan dan hal-hal baik lainnya. Makanya mereka sudah terbiasa jika dengan ketertiban.Setelah mendapatkan paper bag masing-masing, anak-anak panti kembali duduk ketempat semula. "Udah, Wi, silakan dilanjutkan," ujarku pada Tiwi setelah aku selesai membagikan souvenir yang sengaja kupesan beberaa hari yang lalu. "Oke, Mbak," sahut Tiwi singkat."Tama, duduk di sini, Nak," ujar Bang Ardi memanggil Tama agar duduk di kursi yang telah disediakan. Sedangkan Adinka duduk dipangku oleh Bang Ridwan.Tiwi meminta MC yang tak lain adalah temannya sendiri untuk memandu jalannya acara. Dimulai dengan pembacaan doa oleh seorang ustadz yang biasa memberi ceramah di panti. lalu, acara dilanjutkan dengan ucapan syukur dan terima kasih yang disampaikan oleh Bang Ridwan. Lagi dan lagi kalimat itu keluar dari mulut Bang Ridwan. Kalimat yang berisi ucapan terima kasih yang tulus, yang ditujuakn untukku dan Bang Ardi karena telah membe

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 125

    POV RISADua tahun kemudian.Aku sedang menemani anak-anak menonton tayangan film kartun di televisi sembari menantikan Tama dan Mayra pulang dari sekolah. Mereka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.Tama dan Mayra bersekolah di sekolah yang sama, agar mereka dapat saling melindungi dan bahu membahu sebagai satu keluarga. Aku tidak pernah membeda-bedakan dalam memperlakukan mereka, walaupun Mayra dan Farel bukan anak kandungku. Tapi, mereka adalah amanah yang dititipkan Gita kepadaku. Aku tak bisa menyia-nyiakan mereka. Perlakuan buruk yang pernah Gita lakukan kepadaku, tak serta merta membuatku membenci kedua anaknya. Bagiku, masa lalu hanyalah masa lalu, kita tak perlu mengungkit kenangan buruk yang ada di sana karena itu akan menyakiti diri kita sendiri. Jadikan semua kejadian di masa lalu sebagai pelajaran, pasti ada hikmah dibalik sebuah cobaan yang kita hadapi. Contohnya aku, karena Gita merebut suamiku akhirnya aku dipertemukan dengan laki-laki yang jauh lebih baik,

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 124

    "Tunggu dulu! Jadi Tama sudah tau kalau Bang Ridwan, Papa kandungnya?" tanyaku dengan wajah penasaran."Iya, Wi. Sebelum berangkat ke sini, Risa sudah mengatakan semuanya kepada Tama. Tama memang anak yang baik, dia tidak marah sedikit pun baik kepada Risa maupun Ridwan. Dia dapat memahami keadaan yang sudah terjadi dan memaafkan kedua orang tuanya.""Sykurlah, akhirnya mimpi Bang Ridwan jadi kenyataan. Semua ini berkat kebaikan Bang Ardi dan Mbak Risa. Lagi-lagi kalian menjadi pahlawan di keluarga kami. Entah dengan apa kami membalas kebaikan kalian. Demi Bang Ridwan, Kalian meninggalkan acara yang sudah digelar dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit," ujarku terharu."Demi Tama, apa pun akan aku lakukan, jangankan uang, nyawaku pun akan kupertaruhkan. Aku takut, kalau Tama tak sempat bertemu dengan ayah kandungnya. Makanya, aku segera mengantarnya ke sini. Dan ternyata, Allah berkehendak, kalau kehadiran Tama merupakan berkah untuk ayahnya, Ridwan bisa sadar dari koma.""Abang be

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 123

    Tampak wajah mereka sangat serius ketika berbicara. Setelah dokter itu pergi, wanita itu kembali menangis. Kak Suci ikut menenangkannya.Satu jam sudah kami menunggu di tempat ini. Tidak ada yang buka suara untuk sekedar ngobrol. Kami larut dalam pikiran masing-masing. Tiba-tiba, ada dokter dan perawat yang berjalan tergopoh masuk ke dalam ruangan. Napasku jadi terasa sesak. Hatiku bertanya-tanya, ada apa di dalam. Kami tak dapat lagi melihat ke dalam karena jendela kacanya sudah tertutup tirai.Tak lama, seorang perawat keluar dan memanggil keluarga Pak Hasan, suami wanita yang sejak tadi bersamaku. Aku lega, tapi, kasihan juga melihat wanita itu. Suaminya kritis di dalam sana. Dia terduduk lemas di lantai sembari menangis tersedu-sedu. Dalam waktu tiga puluh menit, seorang doter keluar dari ruangan dengan wajah sedih."Bagamana suami saya, Dok?" tanya wanita itu."Anda istri Bapk Hasan?' tanya dokteritu balik. waita itu mengangguk, mengiyakan."Mohon Maaf, Bu. Kami gagal menyelama

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 122

    Aku masuk ke dalam ruangan tempat Bang Ridwan dirawat, setelah mendapat izin dari dokter. Aku berdiri di samping brankar tempatnya berbaring sembari mengusap lembut wajah suamiku. Satu kecupan lembut kuberikan di keningnya sembari berbisik, "Bangunlah Bang, calon bayi kita merindukan suaramu."Seketika air mata menetes di sudut mata ini. Cepat-cepat aku menyapunya agar tak jatuh menimpa wajah Bang Ridwan. Aku tak mau dia melihat aku menangis.Kulantunkan ayat-ayat Alquran di telinganya. Aku yakin, walaupun dia tidak sadar, dia dapat merasakan kehadiranku di sini.Setelah selesai kubaca surat Alfatihah di telinganya, sudut matanya meneteskan air mata. "Abang bisa dengar Tiwi, Bang? Buka mata Bang, kami merindukanmu. Abang harus kuat, Kami selalu mendoakan, Abang. Cepatlah sadar, Bang!" ujarku mencoba membangunkan Bang Ridwan.Kuraih tangan Bang Ridwan, lalu menempelkannya ke perutku. Calon bayi di perut ini pasti merindukan hal ini. Biasanya seusai salat Subuh, Bang Ridwan selalu meng

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 121

    Sudah pukul lima subuh, aku baru saja selesai melaksanakan sala Subuh di Mushollah. "Bu, Ibu mertua dan Kakak ipar saya sudah datang. Jadi, bukan berniat mengusir. Bu Hindun kelihatan lelah sekali. Ibu pulang saja, ya. Ibu tidak perlu khawatir, sudah ada yang menemani saya di sini," ujarku pada wanita yang telah menemaniku menjaga Bang Ridwan sejak kemarin."Ya, sudah kalau begitu. Saya akan pulang, nanti sore saya kembali lagi membawakan pakaian ganti untuk Bu Tiwi. Pasti gerah kan, sejak kemarin belum ganti baju," sahut Bu Hindun. "Saya tidak enak, jadi merepotkan Ibu.""Tidak, Bu, saya tidak merasa direpotkan. Saya permisi ya, Bu." Aku memberikan uang kertas berwarna merah sebanyak dua lembar kepadanya, untuk ongkos taxi dan pegangan di jalan. Irfan, sudah pulang sejak kemarin, karena ada yang ingin menyewa mobilnya.Aku kembali ke ruangan Bang Ridwan. Kak Suci dan Ibu masih tertidur di kursi, di depan ruangan. Dengan hati-hati aku membangunkan mereka agar salat Subuh. Mereka se

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 120

    Dengan usaha yang gigih, akhirnya anak itu datang ke acara pernikahan kami bersama ibunya, mantan istri Bang Ridwan yang dulu dia buang demi seorang wanita bernam Gita. Wanita itu sangat cantik dan anggun, Mbak Risa namanya. Setelah mendapatkan maaf dan restu darinya, Bang Ridwan merasa lega dan siap menghadapi masa depan bersamaku. Tujuh tahun sudah kami berumah tangga. Baru sekarang Allah menitipkan seorang anak di rahimku. Baru saja kami merasa bahagia akan menyambut kelahiran anak pertama kami. Namun, Bang Ridwan mengalami kecelakaan seperti ini. Akankah kebahaiaan itu harus terenggut sekarang? Tak adakah kesempatan untuk Bang Ridwan melihat wajah anaknya? entahlah, dadaku semakin sesak setiap memikirkan hal ini. Ya, Allah, izinkan anakku bertemu dengan ayahnya, digendong ayahnya, tumbuh dan berkembang dibawah asuhan ayahnya. Cukuplah Tama yang merasakan kehilangan ayah kandungnya sejak kecil. Aku tahu, Bang Ridwan sangat bersalah kepada Tama. Ampuni dia ya, Allah! Izinkan dia

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 119

    Malam sudah menjelma. Namun, Bang Ridwan belum juga menunjukkan tanda-tanda akan sadarkan diri. Aku semakin cemas melihat kondisinya. Sejak tadi aku belum menelan nasi sedikit pun. Entahlah, rasanya aku tak ingin meninggalkan Bang Ridwan barang sedetik pun. Kami berada di ruang tunggu dekat dengan ruang ICU. Tak seorang pun diperbolehkan masuk ke dalam sana tanpa seizin dokter. Aku hanya bisa melihat suamiku dari jendela kaca. "Bu Tiwi, makan dulu, Bu! Sejak tadi siang Ibu belum makan apa pun. Kasian calon bayi Ibu. Pikirkan dia, Bu! Jangan sampai dia kenapa-kenapa." Bu Hindun yang baru datang membawa nasi bungkus berkata memelas."Tapi, saya tidak selera makan sebelum melihat Bang Ridwan sadar, Bu," sahutku lirih. "Pikirkan calon bayi Ibu! Pak Ridwan pasti juga tidak ingin calon bayinya kenapa-kenapa. Makanlah, Bu, sedikit saja!" ujarnya lagi sembari membuka nasi bungkus untukku.Benar kata Bu Hindun. Aku tidak boleh egois. Calon bayiku tidak harus ikut tersiksa karena kesedihanku

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 118

    POV TIWIAku dan Bu Hindun mempercepat langkah agar cepat sampai ke ruangan itu. Begitu aku sampai di depan ruangan tempat Bang Ridwan diobati, seorang wanita datamg menghampiri."Anda Ibu Tiwi?" tanyanya. Aku mengangguk."Saya yang menelepon tadi. Ayo ikut saya, kita harus segera menemui dokter. Ibu harus segera menandatangani surat persetujuan dilakukanya operasi pada suami Ibu. Ada pembekuan darah di kepalanya, dan harus segera dioperasi."Aku mengikuti wanita itu menuju salah satu ruangan di rumah sakit ini. Setelah menandatangani surat persetujuan itu, Para perawat langsung memindahkan Bang Ridwan ke ruang operasi. Operasi terhadap Bang Ridwan segera dilakukan.Diluar ruang operasi aku menunggu dengan cemas. Mulutku serasa terkunci, aku tak mampu berbicara apa pun selama Bang Ridwan masih di dalam sana. Wanita yang meneleponku tadi juga masih di sini bersama suaminya. Aku belum sempat bertanya apa-apa pada mereka. Nanti sajalah, setelah operasinya selesai, pikirku. Sekitar sat

DMCA.com Protection Status